Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kerang merupakan sumber protein hewani yang tergolong dalam Complete
Protein, karena kadar asam amino essensialnya yang tinggi (85% 95%) protein yang
terkandung didalam kerang jadi mudah dicerna oleh tubuh. Hal ini berarti kerang bisa
dijadikan makanan diet yang tepat untuk mereka yang membutuhkan protein tinggi seperti
binaragawan.
Dalam kehidupan sehari hari, fosfat seringkali dikenal sebagai fosfor dalam tubuh
manusia. Pentingnya peran mineral fosfor, menempati urutan kedua setelah kalsium dalam
total kandungan tubuh. Peranan fosfor adalah untuk pembentukan tulang dan gigi,
penyimpanan dan pengeluaran energi (perubahan antara ATP dengan ADP). Pada
umumnya jumlah fosfor yang dianjurkan untuk dikonsumsi sebanyak 0,7 g per orang
dewasa per hari, kira kira sama dengan kalsium. Fosfor juga sangat dibutuhkan oleh
ibu yang sedang hamil, karena bayi dalam kandungannya membutuhkan fosfor sebagai
pembentukan tulang.
Kerang dapat terkontaminasi dari lingkungan hidup dan dari lingkungan pengolahan,
dalam kerang telah ditemukan mikroorganisme patogen seperti Salmonella, Escherichia
coli, Clostridia dan virus. Oleh karena itu, saya tertarik untuk mengetahui kadar protein,
fosfor, jumlah total mikroba dan pewarnaan gram.
1.2 Tujuan Penulisan Laporan
1.2.1 Tujuan Khusus
Menentukan kadar Protein, Kadar Fosfat, Perhitungan Jumlah Total Mikroba dan
Pewarnaan Gram.
a.
b.
c.
d.

1.2.2 Tujuan Umum


Memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program studi di SMK Negeri 5
Bandung.
Mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh, sesuai hasil
praktikum yag telah dilaksanakan dalam bentuk laporan Tugas Akhir.
Memberikan uraian pertanggung jawaban kerja yang telah dilaksanakan siswa selama
praktik Tugas Akhir.
Memantapkan siswa dalam pengembangan dan penerapan pelajaran di sekolah.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1.3.1 Waktu
Kimia Anorganik
: 1 17 April 2011
Kimia Organik
: 18 Maret 14 April 2011
Mikrobiologi
: 18 25 Februari 2011

1.3.2 Tempat
1. Laboratorium Kimia SMK Negeri 5 Bandung
2. Laboratorium Mikrobiologi SMK Negeri 5 Bandung

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Kerang
Kerang merupakan salah satu biota laut yang menjadi sumber pemenuhan protein
bagi masyarakat, terutama masyarakat di pinggir pantai. Selain rasanya yang nikmat,
kerang mengandung zat zat gizi yang menyehatkan.
Hidangan yang berasal dari laut, seperti tumbuhan dan hewan laut, secara umum
dikenal dengan istilah seafood. Hewan laut tersebut dapat berasal dari hasil tangkapan,
pancingan, maupun hasil budidaya.
Kerang juga merupakan sumber protein hewani yang tergolong dalam Complete
Protein, karena kadar asam amino essensialnya yang tinggi (85% 95%) protein yang
terkandung didalam kerang jadi mudah dicerna oleh tubuh.
2.1.1 Struktur Tubuh
Jika diamati, cangkangnya terbagi dalam dua belahan yang diikat oleh ligamen
sebagai pengikat yang kuat dan elastis. Ligamen ini biasanya selalu terbuka, apabila
diganggu maka akan menutup. Jadi, membuka dan menutupnya cangkang diatur oleh
ligamen yang dibantu oleh dua macam otot, yaitu pada bagian anterior dan posterior.
Tampak garis konsentris yang sejajar, garis ini disebut sebagai garis pertumbuhan
yang menunjukkan masa pertumbuhan lamban atau tidak ada pertumbuhan. Garis ini
berselang - seling dengan pita pertumbuhan yang menunjukkan pertumbuhan cepat. Semakin
banyak garis dan pita pertumbuhan, maka makin tua umur hewan tersebut.
Bagian cangkang yang paling tua biasanya paling tebal, menonjol, letaknya pada
bagian persendiaan yang disebut umbo. Pada bagian posterior cangkang ada dua macam
celah yang disebut sifon.

2.1.2 Kandungan
Kandungan yang terdapat didalam kerang sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan biota laut lainnya, kerang merupakan salah satu sumber mineral yang dibutuhkan
oleh tubuh, seperti besi (Fe),
fosfor (P) , Flour (F), iodium (I), kalsium (Ca), Kalium (K),
seng (Zn), selenium (Se) dan lain lain.
Dengan mengkonsumsi kerang secara teratur maka secara otomatis kita mendapat
asupan
kalsium
yang
memadai,
sehingga
kita
dapat
terhidar
dari
penyakit Osteoporosis (tulang keropos).
Tabel. Kandungan zat gizi per 100 gram daging kerang
Kandungan gizi
Kadar
http://fpk.unair.ac.id
Energi (kkal)
59
Protein (g)
8,0
2.2 Protein dalam kerang
Lemak (g)
1,1
Protein merupakan suatu zat
Karbohidrat (g)
3,6
makanan yang amat penting bagi
Kalsium (mg)
133
tubuh, karena zat ini disamping
Fosfor (mg)
170
berfungsi sebagai bahan bakar
Besi (mg)
3,1
Vitamin A (SI)
300
Vitamin B1 (mg)
0,01
Air (g)
85,0

dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber
asam asam amino yang mengandung unsur unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki
oleh lemak atau karbohidrat.
Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan jaringan
baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan proses pembentukan
jaringan terjadi secara besar besaran , pada masa kehamilan proteinlah yang membentuk
jarigan janin dan pertumbuhan embrio. Protein juga mengganti jaringan tubuh yang rusak
dan yang perlu dirombak. Fungsi utama protein bagi tubuh ialah untuk membentuk
jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada.
Protein dapat juga digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energy tubuh
tidak terpenuhi oleh kerbohidrat dan lemak. Protein ikut pula mengatur berbagai proses
tubuh, baik langsung maupun tidak langsung dengan membentuk zat zat mengatur proses
dalam tubuh. Protein mengatur keseimbangan cairan dalam jaringan dan pembuluh darah,
yaitu dengan menimbulkan tekanan osmotic koloid yang dapat menarik cairan dari
jaringan kedalam pembuluh darah. Sifat amfoter protein yang dapat bereaksi dengan asam
dan basa, dapat mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh.
Protein dalam tubuh manusia, terutama dalam sel jaringan, bertindak sebagai bahan
membrane sel, dalam membentuk jaringan pengikat, misalnya kolagen dan elastil, serta
membentuk protein yang inert seperti rambut dan kuku. Kekurangan protein dalam waktu
lama dapat mengganggu berbagai proses dalam tubuh dan menurunkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit.
Protein dalam bahan makanan yang dikonsumsi manusia akan diserap oleh usus
dalam bentuk asam amino. Kadang kadang beberapa asam amino yang merupakan peptide dan
molekul molekul protein kecil dapat juga diserap melalui dinding usus, masuk ke dalam
pembuluh darah. Hal semacam inilah yang akan menimbulkan reaksi reaksi alergik
dalam tubuh yang sering kali timbul pada orang yang makan bahan makanan berprotein
seperti susu, ikan laut, udang, telur, dan sebagainya.
2.2.1 Siklus Protein
Didalam tubuh manusia terjadi suatu siklus protein, artinya protein dipecah menjadi
komponen komponen yang lebih kecil yaitu asam amino dan atau peptida. Terjadi juga
sintesis protein baru untuk mengganti yang lama. Praktis tidak ada sebuah molekul protein
pun yang disintesis untuk dipakai seumur hidup, semuanya akan dipecahkan dan diganti
dengan yang baru dengan laju yang berbeda beda tergantung jenis dan keperluanya
dalam tubuh.
Siklus protein dapat terjadi dalam sel, dalam jaringan atau dalam badan dan
melibatkan saluran pencernaan. Enzim pencernaan dalam lambung dan pankreas bila
sudah tidak berfungsi lagi setiap harinya dapat menyumbangkan sekitar 30gr protein,
ditambah lagi dengan 30gr protein dari selaput villi (bulu bulu) dalam lambung.
2.3

Kjeldahl
Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total
pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan
asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium
sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara
kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi. Metode ini telah banyak

mengalami modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara semimikro, sebab hanya memerlukan
jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang pendek.
Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan
secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogennya.
Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi 6,25, diperoleh nilai
protein dalam bahan makanan itu. Angka 6,25 berasal dari angka konversi serum albumin
yang biasanya mengandung 16% nitrogen. Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah sebagai
berikut: mula mula bahan didestruksi dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis
selenium oksiklorida atau butiran Zn.
Amonia yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator, cara Kjeldahl
pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan semimakro. Cara makro
Kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi dan besar contoh 1 - 3 g,
sedang semimikro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang dari 300
mg dari bahan yang homogen. Cara analisis tersebut akan berhasil baik dengan asumsi
nitrogen dalam bentuk ikatan N - N dan N O dalam sampel tidak terdapat dalam
jumlah yang besar. Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.
1. Tahap destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur - unsurnya. Elemen karbon, hidrogen
teroksidasi menjadi CO,
CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH 4)2SO4. Untuk
mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na 2SO4 dan HgO
(20:1). Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4. Dengan penambahan
katalisator tersebut titik didih asam sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan
lebih cepat. Selain katalisator yang telah disebutkan tadi, kadang kadang juga diberikan
Selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain
menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke valensi
rendah atau sebaliknya.
2. Tahap destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan
penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar selama destilasi tidak
terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar
maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan
ditangkap oleh asam khlorida atau asam borat 4 %, dalam jumlah yang berlebihan. Agar
kontak antara asam dan ammonia lebih baik, maka diusahakan ujung tabung destilasi
tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan
maka diberi indikator misalnya BCG + MR atau PP.
3. Tahap titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam khlorida maka sisa asam khorida yang
bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Akhir titrasi ditandai
dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30
detik bila menggunakan indikator PP.
%N = N. NaOH 14,008 100%
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam borat yang
bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam khlorida 0,1 N

dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari
biru menjadi merah muda.
%N = N.HCl 14,008 100 %
Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu
faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada persentase N
yang menyusun protein dalam suatu bahan.
2.4

Fosfor
Peranan fosfor adalah untuk pembentukan tulang dan gigi, penyimpanan dan
pengeluaran energi (perubahan antara ATP dengan ADP). DNA dan RNA terdiri dari
fosfor dalam bentuk fosfat, demikian juga membran sel yang membantu menjaga
permeabilitas sel. Pada umumnya jumlah fosfor yang dianjurkan untuk dikonsumsi
sebanyak 0,7 g per orang dewasa per hari, kira kira sama dengan kalsium.
Fosfor dapat diabsorpsi secara efisien sebagai fosfor bebas di dalam usus setelah
dihidrolisis dan dilepas dari makanan. Bayi dapat menyerap
85 - 90% fosfor yang
berasal dari Air Susu Ibu/ASI. Sebanyak 65 - 70% fosfor berasal dari susu sapi dan 50 70% fosfor berasal dari susunan makanan normal dapat diabsorpsi oleh anak dan orang
dewasa. Bila konsumsi fosfor rendah, taraf absorpsi dapat mencapai 90% dari konsumsi
fosfor.

1.

2.4.1 Fungsi Fosfor


Fosfor mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh :
Klasifikasi tulang dan gigi.
Klasifikasi tulang dan gigi diawali dengan pengendapan fosfor pada matriks tulang.
Kekurangan fosfor menyebabkan peningkatan enzim fosfatase yang diperlukan untuk
melepas fosfor dari jaringan tubuh kedalam darah, agar diperoleh perbandingan kalsium
terhadap fosfor yang sesuai untuk pertumbuhan tulang.

2.

Mengatur pengalihan energi.


Melaui proses fosforilasi, fosfor mengaktifkan berbagai enzim dan vitamin B dalam
pengalihan energi dan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Bila satu gugus fosfat
ditambahkan pada ADP (Adenin Difosfat), maka terbentuk ATP (Adenin Trifosfat) yang
menyimpan energi dalam ikatannya. Bila energi diperlukan, ATP diubah kembali menjadi
ADP. Energi yang mengikat fosfat pada ADP dilepas untuk keperluan berbagai reaksi di
dalam tubuh.

3.

Absorbsi dan transportasi zat gizi


Dalam bentuk fosfat, fosfor berperan sebagai alat angkut untuk membawa zat - zat gizi
menyeberangi membran sel atau di dalam aliran darah. Proses ini dinamakan fosforilasi
dan terjadi pada absorpsi di dalam saluran cerna, pelepasan zat gizi dari aliran darah ke
dalam cairan interseluler dan pengalihannya ke dalam sel.
Lemak yang tidak larut dalam air, diangkut di dalam darah dalam bentuk fosfolipida.
Fosfolipida adalah ikatan fosfat dengan molekul lemak, sehingga lemak menjadi lebih
larut. Glikogen yang dilepas dari simpanan hati atau otot berada di dalam darah terikat
dengan fosfor.
2.5

Spektrofotometer UV Vis

Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran


serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini,
metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri.
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan
studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada
berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum
tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu :
A = log ( Io / It )
= abc
Keterangan :
Io = Intensitas sinar datang
It = Intensitas sinar yang diteruskan
a = Absorptivitas
b = Panjang sel/kuvet
c = konsentrasi (g/l)
A = Absorban

2.
3.

2.5.1 Komponen utama dari spektrofotometer yaitu :


1. Sumber cahaya
Untuk radisi kontinue :
Untuk daerah UV dan daerah tampak :
Lampu wolfram (lampu pijar) menghasilkan spektrum kontiniu pada gelombang 320-2500 nm.
Lampu hidrogen atau deutrium (160-375 nm)
Lampu gas xenon (250-600 nm)
Untuk daerah IR
Ada tiga macam sumber sinar yang dapat digunakan :
Lampu Nerst,dibuat dari campuran zirkonium oxida (38%) Itrium oxida (38%) dan erbiumoxida
(3%)
Lampu globar dibuat dari silisium Carbida (SiC).
Lampu Nkrom terdiri dari pita nikel krom dengan panjang gelombang 0,4 20 nm

c.
1.
2.
3.
4.

Spektrum radiasi garis UV atau tampak :


Lampu uap (lampu Natrium, Lampu Raksa)
Lampu katoda cekung/lampu katoda berongga
Lampu pembawa muatan dan elektroda (elektrodeless dhischarge lamp)
Laser

a.
1.
2.
3.
b.
1.

2. Pengatur Intensitas
Berfungsi untuk mengatur intensitas sinar yang dihasilkan oleh sumber cahaya agar sinar yang
masuk tetap konstan.
3. Monokromator
Berfungsi untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai yang
dibutuhkan oleh pengukuran

Macam-macam monokromator :
a.
b.
c.
d.
e.

Prisma
kaca untuk daerah sinar tampak
kuarsa untuk daerah UV
Rock salt (kristal garam) untuk daerah IR
Kisi difraksi
Keuntungan menggunakan kisi :
1. Dispersi sinar merata
2. Dispersi lebih baik dengan ukuran pendispersi yang sama
3. Dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum
4. Kuvet
Pada pengukuran di daerah sinar tampak digunakan kuvet kaca dan daerah UV digunakan kuvet
kuarsa serta kristal garam untuk daerah IR.
5. Detektor
Fungsinya untuk merubah sinar menjadi energi listrik yang sebanding dengan besaran yang
dapat diukur.
Syarat-syarat ideal sebuah detektor :
1. Kepekan yang tinggi
2. Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
3. Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
4. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
5. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
6. Macam-macam detektor :
7. Detektor foto (Photo detector)
8. Photocell
9. Phototube
10. Hantaran foto
11. Dioda foto
12. Detektor panas
6. Penguat (amplifier)
Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar dapat dibaca
oleh indikator.
7. Indikator
Dapat berupa :
a. Recorder
b. Komputer
2.6

Mikroba
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme mikroskopik yang sebagian besar
berupa satu sel yang terlalu kecil untuk dapat dilihat menggunakan mata telanjang.
Mikroba berukuran sekitar seperseribu milimeter (1 mikrometer) atau bahkan kurang,
walaupun ada juga yang lebih besar dari 5 mikrometer. Karenanya, mikroba hanya bisa
dilihat dengan menggunakan alat bantu berupa mikroskop.

2.6.1 Klasifikasi Mikroba


Klasifikasi adalah suatu istilah yang berkaitan dan seringkali digunakan atau
dipertukarkan dengan taksonomi, taksonomi adalah ilmu mengenai klasifikasi atau
penataan sistematika organisme ke dalam kelompok atau kategori yang disebut taksa
(tunggal : takson).
Banyak kesulitan dalam mengklasifikasikan mikroorganisme misalnya dalam
klasifikasi dari bakteri, kriteria dalam klasifikasi berbeda dengan mengklasifikasikan
tumbuhan dan hewan. Klasifikasi bakteri didasarkan sebagian pada sifat sifat
morfologinya, dan sifat sifat fisiologi termasuk imunologi.
Banyak bakteri dibawah mikroskop menunjukkan bentuk morfologi yang sama,
tetapi sifat sifat fisiologi mereka berlainan sama sekali. Ada beberapa golongan bakteri
yang sama bentuknya, tetapi yang satu dapat mencerna asam amino sedangkan yang
lainnya tidak. Maka jelaslah bahwa kesukaran kita untuk menetapkan spesies berdasarkan
sifat sifat morfologi saja.
2.6.2` Pewarnaan Mikroba
Mikroorganisme yang tidak diwarnai umumnya tampak transparan (tembus pandang)
bila diamati dengan mikroskop cahaya biasa, hal ini karena sitoplasma sel mikroba
memiliki indeks bias yang hampir sama dengan indeks bias lingkungannya yang bersifat
cair dan mikroba tidak mengadsorbsi atau membiaskan cahaya. Kontras antara sel dan
latar belakangnya (medium) dapat diperjelas dengan cara mewarnai sel sel mikroba
tersebut dengan zat zat warna.
Zat warna pada umumnya dapat dibagi menjadi dua golongan yakni pewarna yang
bersifat basa atau asam. Pada zat warna basa, merupakan bagian yang berperan dalam
memberikan warna yang dinamakan kromatofor dan mempunyai muatan positif.
Sebaliknya, pada zat warna asam bagian yang memberikan zat warna menpunyai muatan
negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan
pada dinding sel, dan sitoplasma sewaktu proses pewarnaan. Muatan positif pada zat
warna basa akan berikatan dengan muatan negatif dalam sel, sehingga mikroorganisme
terlihat dengan jelas.
Zat warna asam yang bermuatan negatif umunya tidak digunakan untuk mewarnai
mikroba, tetapi biasanya digunakan untuk mewarnai latar belakang sediaan pewarna. Zat
warna yang bermuatan negatif ini, tidak dapat berikatan dengan muatan negatif yang
terdapat dalam struktur sel. Kadangkala zat warna negatif ini digunakan untuk mewarnai
bagian sel yang bermuatan positif, muatan dan daya ikat zat warna terhadap struktur sel
dapat berubah tergantung pH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan.

BAB III
METODE ANALISA
3.1

Penetapan Protein dengan Metode Kjeldahl


3.1.1
Prinsip Percobaan
Sejumlah tertentu sampel didestruksi dengan H2SO4 pekat dan katalis garam
kjeldahl, lalu didestilasi dengan penambahan NaOH Pekat. NH3 yang terbentuk

direaksikan dengan larutan HCl standar berlebih, dengan bantuan indikator metil merah
dari pink tipis menjadi pink kemerah - merahan. Kemudian kelebihan HCl dititrasi dengan
larutan NaOH standar dari pink kemerah merahan menjadi bening. Pada TE : Mek N =
Mek HCl Mek NaOH.
3.1.2
NO

Alat dan Bahan


Alat :
Nama Alat

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
NO

Botol Timbang
Labu Kjeldahl
Gelas Ukur 25 ml
Gelas Ukur 100 ml
Corong Pendek
Gelas Kimia 100 ml
Gelas Kimia 600 ml
Kondensor Liebig
Adaptor
Selang
Pipa Penghubung
Mantel Pemanas
Klem
Statif
Klem 2 jari
Nama Alat

16
17
18
19
20
21

Botol Semprot
Pipet Tetes
Buret 50 ml
Kaca Arloji
Batang Pengaduk
Neraca Analitik

Jumla
h
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
2 buah
Jumla
h
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Bahan:
Nama Bahan
H2SO4
K2SO4
CuSO4
NaOH 50 %
HCl Standar
NaOH Standar
Metil Merah 0,1 %
H2C2O4.2H2O
Na2B4O7.10H2O

Jumlah
10 ml
0,8 g
7g
25 g
100 ml
100 ml
5 ml
0.63 g
1,91 g

Spesifikasi

Spesifikasi
Pro Analist
Pro Analist
Pro Analist
Teknis
Teknis
Teknis
Pro Analist
Pro Analist
Pro Analist

Kepemilikan

Pyrex
Pyrex
Pyrex
Pyrex
Pyrex
Pyrex
Pyrex
Spesifikasi

Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.

SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
Kepemilikan

Pyrex
8 cm
Digital

Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.

SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5

Kepemilikan
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5

10

Aquadest

1,5 L

Lab. SMK Negeri 5

3.1.3

1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
3.2

Reaksi
Pada saat Destruksi :
C H O N S + H2SO4 (NH4)2SO4 + CO2 + SO2 + H2O
Pada saat Destilasi :
(NH4)2SO4 + 2NaOH NH3 + Na2SO4 + H2O
Titrasi :
NH3 + 2HCl NH4Cl + HClsisa
HClsisa + NaOH NaCl + H2O
3.1.4
Metode Analisa
Preparasi Sampel
Sampel diblender sampai hancur.
Kemudian sampel dimasukan kedalam cawan penguapan.
Masukan kedalam oven bersuhu 1050C selama satu jam.
Dinginkan, masukan kedalam lumpang.
Sampel digerus kembali sampai halus.
Prosedur penetapan
Timbang sampel + 1 gram, kemudian masukkan kedalam labu kjeldahl.
Tambahkan 10 ml H2SO4 pekat, kemudian tambahkan garam kjeldahl (CuSO4 7 gr +
K2SO4 0,8 gram), kemudian dekstruksi.
Dekstruksi dihentikan sampai larutan menjadi bening.
Dinginkan, Pindahkan kedalam labu erlenmeyer tutup asah.
Tambahkan 100 ml aquadest, kemudian tambahkan NaOH 50% sebanyak 50 ml.
Kemudian lakukan destilasi, hasil destilasi ditampung dalam 50 ml HCl 0,1 N dan
ditambahkan methyl red.
Destilasi dihentikan sampai larutan dalam penampung menjadi warna merah.
Kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai netral.
Penentuan kadar fosfat metode Spektrofotometri UV - Vis
3.2.1
Prinsip Percobaan
Berdasarkan pengukuran panjang gelombang cahaya yang diabsorbsi.
Ammonium molibdat dalam suasana asam dengan ortofosfat membentuk senyawa kompleks
molibdofosfat berwarna kuning, molibdofosfat kemudian direduksi oleh ammonium
metavanadat. Pengukuran pada panjang gelombang 465 nm.
3.2.2

Alat dan Bahan


Alat :
NO
Nama Alat
1 Batang Pengaduk
2 Botol Semprot
3 Botol Timbang
4 Buret 25 ml
5 Cawan Pijar
6 Corong Pendek

Jumlah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah

Spesifikasi
Pyrex
Pyrex
Pyrex
40 ml
-

Kepemilikan
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Bahan :
No
1
2
3
4
5

Gelas Kimia 100 ml


Gelas Kimia 400 ml
Gelas Ukur 10 ml
Gelas Ukur 25 ml
Kaca Arloji
Kaki Tiga
Kasa Asbes
Krustang
Kuvet
Pipet Ukur 5 ml
Pipet Tetes
Segitiga Porselin
Neraca Analitik
Labu Ukur 100 ml
Spektrofotometer UV-Vis

1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
6 buah
1 buah

Nama Bahan
Ammonium Molibdat
Aquadest
K2HPO4
Ammonium Metavanadat
HNO3 Pekat

Jumlah
5g
1,5 L
0,01834 g
0,2531 g
4 ml

3.2.3
Reaksi
H3PO4 + 12 (HMoO3)+
3.2.4

Pyrex
Pyrex
Pyrex
Pyrex
8 cm
Pyrex
Digital
Pyrex
-

Spesifikasi
Pro Analist
Pro Analist
Pro Analist
Pro Analist

Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.

SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5

Kepemilikan
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5

[ PMo12O40 ] + 15 H+

Metode Analisa
Pembuatan Pereaksi
1. Larutan Baku Fosfat 100 ppm.
a. Timbang 0,01834 gram K2HPO4.
b. Larutkan oleh Aquabides dalam labu ukur 100 ml hingga tanda batas dan kemudian
homogenkan
2. Larutan Ammonium Molibdat
a. Timbang 5 gram ammonium molibdat, larutkan dalam air hangat 100 ml.
b. Aduk hingga homogen, kemudian saring terlebih dahulu jika akan dipakai.
3. Larutan Ammonium Vanadat
a. Timbang 0,2531 gram ammonium metavanadat, kemudian larutkan dalam 50 ml air
panas.
b. Tambahkan 2 ml asam nitrat dan masukan larutan ke dalam labu ukur 100 ml.
c. Kemudian encerkan hingga tanda batas oleh aquadest dan homogenkan.
4. Pembuatan Kurva Standar
1. Pipet 0,5, 1, 1,5, 2, 2,5 ml larutan baku fosfat 100 ppm.
2. Kemudian masing masing dimasukan kedalam labu ukur
100 ml dan encerkan oleh
aquadest hingga setengahnya.

3. Tambahkan ke dalam labu masing masing 10 ml ammonium metavanadat dan 10 ml


ammonium molibdat.
4. Lalu encerkan hingga tanda batas dan dihomogenkan.
5. Ukur masing masing absorbansinya dengan spektrofotometer UV Vis dengan panjang
gelombang 465 nm.
6. Setelah di ukur, dibuat grafik kurvanya.
5. Penetapan sampel
1. Timbang sampel 2 gram, masukan kedalam cawan pijar kemudian arangkan dan
abukan.
2. Setelah menjadi abu, timbang sebanyak 0,06 gram. Kemudian dilarutkan dalam labu ukur
100 ml, tambahkan 10 ml ammonium molibdat dan 10 ml ammonium metavanadat
kemudian ditanda bataskan dengan akuadest.
3. Ukur absorbansi sampel dengan spektrofotometer UV Vis dengan menggunakan panjang
gelombang 465 nm.
3.3

Menghitung Jumlah Total Mikroba


3.3.1
Prinsip Percobaan
Berdasarkan perhitungan Jumlah Total Mikroba yang dilakukan pada penanaman
suspensi agar, dari sampel yang telah diencerkan terlebih dahulu dan perhitungan dilakukan
secara manual terhadap bakteri yang tumbuh di suspensi agar.
3.3.2
Alat dan bahan :
Alat :
No
Nama Alat
1 Batang Pengaduk
2 Neraca Digital
3 Gelas kimia 400 ml
4 Gelas ukur 100 ml
5 Tabung reaksi
6 Inkubator
7 Cawan petri
8 Spirtus
9 Pipet ukur 1 ml
11 Botol semprot
13 Pipet tetes

Jumlah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
7 buah
1 buah
4 buah
1 buah
4 buah
1 buah
1 buah

Spesifikasi
Digital/teknis
Pyrex
Pyrex
Pyrex
Pyrex
-

Jumlah
11 g
0,3 g
0,5 g
15 g
5g
2g

Spesifikasi
Pro Analist
Pro Analist
Pro Analist
Pro Analist
Pro Analist
Pro Analist

Kepemilikan
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5

Bahan :
No
1
2
3
4
5
6

Nama Bahan
Pepton
Beef Extrac
NaCl
Bacto agar
Laktosa
K2HPO4

Kepemilikan
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5

7
8
9
10
11
12

Eosin alpa
Methylen Blue
Sukrosa
Aquadest steril
Aluminium foil
Kapas

0,4 g
0,0065 g
5 g
100 ml
10 g
5g

Pro Analist
Pro Analist
Pro Analist
-

Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.
Lab.

SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5
SMK Negeri 5

3.3.3

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Prosedur Analisa
Jumlah Total Mikroba
Siapkan dan beri tanda tiga set cawan petri untuk setiap sampel dan identitas penguji. Beri tanda
pula cawan petri EMB dengan jenis makanan dan identitas penguji
Timbang 10 gr sampel tambahkan 90 ml larutan pepton 0,1%, homogenkan sehingga diperoleh
pengenceran 10-1
Buat pengenceran dari sampel yang akan diperiksa dari pengenceran 10 -1 sampai dengan 104
(sebelumnya masukkan 1 ml sampel, lalu kocok, begitu seterusnya), kocok hingga homogen
Khusus pada pengenceran 10-1, pipet 1 ml dan masukkan ke dalam cawan petri steril. Masukkan
juga EMB ke dalamnya, putar-putar hingga homogen.
Sediakan 3 cawan petri steril
Ambil larutan dari tabung 1,2,3 masing-masing 1 ml dengan pipet steril. Masukkan dalam cawan
petri yang sudah diberi tanda
Siapkan medium KNA cair dengan suhu 40-450C, sebanyak 3 tabung masing-masing 9 ml KNA,
lalu masukkan KNA ke dalam
cawan petri steril berisi larutan sampel. Goyangkan hingga
homogen dan biarkan sampai dingin dan mengeras dan inkubasi pada suhu 22-370C selama 2448 jam
(semua pekerjaan dilakukan dekat dengan api dari pembakar spirtus).
3.4

Pewarnaan Gram
3.4.1
Prinsip Percobaan
Berdasarkan kemampuan dinding sel, dalam mengikat berbagai zat warna.
3.4.2
No
1
2
3
No
1
2
3
4
5
6
7

Alat dan Bahan


Alat :
Nama Alat
Mikroskop
Kaca Objek
Pipet tetes
Bahan :
Nama Bahan
Sampel yang telah diisolasi
Karbol Kristal Violet
Lugol
Alkohol 96%
Safranin O
Aquadest
Kertas isap

Jumlah
1
2
1

Spesifikasi
Monokuler
-

Kepemilikan
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5

Jumlah
1
2 ml
2 ml
35 ml
2 ml
250 ml
4 x 1 cm

Spesifikasi
Teknis
Teknis
Teknis
Teknis
-

Kepemilikan
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5
Lab. SMK Negeri 5

3.4.3 Prosedur Analisa


Buatlah sediaan mikroskopik dari biakan yang akan diwarnai
Tuanglah sediaan dengan karbol kristal violet, biarkan selama 3 menit.
Buang kelebihan atau warna pada sediaan tersebut.
Tuangi larutan lugol, biarkan selama 45 60 detik.
Masukan kedalam alkohol 96% dalam beker glass, goyang goyangkan selama 1 menit.
Bilaslah dengan aquades dengan menggunakan botol semprot, keringkan dengan fiksasi
udara dan pinggir kaca objek di lap dengan kertas isap.
7. Tuangkan larutan safranin O, biarkan selama 3 menit.
8. Cuci dengan air menggunakan botol semprot dan keringkan diudara.
9. Amati sediaan dibawah mikroskop dengan menggunakan perbesaran 10 x 40.
10. Hasil Pengamatan
a. Berwarna biru
: gram positif
b. Berwarna merah
: gram negatif
1.
2.
3.
4.
5.
6.

BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1

Penetapan Protein dengan Metode Kjeldahl


Data Pengamatan :
Penentuan konsentrasi HCl
N Na2B4O7.10H2O
= 0,1 N
V Pipet
= 10 ml
V HCl
= 9,5 ml
V Na B O . N Na B O =
VHCl . NHCl
10
x
0,1
=
9,5 x N
NHCl = 0,105 N
Penentuan konsentrasi NaOH
N H2C2O4.2H2O
= 0,1001 N
V pipet
= 10 ml
V NaOH
= 12,50 ml
VH C O . NH C O
=
VNaOH . NNaOH
10 x 0,1001
=
12,50 x N
NNaOH = 0,080 N
Penetapan kadar protein
V HCl
= 50 ml
V NaOH
= 63,9 ml
mek N = (V x N) HCl - (V x N) NaOH
= (50 x 0,105 ) - (63,9 x 0,080)
= 0,138
mg N = mek N . Be N
= 0,138 x 14,0067
= 1,9329
%N
=
=
2

= 0,1873 %
% Protein

= %N x faktor
= 0,1873 x 6,25
= 1,1706 %
gram protein =
= 0,01207 gram/1,0317 gram contoh
Maka dalam 100 gram kadar protein sebesar 1,207 gram
4.2

Penetapan kadar fosfat dengan metode spektrofotometer UV Vis


Tabel absorbansi standar fosfat
Konsentrasi
Absorbansi
0,5 ppm
0,125
1 ppm
0,131
1,5 ppm
0,133
2 ppm
0,134
2,5 ppm
0,142
Sampel
Berat sampel = 2,0006 gram
V pengenceran = 100 ml
Absorbansi
= 0,373
Dik : y = 0,0058 x + 0,125
R2 = 0,8512
V pengenceran =
= 0,1 L
Maka :
Konsentrasi sampel (x)
=
= 42,7414 ppm
ppm
=
42,7414 =
mg
= 4,27417
maka mg sampel = 4,27417 mg/2,0006 gram
Maka dalam 100 gram contoh kadar fosfat sebesar 213,644 mg
4.3

Menghitung Jumlah Total Mikroba


Pengamatan hari ke-1 (Minggu, 19 Februari 2011)
No
Pengenceran
Jumlah koloni/cawan
Jumlah mikroba/ml
-2
1
10
30
0,3 x 104
-3
2
10
27
2,7 x 104
3
10-4
21
21 x 104
4
EMB
Negatif terdapat bakteri Escherichia coli
Jumlah koloni rata-rata = 0,3 x 104 + 2,7 x 104 + 21 x 104
3
4
= 8 x 10 CFU

Pengamatan hari ke-2 (Senin, 20 Februari 2011)


No
Pengenceran
Jumlah koloni/cawan
Jumlah mikroba/ml
-2
1
10
70
0,7 x 104
-3
2
10
57
5,7 x 104
3
10-4
49
49 x 104
4
EMB
Negatif terdapat bakteri Escherichia coli
Jumlah koloni rata-rata = 0,7 x 104 + 5,7 x 104 + 49 x 104
3
= 18,46 x 104 CFU
Pengamatan hari ke-3 (Selasa, 21 Februari 2011)
No Pengenceran
Jumlah koloni/cawan
Jumlah mikroba/ml
1
10-2
96
0,96 x 104
2
10-3
72
7,2 x 104
3
10-4
57
57 x 104
4
EMB
Negatif terdapat bakteri Escherichia coli
Jumlah koloni rata-rata = 0.96 x 104 + 7,2 x 104 + 57 x 104
3
= 65,16 x 104 CFU
4.4

Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram (Jumat, 25 April 2011)
Bentuk sel
Warna sel
Gram
Perbesaran

: Batang
: Biru
: positif
: 10 x 40

BAB V
PEMBAHASAN
5.1

Preparasi sampel
Sampel pertamakali di preparasi dengan cara diblender sampai hancur, agar
memudahkan pada saat proses pemanasan untuk menghilangkan kadar airnya. Kemudian
sampel digerus dengan menggunakan lumpang dan alu untuk mendapatkan tekstur yang
halus, dan mempermudah pada saat proses pelarutan untuk analisis protein dan fosfat.
5.2

Penetapan Protein dengan Metode Kjeldahl


5.2.1 Proses Dekstruksi
Penguraian sampel menjadi unsur unsur, yaitu unsur - unsur C,H,O,N,S dan P. Unsur N
dalam protein ini dipakai untuk menentukan kandungan protein dalam suatu bahan. 1,0317
gr sampel yaitu kerang remis ditambahkan katalisator (K2SO4 + CuSO4). Katalisator

berfungsi untuk mempercepat proses dekstruksi dengan menaikan titik didih asam sulfat,
sehingga berjalan lebih cepat.
Setelah ditambahkan katalisator, sampel dalam labu kjedhal di tambah dengan 10 ml
H2SO4 pekat. H2SO4 pekat bersifat oksidator kuat, dan akan mendekstruksi sampel
menjadi unsur - unsurnya. Penambahan asam sulfat di lakukan dalam lemari asam untuk
menghindari S yang berada dalam protein teruji menjadi SO2 yang sangat berbahaya.
Setelah penambahan asam sulfat larutan menjadi keruh, kemudian dipanaskan. Pemanasan
dilakukan agar reaksi berjalan lebih cepat, sampel di destruksi hingga larutan berwarna
jernih yang menandakan proses destruksi telah selesai. Selama destruksi akan terjadi reaksi
:
C H O N S + H2SO4
(NH4)2SO4 + CO2 + H2O
Larutan yang jernih menunjukan bahwa proses destruksi telah selesai. Larutan jernih yang
lebih mengandung senyawa (NH4)2SO4 , kemudian didinginkan.
5.2.2 proses destilasi
Larutan sampel yang sudah jernih dan dingin, kemudian ditambahkan 50 ml aquadest,
untuk mengencerkan dan melarutkan sampel hasil destruksi agar hasil destruksi dapat di
destilasi dengan sempurna. ketika dilarutkan dengan 100 ml aqudest, larutan berwarna
biru.
Kemudian larutan sampel didestilasi dengan destilator, tujuan destilasi adalah
memisahkan zat amonia (NH3) dengan memecah ammonium sulfat. Ammonium sulfat di
pecahkan menjadi ammonium (NH3) dengan penambahan NaOH 50 %, untuk memberikan
suasana basa karena reaksi tidak dapat berlangsung pada keadaan asam. Ketika
ditambahkan NaOH, menghasilkan panas. Panas tinggi yang ada dalam labu kjedhal juga
berasal dari reaksi antara NaOH dan (NH4)2SO4 yang merupakan reaksi yang sangat
eksoterm sehingga energinya sangat tinggi.
(NH4)2SO4 + 2NaOH
NH3 + Na2SO4 + H2O
Amonia yang dibebaskan, ditampung dalam labu erlemeyer yang berisi 50 ml HCl
standar dan indikator metil merah. Ujung pipa destilasi usahakan mencapai dasar labu
erlemeyer (tercelup ke dalam larutan HCl), agar proses destilasi berjalan sempurna. HCl
berfungsi sebagai penangkap NH3 (destilat) berupa gas yang bersifat basa. Selama proses
destilasi volume HCl akan bertambah, karena larutan HCl menangkap NH3. Reaksi yang
terjadi :
Proses destilasi berakhir bila amonia telah habis terdestilasi yang ditandai dengan
larutan yang terdapat dalam penampung menjadi pink kemerahan dan ketika api
dimatikan endapan berwarna keruh.
5.2.3 Tahap Titrasi
Hasil destilasi yang berupa NH3 yang telah bereaksi dengan HCl yang telah
distandarisasi sebelumnya, normalitas yang diperoleh dari hasil standarisasi adalah 0,105
N. Larutan HCl yang mengandung NH3 + indikator metil merah dititrasi dengan NaOH
standar hingga TA dari merah menjadi kuning. adanya NaOH menyebabkan suasana
menjadi netral. Tujuan dari titrasi ini adalah untuk mengetahui kandungan dalam bentuk
NH4, sehingga kandungan N dalam protein pada sampel dapat diketahui melalui perhitungan.
Dari hasil analisa metode kjeldahl, didapatkan kadar kadar protein dalam 100 gram
kerang remis adalah sebesar 1,207 gram. Kadar tersebut tidak masuk kedalam literatur
kerang remis, yaitu sebesar 8,0 gram/100 gram. Kemungkinan kekurangan kadar tersebut

dikarenakan pada saat proses destilasi yang kurang sempurna, Sehingga mempengaruhi
hasil yang didapatkan.
5.3

Penetapan kadar fosfat dengan metode spektrofotometer UV Vis


Fosfor dapat dianalisis sebagai fosfat menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis.
Dalam suasana asam, asam fosfat akan bereaksi dengan asam molibdat membentuk suatu
kompleks asam heterpoli, yang rumusnya kadang kadang ditulis sebagai H3[P(Mo3O10)4].
Bila dilarutkan dalam air, asam heteropoli ini akan memberikan larutan yang berwarna
kuning yang dapat digunakan sebagai dasar penetapan fosfat secara kolorimetri. Atau asam
heterpoli itu juga dapat direduksi dengan pertolongan berbagai zat pereduksi untuk yaitu
ammonium metavanadat. Dalam suasana asam, reaksi yang membentuk kompleks asam
heteropoli yang berwarna kuning berlangsung dengan cepat.
Dari hasil penetapan fosfat dengan menggunakan spektrofotometer UV Vis,
didapatkan kadar sampel kerang yaitu 4,27417 mg/2,0006 gram. Jika dalam 100 gram,
maka kadar yang didapatkan sebesar
213,644 gram/100 gram. Kemungikan
kelebihan kadar ini dikarenakan pada saat pengukuran sampel, sampel tidak disaring
terlebih dahulu. Untuk menyaring zat zat sisa sampel yang tidak larut, atau terdapat
kotoran seperti pada sisa proses pengarangan.
5.4

Menentukan Jumlah Total Mikroba dan Pewarnaan Gram pada sampel


Kerang remis
Setelah melaksanakan penetapan perhitungan jumlah total mikroba, didapatkan hasil
analisa sebagai berikut :
Jumlah
koloni/cawan
Pengenc
Jumlah
eran
Har Har Har mikroba/ml
i1
i2
i3
10-2
30
70
70
1,96 x 104
10-3
27
59
57
15,6 x 104
10-4
21
49
49
127 x 104
48,186 x
Jumlah koloni rata rata
104
Dari hasil yang didapatkan, jumlah koloni rata rata mikroba/ml masuk kedalam kategori
layak hitung. Karena masuk kedalam rentang antara
30 300 koloni. Setelah
melaksanakan penetapan JTM, kemudian analisa dilanjutkan dengan pewarnaan gram
untuk mengetahui gram positif atau negatif pada medium KNA. Setelah dilihat dibawah
mikroskop, hasil yang didapatkan yaitu gram positif, yang artinya didalam kerang
tersebut tidak terdapat bakteri patogen. Akan tetapi untuk mengkonsumsi kerang tersebut
perlu di masak terlebih dahulu, untul menghindari penyakit yang diakibatkan oleh bakteri
dalam kerang remis. Kerena belum diketahui secara pasti jenis jenis bakteri yang hidup
dalam kerang remis, sehingga perlu ditelusuri lebih jauh lagi.

BAB VI
PENUTUP
6.1

Kesimpulan

1.
2.
3.
4.

Penetapan Protein
Dari hasil analisa yang telah dilakukan, kadar protein dalam kerang remis sebesar 1,207
g/100 g.
Penetapan Fosfat
Dari hasil analisa yang telah dilakukan, kadar fosfat dalam kerang remis sebesar 213,644
mg/100 g.
Perhitungan Jumlah Total Mikroba
Dari hasil analisa yang telah dilakukan, Jumlah koloni rata rata adalah 48,186 x
104 CFU.
Pewarnaan Gram
Dari hasil analisa yang telah dilakukan, hasil pewarnaan mikroba yang didapatkan yaitu
gram positif, artinya didalam kerang tersebut tidak terdapat bakteri patogen.
6.2

Saran
Untuk penelitian lebih lanjut, sebaiknya tidak hanya menganalisis kadar protein,
fosfat, jumlah total mikroba dan pewarnaan gram saja. Masih banyak lagi yang dapat
diteliti tentang kandungan dalam kerang remis, dan sebaiknya pada saat penetapan
sampel kerang tidak hanya dianalisis dalam keadaan mentahnya saja. Tetapi dalam
keadaan yang sudah di rebus juga, Untuk mendapatkan hasil atau perbandingan kadar
dan jumlah mikroba yang diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai