Anda di halaman 1dari 13

Perencanaan Geometrik Jalan

Perencanaan geometrik adalah merupakan bagian dari perencanaan jalan keseluruhan.


Ditinjau secara keseluruhan perencanaan geometrik harus dapat menjamin keselamatan maupun
kenyamanan dari pemakai jalan. Untuk dapat menghasilkan suatu rencana jalan yang baik dan
mendekati keadaan yang sebenarnya diperlukan suatu data dasar yang baik pula.
Secara geometrik, perencanaan jalan dibagi menjadi 2, yaitu perencanaan alinyemen
horisontal dan alinyemen vertikal.

1. Alinyemen Horizontal
Alinyemen Horizontal atau trase sebuah jalan adalah garis proyeksi sumbu jalan tegak
lurus pada bidang peta, yang biasa disebut tikungan atau belokan. Trase jalan biasa disebut
situasi jalan, secara umum menunjukan arah dari jalan yang bersangkutan.
Pada alinemen horiszontal bagian yang sangat kritis adalah bagian tikungan, dimana
terdapat gaya sentrifugal yang akan melempar kendaraan keluar dari daerah tikungan. Karenanya
dalam perencanaan diusahakan gaya sentrifugal yang terjadi pada tikungan harus berangsurangsur dari nol sampai maksimum kembali ke nol lagi.
Tinjauan Alinyemen Horizontal Secara Keseluruhan.
Ditinjau secara keseluruhan, penetapan alinyemen horizontal harus dapat menjamin
keselamatan maupun kenyamanan bagi pemakai jalan. Untuk mencapai tujuan ini antara lain
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Sedapatnya mungkin menghindari broken back, artinya tikungan searah yang hanya
dipisahkan oleh tangen yang pendek.

Pada bagian yang relatif lurus dan panjang, jangan sampai terdapat tikungan yang tajam
yang akan mengejutkan pengemudi.

Kalau tidak sangat terpaksa jangan sampai menggunakan radius minimum, sebab jalan
tersebut akan sulit mengikuti perkembangan-perkembangan mendatang.

Dalam hal kita terpaksa menghadapi tikungan dengan lengkung majemuk harus
diusahakan agar R1 > 1,5 R2.

Pada tikungan berbentuk S maka panjang bagian tangen diantara kedua tikungan harus
cukup untuk memberikan rounding pada ujung-ujung tepi perkerasan.

Menetapkan Kecepatan Rencana (Design Speed).


Untuk menetapkan alinyemen horizontal pada suatu rute, section ataupun segment dari
suatu jalan, perlu diketahui terlebih dahulu Topography yang akan dilalui oleh trase jalan yang
akan di design. Keadaan topograpi tersebut kemudian akan dijadikan dasar dalam menetapkan
besarnya kecepatan rencana dari jalan yang akan direncanakan, setelah kelas jalan tersebut
ditentukan.
Bentuk Tikungan dan Lengkung Peralihan.
Pada saat kendaraan memasuki tikungan, secara berangsur-angsur mendapat gaya
sentripugal dari mulai nol hingga maksimum dan selanjutnya kembali ke nol pada saat memasuki
jalan lurus kembali. Untuk mengatasi gaya sentripugal ini, terdapat beberapa cara untuk
membentuk tikungan agar gaya sentripugal tersebut dapat berkurang.
Bentuk kurva dalam alinyemen horizontal terdiri atas :
a) Bentuk tikungan Full Circle (FC).
Bentuk tikungan Full Circle yaitu yaitu lengkung yang hanya terdiri dari bagian lengkung
tanpa adanya peralihan. Yang dimaksud disini adalah hanya ada satu jari2 lingkaran pada
lengkung tersebut. Bentuk tikungan ini dugunakan pada tikungan dengan jari jari (R) besar
dan sudut tangent ( D ) relatif kecil.

Keterangan :

P1 Sta : nomor stasiun (point of intersection).


R : jari jari lengkung (m).
TC : tangen circle.
T : jarak antara TC dan P1
E : jarak P1 kelengkung peralihan (m).

V : kecepatan rencana (km/jam).


D : sudut tangen (derajat).
CT : circle tangen.
L : panjang tikungan.

Rumus yang dugunakan :


T = R . tan D
E = T . tan 1/4 D
L = D /360 . 2p . R
b) Bentuk tikungan Spiral Circle Spiral.
Bentuk tikungan Spiral Circle Spiral. yaitu, Lengkung terdiri atas bagian
lengkungan (Circle) dengan bagian peralihan (Spiral) untuk menghubungkan dengan
bagian yang lurus FC. Dua bagian lengkung di kanan-kiri FC itulah yg disebut Spiral.

Rumus yang digunakan :

Dimana :
Xs = absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik TS ke SC (jarak lurus lengkung
peralihan).
Ys = ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangen, jarak tegak lurus ke titik SC
pada lengkung.
Ls = panjang lengkung peralihan (panjang dari titik TS ke SC atau CS ke ST).
Lc = panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC ke CS).
Ts = panjang tangen dari titik P1 ke titik TS atau ke titik ST.
TS = titik dari tangen ke spiral.
SC = titik dari spiral ke lingkaran.
Es = jarak dari P1 ke busur lingkaran.
q s = sudut lengkung spiral.
Rc = jari jari lingkaran.
p = pergeseran tangen terhadap spiral.
k = abis dari p pada garis tangen spiral.
Jika diperoleh Lc<25m, maka sebaiknya tidak digunakan bentuk S-C-S, tetapi digunakan
S-S, yaitu lengkung yang terdiri dari dua lengkung peralihan.
c) Bentuk tikungan Spiral Spiral.
Bentuk tikungan Spiral Spiral yaitu lengkung yg hanya terdiri dari spiral-spiral
saja tanpa adanya circle. Ini merupakan model SCS tanpa circle. Lengkung ini biasanya
terdapat di tikungan dengan kecepatan sangat tinggi. Bentuk tikungan ini digunakan pada
tikungan yang tajam.

Rumus yang digunakan :

Untuk rumus p, k, Ts dan Es sama dengan rumus pada bentuk tikingan


Spiral Circle
Spiral.

Kemiringan Melintang.
Kemiringan melintang atau kelandaian pada penampang jalan diantara tepi perkerasan
luar dan sumbu jalan sepanjang lengkung peralihan disebut landai relatif. Persentase kelandaian
disesuaikan dengan kecepatan rencana dan jumlah lajur yang ada.

Diagram Superelevasi.
Diagram Superelevasi adalah sebagai berikut :
1. Diagram superelevasi pada tikungan type FC

2. Diagram superelevasi tikungan type S-C-S

3. Diagram superelevasi pada tikungan type SS

Pelebaran Pada Tikungan.


Pelebaran perkerasan atau jalur lalu lintas di tikungan, dilakukan untuk mempertahankan
kendaraan tetap pada lintasannya (lajurnya) sebagaimana pada bagian lurus. Hal ini terjadi
karena pada kecepatan tertentu kendaraan pada tikungan cenderung untuk keluar lajur akibat
posisi roda depan dan roda belakang yang tiddak sama, yang tergantung dari ukuran kendaraan.
Pelebaran tikungan tergantung dari jari jari tikungan (R), sudut tikungan (D), dan
kecepatan rencana ( ) r D .
Rumus untuk menghitung lebar perkerasan adalah :

Sehingga besarnya pelebaran pada tikungan adalah :

Keterangan :
B = lebar perkerasan pada tikungan (m).
n = jumlah lajur.
b = lebar lintasan truk pada tikungan (m).
Td = lebar melintang akibat tonjolan ke depan.
Z = lebar tambahan akibat kelandaian pengemudi.

c = kebebasan samping, diambil 0,8 m.


B = pelebaran ditikungan (m).
B = lebar perkerasan dibagian tangen (m).
Bila lebar B > B. Maka tikungan yang bersangkutan tidak memerlukan pelebaran
tikungan. Hal ini dapat terjadi pada tikungan dengan jari jari besar (R>1200 m) serta untuk
sudut tangen kecil ( D > 10 ).

2. Alinyemen Vertikal
Alinemen vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal terhadap
sumbu jalan atau bidang tegak melalui sumbu jalan atau gambar proyeksi tegak lurus bidang
gambar.
Profil ini menggambarkan tinggi rendahnya jalan terhadap muka tanah asli, sehingga
memberikan gambaran terhadap kemampuan kendaraan dalam keadaan naik dan bermuatan
penuh. Kendaraan yang dipakai sebagai standart adalah kendaraan truk.
Landai maksimum adalah besarnya kelandaian yang masih diijinkan untuk
memungkinkan kendaraan pada kecepatan rencana dapat melaju tanpa mengalami hambatan.

Panjang kritis landai adalah panjang maksimum landai yang masih dapat diterima tanpa
mengakibatkan gangguan pada arus lalu lintas.

1) Lengkung Vertikal Cembung.

Gambar. Lengkung vertikal cembung

Panjang L, berdasarkan jarak pandang henti (Jh) :

Panjang L, berdasarkan jarak pandang mendahului (Jd) :

Panjang untuk kenyamanan :

2) Lengkung Vertikal Cekung.

Gambar. Lengkung vertikal cekung

Panjang L, berdasarkan jarak pandang henti (Jh) :

Panjang lengkung vertikal cekung minimum yang dapat memenuhi syarat adalah :

Anda mungkin juga menyukai