Rumusan Masalah
Tujuan
Mengetahui pengertian dari Asma Bronhial.
2.
3.
4.
5.
Mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada klien Asma
Bronhial
6.
7.
D. Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perawat/ mahasiswa
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit
Asma Bronhial.
BAB II
ISI
A. Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial
1. Pengertian
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun hasil pengobatan (The American
a.
b.
Asma nonalergik tidak berhubungan secara langsung dengan alergi spesifik. Factor factor
seperti common cold, infeksi saluran napas atas aktivitas, emosi atau stress, dan polusi
lingkungan akan mencetuskan serangan. Beberapa agen farmakologi, seperti antagonis adrenergi dan bahan sulfat (penyedap makanan) juga dapat menjadi factor penyebab.
Serangan dari asma idiopatik atau nonalergi menjadi lebih berat dan sering kali dengan
berjalannya waktu dapat berkembang menjadi bronchitis dan empisema. Pada beberapa kasus
dapat berkembang menjadi asma campuran. Bentuk asma ini biasanya dimulai ketika dewasa
c.
(>35 tahun).
Asma campuran (mixed asma)
Asma campuran merupakan bentuk asma yang paling sering. Dikarakteristikan dengan
bentuk kedua jenis asma alergi dan nonalergi.
2. Etiologi
Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang menonjol pada
semua penderita asma adalah fenomena hipereaktifitas bronkus. Bronkus penderita asma
sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun nonimunologi oleh karena sifat inilah,
maka serangan asma mudah terjadi ketika rangsangan baik fisik, metabolic, kimia, allergen,
infeksi, dan sebagainya. Penderita asma perlu mengetahui dan sedapat meungkin
menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat menimbulkan asma. Faktor-faktor tersebut
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh limfosit T dan B
serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE yang berikatan dengan sel
mast. Sebagian besar alergen yang mencetuskan asma bersifat airborne dan agar dapat
menginduksi keadaan sensitifitas, allergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk
periode waktu tertentu. Akan tetapi, sekali sensitifisasi telah terjadi, klien akan
memperlihatkan respons yang sangat baik, sehingga sejumlah kecil allergen yang
mengganggu sudah dapat menghasilkan eksaserbasi penyakit yang jelas.
Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut asma adalah aspirin,
bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta-adrenergi, dan bahan sulfat. Sindrom
pernapasan sensitif-aspirin khususnya terjadi pada orang dewasa, walaupun kedaan ini juga
dapat dilihat pada masa kanak kanak. Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis vasomotor
perennial yang diikuti oleh rhinosinusitis hiperplastik dengan polip nasal baru kemudian
muncul asma progresif. Klien yang sensitive terhadap aspirin dapat didesentisasi dengan
pemberiaan obat setiap hari. Setelah menjalani bentuk terapi ini , toleransi silang juga akan
terbentuk terhadap agen anti inflamasi nonsteroid lain. Mekanisme yang menyebabkan
brokospasma karena penggunaan aspirin dan obat lain tidak diketahui, tetapi mungkin
berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang diinduksi secara khusus oleh aspirin.
Antagonis beta-adrenergi biasanya menyebabkan obstruksi jalan napas pada klien asma, sama
halnya dengan klien lain dapat menyebabkan peningkatan reaktifias jalan napas dan hal
tersebut harus dihindarkan. Obat sulfat seperti kalium mtabisulfit, kalium dan natrium
bisulfit, natrium sulfit dan sulfat klorida yang secara luas digunakan oleh industry makanan
dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet dapat menimbulkan obstruksi jalan napas
akut pada klien yang sensitive. Pajanan biasanya terjadi setelah menelan makanan atau caira
yang mengandung senyawa ini, seperti salad, buah segar, kentang, kerang dan anggur.
Pencetus-pencetus serangan diatas ditambah dengan pencetus lainnya dari internal klien akan
mengakibatkan timbulnya reaksi antigen dan antibodi. Reaksi antigen-antibodi ini akan
mengeluarkan substansi pereda alergi yang sebetulnya merupakan mekanisme tubuh dalam
menghadai serangan. Zat yang dikeluarkan dapat berupa histamine, bradikinin, dan
anafilatoksin. Hasil dari reaksi tersebut adalah timbulnya 3 gejala, yaitu berkontraksinya otot
polos, peningkatan permeabilitas kapiler, dan peningkatan secret mucus, seperti terlihat pada
skema berikut ini :
Pencetus Serangan
(Alergen, emosi/ stress, obat-obatandan
infeksi)
Kontraksiotot polos
Edemamukosa
hipersekresi
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol golongan
adrenergik peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukan diagnosa asma.
b. Tes Provokasi Bronkhus
Tes ini dilakukan pada spirometer internal. Penurunan FEV sebesar 20% atau lebih setelah tes
provokasi dan denyut jantung 80-90% dari maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan
penurunan PEFR 10% atau lebih.
c. Pemeriksaan Kulit
Untuk menunjukan adanya antibodi lgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
Pemeriksaan Laboratorium
1.
Analisa Gas Darah (AGD/Astrup) Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena
2.
3.
beberapa antibiotik.
Sel eosinofil Sel eosinofil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai 10001500/mm3 baik asma intrinsik ataupun ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil
menunjukkan pengobatan telah tepat. 4. pemeriksaan darah rutin dan kimia Jumlah sel
leukosit yang lebih dari 15.000/mm3 terjadi karena adanya infeksi. SGOT dan SGPT
meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.
Pemeriksaan Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi pada klien dengan asma bronkhial biasanya normal, tetapi
prosedur ini harus tetap dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi
di paru atau komplikasi asma seperti pneumothoraks, pneumomediastinum, atelektasis, dan
lain-lain.
6. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan Nonfarmakologi
b.
Saatnya serangan
c.
d.
e.
f.
g.
klien ini adalah tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor rekam medis, asuransi
kesehatan,dan diagnosis medis. Keluhan utama meliputi sesak napas, bernapas terasa berat
pada dada, dan adanya keluhan sulit untuk bernapas.
b. Riwayat Penyakit Saat Ini
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama dengan keluhan sesak
napas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain seperti
wheezing,penggunaan ototbantu pernapasan, kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis,dan
perubahan tekanan darah. Seragam asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga
stadium. Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi
karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan
pembengkakan bronkhus. Stadium kedua ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih
dan berbusa. Klien merasa sesak napas, berusahaa untuk bernapas dalam, ekspirasi
memanjang diikuti bunyi mengi (wheezing). Klien lebih suka duduk dengan tangan
diletakkan pada pinggir tempat tidur, tampak pucat, gelisah,dan warna kulit mulai membiru.
Stadium tiga ditandai dengan hampir tidak terdengarnya suara napas karena aliran udara
kecil, tidak ada batuk, pernapasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama pernapasan
meningkat karena asfiksia. Perawat perlu mengkaji obat-obatan yang biasa diminum klien
c.
dan memeriksa kembali setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi saluran
pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung. Riwayat serangan
asma, frekuensi, waktu, dan alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan, serta
riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asma.
e.
Pengkajian Psiko-sosio-kultural
Kecemasan dan koping yang tidak efektid sering didapatkan pada klien dengan asma
bronkhial. Status ekonomi berdampak pada asuransi kesehatan dan perubahan mekanisme
peran dalam keluarga Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi
serangan asma baik gangguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar, sampai
lingkungan kerja. Seorang dengan beban hidyp yang berat lebih berpotensial mengalami
serangan asma. Berada dalam keadaan yatim piatu, mengalamai ketidakharmonisan
hubungan dengan orang lain. Sampai mengalami ketakutan tidak dapat menjalankan peranan
seperti semula.
f. Pola resepsi Dan tata laksana hidup sehat
Gejala asma dapat membatasi manusia untuk berprilaku hidup normal sehingga klien dengan
asma harus mengubah gays hidupnya sesuai kondisi yang tidak akan menimmbulkan
serangan asma.
g. Pola hubungan dan peran
Gejala asma sangat membatasi klien untuk menjalani kehidupannya secara normal. Klien
perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien, baik di lingkungan rumah
tangga,masyarakat, ataupun lingkungan kerja sercara perubahan peran yang terjadi seteleah
klien mengalami serangan asma.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap penyakitnya. Persepsi yang salah dapat
menghambat respons kooperatif pada diri klien. Cara memandang diri yang slaah juga akan
menjadi stresor dalam kehidupan klien. Semakin banyak stresor yang ada pada kehidupan
i.
j.
B2 (Blood)
Perawat perkmu memonitor dampak asma pada status kardiovaskular meliputi keadaan
hemodinamik seperti nadi, tekanan darah, dan CRT.
c.
B3 (Brain)
Pada saat inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Disamping itu, diperlukan pemeriksaan
GCS, untuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah compos mentis, somnolen, atau
koma.
d.
B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan intake cairan. Oleh
karena itu, perawat perlu memonitor ada tidaknya oliguria, karena hal tersebut merupakan
tanda awal dari syok.
e.
B5 (Bowel)
Perlu juga dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, dan tanda-tanda infeksi, mengingat hal-hal
tersebut juga dapat merangsang serangan asma. Pengkajian tentang status nutrisi klien
meliputi jumlah, frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Pada
klien dengan sesak napas, sangat potensial terjadi kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi,
hal ini karena terjadi dipnea saat makan, laju metabolism, serta kecemasan yang dialami
klien.
f.
B6 (Bone)
Dikaji adanya edema ekstremitas, tremor, dan tanda-tanda infeksi pada ekstremitas karena
dapat merangsang serangan asma. pada integumen perlu dikaji adanya permukaan yang kasar,
kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan,
pruritus, eksim, dan adanya bekas atau tanda utrikaria atau dermatitis. pada rambut, dikaji
warna rambut, kelembapan, dan kusam. Perlu dikaji pula tentang bagaimana tidur dan
istirahat klien yang meliputi berapa lama klien tidur dan istirahat, serta berapa besar akibat
kelelahan yang dialami klien. Adanya wheezing, sesak, dan ortopnea dapat mempengaruhi
pola tidur dan istirahat klien. Perlu dikaji pula tentang aktivitas keseharian klien seperti
olahraga, bekerja, dan aktivitas lainnya. Aktivitas fisik juga dapat menjadi faktor pencetus
asma yang disebut dengan exercise induced asma.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan adanya bronkhonstriksi,
b.
bronkhospasme, edema mukosa dan dinding bronkus, serta sekresi mukus yang kental.
Resiko tinggi ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan peningkatan kerja
c.
d.
e.
f.
g.
3. Rencana intervensi
1.
Ketidakefektifan
bersihan
jalan nafas
yang
berhubungan dengan
Rasional
dan Karakteristik sputum dapat menunjukan
jumlah sputum
Atur posisi semifowler
Ajarkan cara batuk efektif
pengeluaran
sekret
Pertahankan
keluarkan
cairan Hidrasi
yang
intake
adekuat
membantu
golongan
terbutalin
pelengketan
sekret
paru
untuk
memudahkan pembersihan.
Agen ekspektoran akan memudahkan
Kortikosteroid
2.
upaya,
termasuk Kedaaman
pernafasan
bervariasi
Tinggikan
menyertai
obstruksi
jalan
nafas/gagal nafas.
kepala dan bantu Duduk tinggi memungkinkan ekspansi
mengubah posisi.
paru dan memudahkan pernafasan.
Bantu klien dalam nafas dalam Dapat meningkatkan sputum dimana
dan latihan batuk, pengisapan gangguan
ventilasi
dan
ditambah
bernafas
dan
tambahan
menurunkan kerja nafas
Berikan humidifikasi tambahan : Memberikan kelembaban pada membrane
nebulizer
mikosa
dan
membantu
pengenceran
aksesori,
nafas
bibir,
ketidakmampuan berbicara
Tinggikan kepala tempat tidur, Pengiriman
oksigen
dapat
diperbaiki
yang
mudah
untuk
bernafas
Auskultasi bunyi nafas, catat Bunyi
nafas
mngkin
redup
karena
area penurunan aliran udara atau penurunan aliran udara. Adaanya mengi
bunyi tambahan
Berikan
oksigen
sesuai indikasi
4.
Hasil Kriteria :
Menunjukan pemahaman kebutuhan diet individu
Menunjukan peningkatan berat badan sesuai tujuan dalam nilai laboratorium
normal
Rencana Intervensi
Catat status nutrisi klien pada Berguna
Rasional
dalam
mendefinisikan
badan
dan
masalah
dan
pilihan
dalam
duisukai/tak disukai
khusus.
kebutuhan
mengidentifikasi
Pertimbangkan
diet
dengan
nutrisi
adekuat
untuk
keletihan.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi diharapkan aktifitas klien terpenuhi
Hasil Kriteria : Frekuensi nafas 16-20x/menit, frekuensi nadi 60-80x/menit
Rencana Intervensi
Rasional
Kaji kemampuan klien dalam Menjadi data dasar dalam melakukan
melakukan aktifitas
Atur cara beraktifitas
intervensi selanjutnya
klien Untuk memulihkan kondisi klien dalam
sesuai kemampuan
Ajarkan latihan otot pernafasan
beraktifitas
Setelah klien mempelajari pernafasan
digfragmatik, suatu program pelatihan
otot-otot yang digunakan dalam bernafas.
Program ini mengharuskan klien bernafas
terhdap suatu tahanan selama 10-15 menit
setiap hari
6.
tanpa
penggunaan
focus
teknik
pernafasan,
untuk
imajinasi.
Berikan aktifitas olahraga, waktu senggang Untuk meningkatkan kualitas hidup
dalam kemampuan individu,
7. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat mengenai
proses penyakit dan pengobatan.
Tujuan : setelah dilakukan intervensi diharapkan klien mampu memahami isi materi pembelajaran
Hasil Kriteria :
Menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program pengobatan.
Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alas an tindakan tersebut.
Berpartisipasi dalam proses belajar.
Melakukan perubahan pola hidup.
Rencana Intervensi
Rasional
Tentukan kemampuan dan keinginan untuk Kondisi fisik dapat mencegah klien terlibat
belajar
pulang.
Diskusikan kondisi khusus yang memerlukan Memberikan pengetahuan dasar untuk klien
dukungan ventilasi, tujuan pengobatan untuk dan orang terdekat membuat keputusan
jangka waktu pendek atau panjang
berdasarkan informasi.
Identifikasi gejala yang harus dilaporkan Dapat
menunjukan
kemajuan
atau
keperawat, contoh sulit bernafas, kehilangan pengaktifan ulang penyakit, atau efek obat
pendengaran, vertigo
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun hasil pengobatan. Tipe-tipe Asma
diantaranya Asma alergik atau ekstrinsik, Ideopatik atau nonalergik asma / intrinsic, dan
Mixed Asma atau Asma Campuran.
Penyebab asma yaitu seperti debu rumah, spora jamur, rerumputan., asap, bau bauan,
Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus, perubahan cuaca yang ekstrem,
a.
b.
bronkhospasme, edema mukosa dan dinding bronkus, serta sekresi mukus yang kental.
Resiko tinggi ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan peningkatan kerja
c.
d.
e.
f.
g.
Daftar Pustaka
Doenges, Marilynn E dkk..1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Dalam Monica Ester (Ed.). Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta :
Salemba Medika
Somantri, Irman. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Arsip Blog
2014 (8)
o Januari (8)
makalah askep asma bronchial
sejarah keperawatan jiwa di indonesia
Stikep PPNI Jabar
ASUHANKEPERAWATAN DENGAN OTITIS
MEDIA.PengertianOt...
ASUHANKEPERAWATAN DENGAN OTITIS
MEDIA.PengertianOt...
askep aneurisma
askep aneurisma
BABIPENDAHULUANLatar belakangAneurisma adalahp...
2013 (3)
2012 (1)
Mengenai Saya
megga marlina
baik hati, tidak rajin menabung, tidak sombong, sedikit gurung gusuh :D
Lihat profil lengkapku
Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.