Disusun oleh :
Nama : Diar Fahreza (121321012)
Ratu Utami Wirantika (121321024)
Kelas : 2A / D3 Teknik Listrik
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga
kami dapat membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul PENGARUH KEBERADAAN
WARIA TERHADAP MASYARAKAT DI DAERAH DAGO, BANDUNG UTARA Untuk
memenuhi tugas bahasa Indonesia. Pada awalnya dalam menulis karya ilmiah ini kami
mengalami sedikit kebingungan dan kendala kendala, namun dengan pembelajaran dari
berbagai referensi pada akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah ini, oleh
karena itu kami ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Bahasa Indonesia,
masyarakat Dago dan waria yang telah membantu kami untuk menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini.
Kami berharap adanya kritik dan saran untuk menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.
Demikian karya tulis ilmiah ini dibuat semoga dapat bermanfaat.
Penulis
2 |Karya Ilmiah
KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
BAB I...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN....................................................................................................... 4
I.1
Latar Belakang.............................................................................................. 4
I.2
Identifikasi Masalah........................................................................................ 6
I.3
Tujuan......................................................................................................... 6
I.3.1 Manfaat....................................................................................................... 6
I.4
Metode........................................................................................................ 6
I.5
Sistematika Penulisan...................................................................................... 6
BAB II..................................................................................................................... 8
LANDASAN TEORI................................................................................................... 8
II.1 Pengertian Waria......................................................................................... 8
II.2 Kriteria Diagnostik Waria.............................................................................. 8
II.3 Etiologi Waria................................................................................................ 9
BAB III.................................................................................................................. 11
PEMBAHASAN....................................................................................................... 11
III.1 Pengaruh keberadaan waria di kalangan masyarakat..................................................11
III.2 Waria ditinjau dari berbagai sudut pandang.............................................................12
III.2.1 Waria dalam sudut pandang psikologi.................................................................12
III.2.2 Waria dalam sudut pandang sosial......................................................................13
III.2.3 Waria ditinjau dari sudut pandang agama.............................................................13
III.3 Faktor Penyebab perilaku waria dapat terbentuk.......................................................14
III.3.1 Terjebak dalam raga yang salah......................................................................14
III.3.2 Adanya mutasi gen.................................................................................... 14
III.3.3 Tuntutan ekonomi...................................................................................... 14
III.3.4 Terpengaruh budaya barat............................................................................. 14
III.3.5 Trauma.................................................................................................... 15
III.3.6 Pengaruh lingkungan................................................................................... 15
BAB IV.................................................................................................................. 16
PENUTUP.............................................................................................................. 16
IV.1 Kesimpulan.................................................................................................... 16
IV.2 Saran............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 17
3 |Karya Ilmiah
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Hampir semua orang mengenal waria (wanita tapi pria), waria adalah individu yang
memiliki jenis kelamin laki-laki tetapi berperilaku dan berpakaian seperti layaknya seorang
wanita. Waria merupakan kelompok minoritas dalam masyarakat, namun demikian jumlah
waria semakin hari semakin bertambah, terutama di kota-kota besar. Bagi penulis waria
merupakan suatu fenomena yang menarik untuk diteliti karena dalam kenyataannya, tidak
semua orang dapat mengetahui secara pasti dan memahami mengapa dan bagaimana perilaku
waria dapat terbentuk.
Perilaku waria tidak dapat dijelaskan dengan deskripsi yang sederhana. Konflik
identitas jenis kelamin yang dialami waria tersebut hanya dapat dipahami melalui kajian
terhadap setiap tahap perkembangan dalam hidupnya. Setiap manusia atau individu akan
selalu berkembang, dari perkembangan tersebut individu akan mengalami perubahanperubahan baik fisik maupun psikologis. Salah satu aspek dalam diri manusia yang sangat
penting adalah peran jenis kelamin. Setiap individu diharapkan dapat memahami peran sesuai
dengan jenis kelaminnya. Keberhasilan individu dalam pembentukan identitas jenis kelamin
ditentukan oleh berhasil atau tidaknya individu tersebut dalam menerima dan memahami
perilaku sesuai dengan peran jenis kelaminnya. Jika individu gagal dalam menerima dan
memahami peran jenis kelaminnya maka individu tersebut akan mengalami konflik atau
gangguan identitas jenis kelamin.
Berperilaku menjadi waria memiliki banyak resiko. Waria dihadapkan pada berbagai
masalah: penolakan keluarga, kurang diterima atau bahkan tidak diterima secara sosial,
dianggap lelucon, hingga kekerasan baik verbal maupun non verbal. Penolakan terhadap
waria tersebut terutama dilakukan oleh masyarakat strata sosial atas. Oetomo (2000) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa masyarakat strata sosial atas ternyata lebih sulit
memahami eksistensi waria, mereka memiliki pandangan negatif terhadap waria dan enggan
bergaul dengan waria dibanding masyarakat strata sosial bawah yang lebih toleran. Karena
belum diterimanya waria dalam kehidupan masyarakat, maka kehidupan waria menjadi
terbatas terutama pada kehidupan hiburan seperti ngamen, ludruk, atau pada dunia kecantikan
dan kosmetik dan tidak menutup kemungkinan sesuai realita yang ada, beberapa waria
4 |Karya Ilmiah
menjadi pelacur untuk memenuhi kebutuhan materiel maupun biologis. Pakar kesehatan
masyarakat dan pemerhati waria, Gultom (2002) setuju dengan pendapat seorang waria yang
bernama Yuli, bahwa waria merupakan kaum yang paling marginal. Penolakan terhadap
waria tidak terbatas rasa jijik, mereka juga ditolak untuk mengisi ruang-ruang aktivitas:
dari pegawai negeri, karyawan swasta, atau berbagai profesi lain. Bahkan dalam mengurus
KTP, persoalan waria juga mengundang penolakan dan permasalahan, maka sebagian besar
akhirnya turun di jalanan untuk mencari kebebasan.
Perlakuan yang tidak adil terhadap waria, tidak lain adalah disebabkan kurang adanya
pemahaman masyarakat tentang perkembangan perilaku dan dinamika psikologis yang
dialami oleh para waria, sebab selama ini pemberitaan-pemberitaan media, baik media cetak
maupun media elektronik, belum sampai menyentuh pada wilayah tersebut. Berdasar atas
realitas tersebut peneliti menganggap penting untuk memahami lebih dalam mengenai waria,
kebutuhan-kebutuhan atau dorongan yang mengarahkan dan memberi energi pada waria,
tekanan-tekanan yang dialami, konflik-konflik yang terjadi, hingga bagaimana mekanisme
pertahanan diri yang akan digunakan oleh waria tersebut. Cara yang paling tepat adalah
dengan mempelajari dinamika kepribadian beserta faktor-faktor yang mempengaruhi
perjalanan hidupnya, dimana hal ini dapat diketahui dengan menghubungkan masa lalu, masa
kini dan antisipasi masa depan orang tersebut.
5 |Karya Ilmiah
I.2
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah kami uraikan, maka masalah yang akan kami bahas :
1. Apa dampak yang disebabkan oleh waria di kalangan masyarakat?
2. Apa faktor penyebab seseorang bisa menjadi waria?
I.3
Tujuan
Karya ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Program Studi Teknik Listrik Politeknik
Negeri Bandung. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan karya ilmiah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami mengapa dan bagaimana kepribadian waria dapat
terbentuk.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keberadaan waria terhadap masyarakat di
kehidupan sehari-hari.
I.3.1 Manfaat
I.4
Metode
Metode yang digunakan penulis untuk memperoleh data adalah dengan menggunakan
analisis deskriptif dan kajian pustaka dilakukan dengan mencari literatur di internet & bukubuku panduan. Analisis Deskriptif dapat memberikan gambaran tentang data yang kita miliki.
Dalam karya ilmiah ini, penulis menggunakan analisis survei wawancara.
I.5
Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah proses penyusunan laporan karya ilmiah ini, maka penulis
Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah.
Teori-teori yang dimuat adalah teori mengenai pengertian waria, kriteria diagnostik waria,
etiologi waria.
BAB III PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan hasil survei wawancara dari data yang diperoleh.
BAB IV KESIMPULAN
Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi serta saran.
7 |Karya Ilmiah
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Pengertian Waria
Waria didefinisikan sebagai individu yang sejak lahir memiliki jenis kelamin lakilaki, akan tetapi dalam proses berikutnya menolak bahwa dirinya seorang laki-laki. Maka
waria melakukan berbagai usaha untuk menjadi perempuan, baik dari sikap, perilaku dan
penampilannya. Selanjutnya dikemukakan bahwa kebanyakan waria berada pada posisi
transseksual. Sejak lahir waria secara fisik berjenis kelamin laki-laki, akan tetapi dalam
proses berikutnya ada keinginan untuk diterima sebagai jenis kelamin yang berbeda. Hal ini
sesuai dengan pendapat Koeswinarno (2004) yang menyatakan bahwa, dalam konteks
psikologis waria termasuk transseksual, yakni individu yang secara fisik memiliki jenis
kelamin yang jelas, namun secara psikis cenderung untuk menampilkan diri sebagai lawan
jenis. Dilihat dari arti transseksual sendiri, Yash (2003) mengartikan transseksual sebagai
masalah indentitas jenis kelamin, kesadaran mental yang dimiliki individu tentang jenis
kelaminnya, laki-laki atau perempuan. Dimana identitas jenis kelamin yang dimiliki
seorang transseksual ini berlawanan dengan jenis kelamin yang dikenakan kepadanya
berdasarkan genital fisiknya. Pengertian yang lebih sederhana dikemukakan oleh Devault &
Lyarber (2005), transseksual adalah individu yang identitas gender dan anatomi seksualnya
tidak cocok. Seorang transseksual merasa terjebak dalam tubuh dan anatomi seksual yang
salah. Walters & Ross (1986) menyebutkan bahwa, transseksual berusaha untuk diterima
menjadi anggota dari kelompok jenis kelamin yang berbeda. Berdasarkan definisi yang
dikemukakan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa waria adalah individu yang
merasa identitas jenis kelaminnya berbeda dengan jenis kelamin yang dimilikinya secara
fisik, dimana ia berusaha untuk diterima sebagai anggota jenis kelamin yang berbeda dari
jenis kelamin yang dimilikinya secara fisik.
Kriteria A : Identifikasi cross-gender yang kuat dan tetap (tidak termasuk di dalamnya
keinginan untuk mendapatkan keuntungan sosial dengan menjadi anggota jenis kelamin
yang berbeda). Pada remaja dan orang dewasa, gangguan ini dimanifestasikan dengan
simptom seperti: keinginan tetap untuk menjadi anggota jenis kelamin yang berbeda, sering
mengaku sebagai anggota dari jenis kelamin yang berbeda,keinginan untuk hidup dan
diperlakukan sebagai anggota dari jenis kelamin yang berbeda, atau keyakinan bahwa dia
mempunyai perasaan dan reaksi khas yang terdapat pada jenis kelamin yang berbeda.
Kriteria B : Secara menetap merasa tidak nyaman dengan ketidakcocokan jenis
kelaminnya dengan peran jenis kelamin yang timbul. Pada remaja dan orang dewasa,
gangguan ini dimanifestasikan dengan simptom seperti mengubah karakteristik seksual
primer dan sekundernya (dengan cara menambah hormon, operasi, dan prosedur lainnya)
serta berkeyakinan bahwa dia dilahirkan dengan jenis kelamin yang salah.
Kriteria C : Gangguan ini tidak berhubungan dengan kondisi interseks yang fisikal
Kriteria D : Gangguan ini menyebabkan disstres klinis atau gangguan fungsi sosial,
pekerjaan dan area penting lainnya.
pada level hormon yang tepat. Gender sebuah janin adalahsesuatu yang dapat diubah oleh
apapun yang mengubah keseimbangan hormonal dalam suplai darah janin, dimana sebuah
ketidakseimbangan kecil dapat menyebabkan kaburnya atau berpindahnya garis antar
gender.
3) Kondisi otak
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zhou JN, Hofman MA, Gooren L.J, Swaab DF
(1995, dalam Yash, 2003), ditemukan bahwa sebuah area otak yang dikenal dengan nama
central region of the bed nucleus af the stria terminalis(BTSc) lebih besar terjadi pada lakilaki daripada perempuan. BTSc dari enam transseksual laki-laki ke perempuan sama
kecilnya dengan BTSc pda perempuan, sekitar separuh dari volume BTSc pada laki-laki
lain.
Jadi, otak transseksual tampaknya sesuai dengan pengakuan mereka bahwa mereka
perempuan.
b. Teori Lingkungan
Berdasarkan teori assignment, keadaan seks/gender anak pada saat dibesarkan dan
konsistensi yang mengikutinya adalah peramal terbaik dari identitas gendernya di masa
depan. Sadocks & Sadocks mengemukakan bahwa pembentukan identitas gender
dipengaruhi oleh interaksi temperamen anak dan kualitas dan sikap dari orang tua. Kualitas
hubungan ibu-anak pada tahun-tahun pertama adalah penentu identitas gender anak. Selama
periode ini, ibu biasanya memfasilitasi kesadaran, kebanggaan dan identitas gender anak:
Anak dinilai sebagai anak perempuan atau anak laki-laki. Ibu yang mengalami masalah
dengan kemarahan dapat menghasilkan masalah identitas gender anak. Anak yang ditolak
atau diabaikan dapat menanamkan keyakinan bahwa mereka akan lebih dihargai jika
mereka mengadaptasi identitas gender yang berbeda.
10 | K a r y a I l m i a h
BAB III
PEMBAHASAN
11 | K a r y a I l m i a h
26%
Menerima
Tidak Menerima
74%
Secara medis, ada hormon yang menyebabkan pria berperilaku seperti wanita
dan merasa lebih nyaman dengan tingkah seperti itu. Mutasi gen ini akan
menyebabkan kelainan gen pada pria bersangkutan, misalnya model gen XXY,
gen wanita (X) lebih dominan. Maka, pria tersebut akan mengalami kelainan
yang mencolok pada bagian tubuhnya. Misalnya, tumbuh payudara seperti
perempuan.
III.3.3 Tuntutan ekonomi
Tuntutan ekonomi boleh dikatakan sebagai alasan paling kuat dan paling
konkret yang menyebabkan seseorang menjadi waria. Dalam kasus sperti ini,
menjadi waria hanya bersifat kepura-puraan demi mendapatkan uang. Namun,
kepura-puraan ini pun bisa menjerat waria ke dalam kebiasaan hingga akhirnya
kebablasan.
Di era globalisasi atau era pasar bebas ini, manusia rentan terpengaruh oleh
budaya-budaya luar yang mayoritas tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia.
Salah satunya adalah pilihan menjadi waria. Di beberapa negara, pernikahan
sejenis memang sudah dilegalkan oleh negara, termasuk pilihan seseorang
untuk menjadi waria.
Bahkan, negara-negara tersebut sering mengadakan kontes-kontes kecantikan
yang pesertanya dari kalangan waria. Hal inilah yang turut ditiru oleh
14 | K a r y a I l m i a h
Faktor traumatis memang bisa menjadi pemicu seorang pria memutuskan untuk
menjadi waria. Boleh jadi, pria tersebut pernah mendapatkan perlakuan tidak
senonoh sehingga ia merasa nyaman dengan keadaanya sebagai waria. Bisa
pula karena ia sempat disakiti wanita sehingga memutuskan untuk menyukai
sesama jenis dengan jalan mengubah tampilan menjadi waria.
III.3.6 Pengaruh lingkungan
15 | K a r y a I l m i a h
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Karya ilmiah ini dilakukan untuk mengetahui secara pasti dan memahami mengapa
dan bagaimana perilaku waria dapat terbentuk dan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh keberadaan waria terhadap masyarakat di kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil
analisis survei wawancara pada bab sebelumnya, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Kepribadian waria tidak terbentuk dengan sendirinya banyak sekali penyebab yang
dapat memicu terbentuknya kepribadian waria. Faktor-faktor yang menyebabkan
kepribadian waria terbentuk di antaranya pengaruh lingkungan, tuntutan ekonomi,
adanya mutasi gen, terjebak dalam raga yang salah, terpengaruh budaya barat, dan
trauma.
2. Masyarakat Dago, Bandung Utara mempunyai penilaian masing-masing terhadap
kehadiran waria tersebut dan merasa bahwa kehadiran di waria lingkungan tersebut
tidak sepenuhnya dapat diterima, berdasarkan hasil survey bahwa 76% masyarakat
dapat menerima dan 24% tidak menerima. Mereka yang tidak menerima berpendapat
karena waria identik dengan perilaku buruk dan menyimpang sehingga sulit bagi
mereka untuk menerima keberadaan waria tersebut.
IV.2 Saran
Penulis memberikan saran yang diharapkan dapat merubah perilaku waria bisa
kembali normal agar dapat diterima dan tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
Adapun saran lain dari penulis antara lain :
1. Masyarakat bisa lebih mengetahui penyebab seseorang menjadi waria. Karena dari
hasil analisis survei wawancara yang telah kami lakukan, tidak semua waria yang
dianggap oleh masyarakat itu buruk.
2. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih memiliki banyak keterbatasan, dan
diharapkan di masa yang akan datang dapat menjadi acuan dalam penulisan karya
ilmiah untuk mendapatkan hasil yang jauh lebih baik.
16 | K a r y a I l m i a h
DAFTAR PUSTAKA
http://s2psikologi.tarumanagara.ac.id/wp-content/uploads/2010/09/07-latar-belakang-kehidupan-lakilaki-yang-menjadi-waria-sebuah-kegagalan-dalam-proses-pendidikan-pembentukan-identitas-gendermeike-kurniawati.pdf
http://annisa-istiqomah.blogspot.com/2011/09/latar-belakang-masalah-tentang-waria.html
http://e-journal.uajy.ac.id/3593/2/1HK09604.pdf
http://edukasi.kompasiana.com/2014/01/04/relasi-waria-dalam-masyarakat-625140.html
http://www.scribd.com/doc/55083233/PENGERTIAN-WARIA
http://edukasi.kompasiana.com/2014/01/04/relasi-waria-dalam-masyarakat-625140.html
http://salsabilanajwa28.blogspot.com/2012/04/contoh-skripsi-sosiologi-tentang.html
http://illaphuw.blogspot.com/2010/11/waria-dari-segi-sosial.html
17 | K a r y a I l m i a h