DM Bahan
DM Bahan
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduaduanya ( Sudoyo, dkk, 2007: hal. 1857 ).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia ( Suzanne, 2002: hal. 1220 ).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat ( Price, 2006:
hal.1260 ).
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia yang ditandaia oleh ketiadaan absolute
insulin insensivitas sel terhadap insulin ( Corwin, 2001: hal. 542 ).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa diabetes mellitus adalah
kelainan heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah karena
menurunnya produksi insulin akibat dari kerusakan sel prankreas.
Klasifikasi diabetes mellitus menurut Corwin ( 2001: hal. 543 ) :
1. Diabetes mellitus Tipe I
Diabetes tipe ini adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan absolut insulin.
Penyakit ini disebut insulin dependent diabetes mellitus (IDDM). Pengidap penyakit
ini harus mendapat insulin pengganti. Diabetes mellitus tipe I biasanya dijumpai pada
orang yang tidak gemuk, dan berusia kurang dari 30 tahun
2. Diabetes mellitus Tipe II
Diabetes mellitus tipe II adalah penyakit hiperglikemia akibat insensitivitas sel terhadap
insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal, karena
insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka sering disebut sebagai non insulin
dependent diabetes mellitus (NIDDM). Diabetes mellitus tipe II biasanya timbul pada orang
yang berusia lebuh dari 30 tahun.
B. Etiologi
Etiologi diabetes menurut Smeltzer ( 2002: hal. 1224 ) :
2. Diabetes tipe I
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel
pulau langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta.
3. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam
proses
terjadinya
resistensi
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun).
b. Obesitas.
c. Riwayat keluarga.
C. Patofiologi
1. Proses Perjalanan Penyakit menurut Smeltzer ( 2002: hal. 1223 )
a. Diabetes Mellitus Tipe I
insulin.
Jika konsentrasi glukosa dalam darah tinggi, ginjal tidak mampu menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
( glukosuria ). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin, eksresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmosis. Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit
yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih ( poliuria ),
dan rasa haus ( polidipsia ).
disertai penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
2. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik diabetes mellitus menurut Corwin ( 2001: hal. 546 ) :
a. Poliuria ( peningkatan pengeluaran urin ).
b. Polidipsia ( peningkatan rasa haus ) akibat volume urine yang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
c. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
d. Polifagia ( peningkatan rasa lapar ) akibat keadaan pascaabsorbsi yang kronik,
katabolisme protein dan lemak, dan kelaparan relatif sel-sel.
e. Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mukus.
3. Komplikasi
a. Komplikasi Akut menurut Smeltzer ( 2002: hal. 1256 ) :
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kadar glukosa serum rendah secara abnormal yang terjadi
jika kadar glukosa darah turun dibawah 50-60 mg/dl. Keadaan ini terjadi akibat
pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit, atau karena aktivitas fisik berat.
2) Ketoasidosis Diabetik
Diabetik ketoasidosis terjadi akibat tidak adanya insulin, atau tidak cukupnya
insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. Ada tiga gambaran klinis dari ketoasidosis
diabetik yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan asidosis.
3) Koma Hiperosmolar Hiperglikemik non ketotik (HHNK)
Koma Hiperosmolar Hiperglikemik non ketotik merupakan sindrom yang
ditandai dengan hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi berat, dan
kesadaran menurun.
b. Komplikasi Kronik
1) Penyakit Makrovaskular menurut Smeltzer ( 2002: hal. 1267 ) :
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar sering terjadi pada
diabetes. Penyakit makrovascular dapat terjadi, tergantung pada lokasi lesi
aterosklerotik.
a) Penyakit Arteri koroner
Perubahan ateroskerotik dalam pembuluh arteri koroner menyebabkan
peningkatan insiden infark miokard pada penderita diabetes.
b) Penyakit Serebrovascular
Perubahan
aterosklerotik
dalam
pembuluh
darah
serebral
atau
D.
Penatalaksanaan Medis
Tujuan dari penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa
darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronis.
a. Perencanaan Makan atau diet menurut Sudoyo, dkk ( 2007: hal. 1864 ) :
Perencanaan diet ini pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang
didasarkan pada status gizi dan melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan
individual. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk menurunkan berat badan,
menurunkan kadar glukosa darah,
Kalori
Lemak
Protein
Karbohidrat
1100
30
50
160
II
1300
35
55
195
II
1500
40
60
225
IV
1700
45
65
260
1900
50
70
300
VI
2100
55
80
325
VII
2300
65
85
350
VIII
2500
65
90
390
Agens
Awitan
Kerja
Shortacting
Pun
Durasi
Indikasi
4-6 jam
Biasanya
cak
Reguler
(R)
-1
2-3 jam
diberikan
jam
menit
20-30
sebelum
makan
Intermedia
4-12
16-20
Biasanya
te-acting
protamin
jam
jam
diberikan setelah
hagedron)
Long-acting Lante (L)
Ultralante
(UL)
makan
6-8 jam
12-16
20-30
Digunakan
jam
jam
terutama
untuk
mengendalikan
kadar
glukosa
darah puasa
E.
Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi aspek bio, psiko,
sosio, dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari pengkajian adalah mendapatkan
informasi data tentang klien, data tersebut berasal dari klien (data primer), dari keluarga
(sekunder) dan dari catatan keperawatan melalui wawancara, observasi langsung dan
melihat catatan medis, adapun yang di perlukan dengan diabetes melitus tipe II.
1. Data dasar
a. Data identitas diri digunakan untuk memudahkan mengenal dan membandingkan
antara klien yang satu dengan yang lainnya. Identitas klien meliputi nama, jenis
kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang
digunakan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk Rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Riwayat penyakit sekarang meliputi perjalanan penyakitnya, gejala awal yang
dirasakan klien, keluhan timbul secara bertahap atau mendadak, factor pencetus,
upaya yang di lakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
c. Riwayat penyakit terdahulu meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit
sekarang, riwayat kecelakaan, riwayat dirawat di rumah sakit
dan riwayat
penggunaan obat.
d. Riwayat kesehatan keluarga yang meliputi keluarga yang mempunyai penyakit
keturunan diabetes melitus.
e. Riwayat psikososial meliputi mekanisme koping yang di gunakan klien untuk
mengatasi masalah masalah dan mengatasi bagaimana motivasi kesembuhan dan
cara klien menerima keadaannya.
f.
Pola kebiasaan sehari-hari meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola personal
hygiene, pola istirahat dan tidur, pola aktivitas dan latihan, kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan.
2. Pengkajian fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan yaitu mulai dari ujung rambut sampai ujung
kaki dengan menggunakan tehnik yaitu : inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi,
adapun hasil pengkajian fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki pada klien diabetes
melitus yaitu sebagai berikut
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : lemah, letih, lesu, sulit bergerak / berjalan kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat atau tidur.
Tanda : takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktvitas, letagi
atau disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat hipertensi, infrak miokard akut, kebas, dan kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : takikardia, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang
menurun atau tidak ada, distrima, krekels, distensi vena jugularis, gagal
jantung koroner ( GJK), kulit panas, kering, kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas
Gejala : stress, tergantung orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi.
Tanda : ansietas, peka rangsangan.
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri atau terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), nyeri tekan abdomen.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat berkembang menjadi oliguria
atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare).
e.
f.
Neurosensori
Gejala : pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,
gangguan penglihatan.
Tanda : disorientasi, mengantuk, letargi, stupor atau koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, kesadaran menurun
(koma), kejang.
g. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : abdomen yang terganggu atau nyeri (sedang atau berat).
Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
h. Pernafasan
Gejala : batuk dengan atau tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau
tidak).
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, takipnea, pernafasan ronkhi.
i. Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan umum
atau rentang gerak, parestesia atau paralisis otot termasuk otot-otot
pernafasan (jika kadar kalium menurun).
j. Seksualitas
Gejala : pruritus pada vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita.
3. Tes diagnostik
Tes diagnostik untuk diabetes mellitus menurut Subianto ( 2009 ) :
a. Gula darah sewaktu (GDS), gula darah puasa (GDP), dan gula darah 2 jam setelah makan
(GDPP), dan kurve harian, yaitu pemeriksaan terhadap kadar gula dalam darah dengan
hasil bisa normal, rendah (hipoglikemia) atau tinggi (hiperglikemia).
b. Toleransi glukosa (TTG) memanjang lebih besar dari 200 mg/dl. biasanya tes ini
dianjurkan untuk pasien yang menunjukan kadar glukosa darah meningkat di bawah
kondisi stress.
c. Essay hemoglobin glikolisat : kadarnya meningkat 2 4 kali lipat dari normal.
d. Urinalisi positif terhadap glukosa dan keton. Pada respon terhadap definisi intraseluler
protein dan lemak diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis) untuk energi, selama
pengubahan ini asam lemak bebas di pecah kadar lipid dan kolesterol meningkat menjadi
badan keton oleh hepar. Ketosis terjadi ditujukan dari ketonuria. glukosa menunjukan
bahwa ambang ginjal terhadap reabsorsi glukosa dicapai. ketonuria menandakan
ketoasidosis.
e. Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya kurang dari 330 mOsm/ I.
f. Elektrolit
1) Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun.
2) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
3) Fosfor : lebih sering menurun.
g. Gas darah arteri : biasanya menunjukan PH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis
metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah : hematokrit (Ht) mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi merupakan respons terhadap stress atau infeksi.
i. Ureum atau kretinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi atau penurunan fungsi
ginjal).
j. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis akut
sebagai penyebab dari ketoasidosis diabetik.
k. Insulin darah : mungkin menurun atau bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal
sampai tinggi (pada tipe II).
l. Urine : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
m.Kultur dan sensitivitas : kemungkinannya adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernapasan dan infeksi pada luka.
F.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan berfokus pada kebutuhan keperawatan dari klien dan mencerminkan
tingkat kesehatan respon terhadap penyakit, proses patologis, status emosional, fenomena
sosio kultural. Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang di kumpulkan
diidentifikasi untuk menentukan masalah melalui analisa data, pengelompokan data dan
menentukan diagnosa keperawatan. Menurut Marylin E. Doengoes ( 2000: hal. 726 ) diagnosa
keperawatan pada klien dengan diabetes melitus adalah sebagai berikut :
1.
2.
G. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah kategori dari prilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada
klien dan hasil yang di perkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk
mencapai tujuan tersebut. selama perencanaan dibuat prioritas, selain berkolaborasi dengan
klien dan keluarganya, perawat berkonsul dengan anggota tim keperawatan kesehatan
lainnya, adapun perencanaan untuk diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
hidrasi adekuat.
Kriteria Hasil : tanda-tanda vital stabil; TD: 120/80 mmhg, nadi: 60-100 x/mnt, suhu: 36,5
37,5 0 C, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit baik, pengisian kapiler < 3 detik,
pengeluaran urin tepat, kadar elektrolit dalam batas normal ; Na : 135 -147 Meq/L, K :
3,5-5,5 Meq/L, Cl : 95-108 Meq/L, mukosa mulut dan kulit lembab, rasa haus tidak
berlebih.
Rencana Tindakan :
Mandiri :
a. Dapatkan riwayat dari pasien sehubungan dengan lamanya atau intensitas dari gejala
seperti muntah, pengeluaran urin yang sangat berlebih.
Rasional : Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total.
b. Monitor TTV
Rasional : hipovolemia dapat dimanefestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
c. Kaji riwayat adanya pengeluaran keringat yang berlebihan dan output urin yang
berlebihan (poliuria).
Rasional : menentukan data dasar dari keseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Rasional : merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang
adekuat.
e. Observasi suhu, warna kulit atau kelembabannya.
Rasional : demam, menggigil, dan diaforesis merupakan umum terjadi pada proses
infeksi, demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari
dehidrasi.
f. Pantau masukan dan pengeluaran cairan.
Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti fungsi ginjal dan
keefektifan dari terapi yang diberikan.
g. Ukur berat badan setiap hari.
Rasional : memberikan hasil pengkajian yang terbaik dan status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
h. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari.
Rasional : mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi.
i. Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi
lambung.
Rasional : kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung yang sering
kali akan menimbulkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
j. Kaji adanya status mental/sensori
Rasioanal : perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa yang tinggi atau
rendah, elektrolit yang abnormal, asidosis, penurunan perfusi serebral dan
berkembangnya hipoksia.
Kolaborasi :
k. Berikan terapi cairan (normal salin ) sesuai indikasi.
Rasional : tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajad kekurangan cairan.
l. Pantau pemeriksaan hasil laboratorium seperti;
Hematokrit, BUN/Kreatinin,
Kolaborasi :
g. Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan finger stick.
Rasional : lebih akurat dibandingkan dengan pemantauan gula darah dalam urin.
h. Pantau pemeriksaan laboratorium seperti glukosa darah, aseton, pH, dan HCO3.
Rasional : gula darah akan menurun dengan penggantian cairan dan terapi insulin
kontrol. Dengan pemberian insulin dosis optimal, glukosa kemudian dapat masuk ke
dalam sel dan digunakan untuk sumber kalori, aseton akan menurun dan asidosis
dapat dikoreksi.
i.
j.
Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi untuk pemenuhan diet sesuai terapi.
Rasional : bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien.
Kolaborasi :
g. Pantau hasil laboratorium seperti: glukosa darah, osmolalitas darah, Hb, Ht, Ureum
kreatinin.
Rasional : ketidakseimbangan nilai laboratorium ini dapat menurunkan fungsi mental.
2. Kelemahan berhubungan dengan penurunan energi metabolik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mengungkapkan
peningkatan tingkat energi.
Kriteria Hasil : menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan, klien tidak menunjukkan kelelahan.
Rencana Tindakan :
Mandiri:
a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas, buat jadwal perencanaan
dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
Rasional : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktivitas meskipun pasien sangat lemah.
b. Berikan aktivitas dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional : mencegah kelelahan yang berlebih.
c. Pantau nadi, pernafasan, dan TD sebelum melakukan aktivitas.
Rasional : mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
d. Diskusikan cara menghemat energi.
Rasional : pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan.
H. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan
keadaan klien untuk membantu mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan
yang telah disusun. Dalam memberikan asuhan keperawatan harus menggunakan teknik
komunikasi terapeutik serta penjelasan setiap kali melakukan tindakan kepada klien.
Dalam melakukan tindakan khusunya pada klien dengan diabetes mellitus yang harus
diperhatikan adalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan melakukan
pemberian diet 1700 kalori, meningkatkan masukan cairan, perawatan luka dengan cara
ganti balutan dengan teknik steril, sera pendidikan kesehatan meliputi perawatan
dirumah.
I. Evaluasi Keperawatan
Proses evaluasi mencakup perbandingan antara data yang telah terkumpul dengan kriteria
hasil, memeriksa ulang rencana asuhan keperawatan dan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan. Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, dimana penulis
menilai sejauh mana tujuan keperawatan tercapai yang didokumentasikan menggunakan
format SOAP yaitu Subjektif, Objektif, Analisa, dan Planning.
Pada evaluasi akhir akan terlihat apakah tujuan tercapai atau tidak. Sesuai dengan rencana
atau timbul masalah baru. Jika tujuan belum tercapai, maka perawat perlu melanjutkan
rencana tindakan keperawatan atau memodifikasinya. Tetapi bila tujuan telah tercapai,
maka
perawat
menghentikan
mendokumentasikannya.
rencana
asuhan
keperawatan
tersebut
dan