Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAWAAN GINEKOLOGI
MELALUI VAGINA
Himen
Imperforata
Septum
Vagina
Agenesis
Vagina
Hematokolpos/
Kriptomenorea
Ya
Tidak
Himen
Menonjol
Adanya
vagina
Ya
Septum vagina
Transversal komplit
Himen Imperforata
Pengobatan
Definitif
Tidak
Agenesis
Vagina
HIMEN
IMPERFORATA
DEFINISI
Tidak terjadinya kanalisasi himen.
Himen dapat terkanalisasi tidak
sempurna,membentuk himen
kribiformis atau berseptum.
ANGKA KEJADIAN
1 kasus dari 2000 wanita.
PRESENTASI KLINIS
Pada himen berseptum atau kribiformis
keluhan bukan amenore, melainkan
kesulitan memasukkan tampon atau
berhubungan seksual.
DIAGNOSA
Pemeriksaan fisik
USG panggul (transabdominal,
transperineal,atau trans rektal): penampakan
hematometra,hematokolpos, atau bahkan
hematosalping
MRI: Jika diagnosa himen imperforata belum
jelas melalui USG, maka dilakukan MRI agar
lebih jelas menilai anatomi panggul dan
menyingkirkan kelainan mullerian lain
TATALAKSANA
Medis:
Pemberian kontrasepsi oral untuk
menghambat menstruasi selama
melakukan pemeriksaan lebih lanjut
TATALAKSANA
Bedah:
Himenotomi.
Dilakukan saat remaja (pasca pubertas).
HIMENEKTOMI
HIMENEKTOMI
Dapat dilakukan dalam narkose maupun
infiltrasi dengan anastesi lokal long acting
(bupivacaine 0.25%)
Hematokolpos yang besar dapat
bertekanan tinggi dan menyemburkan
darah saat insisi pertama
Darah harus dibersihkan dari vagina dan
uterus dengan menggunakan suction
sebelum operasi dilanjutkan
HIMENEKTOMI
Orifisium himen diperbesar dengan insisi
sirkuler mengikuti garis konfigurasi
himen.
Insisi cruciate dapat digunakan sebagai
alternatif dari anterior--posterior untuk
menghindari cedera uretra dan dapat
diperbesar dengan cara membuang sisa
jaringan himen.
HIMENEKTOMI
Luka insisi himenektomi dilakukan
penjahitan satu-satu dengan vicril No 3-0
benang yang lambat diserap.
POST OPERASI
SEPTUM
VAGINA
SEPTUMLONGITUDINAL
Septum vagina longitudinal
timbul saat embriogenesis,
dimana kedua duktus Mullerian
tidak bergabung sempurna.
Mengakibatkan terjadinya double
vagina
Terkadang dapat ditemukan
double cervix, septum uterus
atau uterus didelphys
Terjadi penutupan pada salah
satu ujung dari vagina sehingga
terjadinya hematometra dan
kolpos
SEPTUM VAGINAL
TRANSVERSAL
Septum transversal terjadi pada
embriogenesis ketika duktus mullerian tidak
menyatu sempurna dengan sinus
urogenital
Septum transversal komplit dapat
menyebabkan amenore primer
EPIDEMIOLOGI
1 dari 18000--30000 wanita.
46% di proksimal vagina, 35%--40%
di medial vagina,15--20% di distal
vagina.
GEJALA KLINIS
Septum vagina transverse parsial :
dispareunia.
Septum vagina transverse komplit
pada remaja : amenore, karakteristik
seksual sekunder normal, nyeri
abdomen siklik, hematometra,
hematokolpos.
DIAGNOSA
USG : memastikan adanya
hematometra, hematokolpos.
MRI : ketebalan dan posisi anatomis
septum.
TATALAKSANA
Dapat mengalirkan darah
menstruasi dari kanalis vagina
tanpa obstruksi.
Mencapai fungsi vagina yang
normal.
TATALAKSANA
Eksisi Septum
Vagina Transversum
AGENESIS
VAGINA
DEFINISI
Agenesis vagina dikarakterisasikan oleh
tidak adanya vagina atau hipoplasia uterus,
vagina proksimal, dan terkadang juga tuba
falopi.
Disebut juga mullerian agenesis
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
Mullerian agenesis terjadi pada 1
dalam 5000 bayi wanita.
FUNGSI VAGINA
Pengeluaran darah haid.
Bersanggama.
Jalan lahir.
Untuk Pemeriksaan Ginekologi.
EMBRIOLOGI
UTEROVAGINAL
Saluran Mullerian
Tubercle Muller
Sinus urogenitalis
Figure 10.1. Examples of malformations resulting from absence, hypoplasia or atresia of both mullerian ducts. The ovaries are
usually present and functional as shown in each of the figures. (A) Complete absence of all the mullerian derivatives and also of the
urogenital sinus component of the vagina. (B) As (A) but the urogenital sinus part of the vagina, with the hymen below, is normally
formed; this is more common than (A). (C) Only the proximal parts of the mullerian ducts are developed so only the fimbrial
extremities of the tubes are present. (D) Failure of the distal parts of the mullerian ducts to develop or to canalize. A hypoplastic
uterus is therefore present but the vagina is absent. (E) As (D) but the uterus is well enough developed to menstruate with a
resulting haematometra. This is a theoretical concept and I doubt whether it occurs. In practice, whenever there is a functional
uterus there is invariably a small compartment of the upper vagina present as well (see text and Figure 10.11). (F) Imperforate vagina
with haematocolpos and haematometra. The hymen is normal and is situated below the obstructing membrane. (G) Congenital atresia of
the cervix with haematometra; in this condition the vagina below is usually normal as shown here. (H) A congenital incomplete
membrane or stricture in the upper vagina - 'phimosis of the cervix
Figure 10.3. Some examples of mllerian duct malfusion deformities. (A) Uterus didelphys and septate vagina. (B)
Uterus bicornis bicollis with septate vagina. (C) Uterus bicornis unicollis with normal vagina. (D) Uterus bicornis
unicollis wilh septate vagina. (E) Normal Uterus with septate vagina. (F) Uterus subseptus of minor degree. (G)
Planiform,. Arcuate or anvil uterus. (H) Normal uterus with subseptate vagina (I) Unicornute uterus. (J) Uterus bicornis
unicollis with one uterine horn rudimentary. (K) As (J) but failure of the rudimentary horn to communicate with the
cervix results in haematometra. (L) Uterus bicornis bicollis with septate vagina, one half of the vagina being imperforate
to cause a unilaleral haematlocolpos, haematometra and haematosalpinx (see Figure 10.5)
ETIOLOGI
1. Autosommal resesif.
2. Transmitted sex-linked autosommal
domina.
3. Agent : thalidomide, nutrisi, enzim.
ETIOLOGI
4. Berkaitan dengan varian enzim galactose1phosphate uridyltransferase (GALT); tingginya
pajanan terhadap galaktosa menyebabkan
perkembangan vagina abnormal.
5. Analisa gen GALT tidak menunjukkan mutasi
atau polimorfisme yang berhubungan dangan
agenesis muller.
6. Penemuan serupa didapatkan juga pada gen
yang mengkode fibrosis kistik.
DIAGNOSIS
1. Amenorea primer
4. Pemeriksaan ginekologi
5. Khromosom dan sex khromatin
6. Intra venus pielografi (IVP)
DIAGNOSIS
7. USG: tidak adanya uterus & tuba falopi disertai
adanya ovarium.
8. MRI: dapat menilai tidak adanya vagina dan
uterus, dan juga dapat menilai kelainan ginjal
jika ada
9. Profil hormon normal
10. Laparoskopi hanya dilakukan bila diagnosa
tidak dapat ditentukan berdasarkan analisa lain.
PENGOBATAN
Hymen inferforata eksisi
Septum vagina eksisi
Agenesis vagina :
Konservatif
operative
WAKTU OPERASI
1 bulan sebelum menikah.
Adanya hematokolpos atau
hematometra dan penderita telah
menikah dan membutuhkan neovagina.
OPERATIVE
Frank
Wharton
Bold
Junizaf (Selaput ketuban graft)
Lubang vagina (neovagina) dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan cairan betadine
8.
Kemudian penderita diajarkan memasang mold, bila pasien telah dapat memasang mold
sendiri, pasien dapat dipulangkan.
9.
Dirumah pasien dianjurkan agar melakukan busi dengan mold 2-3 kali dalam satu hari.
10. Satu minggu kemudian pasien konterol kembali, dan bila vagina tetap lubangnya tidak
berubah dan pasien tidak ada keluhan kecuali masih ada darah sedikit pasien dianurkan
untuk melakukan sanggama disamping melakukan busi dengan mold bila tidak melakukan
sanggama dalam satu hari.
11. Businasi atau sering bercampur dianjurkan sangat lebih sering sampai 3 bulan pasca
pembuatan nio vagina.
12. Penderita juga diberikan antibiotika untuk satu minggu.