PENDAHULUAN
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan
fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. Pembesaran kelenjar tiroid
(kecuali keganasan), Menurut American society for Study of Goiter membagi :
Struma Non Toxic Diffusa, Struma Non Toxic Nodusa, Struma Toxic Diffusa dan
Struma Toxic Nodusa. Struma nodosa non toksik adalah pembesaran dari kelenjar
tiroid yang berbatas jelas tanpa gejala-gejala hipertiroidi. Dampak struma terhadap
tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan
organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea
dan esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea,
esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal
tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan
dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar
dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia
II.
PEMBAHASAN
dengan T3, tetapi apabila dibandingkan milligram per milligram, T3 merupakan hormon yang
lebih aktif daripada T4.
2.2
Klasifikasi Struma
o Berdasarkan Fisiologisnya
a. Eutiroidisme
Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan
stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar hipofisis
menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau struma semacam ini
biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi secara
berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.2,
b. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga sintesis
dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari kelenjar untuk mempertahankan
kadar plasma yang cukup dari hormon. Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai
kelenjar yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat
pembedahan/ablasi radioisotop atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar
dalam sirkulasi. Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitif terhadap
udara dingin, dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar,
rambut rontok, mensturasi berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan
bicara.2,3
c. Hipertiroidisme
Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan sebagai respon
jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan.
Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam darah yang
merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon yang berlebihan tetapi
ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala hipertiroidisme berupa berat badan menurun,
nafsu makan meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara dingin, sesak
napas. Selain itu juga terdapat gejala jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian
atas, mata melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi
otot.2,3
o Berdasarkan klinisnya :
a. Non-Toksik (eutiroid dan hipotiroid)
Difusa : endemik goiter, gravida
Nodusa : neoplasma
b. Toksik (hipertiroid)
Difus
: grave, tirotoksikosis primer
Nodusa : tirotoksikosis skunder
2.3 PEMERIKSAAN
FISIK
Inspeksi
Inspeksi dilakukan untuk memperhatikan tiroid tampak membesar/tidak. Bila ada
pembesaran, tentukan difusa (merata) atau noduler (berbenjol-benjol).
Minta pasien untuk minum sedikit air dan mengekstensikan kembali lehernya
serta menelan air tersebut. Amati gerakan kelenjar tiroid ke atas dengan
memperhatikan kontur dan kesimetrisannya.
Palpasi
-
lokalisasi benjolan terhadap trakea (mengenai lobus kiri, kanan atau keduanya)
konsistensi
mobilitas
apakah batas bawah benjolan dapat diraba (bila tak teraba mungkin ada bagian
yang masuk ke retrosternal)
Meskipun keganasan dapat saja terjadi pada nodul yang multiple, namun pada
umumnya pada keganasan nodulnya biasanya soliter dan konsistensinya keras sampai sangat
keras. Yang multiple biasanya tidak ganas kecuali bila salah satu nodul tersebut lebih
menonjol dan lebih keras dari pada yang lainnya.
Harus juga diraba kemungkinan pembesaran kelenjar getah bening leher dan raba arteri
karotis jika tidak ada pulsasi, umumnya metastase karsinoma tiroid.5
Auskultasi
Lakukan auskultasi pada kedua lobus lateralis kelenjar tiroid dengan stetoskop.
Bising tiroid (bruit) menandakan adanya hipervaskularitas pada kelenjar dan
keadaan hipertiroid. Terdengar bunyi sistolik jantung di apeks jantung akibat
palpitasi (rasa yang tidak nyaman yang diakibatkan denyut jantung yang tidak
teratur/lebih keras).
Pemeriksaan Oftalmopati
-
Ada exoptalmus = mata menonjol dan bola mata dikelilingi oleh sclera
berwarna putih. Alat eksoftalmometer, yaitu alat mengukur penonjolan bola
mata dari samping
Ada von grave sign = ketika melihat ke bawah, palpebra superior tidak bisa
mengikuti
Pemeriksaan Khusus
1. Tes tremor yaitu dengan menaruh selembar kertas pada tangan
2.
Tes pumbertons sign yaitu dengan cara menyuruh kedua tangan pasien
diangkat ke atas di atas kepala, hasil positif bila muka pasien menjadi merah.
LABORATORIUM
RADIOLOGI
saraf optik.
Foto Rontgen leher
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau menyumbat
trakea (jalan nafas).6
Ultrasonografi (USG)
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak di layar
TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya kista/nodul
yang mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang
dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan kemungkinan
karsinoma.3,6
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi
jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas.
Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi
kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan pembuatan preparat yang
kurang baik atau positif palsu karena salah intrepertasi oleh ahli sitologi.3,6
-
Tc Scintigraphy
Uptake meningkat disebabkan oleh seluruh aktifitas radioaktif berkumpul dalam
kelenjar tiroid.
USG orbita
Pemeriksaan ini sangat baik untuk diagnosa tiroid oftalmopati, dan kekhasan
reflektivitas internal otot-otot ekatraokuler dapat digambarkan dengan mudah. Pasien
dengan tiroid oftalmopati menunjukkan peak-systolik rendah dan percepatan enddiastolic yang dapat dinilai dengan pencitraan Doppler.
A. Struma Diffusa Toksik
Struma disebut toksik apabila ia menghasilkan hormon tiroid yang berlebih-lebihan.
Struma difusa toksik memiliki nama lain antara lain: tirotoksikosis primer; primary
hypertiroid; idiopatic hypertiroidi; Graves disease; Morbus Basedow; Exophtalmic goiter.4
Penyakit Graves adalah bentuk tirotoksikosis yang paling umum dan dapat terjadi
pada segala umur, lebih sering pada wanita daripada pria. Sindroma ini terdiri dari satu atau
lebih dari hal-hal ini : 5
1) Tirotoksikosis akibat hipertiroidisme yang terjadi karena pembesaran difuse tiroid yang
hiperfungsional terjadi pada semua kasus
2) Goitter
Pada bentuk struma difus biasanya tiroidnya keras dan membesar simetris warnanya pada
pemotongan merah kecoklatan, menyerupai otot, batasnya tidak tegas, konsistensi lunak.
Histologis tampak sebagai hiperplasia sel-sel epitel. Sel epitel sendiri membesar seperti
berbentuk kolumnar, kadang sampai berlipat-lipat, merupakan gambaran papiler.
Kelenjar gondok pada penyakit ini selain membesar juga menjadi hipervaskular, sehingga
dengan auskultasi mungkin terdengar suara bising (bruit).
3) Oftalmopati (eksoftalmos)
Aktivitas berlebihan saraf simpatis menyebabkan pasien menatap dengan lebar dan
melotot serta kelopak matanya terbuka.Oftalmopati pada penyakit Graves, disebabkan
oleh infiltrasi limfosit, pengendapan glikosaminoglikan, dan adipogenesis dalam jaringan
ikat orbita sehingga terjadi penonjolan abnormal bola mata (eksoftalmus). Proptosis
mungkin menetap atau bertambah walaupun tirotoksikosisnya berhasil diatasi, dan
kadang menyebabkan cedera kornea dan jika parah bisa buta.
EPIDEMIOLOGI
Wanita terkena kira-kira 5 kali lebih banyak daripada pria. Penyakit ini dapat terjadi pada
segala umur, dengan insiden puncak pada kelompok umur 20-40 tahun . Bisa timbul secara
edemik yaitu hampir > 10% penduduk dan didapatkan didaerah yang mengalami kekuranga
yodium. Gambaran sporodis kemungkinan semua sebabnya adalah multifactor. 4
PATOGENESIS
Pada penyakit Graves, limfosit T disensitasi terhadap antigen dalam kelenjar tiroid dan
merangsang limfosit B untuk mensintesis antibodi terhadap antigen-antigen ini. Satu dari
antibodi ini bisa ditunjukan terhadap tempat resptor TSH pada membran sel tiroid dan
memiliki kemampuan untuk merangsang sel tiroid dalam hal peningkatan dan pertumbuhan
fungsi.1 Adanya antibodi dalam darah berkorelasi positif dengan penyakit aktif dan
kekambuhan penyakit. Ada predisposisi genetik yang mendasari, namun tidak jelas apa yang
mencetuskan episode akut ini. Beberapa faktor yang mendorong respon imun pada penyakit
graves ialah : 4
1) kehamilan, khususnya masa nifas
2) kelebihan iodida
5) Penghentian glukokortikoid
3) terapi litium
Berikut merupakan gambaran perjalanan penyakitnya :
Penyakit Graves adalah suatu gangguan autoimun, pada gangguan tersebut terdapat beragam
autoantibody dalam serum. Antibodi ini mencakup antibody terhadap reseptor TSH,
peroksison tiroid dan tiroglobulin; dari ketiganya, reseptor TSH adalah autoantigen terpenting
yang menyebabkan terbentukanya antibody; efek antibody yang terbentuk berbeda-beda,
bergantung pada epitop reseptor TSH mana yang menjadi sasarannya. Sebagai contoh, salah
satu antibody, yang disebut thyroid-stimulating imunoglonulin (TSI), mengikat reseptor TSH
untuk merangsang jalur adenilat siklase/AMP siklik, yang menyebabkan peningkatan
pembebasan hormone tiroid. Golongan antibody yang lain, yang juga ditujukkan kepada
reseptor TSH, dilaporkan menyebabkan proliferasi epitel folikel tiroid (thyroid growthstimulating immunoglobulin, atau TGI). Antibodi yang lain lagi, yang disebut TSH-binding
GAMBARAN KLINIS
1
Sistem saraf : pasien menjadi mudah terangsang, nervous, gelisah, depresi, dan
mencemaskan hal-hal yang sepele. Terkadang mungkin dijumpai pasien yang
menggerakkan tangannya tanpa maksud/tujuan tertentu, timbul tremor halus pada tangan,
ini dapat kita periksa dengan menyuruh pasien merentangkan tangannya ke depan, jarijari dengan dorsum manus menghadap ke atas diregangkan, akan tampak tremor itu. Dan
agar lebih jelas dapat kita letakkan sehelai kertas pada tangan tadi. Tremor juga dapat kita
lihat bila penderita menjulurkan lidahnya sekurang-kurangnya 30detik.
Mata:
Tabel 1: Kalsifikasi Perubahan Mata pada Penyakit Graves 4
Tingkat
Definisi
0
Tidak ada tanda atau gejala-gejala
1 Hanya ada tanda, tidak ada gejala (tanda-tanda terbatas pada retraksi kelopak bagian atas,
membelalak, lambat menutup mata)
2
Terkenanya kornea
Gastro-intestinal: peristaltik usus akan meningkat sehigga terjadi diare. Dengan diare
maka banyak calsium yang dikeluarkan bersama feces, lagipula pada hipertiroidi terjadi
pula mobilisasi calsium keluar dari tulang dan ini ditambah dengan faktor diare itu akan
Perubahan kadar hormon tiroid mempengaruhi juga system adrenal sehingga ada
gangguan keseimbangan hormon seks. Mesnstruasi penderita terganggu.
Kulit penderita: akibat perubahan metabolisme dan hormonal, menjadi lebih halus, karena
vasodilatasi, tetapi bila digaruk, kulit akan berbekas.
8. Dermopatia tiroid terdiri dari penebalan kulit, terutama kulit di atas tibis bagian bawah,
yang disebabkan penumpukan glikosaminoglikan. Kulit sangat menebal dan tidak dapat
dicubit. Kadang mengenai seluruh tungkai bawah dan dapat meluas sampai ke kaki.
PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang
berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid
(yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
1
Obat Antitiroid 8
Indikasi :
Persiapan tiroidektomi
Pemeliharaan (mg/hari)
5-20
5-20
5-200
Digunakan Y131 dengan dosis 5-12 mCi peroral. Dosis ini dapat mengendalikan
tirotoksikosis dalam 3 bulan, namun 1/3 pasien menjadi hipotiroid pada tahun pertama.
Efek samping pengobatan dengan yodium radioaktif adalah: hipotiroidisme, eksaserbasi
hipertiroidisme, dan tiroiditis. Indeks FT4 serum dan kadar TSH harus diikuti dan bila
mereka menunjukkan terjadinya hipotiroidisme terapi pengganti yang tepat dengan
levotiroksin 0,05-0,2 mg/hari. Semua penyakit Graves membutuhkan follow up seumur
hidup utuk memastikan bahwa mereka tetap dalam keadaan eutiroid. 8
3
Operasi
Tiroidektomi Subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme.
Indikasi :
Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid
Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar
Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
Pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
Operasi untuk mengangkat sebagian dari kelenjar tiroid (partial thyroidectomy)
pernah sekali waktu dahulu adalah suatu bentuk yang umum perawatan hipertiroid.
Tujuannya adalah untuk mengangkat jaringan tiroid yang memproduksi hormon tiroid
yang berlebihan. Bagaimanapun, jika terlalu banyak jaringan yang diangkat, suatu
produksi hormon tiroid yang tidak memadai (hipotiroid) mungkin berakibat. Pada kasus
ini, terapi penggantian tiroid dimulai. Komplikasi utama dari operasi adalah
gangguan/kekacauan dari jaringan sekitarnya, termasuk syaraf-syaraf yang menyediakan
pita-pita suara (vocal cords) dan empat kelenjar-kelenjar kecil pada leher yang mengatur
tingkat-tingkat kalsium dalm tubuh (kelenjar-kelenjar paratiroid). Pengangkatan kelenjarkelenjar ini yang secara kebetulan mungkin berakibat pada tingkat-tingkat kalsium yang
rendah dan memerlukan terapi penggantian kalsium. Dengan perkenalan dari terapi
yodium radioaktif dan obat-obat antitiroid, operasi untuk hipertiroid adalah tidak seumum
seperti sebelumnya.
Pembedahan struma dapat dibagi menjadi bedah diagnostik dan terapeutik. Bedah
diagnostik berupa biopsi insisi atau biopsi eksisi. Bedah terapeutik bersifat ablatif berupa
lobektomi, istmolobektomi, dan tiroidektomi subtotal atau total. Tindakan bedah total dilakukan
dengan atau tanpa diseksi leher radikal. Untuk struma nontoksik dan nonmaligna digunakan
enukleasi nodulus yaitu eksisi lokal, (istmo) lobektomi, atau tiroidektomi subtotal. Pembedahan
total dilakukan untuk karsinoma terbatas, dan pembedahan radikal dilakukan bila ada
kemungkinan penyebaran ke kelenjar limfe regional. Hemitiroidektomi atau (istmo) lobektomi
dapat dilakukan pada kelainan unilateral. 1
Indikasi Operasi:
1. Pembesaran kelenjar thyroid dengan gejala penekanan berupa :
Gangguan menelan
- Gangguan pernafasan
- Suara parau
2. Keganasan kelenjar tiroid
3. Struma nodus dan diffusa toxica
4. Kosmetik
Tehnik Operasi
1
Incisi leher bagian depan 4 cm di atas suprasternal notch sedikit melengkung ke atas,
panjang sesuai besarnya kelenjar. Incisi diperdalam sampai m.Platysma
Flap atas dibebaskan secara tajam kemudian tumpul sampai setinggi incisura thyroidea
dari kartilago thyroid , perdarahan dirawat. Flap bawah dibebaskan setinggi suprasternal
notch, kemudian kedua flap difixer pada duck.
Buat incisi vertikal ditengah leher pada fascia colli dari cartilago thyroid sampai
sprasternal notch. Pisahkan m.Sternothyroideus dengan jari telunjuk sisihkan ke lateral ,
tampak kapsula glandula thyroid (fascia colli media) dan m.Sternothyroid.
Buat incisi pada kapsula glandula thyroid, pisahkan dengan jari ke arah lateral , tampak
glandula thyroid
Dengan jari-jari lobus lateralis kanan kelenjar thyroid di tarik ke medial dan v.Thyroid
media diklem dan diligasi kemudian dipotong.
Lobus lateral kanan kelenjar thyroid di tarik kekiri bawah dan m.Sternohyoideus dan
m.Sternothyroideus kanan atas untuk mengekpose polus superior lobus lateralis kanan
kelenjar thyroid. Dengan jari-jari polus ini dibebaskan seluruhnya , tetapi hati-hati
karenan terdapat n.laryngeus superior
vasa thyroid
superior diklem dan diligasi dengan zide atau catgut kemudian dipotong
8
Komplikasi tiroidektomi
a. Perdarahan.
b. Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara.
c. Trauma pada nervus laryngeus recurrens. menimbulkan paralisis sebagian atau
total (jika bilateral) laring. Pengetahuan anatomi bedah yang adekuat dan kehatihatian pada operasi seharusnya mencegah cedera pada saraf ini atau pada nervus
laryngeus superior.
d. Memaksa sekresi glandula ini dalam jumlah abnormal ke dalam sirkulasi dengan
tekanan.
e. Sepsis yang meluas ke mediastinum.
f. Hipotiroidisme pasca bedah akibat terangkatnya kelenjar paratiroid.
g. Trakeumalasia (melunaknya trakea).
Diagnosis
Diagnosis struma nodosa non toksik ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
penilaian resiko keganasan, dan pemeriksaan penunjang.
Pada umumnya struma nodosa non toksik tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipoatau hipertiroidisme. Nodul dapat tunggal tetapi kebanyakan berkembang atau berubah
menjadi multinodular tanpa perubahan fungsi. Kelenjar dapat relatif keras tetapi sering kali
sangat lunak.Karena pertumbuhannya berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa
gejala kecuali benjolan di leher. Sebagian besar penderita dengan struma nodosa dapat hidup
dengan strumanya tanpa keluhan. Penderita juga dapat mengeluh gejala-gejala penekanan
pada leher, terutama bila menggerakkan kepala dan kesulitan dalam menelan.7,8
Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernafasan karena menonjol ke depan,
sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trakea bila pembesarannya bilateral. Struma
nodosa unilateral dapat menyebabkan pendorongan sampai jauh ke arah kontra lateral.
Pendorongan demikian mungkin tidak mengakibatkan gangguan pernafasan. Penyempitan
yang berarti menyebabkan gangguan pernafasan sampai akhirnya terjadi dispnea dengan
stridor inspirator.7,8
Keluhan yang ada ialah rasa berat di leher. Sewaktu menelan trakea naik untuk menutup
laring dan epiglotis sehingga terasa berat karena terfiksasi pada trakea.
Etiologi
1. Defisiensi yodium
Pendapat yang menyokong defisiensi yodium sebagai penyebab ada 4 yaitu
Adanya hubungan yang erat antara rendahnya kadar yodium pada air dan makanan
Epidemiologi
Prevalensi nodul tiroid berkisar antara 5% sampai 50% bergantung pada populasi
tertentu dan sensitifitas dari teknik deteksi; prevalensi nodul tiroid meningkat sesuai
dengan umur, keterpajanan terhadap radiasi pengion dan defisiensi iodium.Di Amerika
Serikat prevalensi nodul tiroid soliter sekitar 4-7% dari penduduk dewasa, 3-4 kali lebih
sering pada wanita dibandingkan pria. Nodul akan ditemukan lebih banyak pada waktu
operasi, autopsi, dan dari hasil pemeriksaan ultrasonografi yang luput atau tidak
terdeteksi secara klinik. Pada autopsi nodularitas ditemukan pada sekitar 37% dari
populasi, 12% di antaranya dari kelompok yang tadinya dianggap sebagai nodul soliter.
Untungnya hanya sebagian kecil yaitu hanya kurang dari 5% nodul tiroid soliter ganas.
Belum ada data epidemiologi mengenai prevalensi nodul tiroid di berbagai daerah di
Indonesia yang dikenal memiliki tipologi geografis dan konsumsi iodium yang
bervariasi.3
Patofisiologis
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan
hormon tiroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi
tiroksin
beriodin
menjadi
triidotironin
atau
INTERPRETA
SI
Indeks
Wayne:
Eutiroid
11
Equivocal
=
11 -18
Hipertiroid >
18
Simptoms
Dyspneu
deffort
Palpitasi
Fatigue
Suka udara
panas
Suka udara
dingin
Over sweating
-5
Gugup
Appetite
Appetite
BB
-3
-3
BB
-3
Sign
Palpable tiroid
Bruit
Exophthalmus
(Eye) lid lag
Hiperkinetic
(gelisah)
Fine finger
tremor
Tangan hangat
Tangan basah
Atrium
fibrilasi
Nadi < 80
+
3
2
2
1
4
-3
-2
0
0
-2
2
1
4
-2
-1
0
USG Tiroid :
Scanning
Indeks New
Castle :
Eutiroid
:
11 -23
Equivocal
:
24 39
Hipertiroid :
40 80
T3 :
nmol/L
T4 :
ng/dl
FT3 :
Ft4 :
TSH :
Up take :
- 2 jam :
- 24 jam :
x/menit
Nadi 80-90
x/menit
Nadi > 90
x/menit
JUMLAH
Tiroid :
INDEX NEW
CASTLE
Usia saat
mulai
Psycological
precipitate
Frequent
checking
Severe anticip.
Anxiety
Appetite
Palpable
Tiroid
Bruit
Exophthalmus
Lid retraction
Hiperkinetic
Fine finger
tremor
Heart rate
JUMLAH
Usia mulai :
15 20 : 0
-5
25 34 : 4
-3
35 44 : 8
-5
45 54 : 12
5
3
> 55
18
19
9
4
4
: 16
Heart rate
< 90
:1
80 90 : 8
< 80
:0
EKG
Gejala Klinis
o
Berdasarkan jumlah nodul : bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa
soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut multinodosa.
cold nodule bila tidak ada penangkapan yodium atau kurang daro sekitarnya.
o Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan kosmetik atau
ketakutan akan keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan struma
nodosa besar, mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada esophagus
(disfagia) atau trakea (sesak napas).
o . Gangguan pita suara akibat keterlibatan dari nervus laringeus
o Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada leher sebelah
lateral atas yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada kelenjar getah bening,
sedangkan tumor primernya sendiri ukurannya masih kecil. Atau penderita datang
karena benjolan di kepala yang ternyata suatu metastase karsinoma tiroid pada
kranium.6,7,8
Terapi
1.
Terapi supresi dengan l-tiroksin.
Terapi supresi dengan hormon tiroid atau levotiroksin merupakan pilihan yang paling sering
dan mudah dilakukan. Terapi supresi dapat menghambat pertumbuhan nodul serta mungkin
bermanfaat pada nodul yang kecil. Tetapi tidak semua ahli setuju melakukan terapi supresif
secara rutin, karena hanya sekitar 20% nodul yang responsif. Oleh karena itu perlu diseleksi
pasien yang akan diberikan terapi supresi, berapa lama, dan sampai berapa kadar TSH igin
dicapai. Bila kadar TSH sudah dalam tersupresi, terapi l-tiroksin tidak diberikan. Terapi
supresi dilakukan dengan memberikan l-tiroksin dalam dosis supresi denagn sasaran kadar
TSH sekitar 0,1-0,3 mIU/ml. Biasanya diberikan selama 6 bulan-12 bulan dan bila dalam
waktu tersebut nodul tidak mengecil atau bertambah besar perlu dilakukan biopsi ulang atau
disarankan untuk operasi. Bila selama setahun nodul mengecil, terapi supresi dapat
dilanjutkan. Pada pasien tertentu terapi supresi hormonal dapat diberikan seumur hidup,
walaupun belum diketahui pasti manfaat terapi supresi jangka panjang.
Yang perlu diwaspadai adalah terapi supresi hormonal jangka panjang yang dapat
menimbulkan keadaan hipertiroid subklinik dengan efek samping berupa osteopeni dan
gangguan pada jantung.3
2.
Suplementasi Yodium
3.
Terapi Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid sehingga
menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka pemberian yodium
radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %. Yodium radioaktif tersebut berkumpul
dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya.
Terapi ini tidak meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetik35 Yodium
radioaktif diberikan dalam bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit,
obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian obat
tiroksin.3
4.
Pembedahan
Melalui tindakan bedah dapat dilakukan dekompresi terhadap jaringan vital disekitar nodul,
disamping dapat diperoleh specimen untuk pemeriksaan patologi. Hemitiroidektomi yang
akan dilakukan pada nodul jinak, sedangkan berapa luas tiroidektomi yang akan dilakukan
pada nodul ganas tergantung pada jenis histology dan tingkat risiko prognosis. Hal yang perlu
diperhatikan adalah penyulit seperti perdarahan pasca pembedahan, obstruksi trakea pasca
pembedahan, gangguan pada n. recurens laringeus hipoparatiroid, hipotiroid dan nodul
kambuh. Untuk menekan kejadian penyulit tersebut pembedahan hendaknya dilakukan oleh
ahli bedah yang berpengalaman.3
Pembedahan dilakukan jika ada tanda-tanda penekanan atau didapatkan tanda-tanda kearah
keganasan, alasan kosmetik, dan gondok substernal atau retrosternal.3
PROGNOSIS
Prognosis graves secara umum, perjalanan penyakit graves adalah ditandai oleh
remisi dan ekserbasi untuk jangka waktu yang lama kecuali kalau kelenjar dirusak dengan
pembedahan atau iodin radioaktif. Walaupun beberapa pasien bisa tetap eutiroid untuk jangka
waktu yang lama setelah terapi, banyak yang akhirnya mendapatkan hipotiroidisme.
Jadi,follow-up seumur hidup merupakan indikasi untuk semua pasien dengan penyakit
graves.5
Prognosis dari struma uninodosa non toksik umumnya baik namun tergantung jenis nodul dan
penangan yang cepat dan benar. Sehingga penyembuhan dapat terlaksana dengan baik yaitu
dengan cara pemberian obat dan proses pembedahan pada goiter yang besar.2
III.
PENUTUP
KESIMPULAN
Struma nodosa non toksik tidak mempunyai gejala hipotiroid atau hipertiroid. Etiologi goiter
nontoksik antara lain adalah defisiensi yodium atau karena gangguan kimia intratiroid yang
disebabkan beberapa faktor. Secara klinis pasien dapat memperlihatkanpenonjolan di
sepertiga bagian bawah leher. Goiter yang besar dapat menimbulkan masalah kompresi
mekanik, disertai pergeseran letak trakea. Pemeriksaan laboraturium memperlihatkan tiroksin
bebas yang rendah dan normal dan biasanya kadar TSH normal. Pencegahan struma nodolar
non toksik dengan cara memberikan yodium yang adekuat.
Penyakit graves atau lazim juga di sebut Basedow (jika dijumpai trias Basedow, yaitu adanya
struma tiroid difuse, hipertiroidisme dan eksoftalmos) adalah hipertiroidisme yang sering di
jumpai. Penyakit ini lebih sering dijumpai dengan orang muda dengan gejala seperti keringat
berlebihan, tremor tangan, toleransi terhadap panas menurun, berat badan menurun, emosi
tidak stabil, mengalami gangguan menstruasi berupa amenorea, dan sering buang air besar.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 2.Jakarta: Penerbit Buku
429-33; 440-5.
Kosasih EN, Kosasih AS. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik. Edisi II.
2008.h.658.
Kumar V, Cotran R, Robbins SL. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Jakarta:
EGC;2007.h. 811-5.
Sabiston DC. Buku ajar bedah. Edisi-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
1995.h.425-26.
Schteingart DE. Gangguan Kelenjar Tiroid. Dalam: Price SA, Wilson LM.
Patofisiologi. Volume II. Edisi VI. Jakarta: EGC, 2005.h. 1228-30; 1232-4.
10 Sudoyo AW, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Ed 5. Jakarta: Interna
Publishing; 2009. h. 2022-37.
11 American Thyroid Association Updates Guidelines for Thyroid Nodules and Cancer.
From : http://www.medscape.com
12 Devita, Hellman, and Rosenbergs : CANCER Principles & Practice of Oncology:
Thyroid Tumors, Chapter 44. From: www.cancerppo8.com
13 Diagnostic
testing
for
papillary
carcinoma.
From:
http://www.medhelp.org/posts/Thyroid/Diagnostic-testing-for-papillarycarcinoma/show/264509
14 Doherty, Gerrard M. 2006. Malignant tumors of the thyroid. In current Surgical
Diagnosis & Treatment. Lange Medical Publication. Hal: 283-285.
15 How is Thyroid Cancer Diagnosed. From : http://www.acs.com
16 Hurthel Cell Cancer. From : http://www.emedicine.com