Anda di halaman 1dari 37

BENIGN PROSTAT

HYPERPLASIA

Pembimbing :
dr. Wiyoto Sukardi,

ADE TRI ARLINI


2007730002

Identitas
Nama

: Tn. M
Usia: 66 tahun
Status
: Menikah
Pekerjaan: Petani
Agama : Islam
Alamat : Cidaun

Keluhan Utama:
Susah kencing TIDAK BISA BAK sejak 2 bulan SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
OS mengeluh BAK nya susah sejak 3 tahun yang
lalu, tapi baru terasa BAK nya sangat susah sejak 2
bulan SMRS. Kencingnya sama sekali tidak bisa
keluar, menetes saat kencing (-). OS sudah 5x ganti
kateter, pasang kateter di puskesmas dan dokter
klinik terdekat. Ketika kateternya di lepas, OS sama
sekali tidak bisa BAK, jika terpasang kateter BAK
lancar. BAK warna kuning, perut terasa sakit jika
tidak bisa BAK. Pusing (-), demam timbul ketika
tidak bisa BAK saja, mual muntah (-), sesak (-), dan
BAB lancar.

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD):


Pasien belum pernah sakit sebelumnya
Hipertensi disangkal
DM disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK):


Dikeluarga tidak ada sakit yang sama
Hipertensi disangkal
DM disangkal

Riwayat Pengobatan:
Pasien sebelumnya sudah dibawa ke
puskesmas terdekat, dan dokter klinik untuk
dipasang kateter.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan

Umum: Tampak sakit

sedang
Kesadaran
: Compos Mentis

Tanda Vital
Suhu
: 36,5 C
Nadi
: 88x/menit
Tek. Darah : 130/80 mmHg
RR
: 20x/menit

Status Generalis
Kepala

: Normocephal, hitam dan tidak

rontok
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-)
Hidung : Konka hiperemis (-/-), keluar
sekret (-/-)
Telinga : Keluar sekret (-/-)
Mulut : Bibir anemis (-/-), bibir sianosis
(-/-)
Leher :Pembesaran kelenjar getah
bening (-)

Thorax

Inspeksi : Dinding dada simetris, rektraksi sela


iga (-)
Palpasi : Vocal fremitus (+/+) sama
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru, batas
paru- hepar ICS 5
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler di kedua
lapang paru, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di linea midsternal
sinistra ICS 4 midclavicularis sinistra
Perkusi : Aukultasi : Bunyi jantung 1&2 murni, tunggal,
reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Dinding perut simetris, distensi


(+),
massa (-), bekas operasi (-),
Auskultasi: Bising usus (+), 8 x/menit
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium dan
umbilikus (-)
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran
abdomen
Extremitas

Superior : Akral hangat, RCT<2 detik,


edema (-), sianosis (-)
Inferior : Akral hangat, RCT<2 detik, edema
(-), sianosis (-)

Status Lokalis
Rectal Touche :
Inspeksi perianal : tidak terlihat
benjolan, darah, feses
Palpasi sfingter ani : tonus otot baik
mukosa recti : halus, licin, teraba
benjolan di jam 12
Benjolan : pemukaan licin, tidak
berbenjol- benjol, konsistensi kenyal,
pole atas teraba, nyeri tekan (-)
Handscoen : feses (-), darah (-), lendir (-)

Pemeriksaan Penunjang
Cek Darah Rutin
Leukosit : 12,2 mm3
Hemoglobin : 11,8 gr/dL
Kimia Darah
GDP
: 84 mg
Ureum : 23,1 mg %
Kreatinin : 0,8 mg %
SGOT : 22 U/L
SGPT : 15 U/L
Elektrolit
Natrium : 142,6 mEq/L
Kalium : 4,54 mEq/L
Klorida : 106 mEq/L
Serologi
HbsAg
: (-)

Resume
Laki-laki, 66 tahun, susah kencing sejak 2 bulan
SMRS. Kencingnya sama sekali tidak bisa
keluar, menetes saat kencing (-). OS sudah 5x
ganti kateter, pasang kateter di puskesmas
dan dokter klinik terdekat. Ketika kateternya
di lepas, OS sama sekali tidak bisa BAK, jika
terpasang kateter BAK lancar. BAK warna
kuning, perut terasa sakit jika tidak bisa BAK.
Dari hasil pemeriksaan RT, teraba benjolan di
jam 12. Benjolan : pemukaan licin, tidak
berbenjol-benjol, konsistensi kenyal, pole
atas teraba, nyeri tekan (-).

Diagnosis
Benign Prostat Hyperplasia

Penatalaksanaan
Operatif
Open prostektomi
Post Operation
RL 500 cc
Dextrose 500 cc
Ketorolac 3x30 mg IV

Tinjauan Pustaka
enign Prostat Hyperplas

DEFINISI
BPH merupakan pembesaran kelenjar
prostat yang bersifat jinak yang hanya
timbul pada laki-laki yang biasanya pada
usia pertengahan atau lanjut.
Pada usia 40an, seorang pria mempunyai
kemungkinan terkena BPH sebesar 25%.
Menginjak usia 60-70 tahun,
kemungkinannya menjadi 50%. Dan pada
usia diatas 80 tahun, akan menjadi 90%.
Presti JC. Smiths General Urology, in Neoplasm of The Prostate
Gland. 16th edition. USA : Lange Medical Books/McGraw-Hill
Company, 2004. Pg.399-420

Embriology
Prostat

berkembang sebagai multipel padat yang


tumbuh dari epitelium uretra atas dan bawah
dari pintu masuk saluran duktus mesonephric.
Bagian yang simpel dari tubulus ini mulai
berkembang dari menjadi 5 bagian pada saat
terakhir minggu ke 11 dan selesai pada minggu
ke 16.
Mereka bercabang-cabang hingga berakhir
dengan suatu sistem pembuangan kompleks
yang terdiri dari differensiansi sel mesenchymal
disekitar segmen dari sinus urogenital.
Presti JC. Smiths General Urology, in Neoplasm of The Prostate
Gland. 16th edition. USA : Lange Medical Books/McGraw-Hill
Company, 2004. Pg.399-420

Anatomi
Kelenjar

prostat adalah salah satu organ


genitalia pria yang terdapat disebelah
inferior buli-buli dan membungkus uretra
posterior.
Bentuknya sebesar buah kenari dengan
panjang kurang lebih 3 cm dan berat
normal pada orang dewasa 20 gram.
Kelenjar prostat dibagi dalam beberapa
zona antara lain : zona perifer, zona
sentral, zona transsisional, zona
preprostatik sfingter dan zona anterior.
Purnomo B Basuki. Hiperplasia Prostat BAB 5. Dasar-dasar Urologi, edisi ke
3. Jakarta.2011.

Purnomo B Basuki. Hiperplasia Prostat BAB 5. Dasar-dasar Urologi, edisi ke


3. Jakarta.2011.

BPH terjadi terutama di zona


transisi kelenjar prostat.
Zona transisional
Merupakan bagian terkecil
dari prostat, yaitu kurang
lebih 5% tetapi dapat
melebar bersama jaringan
stroma fibromuskular
anterior menjadi benign
prostat hyperplasia (BPH).

Epidemiologi
Prevalensi

dari hasil studi otopsi BPH


menunjukkan peningkatan kira-kira
sebanyak 20% pada pria dengan umur 4150 tahun, menjadi 50 % pada pria dengan
umur 51-60 tahun dan menjadi > dari 90%
pada pria > dari 80 tahun.
Pada umur 55 tahun, sebanyak 25% pria
mengeluhkan gejala voiding symptoms.
Pada umur 75 tahun, sebanyak 50% dari
pria mengeluhkan penurunan dari
pancaran dan jumlah dari pembuangan
urin.
Presti JC. Smiths General Urology, in Neoplasm of The Prostate Gland. 16 th edition. USA : Lange Medical
Books/McGraw-Hill Company, 2004. Pg.399-420

Etiologi
Hingga

sekarang, masih belum diketahui secara pasti


penyebab terjadinya hyperplasia prostat.
Tetapi beberapa penelitian secara laboratorium maupun
klinik menyebutkan bahwa terdapat 2 faktor yang erat
kaitannya dengan BPH yaitu : peningkatan kadar
dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua).
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab
timbulnya hiperplasia prsostat adalah :
1) teori dihidrotestoteron
2) adanya ketidakseimbangan antara estrogen dan
testosteron
3) interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat
4) berkurangnya kematian sel (apoptosis)
5) teori stem sel
Presti JC. Smiths General Urology, in Neoplasm of The Prostate Gland. 16 th edition. USA : Lange Medical
Books/McGraw-Hill Company, 2004. Pg.399-420

Patofisiologi BPH
Hiperplasia Prostat
Penyempitan lumen uretra
posterior
Tekanan intravesikal

Lower Urinary Track Symptom


(LUTS)
Obstruksi

Iritasi

Hesitansi

Frekuensi

Pancaran Miksi Lemah


Intermitensi
tiba

(Kencing

berhenti

dan

kembali)

(Anyanganyangan)
tiba- Nokturia
lancar

(Sering

kencing

malam hari)
Urgensi

Miksi Tidak Puas

kencing

Menetes setelah miksi

ditahan)

(Merasa
yang

tidak

ingin
bisa

Disuria ( Rasa tidak enak


saat kencing)

Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh


pertanyaan yang berhubungan dengan
keluhan miksi (LUTS) dan satu pertanyaan
yang berhubungan dengan kualitas hidup
pasien.
Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan
keluhan miksi diberi nilai 0 sampai dengan 5,
sedangkan keluhan yang menyangkut
kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga
7.
Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala
LUTS dalam 3 derajat :
(1) Ringan : 0 -7 Watchfull waiting
(2) Sedang : 8 - 19 Medikamentosa
(3) Berat : 20 - 35 Operasi

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium

Sedimen urine diperiksa untuk


mencari kemungkinan adanya
proses infeksi atau inflamasi
pada saluran kemih. Pemeriksaan
kultur urine berguna dalam
mencari jenis kuman yang
menyebabkan infeksi dan
sekaligus menentukan sensitifitas
kuman terhadap beberapa
antimikroba yang diujikan.

Pencitraan

Foto polos abdomen berguna


untuk mencari adanya batu opak
di saluran kemih, adanya
batu/kalkulosa prostat dan
kadangkala dapat menunjukkan
bayangan buli-buli yang penuh
terisi urine, yang merupakan
tanda dari suatu retensi urine.

Penatalaksanaan
Untuk pasien dengan gejala ringan (symptom score
0-7), dapat dengan hanya dilakukan watchful
waiting.
Terapi paling akhir yang dilakukan adalah operasi.
Indikasi absolute dilakukan operasi adalah :
Retensi urin berulang (berat), yaitu retensi urin
yang gagal dengan pemasangan kateter urin
sedikitnya satu kali
Infeksi saluran kencing berulang
Gross hematuria berulang
Batu buli-buli
Insufisiensi ginjal
Divertikula buli-buli

Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah
berusaha untuk :
Mengurangi resistensi otot polos prostat
sebagai komponen dinamik penyebab
obstruksi infravesika dengan obat-obatan
penghambat adrenergik alfa (adenergik alfa
bloker).
Mengurangi volume prostat sebagai
komponen statik dengan cara menurunkan
kadar hormon testosteron/dihidotestosteron
(DHT) melalui penghambat 5-reduktase.

Alpha Blocker
Prostat dan dasar buli-buli manusia
mengandung adrenoreseptor-1 , dan
prostat memperlihatkan respon
mengecil terhadap agonis.
Penghambatan terhadap alfa telah
memperlihatkan hasil berupa perbaikan
subjektif dan objektif terhadap tanda
dan gejala BPH pada beberapa pasien.
Contoh obatnya adalah fenoxibenzamin
dan prazosin.

5-Reductase inhibitors
Finasteride adalah penghambat 5Reduktase yang bekerja menghambat
testosterone menjadi dyhydratestosteron.
Obat ini mempengaruhi komponan epitel
prostat, yang menghasilkan pengurangan
kelenjar dan memperbaiki gejala.
Dianjurkan pemberian terapi ini selama 6
bulan, guna melihat efek maksimal
terhadap ukuran prostat (reduksi 20%)
dan perbaikan gejala-gejala.

Fitoterapi
Fitoterapi adalah penggunaan
tumbuh-tumbuhan dan ekstrak
tumbuh-tumbuhan untuk tujuan
medis. Fitoterapi paling umum
untuk BPH adalah palmetto
(Serenoa repens), African plumb
(pygeum africanum) dan South
African Star Grass (Hypoxis
rooperi).

Operasi Konvensional
Transurethral resection of the
prostate (TURP) : TURP
merupakan metode paling sering
digunakan dimana jaringan
prostat yang menyumbat
dibuang melalui sebuah alat yang
dimasukkan melalui uretra
(saluran kencing).
Resiko TURP adalah antara lain
ejakulasi retrograde (75%),
impoten (5-10%) dan

Transurethral incision of the


prostate : Pasien dengan gejala
sedang dan berat, prostat yang
kecil sering terjadi hyperplasia
komisura posterior (menaikan
leher buli-buli).
Open simple prostatectomy : Jika
prostat terlalu besar untuk
dikeluarkan dengan endoskopi,
maka enukleasi terbuka
diperlukan. Kelenjar lebih dari 100
gram biasanya dipertimbangkan
untuk dilakukan enukleasi.

Terapi Minimal Invasive


Laser
Transurethral

electrovaporization of

the prostate
Hyperthermia
Transuretral needle ablation of the
prostate
High Intensity Focused Ultrasound
Intrauteral stents
Transurethtral ballon dilatation of the
prostate

Referensi
Presti JC. Smiths General Urology, in Neoplasm
of The Prostate Gland. 16th edition. USA :
Lange Medical Books/McGraw-Hill Company,
2004. Pg.399-420.
Purnomo B Basuki. Hiperplasia Prostat BAB 5.
Dasar-dasar Urologi, edisi ke 3. Jakarta.2011.
Schwartz.Manual of Surgery,in Urology, Benign
Prostatic Hyperplasia.Mc Graw Hills
Companies. 2006. Pg. 1061.
Guyton. et al. Buku Ajar Fisiologi Manusia
Kedokteran. EGC. Jakarta. 2008. Pg 731.

Thank you
^^

Anda mungkin juga menyukai