Anda di halaman 1dari 2

PENTINGNYA SEKTOR PERTANIAN DI JANGKA

MENENGAH
Penilaian pengunjung:
/4
Beri penilaian

Jelek
Bagus sekali
Ditulis oleh Sadli
Senin, 24 Mei 2004
Di masa politik menjelang pemilihan presiden yang sangat sensitip ini maka sektor
pertanian masuk agenda kampanye banyak capres. Ini mudah dimengerti karena Indonesia
masih punya citra sebagai negara pertanian sehingga para petani dilihat sebagai massa
pemilih yang penting. Maka proteksi kepada para petani demikian menjadi isu yang
populer. Tetapi, patutlah kita cermati isi dari isyu ini dan jangan hanya lihat kepada
kulitnya. Pertama, apakah benar Indonesia (masih) negara pertanian? Jawabnya tidak
tegas antara Ya dan Tidak. Tidak (lagi) karena kontribusi sektor pertanian pada
pembentukan PDB sudah dikalahkan oleh sektor industri dan sektor jasa. Hanya mesin
pertumbuhan sektor industri ini sejak krisis tidak bekerja kuat lagi. Sebelum krisis pola
pertumbuhan normal adalah laju pertumbuhan sektor industri sekitar 10% setahun dan
sektor pertanian sekitar 3% setahun, sehingga berangsur-angsur saham sektor pertanian
menjadi kurang dari 20% PDB dan sektor industri menjadi lebih dari 20% PDB.
Sejak krisis laju pertumbuhan sektor industri (manufaktur) merosot ke sekitar 4% setahun,
tetapi pertumbuhan sektor pertanian secara rata-rata juga lebih rendah daripada 3%
setahun. Maka yang menyangga pertumbuhan PDB hanya sektor jasa-jasa. Perkembangan
ini tidak sehat dan sasaran kebijakan ekonomi jangka menengah harus mengembalikan
pola pertumbuhan sektoral yang normal.
Akan tetapi, dilihat dari penduduk yang hidup di dan dari sektor pertanian maka ini
(masih) lebih besar daripada jumlah pekerja di sektor industri (dan pertambangan). Kalau
sektor kerajinan (industri) yang non-formal ikut dihitung maka gambarnya menjadi kabur.
Akan tetapi di sektor yang non-formal ini maka sumber nafkah banyak orang adalah baik
di bidang pertanian, misalnya sebagai buruh tani, maupun di sektor kerajinan dan jasa.
Tetapi, tidak bisa dibantah bahwa terutama di pulau Jawa penduduk desa masih berjubeljubel dengan produktivitas yang rendah, dan ada migrasi ke kota untuk mencari nasib
yang lebih baik. Ini adalah masalah pengangguran atau semi-pengangguran yang sejak
krisis semakin parah.
Apakah di masa lima tahun mendatang, dengan presiden yang mungkin baru dan yang
kepemimpinannya lebih efektip, bisa diharapkan sektor industri bisa berkembang biak lagi
seperti di zaman sebelum krisis? Ini menjadi masalah. Dulu industri bisa berkembang
cepat karena masih bisa ekspor, misalnya ekspor hasil manufaktur yang padat karya
seperti tekstil dan sepatu. Pasar internasional ini sekarang dikuasai oleh Cina dan laju
pertumbuhan ekspor non-migas Indonesia paling-paling 5% setahun, dulu double digit.
Maka untuk lima tahun yang akan datang pemerintah baru tidak ada alternatip lain
daripada memanfaatkan ekonomi dan pasar dalam negeri. Untuk lima tahun yang akan
datang sasaran peningkatan sektor pertanian memang merupakan sasaran tanpa alternatip

yang lebih baik.


Apakah lalu pengembangan sektor pertanian ini bisa dibantu dengan proteksi yang lebih
tinggi? Di sinilah timbul masalah. Kalau proteksi kepada komoditi yang tradisional seperti
beras dan gula menjadi terlalu tinggi maka diversifikasi cocok tanam ke komoditi yang
lebih besar nilai tambahnya akan terhalang. Proteksi yang terlalu tinggi membekukan pola
produksi yang ada, sedangkan Indonesia harus melakukan diversifikasi pertanian.
Diversifikasi ke mana? Ini juga masih penuh pertanyaan. Prinsipnya adalah ke hasil
pertanian yang nilai pasarnya lebih tinggi, misalnya hortikultur, perkebunan, budidaya
perikanan, dsb-nya. Kedua, yang mampu diekspor. Apakah di Asia Timur atau Tenggara
ada contoh-contoh yang bisa ditiru? Taiwan adalah salah suatu contoh yang baik. Korea
dulu juga berhasil mengadakan transformasi struktur ekonominya ke arah industri akan
tetapi di masa peralihan itu sektor pertanian juga meningkat produktivitasnya.
Apakah proteksi bisa membantu proses transformasi dan diversifikasi pertanian (termasuk
sektor perikanan) ini? Proteksi pasar harus menjadi bagian dari paket yang juga
membantu segi supply. Hanya mengandalkan kepada proteksi harga dan pasar tidak akan
mencapai sasarannya.
Perkembangan di sektor pertanian demikian juga harus padat karya dan ikut membantu
menyediakan lapangan kerja bagi kaum penganggur yang berjubel-jubel itu. Syukur sifat
padat karya sektor pertanian mudah tercapai.
Yang akhirnya menjadi persoalan besar bagi pemerintah baru nanti adalah bagaimana
mencari dan menemukan dana-dana yang harus dimobilisasi untuk berbagai sasaran
menciptakan lapangan kerja baru?
http://kolom.pacific.net.id/ind/prof_m._sadli/artikel_prof_m._sadli/pentingnya_sektor_pe
rtanian_di_jangka_menengah.html

Anda mungkin juga menyukai