Ruang Lingkup Keppres 80/2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Berdasarkan Pasal 7 (1) Keppres No. 80/2003, ruang lingkup berlakunya Keppres No. 80/2003 adalah untuk: 1. 2.
3.
pengadaan barang/jasa yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dibebankan pada
APBN/APBD; pengadaan barang/jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari pinjaman/hibah luar negeri (PHLN) yang sesuai atau tidak bertentangan dengan pedoman dan ketentuan pengadaan barang/jasa dari pemberi pinjaman/hibah bersangkutan; pengadaan barang/jasa untuk investasi di lingkungan BI, BHMN, BUMN, BUMD, yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD. Selanjutnya dalam Pasal 7 (2) Keppres No. 80/2003 diatur bahwa pengaturan pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibiayai dari dana APBN, apabila ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri/Pemimpin Lembaga/Panglima TNI/Kapolri/Dewan Gubernur BI/Pemimpin BHMN/Direksi BUMN harus tetap berpedoman serta tidak boleh bertentangan dengan ketentuan dalam Keppres No. 80/2003. Jika memperhatikan ketentuan Pasal 7 (1) dan 7 (2) Keppres No. 80/2003 tersebut di atas maka, Keppres No. 80/2003 mengatur mengenai pengadaan barang dan/atau jasa yang sumber pendanaannya baik sebagian maupun seluruhnya berasal dari APBN/APBD atau pinjaman/hibah luar negeri (PHLN). Status Hukum BUMD/Perusahaan Daerah Pasal 2 UU No. 5/1962 mengatur Perusahaan Daerah ialah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-undang ini yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan Undangundang. Selanjutnya Pasal 4 UU No. 5/1962 mengatur bahwa Perusahaan Daerah didirikan dengan Peraturan Daerah atas kuasa Undang-undang ini. Perusahaan Daerah termaksud pada ayat (1) adalah badan hukum yang kedudukannya sebagai badan hukum diperoleh dengan berlakunya Peraturan Daerah tersebut. Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut di atas Perusahaan Daerah (BUMN) merupakan badan hukum. Sebagai badan hukum, BUMD memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan pendirinya (dalam hal ini kekayaan Pemda). Dana yang dimiliki oleh BUMD berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan sebagai penyertaan modal pada BUMD yang bersangkutan. Karena kekayaan daerah tersebut telah dipisahkan dan dijadikan penyertaan modal dalam BUMD maka seharusnya dana tersebut menjadi milik dari BUMD yang bersangkutan, sedangkan pemerintah daerah memiliki saham sebagai kompensasi dari penyertaan modal yang telah dilakukannya pada BUMD yang bersangkutan. Dengan demikian maka seharusnya dana yang dimiliki oleh BUMD yang berasal dari penyertaan modal pemerintah, tidak dikatagorikan lagi sebagai dana APBD melainkan dana BUMD yang bersangkutan selaku badan hukum yang memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan pemiliknya. Oleh karena dana yang dimiliki oleh BUMD (sebagai hasil penyertaan modal pemerintah daerah) bukan lagi merupakan dana APBD, maka proses pengadaan barang dan/atau jasa oleh BUMD tersebut pada dasarnya tidak tunduk lagi kepada Keppres No. 80/2003. Namun demikian. sesuai dengan prinsip good corporate governance, kepada BUMD tetap disarankan untuk berpedoman kepada proses tender dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 kecuali BUMD tersebut memiliki prosedur pengadaan barang dan/atau jasa yang dapat menjamin pengadaan barang/jasa
yang lebih efisien dibadingkan jika proses penggadaan barang dan/atau jasa menggunakan Keppres No. 80 Tahun 2003.