Anda di halaman 1dari 21

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode dan Disain Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Ruseffendi (2005: 32) menyatakan, Penelitian eksperimen adalah penelitian yang
benar-benr untuk melihat suatu hubungan sebab akibat. Metode ini dipilih karena
dalam penelitian ini akan dilihat ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model
Index Card Match terhadap hasil belajar matematika siswa.
Pada awal dan akhir pembelajaran kedua kelas diberi tes sehingga
desain penelitiannya menurut Ruseffendi (2005: 50) adalah sebagai berikut :
A O X O
A O

Keterangan:
A

: Pengambilan sampel terhadap kelas yang ada.

: Pretes dan postes

: Perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model index


card match
Untuk kelas kontrol perlakuan dengan menggunakan metode ekspositori.

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Islam AlMaziyyah Cianjur. Alasan peneliti memilih sekolah ini karena di sekolah ini
belum pernah dilakukan penelitian dengan menggunakan model Index Card

22

23

Match sebelumnya. Dan alasan mengambil siswa kelas VIII MTs karena siswa
kelas VIII kemampuan kognitifnya sudah berkembang.
Dari seluruh kelas VIII MTs Islam Al-Maziyyah Cianjur, diambil dua kelas
secara acak sebagai sampel dengan cara diundi karena setiap kelas memiliki
peluang yang sama sebagai sampel. Terpilih dua kelas, yaitu kelas VIII B dan
kelas VIII C. Kelas VIII C sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran Index Card Match dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol yang
menggunakan metode ekspositori
B. Instrumen Penelitian
Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap
mengenai hal-hal yang ingin dikaji dalam penelitian ini, maka dibuat seperangkat
instrumen meliputi instrumen tes berupa tes hasil belajar dan instrumen non-tes
berupa skala sikap, seluruh instrumen tersebut digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data kualitatif dan data kuantitatif dalam penelitian.
1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematika
Tes komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal-soal
uraian yang diberikan dalam bentuk pretes dan postes. Tujuan dilakukan
pretes adalah untuk mengetahui kemampuan awal dari kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Sedangkan postes dilakukan setelah kedua kelas mendapatkan
pembelajaran,

bertujuan

untuk

mengetahui

perbedaan

peningkatan

kemampuan komunikasi matematika yang dimiliki siswa setelah dilakukan


pembelajaran.

24

Perangkat soal tes dibuat sama yang terdiri dari 5 soal uraian, karena
dengan uraian maka proses berpikir, ketelitian dan sistematika penyusunan
jawaban dapt dilihat melalui langkah-langkah penyelesaian soal. Untuk
pemberian

skor

kemampuan

komunikasi

matematika

ini

dilakukan

berdasarkan Holistic Scoring Rubrics (Agisti dalam Murtafiah, 2011:29).


Pemberian skor terlihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1
Pedoman Pemberian Skor
Kemampuan Komunikasi Matematika
Aspek

Skor
20

15

Written Text
10

0
20
Drawing
15

Keterangan
Penjelasan konsep, ide atau situasi gambar
yang diberikan dalam bentuk kalimat,
dimana kalimat tersebut secara matematik
dapat dipahami (bermakna), benar dan jelas,
serta tersusun secara logis.
Penjelasan konsep, ide atau situasi gambar
yang diberikan dalam bentuk kalimat,
dimana kalimat tersebut secara matematik
dapat dipahami (bermakna) dan benar,
meskipun tidak tersusun secara sistematis
atau terdapat kesalahan bahasa.
Hanya sebagian besar dari penjelasan
konsep, idea tau situasi dari siatu gambar
yang diberikan dalam bentuk kalimat,
dimana kalimat tersebut secara matematik
dapat dipahami (bermakna) dan benar
Hanya sedikit dari penjelasan konsep, ide
atau situasi dari suatu gambar yang
diberikan dalam bentuk kalimat, dimana
kalimat tersebut secara matematik dapat
dipahami (bermakna) dan benar.
Jawaban yang diberikan menunjukkan
ketidakpahaman konsep.
Melukiskan diagram, gambar, atau tabel
secara lengkap dan benar.
Melukiskan diagram, gambar, atau tabel
secara lengkap namun ada sedikit
kesalahan.

25

10
5
0
20
15
Mathematical
Expression

10
5
0

Melukiskan diagram, gambar, atau tabel


namun kurang lengkap tapi benar.
Hanya sedikit dari gambar, dagram atau
tabel yang benar.
Jawaban yang diberikan menunjukkan
ketidakpahaman konsep.
Membentuk persamaan aljabar atau model
matematika,
kemudian
melakukan
perhitungan secara lengkap dan benar.
Membentuk persamaan aljabar atau model
matematika,
kemudian
melakukan
perhitungan namun ada sedikit kesalahan.
Membentuk persamaan aljabar atau model
matematika,
kemudian
melakukan
perhitungan namun hanya sebagian yang
benar dan lengkap.
Hanya sedikit dari persamaan aljabar atau
model matematika yang benar.
Jawaban yang diberikan menunjukkan
ketidakpahaman konsep.

Sebagai langkah awal instrumen di ujicobakan terlebih dahulu kepada


siswa kelas X SMA dengan pertimbangan bahwa siswa kelas X sudah
mendapatkan materi kubus dan balok. Uji coba instrumen dilakukan untuk
melihat bagaimana tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks
kesukaran. Hal tersebut diperlukan agar instrumen penelitian yang peneliti
buat layak untuk dipergunakan.
a. Validitas
Validitas suatu alat evaluasi adalah ketepatan alat evaluasi tersebut
sebagai alat ukur kemampuan siswa. Suatu alat evaluasi disebut valid
(absyah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang
seharusnya dievaluasi. Dalam analisis validitas ini akan digunakan rumus

26

korelasi produk moment memakai angka kasar (raw-score) (Suherman dan


Sukjaya, 1990: 154), rumusnya adalah sebagai berikut :
X

2
N Y 2
N X 2 ( 2)

N XY ( X ) ( Y )
r XY =

Keterangan :
r XY

: Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N : Banyaknya siswa uji coba


X : Jumlah skor uji coba
Y

: Jumlah skor ulangan harian

Setelah didapat harga koefisien validitas maka harga tersebut


diinterprestasikan terhadap kriteria dengan menggunakan tolak ukur yang
dibuat J.P Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 147) seperti berikut :
Tabel 3.2
Klasifikas Koefisien Validitas
Koefisien validitas
(rxy)
0,90 < rxy 1,00

Interpretasi
Validitas sangat tinggi

0,70 < rxy

0,90

Validitas tinggi

0,40 < rxy

0,70

Validitas sedang

0,20 < rxy

0,40

Validitas rendah

27

0,00 < rxy

0,20

rxy

Validitas sangat rendah


Tidak valid

0,00
Tabel 3.3

Hasil Perhitungan Nilai Validitas Tiap Butir Soal


No. Soal
Validitas
Interpretasi
1
0,77
Tinggi
2
0,86
Tinggi
3
0,75
Tinggi
4
0,51
Sedang
5
0,41
Sedang
Berdasarkan koefisien Validitas pada Tabel 3.1 dapat disimpulkan
bahwa instrumen penelitian ini diinterpretasikan sebagai soal yang
validitasnya tinggi. Data perhitungan dapat dilihat pada Lampiran C.2
halaman 131.
b. Reliabilitas
Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel jika alat evaluasi tersebut
memberikan hasil yang relatif tetap, jika digunakan untuk subjek yang
sama. Istilah relatif tetap disini dimaksudkan tidak dapat sama, tetapi
mengalami perubahan yang tidak berarti (tidak signifikan) dan bisa
diabaikan. Karena instrument tes berbentuk uraian sehingga untuk
menentukan koefisien reliabilitas instrument tes digunakan rumus
Cronbach Alpha sebagai berikut :
2

s
n
r 11 =
(1 i2 )
n1
st

( )

Suherman dan Sukjaya, 1990: 194)

28

Keterangan :
r 11

: Koefisien reliabilitas

: Banyak butir soal (item)

s 2i : Jumlah varians skor setiap item


s 2t : Varians skor total
Untuk mencari varians digunakan rumus:
( X i )
X
n
2
si =
n

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat


digunakan tolok ukur yang dibuat oleh J.P. Guilford (Suherman dan
Sukjaya, 1990:177) sebagai berikut:
Tabel 3.4
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas ( r11 )
0,80 < r11 1,00

Interpretasi
Reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r11

0,80

Reliabilitas tinggi

0,40 < r11

0,60

Reliabilitas sedang

0,20 < r11

0,40

Reliabilitas rendah

r11

0,20
n xy( x ) (y)
r xy =

2
2
( n x (x) ) (n y 2 ( y )2)

Reliabilitas sangat rendah

29

Dari

hasil

perhitungan, diperoleh koefisien reabilitas tes tipe

uraian adalah 0,68. Berdasarkan klasifikasi pada Tabel 3.4, dapat


disimpulkan bahwa soal tipe uraian dalam instrumen penelitian ini
diinterpretasikan sebagai soal yang reliabilitasnya tinggi. Data perhitungan
dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 136.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa
jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang
mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak bisa
menjawab soal tersebut (testi yang menjawab salah). Pengertian tersebut
didasarkan pada asumsi Galton bahwa suatu perangkat alat tes yang baik
harus bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata dan yang
bodoh, karena dalam suatu kelas biasanya terdiri dari tiga kelompok
tersebut. Sehingga hasil evaluasinya tidak baik semua atau sebaliknya.
Rumus untuk menentukan daya pembeda menurut Suherman (2003: 43)
adalah :
XA XB
b

DP =
Keterangan:
DP = Daya Pembeda
XA
= Rata-rata skor siswa kelas atas
XB

= Rata-rata skor siswa kelas bawah

30

= Skor maksimum tiap butir soal


Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang

digunakan menurut Suherman (2003: 161) adalah:


Tabel 3.5
Klasifikasi Daya Pembeda
Daya
Pembeda ( DP )
DP 0,00
0,00 < DP 0,20
0,20 <

Interpretasi
Sangat jelek
Jelek

DP 0,40

Cukup

0,40< DP 0,70

Baik

0,70< DP 1,00

Sangat baik

Dari hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda tiap butir soal


yang disajikan dalam Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6
Hasil Perhitungan Nilai Daya Pembeda Tiap Butir Soal
No. Soal
1
2
3
4
5

Daya Pembeda
0,42
0,69
0,61
0,21
0,25

Interpretasi
Baik
Baik
Baik
Cukup
Cukup

Data Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.4 halaman 137.

31

d. Indeks Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar, juga soal yang baik akan menghasilkan skor yang
berdistribusi normal. Untuk menghitung indeks kesukaran menggunakan
rumus indeks kesukaran menurut Suherman (2003: 43) sebagai berikut:

IK =

x
b

Keterangan:
IK = Indeks kesukaran
x

= Skor rata-rata kelompok atas dan kelompok bawah

= Bobot
Untuk menentukan kriteria dari indeks kesukaran soal maka dilihat

dari nilai klasifikasi dari soal tersebut. Klasifikasi indeks kesukaran butir
soal menurut Suherman (2003: 170) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran
( IK )
IK = 1,00
0,70 < IK 1,00
0,30 < IK 0,70
0,00 < IK 0,30
IK = 0,00

Interpretasi
Soal terlalu mudah
Soal mudah
Soal sedang
Soal sukar
Soal terlalu sukar

32

Dari hasil perhitungan, diperoleh indeks kesukaran tiap butir soal


yang disajikan dalam Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8
Hasil Perhitungan Nilai Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal
No. Soal
1
2
3
4
5

Indeks Kesukaran
0,83
0,80
0,46
0,19
0,25

Interpretasi
Mudah
Mudah
Sedang
Sukar
Sukar

Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5 halaman 139.


Berdasarkan data yang telah diuji cobakan, maka rekapitulasi hasil
uji coba dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3.9
Rekapitulasi Hasil Uji Coba
No.

Validitas

Soal Nilai
0,77
1

Interpretasi
Tinggi

0,86

Tinggi

0,75

Tinggi

0,51

Sedang

0,41

Sedang

Reliabilitas
Nilai

0,68

Interpretasi

Tinggi

Daya Pembeda
Nilai

Interpretasi

Indeks Kesukaran
Nilai

Ket.

Interpretasi

0,42

Baik

0,83

Mudah

Dipakai

0,69

Baik

0,80

Mudah

Dipakai

0,61

Baik

0,46

Sedang

Dipakai

0,21

Cukup

0,19

Sukar

Dipakai

0,25

Cukup

0,25

Sukar

Dipakai

Berdasarkan rekapitulasi hasil uji coba instrumen penelitian pada Tabel 3.9
dapat disimpulkan bahwa kelima soal tersebut dapat dipakai untuk penelitian.
2. Skala Sikap
Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap model
Likert. Skala sikap ini bertujuan untuk mengungkapkan sikap siswa terhadap
pelajaran matematika dengan menggunakan metode Indeks Card Match.
Angket skala sikap ini diberikan kepada siswa kelompok eksperimen setelah

33

mereka melaksanakan tes akhir (postes). Skala yang digunakan adalah skala
Likert dengan 5 pilihan yaitu SS, S, N, TS dan STS. Pembobotan yang dipakai
dalam mentransfer skala kualitatif ke dalam skala kuantitatif adalah :
Tabel 3.10
Pembobotan Skala Likert
Untuk Pernyataan Positif
SS diberi 5
S diberi 4
N diberi 3
TS diberi 2
STS diberi 1

Untuk Pernyataan Negatif


SS diberi 1
S diberi 2
N diberi 3
TS diberi 4
STS diberi 5

3. Lembar Observasi
Observasi adalah suatu teknik evaluasi non-tes yang menginventarisasikan
data tentang sikap dan kepribadian siswa dalam kegiatan belajarnya yang
dilakukan dengan mengamati kegiatan dan perilaku siswa secara langsung
(Suherman dan Sukjaya, 1990). Data yang dipeoleh bersifat relatif karena
dapat dipengaruhi oleh keadaan dan subjektivitas pengamat. Observasi kelas
dilakukan untuk melihat proses pembelajaran yang sedang berlangsung,
sehingga dapat dianalisis demi mendukung penelitian, dan diharapkan akan
diperoleh informasi mengenai gambaran pembelajaran yang berlangsung
antara lain menyangkut penampilan guru, suasana kelas, pola interaksi,
intervensi, aktivitas siswa, serta kejadian-kejadian lain yang dianggap penting.
Aktivitas

siswa

yang

diamati

pada

saat

pembelajaran

adalah

memperhatikan penjelasan guru, menjawab pertanyaan pada bahan ajar,


diskusi antar sswa atau guru, mengerjakan soal latihan, membuat catatan atau

34

rangkuman sendiri, dan perilaku yang tidak sesuai atau diharapkan. Pedoman
observasi ini diisi oleh pengamat atau observer.
D. Prosedur Penelitian
Secara garis besar, penelitian dilaksanakan melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Melakukan observasi ke sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.
b. Menyusun dan menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan untuk
penelitian.
c. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.
d. Menentukan sampel sebanyak dua kelas sebagai kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Memberikan pretes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui pengetahuan awal siswa.
b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
Indeks Card Match pada kelas eksperimen dan pembelajaran secara
konvensional pada kelas kontrol.
c. Memberikan postes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
d. Membagikan angket kapada kelas eksperimen untuk mengetahui sikap
siswa

terhadap

pembelajaran

matematika

menggunakan

metode

pembelajaran Indeks Card Match.


3. Tahap Akhir Penelitian
Setelah dilaksanakan penelitian, maka selanjutnya adalah
a. Mengumpulkan seluruh data kualitatif dan data kuantitatif.
b. Mengolah data yang terkumpul dengan menggunakan teknik analisis data.
c. Proses penulisan hasil penelitian.

35

Tabel 3.11
Jadwal Penelitian
Hari/Tanggal
Selasa, 22 Mei 2012
Rabu, 23 Mei 2012
Kamis, 24 Mei 2012
Jumat, 25 Mei 2012
Selasa, 29 Mei 2012
Rabu, 30 Mei 2012
Kamis, 31 Mei 2012
Jumat, 1 Juni 2012
Sabtu, 2 Juni 2012

Kegiatan
Melaksanakan pretes di kelas eksperimen
Melaksanakan pretes di kelas kontrol
Melaksanakan pembelajaran pertemuan
pertama di kelas kontrol
Melaksanakan pembelajaran pertemuan
pertama di kelas eksperimen
Melaksanakan pembelajaran pertemuan
kedua di kelas eksperimen
Melaksanakan pembelajaran pertemuan
kedua di kelas kontrol
Melaksanakan pembelajaran pertemuan
ketiga di kelas kontrol
Melaksanakan pembelajaran pertemuan
ketiga di kelas eksperimen
Melaksanakan postes di kelas kontrol dan
melaksanakan postes serta angket skala
sikap di kelas eksperimen

E. Analisis Data
1. Analisis Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
Statistik yang digunakan adalah uji-t. Uji-t digunakan untuk melihat
perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa antara kelas eksperimen
dan kelas Kontrol. Data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes dianalisis
dengan menggunakan program SPSS 17.0 for Windows. Adapun langkahlangkah analisis datanya sebagai berikut:
a. Analisis Data Tes Awal (Pretes)

36

1) Mencari nilai maksimum, nilai minimum, rerata dan simpangan baku tes
awal (pretes) kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan
program SPSS 17.0 for windows.
2) Menguji normalitas skor tes kemampuan komunikasi matematika kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan uji Shapiro-Wilk dengan
menggunakan program SPSS 17.0 for windows. Taraf signifikansinya
adalah 0,05. Jika probabilitas > 0,05 maka berdistribusi normal (Santoso,
2001: 169).
3) Menguji

homogenitas

dua

varians

dengan

uji

levene

dengan

menggunakan program SPSS 17.0 for windows. Taraf signifikasinya


adalah 0,05. Jika probabilitas > 0,05 maka siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol adalah homogen (Santoso, 2001:169).
4) Uji kesamaan dua rerata (Uji-t) melalui uji dua pihak dengan
menggunakan program

SPSS 17.0 for windows. Hipotesisnya

dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik (uji dua pihak) sebagai


berikut:
H0 : 1 = 2
H1 : 1 2
Keterangan :
H0 : Kemampuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol pada tes awal tidak berbeda secara signifikan.
H1 : Kemampuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol pada tes awal berbeda secara signifikan.

37

H0
Dengan kriteria uji,

diterima jika probabilitas > 0,05 sebaliknya

H0
jika probabilitas < 0,05 maka

ditolak dan H1 diterima (Santoso, 2001:

245).
b. Analisis Data Tes Akhir (Postes)
1) Mencari nilai maksimum, nilai minimum, rerata dan simpangan baku tes
akhir (postes) kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan
program SPSS 17.0 for windows.
2) Menguji normalitas skor tes kemampuan komunikasi matematika kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan uji Shapiro-Wilk dengan
menggunakan program SPSS 17.0 for windows. Taraf signifikansinya
adalah 0,05. Jika probabilitas > 0,05 maka berdistribusi normal (Santoso,
2001: 169).
3) Menguji

homogenitas

dua

varians

dengan

uji

levene

dengan

menggunakan program SPSS 17.0 for windows. Taraf signifikasinya


adalah 0,05. Jika probabilitas > 0,05 maka siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol adalah homogen (Santoso, 2001:169).
4) Uji kesamaan dua rerata (Uji-t) melalui uji satu pihak dengan
menggunakan program SPSS 17.0 for windows, untuk mengetahui kelas
mana yang lebih baik. Hipotesisnya dirumuskan dalam bentuk hipotesis
statistik (uji satu pihak) sebagai berikut:
H0 : 1 = 2

38

H1 : 1 > 2
Keterangan :
H0

: Tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematika


pada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model Index
Card Match dengan kemampuan komunikasi matematika siswa
yang memperoleh pembelajaran ekspositori.

H1

: Kemampuan komunikasi matematika pada siswa yang


memperoleh pembelajaran dengan model Index Card Match
lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematika siswa
yang memperoleh pembelajaran ekspositori.

H0
Dengan kriteria uji,

diterima jika probabilitas > 0,05 sebaliknya

H0
jika probabilitas < 0,05 maka

ditolak dan H1 diterima (Santoso,

2001: 245).
2. Analisis Data Indeks Gain
Perhitungan indeks gain bertujuan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan komunikasi matematika siswa. Perhitungan tersebut diperoleh
dari nilai pretes dan postes masing-masing kelas yaitu kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Dalam penelitian ini, indeks gain akan digunakan
apabila rata-rata postes kelas kontrol dan kelas eksperimen berbeda.
Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran menurut
Meltzer dihitung dengan rumus g-faktor (N-Gain) dengan rumus
S pos S pre
g = S maksS pre
Keterangan :
g
= Gain
S pre

= Skor pretes

39

S pos

= Skor postes

S maks

= Skor maksimal
Kriteria tingkat gain menurut Hake yang disajikan pada tabel

berikut :
Tabel 3.12
Kriteria Tingkat Gain
G
g > 0,7
0,3 < g 0,7
g 0,3

Keterangan
Tinggi
Sedang
Rendah

Setelah diperoleh rata-rata tiap butir soal, lalu kita membandingkan data
indeks gain kelompok eksperimen dan data indeks gain kelompok kontrol
dengan bantuan software SPSS 17.0 for windows .Langkah-langkahnya sebagai
berikut:
a. Menguji normalitas data indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol
dengan uji Shapiro-Wilk dengan menggunakan program SPSS 17.0 for
windows. Taraf signifikansinya adalah 0,05. Jika probabilitas > 0,05 maka
berdistribusi normal (Santoso, 2001: 169).
b. Menguji homogenitas dua varians dengan uji levene dengan menggunakan
program SPSS 17.0 for windows. Taraf signifikasinya adalah 0,05. Jika
probabilitas > 0,05 maka siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah
homogen (Santoso, 2001:169).
c. Uji kesamaan dua rerata (Uji-t) melalui uji satu pihak dengan menggunakan
program SPSS 17.0 for windows, untuk mengetahui kelas mana yang lebih
baik. Rumusan hipotesisnya adsalah sebagai berikut :
H0
: 1 < 2
H1
: 1 2

40

Keterangan:
Ho: Peningkatan rata-rata skor indeks gain kelas ekperimen tidak lebih
baik daripada kelas kontrol.
H1: Peningkatan rata-rata skor indeks gain kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol

H0
Dengan kriteria uji,

diterima jika probabilitas > 0,05 sebaliknya jika

H0
probabilitas < 0,05 maka
3.

ditolak dan H1 diterima (Santoso, 2001: 245).

Analisis Data Skala Sikap


Analisis data skala sikap dilakukan untuk menilai respon siswa
terhadap metode Indeks Card Match dengan cara mengubah jawaban siswa
dalam angket ke dalam bilangan (kuantitatif).
Untuk menghitung rata-rata sikap siswa menurut Suherman dan
Sukjaya (1990: 237), digunakan rumus sebagai berikut:
X

WF
F

Keterangan :
X = Nilai rata-rata sikap siswa

W = Jumlah siswa yang memilih katagori


F = Nilai kategori siswa
Setelah nilai rata-rata siswa diperoleh maka, menurut Suherman dan
Sukjaya (1990: 237)
Jika nilai perhitungan skor rerata lebih dari 3 artinya respon siswa positif
dan bila nilai perhitungan skor rerata kurang dari 3 artinya respon siswa

41

negatif. Rerata skor siswa makin mendekati 5, sikap siswa semakin


positif. Sebaliknya jika mendekati 1, sikap siswa makin negatif.
Setelah dilakukan perhitungan skala sikap siswa dari sampel,
langkah selanjutnya adalah diadakan pengujian satu sampel dengan
menggunakan bantuan software SPSS 17.0 for windows . Langkah-langkahnya
sebagai berikut :
a. Menguji normalitas data skala sikap dengan uji Shapiro-Wilk dengan
menggunakan program SPSS 17.0 for windows. Taraf signifikansinya
adalah 0,05. Jika probabilitas > 0,05 maka berdistribusi normal (Santoso,
2001: 169).
b. Uji kesamaan dua rerata (Uji-t) melalui uji satu pihak dengan menggunakan
program SPSS 17.0 for windows .Rumusan hipotesis untuk skala sikap ini
adalah:
H0 : Tidak terdapat perbedaan signifikan antara sikap siswa terhadap
pelajaran matematika, terhadap pembelajaran matematika dengan
model Index Card Match, dan terhadap soal-soal komunikasi
matematika, dengan nilai netral skala sikap yaitu 3.
H1: Sikap siswa terhadap pelajaran matematika, terhadap pembelajaran
matematika dengan model Index Card Match, dan terhadap soal-soal
komunikasi matematika adalah lebih dari 3.
Atau dapat ditulis:
H0 : 0 = 3
H1 : 0 > 3
4. Analisis Data Lembar Observasi
Analisis

data

lembar

observasi

dilakukan

dengan

cara

mengidentifikasi setiap komponen atau kategori yang diobservasi untuk


selanjutnya diambil kesimpulan tentang aktivitas siswa dan aktivitas guru

42

pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil analisis data lembar observasi


dapat digunakan untuk melengkapi data hasil angket mengenai sikap siswa
terhadap matematika.

Anda mungkin juga menyukai