PENDAHULUAN
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei
kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai
penyebab kematian bayi di Indonesia. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh
infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain
pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi
cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit
dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina
propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan
malabsorpsi. Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya
dapat mengalami invasi sistemik (Putra, 2008).
Sampai saat ini penyakit diare masih merupakan masalah masyarakat di
Indonesia. Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara
1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan
ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian
besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah umur 5 tahun (+40 juta
kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kali kejadian
diare. Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh ke dalam dehidrasi dan kalau
tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal (Suraatmaja, 2007).
Secara
umum
penanganan
diare
akut
ditujukan
untuk
mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan
asam basa, kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang
spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit
penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan
efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara
umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena
diperlukan jika terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah
yang tak terkontrol dan terganggunya masukan oral oleh karena infeksi.
Beberapa cara pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT
A. DEFINISI
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/tanpa
darah dan/atau lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara
mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat (Mansjoer, 2000). Perubahan konsistensi terjadi karena
peningkatan volume air di dalam tinja akibat ketidakseimbangan antara
absorbsi dan sekresi intestinal. Diare paling lama berlangsung kurang dari 14
hari (Soebagyo, 2008).
B. ETIOLOGI
Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu
sapi, laktose defisiensi primer dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh
virus adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk,
Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil.
Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas
hydrophyla, Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E. coli
halemortagik,
Plesiomonas
shigelloides,
Vibrio
cholerae
non-01,
V.
adalah
pengetahuan
ibu
tentang
masalah
kesehatan.
Faktor
Food
(makanan/
minuman)
Mouth/
mulut
Field
Gambar: Rute fekal-oral (Soebagyo, 2008)
D. PATOGENESIS
Virus
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel
vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili.
Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan
penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang,
menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili dapat juga
dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama laktase.
usus yang
G. PENCEGAHAN
Diare dapat dicegah dengan langkah seperti berikut (Pusponegoro et al.,
2004) :
1. Upayakan ASI tetap diberikan
2. Menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan sebelum makan
3. Meningkatkan kebersihan lingkungan seperti buang air besar di jamban
4. Memberikan imunisasi campak
5. Memberikan makanan penyapihan yang benar
6. Penyediaan ait minum yang bersih
7. Selalu memasak makanan.
H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Riwayat diare sekarang :
i. Sudah berapa lama diare berlangsung
ii. Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan
jumlah tinja
iii. Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah
tidak)
iv. Muntah (frekuensi dan jumlah)
v. Demam
vi. Buang air kecil terakhir
vii. Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun
viii. Jumlah cairan yang masuk selama diare
ix. Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat,
oralit)
x. Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya (IDAI, 2004)
xi. Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare
xii. Kontak dengan orang yang sakit
xiii. Penggunaan antibiotik (Prescilla,2006)
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda
tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut,
bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula ada
tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral dingin,
perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
a. Tanpa dehidrasi (kehilangan caiaran < 5% berat badan)
i. Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
ii. Keadaan umum baik dan sadar
iii. Tanda vital dalam batas normal (denyut jantung, kualitas nadi dan
pernapasan normal)
iv. Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
v. Turgor abdomen baik, bising usus normal
vi. Capillary refill time normal
vii. Kencing normal
viii. Akral hangat
ix. Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi
lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).
10
Dehidrasi berat
Dehidrasi ringan/sedang
lambat
cukup
tanda-tanda
untuk
Tanpa dehidrasi
ringan/sedang
(Ditjen PPM & PLP, 1999)
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaaan tinja
-
I. PENATALAKSANAAN
11
1. Atasi dehidrasi
a. Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan
sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:
i. < 1 tahun: 50-100 cc
ii. -5 tahun : 100-200 cc
iii. > 5 tahun : semaunya.
b. Dehidrasi ringan sedang
Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama
dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung
sesuai umur seperti di atas setiap kali buang air besar.
c. Dehidrasi berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat
100 cc/kgBB. Cara pemberian :
i. < 1 tahun : 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB
dalam 5 jam berikutnya.
ii. > 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam jam pertama dilanjutkan 70
cc/kgBB dalam 2 jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama
proses rehidrasi.
2. Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai
dengan hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol,
amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.
3. Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
4. Jangan mengunakan spasmolitika
5. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia,
hiperkalemia atau hipokalemia.
12
13
cara
penyiapan
dan
penyimpanan
makanan
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Armon, 2001. An evidence and consensus based guideline for acute diarrhoea
management. http://mk.armon@ntlworld.com (diakses tanggal 25 Oktober
2011)
Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak. Media
Aesculapius. Jakarta, hal : 470 471.
Ditjen PPM & PLP, 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta, hal : 8-10.
IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal : 49-52.
Irwanto, dkk. 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan.
Salemba Medika. Jakarta, hal : 73 79.
Mansjoer, A., et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius FK UI, hal : 470.
Prescilla, RP. 2006. Gastroenteritis. www.emedicinehealth.com (diakses tanggal
25 Oktober 2011)
Pusponegoro, HD., et al. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I.
Jakarta, hal : 49.
Putra, DS. 2008. Diare Akut pada Anak, Upaya Mengurangi Kejadian Komplikasi
Diare Akut. Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad / FK UNRI :
http://www.dr-rocky.com/layout-artikel-kesehatan/42-diare-akut-padaanak (diakses tanggal 25 Oktober 2011)
Soebagyo B, 2008. Diare Akut pada Anak. Surakarta: UNS Press, hal : 2.
Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional Anak
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta, hal : 58-63.
Suraatmaja, S. 2010. Diare. Dalam: Suraatmaja, S., et al. 2010. Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. Denpasar: FK Universitas Udayana, hal : 1.
WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to Health
http://www.wikipedia.com (diakses tanggal 25 Oktober 2011)
16