Anda di halaman 1dari 17

KARYA ILMIAH BAHASA INDONESIA

Disusun oleh :
Nama : Diar Fahreza (121321012)
Ratu Utami Wirantika (121321024)
Kelas : 2A / D3 Teknik Listrik

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2014
Jl. Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga Kotak Pos 1234 Bandung 40012,
Telepon ( 022 ) 2013789, Fax. ( 022 ) 2013889
1 |Karya Ilmiah

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga
kami dapat membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul PENGARUH KEBERADAAN
WARIA TERHADAP MASYARAKAT DI DAERAH DAGO, BANDUNG UTARA Untuk
memenuhi tugas bahasa Indonesia. Pada awalnya dalam menulis karya ilmiah ini kami
mengalami sedikit kebingungan dan kendala kendala, namun dengan pembelajaran dari
berbagai referensi pada akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah ini, oleh
karena itu kami ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Bahasa Indonesia,
masyarakat Dago dan waria yang telah membantu kami untuk menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini.
Kami berharap adanya kritik dan saran untuk menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.
Demikian karya tulis ilmiah ini dibuat semoga dapat bermanfaat.

Bandung, 14 Mei 2014

Penulis

2 |Karya Ilmiah

KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
BAB I...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN....................................................................................................... 4
I.1

Latar Belakang.............................................................................................. 4

I.2

Identifikasi Masalah........................................................................................ 6

I.3

Tujuan......................................................................................................... 6

I.3.1 Manfaat....................................................................................................... 6
I.4

Metode........................................................................................................ 6

I.5

Sistematika Penulisan...................................................................................... 6

BAB II..................................................................................................................... 8
LANDASAN TEORI................................................................................................... 8
II.1 Pengertian Waria......................................................................................... 8
II.2 Kriteria Diagnostik Waria.............................................................................. 8
II.3 Etiologi Waria................................................................................................ 9
BAB III.................................................................................................................. 11
PEMBAHASAN....................................................................................................... 11
III.1 Pengaruh keberadaan waria di kalangan masyarakat..................................................11
III.2 Waria ditinjau dari berbagai sudut pandang.............................................................12
III.2.1 Waria dalam sudut pandang psikologi.................................................................12
III.2.2 Waria dalam sudut pandang sosial......................................................................13
III.2.3 Waria ditinjau dari sudut pandang agama.............................................................13
III.3 Faktor Penyebab perilaku waria dapat terbentuk.......................................................14
III.3.1 Terjebak dalam raga yang salah......................................................................14
III.3.2 Adanya mutasi gen.................................................................................... 14
III.3.3 Tuntutan ekonomi...................................................................................... 14
III.3.4 Terpengaruh budaya barat............................................................................. 14
III.3.5 Trauma.................................................................................................... 15
III.3.6 Pengaruh lingkungan................................................................................... 15
BAB IV.................................................................................................................. 16
PENUTUP.............................................................................................................. 16
IV.1 Kesimpulan.................................................................................................... 16
IV.2 Saran............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 17

3 |Karya Ilmiah

BAB I
PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang
Hampir semua orang mengenal waria (wanita tapi pria), waria adalah individu yang

memiliki jenis kelamin laki-laki tetapi berperilaku dan berpakaian seperti layaknya seorang
wanita. Waria merupakan kelompok minoritas dalam masyarakat, namun demikian jumlah
waria semakin hari semakin bertambah, terutama di kota-kota besar. Bagi penulis waria
merupakan suatu fenomena yang menarik untuk diteliti karena dalam kenyataannya, tidak
semua orang dapat mengetahui secara pasti dan memahami mengapa dan bagaimana perilaku
waria dapat terbentuk.
Perilaku waria tidak dapat dijelaskan dengan deskripsi yang sederhana. Konflik
identitas jenis kelamin yang dialami waria tersebut hanya dapat dipahami melalui kajian
terhadap setiap tahap perkembangan dalam hidupnya. Setiap manusia atau individu akan
selalu berkembang, dari perkembangan tersebut individu akan mengalami perubahanperubahan baik fisik maupun psikologis. Salah satu aspek dalam diri manusia yang sangat
penting adalah peran jenis kelamin. Setiap individu diharapkan dapat memahami peran sesuai
dengan jenis kelaminnya. Keberhasilan individu dalam pembentukan identitas jenis kelamin
ditentukan oleh berhasil atau tidaknya individu tersebut dalam menerima dan memahami
perilaku sesuai dengan peran jenis kelaminnya. Jika individu gagal dalam menerima dan
memahami peran jenis kelaminnya maka individu tersebut akan mengalami konflik atau
gangguan identitas jenis kelamin.
Berperilaku menjadi waria memiliki banyak resiko. Waria dihadapkan pada berbagai
masalah: penolakan keluarga, kurang diterima atau bahkan tidak diterima secara sosial,
dianggap lelucon, hingga kekerasan baik verbal maupun non verbal. Penolakan terhadap
waria tersebut terutama dilakukan oleh masyarakat strata sosial atas. Oetomo (2000) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa masyarakat strata sosial atas ternyata lebih sulit
memahami eksistensi waria, mereka memiliki pandangan negatif terhadap waria dan enggan
bergaul dengan waria dibanding masyarakat strata sosial bawah yang lebih toleran. Karena
belum diterimanya waria dalam kehidupan masyarakat, maka kehidupan waria menjadi
terbatas terutama pada kehidupan hiburan seperti ngamen, ludruk, atau pada dunia kecantikan
dan kosmetik dan tidak menutup kemungkinan sesuai realita yang ada, beberapa waria
4 |Karya Ilmiah

menjadi pelacur untuk memenuhi kebutuhan materiel maupun biologis. Pakar kesehatan
masyarakat dan pemerhati waria, Gultom (2002) setuju dengan pendapat seorang waria yang
bernama Yuli, bahwa waria merupakan kaum yang paling marginal. Penolakan terhadap
waria tidak terbatas rasa jijik, mereka juga ditolak untuk mengisi ruang-ruang aktivitas:
dari pegawai negeri, karyawan swasta, atau berbagai profesi lain. Bahkan dalam mengurus
KTP, persoalan waria juga mengundang penolakan dan permasalahan, maka sebagian besar
akhirnya turun di jalanan untuk mencari kebebasan.
Perlakuan yang tidak adil terhadap waria, tidak lain adalah disebabkan kurang adanya
pemahaman masyarakat tentang perkembangan perilaku dan dinamika psikologis yang
dialami oleh para waria, sebab selama ini pemberitaan-pemberitaan media, baik media cetak
maupun media elektronik, belum sampai menyentuh pada wilayah tersebut. Berdasar atas
realitas tersebut peneliti menganggap penting untuk memahami lebih dalam mengenai waria,
kebutuhan-kebutuhan atau dorongan yang mengarahkan dan memberi energi pada waria,
tekanan-tekanan yang dialami, konflik-konflik yang terjadi, hingga bagaimana mekanisme
pertahanan diri yang akan digunakan oleh waria tersebut. Cara yang paling tepat adalah
dengan mempelajari dinamika kepribadian beserta faktor-faktor yang mempengaruhi
perjalanan hidupnya, dimana hal ini dapat diketahui dengan menghubungkan masa lalu, masa
kini dan antisipasi masa depan orang tersebut.

5 |Karya Ilmiah

I.2

Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah kami uraikan, maka masalah yang akan kami bahas :
1. Apa dampak yang disebabkan oleh waria di kalangan masyarakat?
2. Apa faktor penyebab seseorang bisa menjadi waria?

I.3

Tujuan
Karya ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Program Studi Teknik Listrik Politeknik
Negeri Bandung. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan karya ilmiah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami mengapa dan bagaimana kepribadian waria dapat
terbentuk.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keberadaan waria terhadap masyarakat di
kehidupan sehari-hari.
I.3.1 Manfaat

Mendapat pengetahuan mengenai seluk beluk para waria


Mendapat pengetahuan mengenai bagaimana pengaruh keberadaan waria

terhadap masyarakat sekitar


Mendapat pengalaman mengenai bagaimana membuat suatu karya ilmiah.
Sebagai referensi dan materi penelitian.
Sebagai pengembangan dan implementasi ilmu dan pengetahuan, khususnya
mata kuliah Bahasa Indonesia.

I.4

Metode
Metode yang digunakan penulis untuk memperoleh data adalah dengan menggunakan

analisis deskriptif dan kajian pustaka dilakukan dengan mencari literatur di internet & bukubuku panduan. Analisis Deskriptif dapat memberikan gambaran tentang data yang kita miliki.
Dalam karya ilmiah ini, penulis menggunakan analisis survei wawancara.

I.5

Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah proses penyusunan laporan karya ilmiah ini, maka penulis

menyusun laporannya sebagai berikut :


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah
penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan..
BAB II LANDASAN TEORI
6 |Karya Ilmiah

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah.
Teori-teori yang dimuat adalah teori mengenai pengertian waria, kriteria diagnostik waria,
etiologi waria.
BAB III PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan hasil survei wawancara dari data yang diperoleh.
BAB IV KESIMPULAN
Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi serta saran.

7 |Karya Ilmiah

BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Pengertian Waria
Waria didefinisikan sebagai individu yang sejak lahir memiliki jenis kelamin lakilaki, akan tetapi dalam proses berikutnya menolak bahwa dirinya seorang laki-laki. Maka
waria melakukan berbagai usaha untuk menjadi perempuan, baik dari sikap, perilaku dan
penampilannya. Selanjutnya dikemukakan bahwa kebanyakan waria berada pada posisi
transseksual. Sejak lahir waria secara fisik berjenis kelamin laki-laki, akan tetapi dalam
proses berikutnya ada keinginan untuk diterima sebagai jenis kelamin yang berbeda. Hal ini
sesuai dengan pendapat Koeswinarno (2004) yang menyatakan bahwa, dalam konteks
psikologis waria termasuk transseksual, yakni individu yang secara fisik memiliki jenis
kelamin yang jelas, namun secara psikis cenderung untuk menampilkan diri sebagai lawan
jenis. Dilihat dari arti transseksual sendiri, Yash (2003) mengartikan transseksual sebagai
masalah indentitas jenis kelamin, kesadaran mental yang dimiliki individu tentang jenis
kelaminnya, laki-laki atau perempuan. Dimana identitas jenis kelamin yang dimiliki
seorang transseksual ini berlawanan dengan jenis kelamin yang dikenakan kepadanya
berdasarkan genital fisiknya. Pengertian yang lebih sederhana dikemukakan oleh Devault &
Lyarber (2005), transseksual adalah individu yang identitas gender dan anatomi seksualnya
tidak cocok. Seorang transseksual merasa terjebak dalam tubuh dan anatomi seksual yang
salah. Walters & Ross (1986) menyebutkan bahwa, transseksual berusaha untuk diterima
menjadi anggota dari kelompok jenis kelamin yang berbeda. Berdasarkan definisi yang
dikemukakan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa waria adalah individu yang
merasa identitas jenis kelaminnya berbeda dengan jenis kelamin yang dimilikinya secara
fisik, dimana ia berusaha untuk diterima sebagai anggota jenis kelamin yang berbeda dari
jenis kelamin yang dimilikinya secara fisik.

II.2 Kriteria Diagnostik Waria


Seperti yang dijelaskan dalam pengertian waria di atas, disimpulkan bahwa waria
berada pada posisi transseksual yang secara klinis sering dikaitkan dengan gender identity
disorder(gangguan identitas gender). Dalam DSM IV-TR (Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder, 2000), kriteria diagnostik untuk gangguan identitas gender
adalah:
8 |Karya Ilmiah

Kriteria A : Identifikasi cross-gender yang kuat dan tetap (tidak termasuk di dalamnya
keinginan untuk mendapatkan keuntungan sosial dengan menjadi anggota jenis kelamin
yang berbeda). Pada remaja dan orang dewasa, gangguan ini dimanifestasikan dengan
simptom seperti: keinginan tetap untuk menjadi anggota jenis kelamin yang berbeda, sering
mengaku sebagai anggota dari jenis kelamin yang berbeda,keinginan untuk hidup dan
diperlakukan sebagai anggota dari jenis kelamin yang berbeda, atau keyakinan bahwa dia
mempunyai perasaan dan reaksi khas yang terdapat pada jenis kelamin yang berbeda.
Kriteria B : Secara menetap merasa tidak nyaman dengan ketidakcocokan jenis
kelaminnya dengan peran jenis kelamin yang timbul. Pada remaja dan orang dewasa,
gangguan ini dimanifestasikan dengan simptom seperti mengubah karakteristik seksual
primer dan sekundernya (dengan cara menambah hormon, operasi, dan prosedur lainnya)
serta berkeyakinan bahwa dia dilahirkan dengan jenis kelamin yang salah.
Kriteria C : Gangguan ini tidak berhubungan dengan kondisi interseks yang fisikal
Kriteria D : Gangguan ini menyebabkan disstres klinis atau gangguan fungsi sosial,
pekerjaan dan area penting lainnya.

II.3 Etiologi Waria


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, waria adalah kaum transseksual, yakni
individu yang merasa identitas jenis kelaminnya berbeda dengan jenis kelamin yang
dimilikinya secara fisik, dimana ia berusaha untuk diterima sebagai anggota jenis kelamin
yang berbeda dari jenis kelamin yang dimilikinya secara fisik. Yash (2003)
mengelompokkan teori-teori yang menjelaskan sebab-sebab transeksualisme ke dalam tiga
kategori besar:
a. Teori Bawaan
1) Pengaruh Genetika
Walter & Ross (1986) menyatakan terdapat studi genetik pada transseksual yang
didalamnya terdapat keabnormalan kromosom. Tapi belum terdapat penjelasan yang kuat
mengenai penemuan ini. Nadia (2005) menyimpulkan bahwa jika seorang bayi biasanya
lahir dengan kromosom yang seimbang yaitu XX dan XY. Maka pada waria, kromosom
tersebut tidak seimbang (XXY). Hal ini menimbulkan lahirnya seorang laki-laki dengan ciri
keperempuanan yang lebih melekat.
2) Hormonal
Gender confusionakan terjadi ketika otak memproduksi hormon secara abnormal.
Identitas gender tidak hanya bergantung pada hormon yang tepat, tetapi juga bergantung
9 |Karya Ilmiah

pada level hormon yang tepat. Gender sebuah janin adalahsesuatu yang dapat diubah oleh
apapun yang mengubah keseimbangan hormonal dalam suplai darah janin, dimana sebuah
ketidakseimbangan kecil dapat menyebabkan kaburnya atau berpindahnya garis antar
gender.
3) Kondisi otak
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zhou JN, Hofman MA, Gooren L.J, Swaab DF
(1995, dalam Yash, 2003), ditemukan bahwa sebuah area otak yang dikenal dengan nama
central region of the bed nucleus af the stria terminalis(BTSc) lebih besar terjadi pada lakilaki daripada perempuan. BTSc dari enam transseksual laki-laki ke perempuan sama
kecilnya dengan BTSc pda perempuan, sekitar separuh dari volume BTSc pada laki-laki
lain.
Jadi, otak transseksual tampaknya sesuai dengan pengakuan mereka bahwa mereka
perempuan.
b. Teori Lingkungan
Berdasarkan teori assignment, keadaan seks/gender anak pada saat dibesarkan dan
konsistensi yang mengikutinya adalah peramal terbaik dari identitas gendernya di masa
depan. Sadocks & Sadocks mengemukakan bahwa pembentukan identitas gender
dipengaruhi oleh interaksi temperamen anak dan kualitas dan sikap dari orang tua. Kualitas
hubungan ibu-anak pada tahun-tahun pertama adalah penentu identitas gender anak. Selama
periode ini, ibu biasanya memfasilitasi kesadaran, kebanggaan dan identitas gender anak:
Anak dinilai sebagai anak perempuan atau anak laki-laki. Ibu yang mengalami masalah
dengan kemarahan dapat menghasilkan masalah identitas gender anak. Anak yang ditolak
atau diabaikan dapat menanamkan keyakinan bahwa mereka akan lebih dihargai jika
mereka mengadaptasi identitas gender yang berbeda.

10 | K a r y a I l m i a h

BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Pengaruh keberadaan waria di kalangan masyarakat


Permasalahan social yang dihadapi kaum waria termasuk sangat rumit dan
kompleks karena berbagai factor yang kurang mendukung dalam menjalani
kehidupannya secara wajar baik yang diakibatkan oleh factor intern seperti hidup
sendiri karena perbedaan juga karena factor ekstern seperti pendidikan
terbatas,kemiskinan dan ketidakterampilan dengan kondisi tersebut tidak sedikit waria
yang melakukan penyimpangan sehingga berdampak pada kesehatannya sendiri dan
lingkungan sekitar. Sehingga masyarakat punya penilaian sendiri terhadap mereka
akibat tindakan yang tersebut yang sering mereka lakukan.
Waria sebagai bagian dari masyarakat dalam konteksnya keberagaman
harusnya dapat ditempatkan pada suatu kenyataan social yang tidak terelakan
keberadaannya oleh masyarakat dan memang sudah tidak dapat ditutupi lagi bahwa
keberadaan waria memang sudah menjadi bentuk penyimpangan di mata masyarakat
dan kadang masyarakat merasa terganggu oleh kehadiran mereka sehingga membuat
para waria ini semakin membatasi diri mereka untuk berinteraksi.
Tapi perbedaan yang ditimbulkan oleh waria ini tidak hanya berdampak
negative bagi masyarakat tapi bagi waria juga karena tindakan masyarakat yang
kurang pantas dilakukan terhadap waria. Sehingga dapat diketahui bahwa pengaruh
keberadaan waria disini malah menimbulkan penyimpangan bagi masyarakat bukan
waria,seperti pembunuhan, pemerkosaan dll. Tapi dari sekian banyak pengaruh
negative yang timbul ada juga pengaruh positif dari keberadaan waria tersebut yaitu
sebagai penghibur karena tingkah laku mereka yang Jadi untuk menciptakan
kenyamanan sebaiknya mereka harus mempunyai pemikiran yang baik, baik untuk
waria maupun masyarakat sehingga masing-masing dari mereka bisa saling menerima
perbedaan tersebut.

11 | K a r y a I l m i a h

Respon Masyarakat Terhadap Keberadaan Waria

26%

Menerima
Tidak Menerima

74%

III.2 Waria ditinjau dari berbagai sudut pandang


Setiap orang punya cara dan penilaian sendiri terhadap suatu aspek. Hal
tersebut dikarenakan terdapat suatu pro dan kontra dalam suatu aspek tersebut
sehingga tidak hanya dapat dipandang melalui satu sisi melainkan harus dari berbagai
sisi atau sudut pandang. Begitupun halnya jika berbicara tentang waria, banyak
perdebatan yang terjadi jika membicarakan tentang waria dan selalu menimbulkan
protes dari berbagai kalangan. Tak banyak yang membuka mata dan melihat tentang
siapa waria itu dan bagaimana kepribadian waria itu sesungguhnya. Sehingga perlu
kedewasaan dalam berpikir dan menilai seseorang dari berbagai sudut pandang.

III.2.1 Waria dalam sudut pandang psikologi


Kenapa orang bisa menjadi waria, menurut Guru besar psikologi UGM Prof Dr
Koentjoro, bisa diakibatkan bila peran ibu dalam mengasuh anaknya lebih besar dan
memperlakukan anak laki-laki layaknya perempuan. Mungkin dalam kehidupan
keluarga mayoritas perempuan sehingga jiwa yang terbentuk adalah jiwa perempuan

III.2.2 Waria dalam sudut pandang sosial


Waria merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan, baik
di tinjau dari segi psikologis, sosial, norma, maupun secara fisik. Kehidupan
12 | K a r y a I l m i a h

mereka cenderung membatasi diri pada komunitasnya saja. Mereka sering


terjerumus pada dunia pelacuran dan hal-hal lain yang menurut agama, aturan,
dan nilai masyarakat menyimpang. Secara fisik memang menggambarkan
mereka adalah laki-laki tetapi sifat dan perilaku menggambarkan wanita.
Idealnya, memahami waria hendaknya dipahami secara utuh , baik sebagai
individu maupun anggota masyarakat yang memiliki kelebihan dan berbagai
kekurangan.
Waria sebagai individu maupun bagian dari masyarakat, didalamnya
terdapat potensi yang memungkinkan dikembangkan kearah yang lebih positif
bagi upaya untuk memberdayakan waria. Disamping itu, pada sebagian waria
juga terdapat keterbatasan yang biasanya berdampak pada kehidupansosialnya,
misalnya gangguan dalam beradaptasi dengan lingkunganya, mempertahankan
hidup dengan cara yang menyimpang seperti melacurkan diri, mengamen dan
menggelandang di jalanan dan sebagainya. Kondisi ini berdampak pada
keteraturan sosial dan tatanan sosial masyarakat .
Oleh karena itu, upaya untuk memberdayakan Waria menjadi sebuah
tuntutan baik dalam diri mereka maupun dalam upaya perlindungan sosial
kepada Waria sebagai bagian dari kelompok minoritas agar tidak terpinggirkan
serta mendapat perlakuan-perlakuan yang kurang pantas. Waria juga memiliki
hak dan kewajiban yang sama seperti yang lainnya.Mengakui keberadaan
waria dipahami sebagai upaya meningkatkan potensi yang dimiliki serta
meminimalisir kelemahan yang ada pada dirinya.

III.2.3 Waria ditinjau dari sudut pandang agama


Kehidupan modern membuat manusia semakin berbuat semaunya,pola
piker yang salah kurangnya perhatian dan factor lingkungan yang kurang
kondusif membuat manusia dapat bertindak lebih jauh dan menyimpang dari
aturan yang seharusnya.Salah satunya merubah kepribadian mereka sendiri
yang memang itu sudah diatur dari sejak lahir salah satunya contohnya
menjadi waria.
Meskipun keberadaan waria sudah bisa diterima di kalangan masyrakat
tetapi sampai kapan pun keberadaan waria tidak akan pernah bisa diterima jika
dilihat dari sudut pandang agama. Hal ini dikarenakan menjadi waria
merupakan sebuah penyimpangan dan melanggar sebuah kodrat yang sudah
diatur dan agama melihat hal ini sebagai suatu perbuatan maksiat.
13 | K a r y a I l m i a h

III.3 Faktor Penyebab perilaku waria dapat terbentuk


III.3.1 Terjebak dalam raga yang salah

Banyak waria yang akhirnya mengkambing hitamkan penempatan raga.


Beberapa waria beralasan bahwa sebenarnya mereka adalah perempuan tetapi
dilahirkan dalam bentuk tubuh laki-laki. Para waria pun kebanyakan mengaku
bahwa naluri dalam dirinya murni (100 persen) perempuan.
III.3.2 Adanya mutasi gen

Secara medis, ada hormon yang menyebabkan pria berperilaku seperti wanita
dan merasa lebih nyaman dengan tingkah seperti itu. Mutasi gen ini akan
menyebabkan kelainan gen pada pria bersangkutan, misalnya model gen XXY,
gen wanita (X) lebih dominan. Maka, pria tersebut akan mengalami kelainan
yang mencolok pada bagian tubuhnya. Misalnya, tumbuh payudara seperti
perempuan.
III.3.3 Tuntutan ekonomi

Tuntutan ekonomi boleh dikatakan sebagai alasan paling kuat dan paling
konkret yang menyebabkan seseorang menjadi waria. Dalam kasus sperti ini,
menjadi waria hanya bersifat kepura-puraan demi mendapatkan uang. Namun,
kepura-puraan ini pun bisa menjerat waria ke dalam kebiasaan hingga akhirnya
kebablasan.

III.3.4 Terpengaruh budaya barat

Di era globalisasi atau era pasar bebas ini, manusia rentan terpengaruh oleh
budaya-budaya luar yang mayoritas tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia.
Salah satunya adalah pilihan menjadi waria. Di beberapa negara, pernikahan
sejenis memang sudah dilegalkan oleh negara, termasuk pilihan seseorang
untuk menjadi waria.
Bahkan, negara-negara tersebut sering mengadakan kontes-kontes kecantikan
yang pesertanya dari kalangan waria. Hal inilah yang turut ditiru oleh
14 | K a r y a I l m i a h

masyrakat Indonesia. Mereka mengadopsi budaya luar tanpa penyesuaian


hingga akhirnya menimbulkan penyimpangan.
III.3.5 Trauma

Faktor traumatis memang bisa menjadi pemicu seorang pria memutuskan untuk
menjadi waria. Boleh jadi, pria tersebut pernah mendapatkan perlakuan tidak
senonoh sehingga ia merasa nyaman dengan keadaanya sebagai waria. Bisa
pula karena ia sempat disakiti wanita sehingga memutuskan untuk menyukai
sesama jenis dengan jalan mengubah tampilan menjadi waria.
III.3.6 Pengaruh lingkungan

Tidak dapat dipungkiri, lingkungan merupakan faktor pendukung terbesar yang


menentukan masa depan seseorang. Termasuk menentukan waria atau tidaknya
seorang pria. Pria yang sejak kecil bergaul dengan wanita, cenderung tumbuh
menjadi sosok seperti wanita. Contoh lain, pria yang bekerja di salon
cenderung memiliki sifat gemulai seperti wanita karena yang mereka layani
setiap hari adalah wanita.

15 | K a r y a I l m i a h

BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Karya ilmiah ini dilakukan untuk mengetahui secara pasti dan memahami mengapa
dan bagaimana perilaku waria dapat terbentuk dan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh keberadaan waria terhadap masyarakat di kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil
analisis survei wawancara pada bab sebelumnya, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Kepribadian waria tidak terbentuk dengan sendirinya banyak sekali penyebab yang
dapat memicu terbentuknya kepribadian waria. Faktor-faktor yang menyebabkan
kepribadian waria terbentuk di antaranya pengaruh lingkungan, tuntutan ekonomi,
adanya mutasi gen, terjebak dalam raga yang salah, terpengaruh budaya barat, dan
trauma.
2. Masyarakat Dago, Bandung Utara mempunyai penilaian masing-masing terhadap
kehadiran waria tersebut dan merasa bahwa kehadiran di waria lingkungan tersebut
tidak sepenuhnya dapat diterima, berdasarkan hasil survey bahwa 76% masyarakat
dapat menerima dan 24% tidak menerima. Mereka yang tidak menerima berpendapat
karena waria identik dengan perilaku buruk dan menyimpang sehingga sulit bagi
mereka untuk menerima keberadaan waria tersebut.

IV.2 Saran
Penulis memberikan saran yang diharapkan dapat merubah perilaku waria bisa
kembali normal agar dapat diterima dan tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
Adapun saran lain dari penulis antara lain :
1. Masyarakat bisa lebih mengetahui penyebab seseorang menjadi waria. Karena dari
hasil analisis survei wawancara yang telah kami lakukan, tidak semua waria yang
dianggap oleh masyarakat itu buruk.
2. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih memiliki banyak keterbatasan, dan
diharapkan di masa yang akan datang dapat menjadi acuan dalam penulisan karya
ilmiah untuk mendapatkan hasil yang jauh lebih baik.

16 | K a r y a I l m i a h

DAFTAR PUSTAKA
http://s2psikologi.tarumanagara.ac.id/wp-content/uploads/2010/09/07-latar-belakang-kehidupan-lakilaki-yang-menjadi-waria-sebuah-kegagalan-dalam-proses-pendidikan-pembentukan-identitas-gendermeike-kurniawati.pdf
http://annisa-istiqomah.blogspot.com/2011/09/latar-belakang-masalah-tentang-waria.html
http://e-journal.uajy.ac.id/3593/2/1HK09604.pdf
http://edukasi.kompasiana.com/2014/01/04/relasi-waria-dalam-masyarakat-625140.html
http://www.scribd.com/doc/55083233/PENGERTIAN-WARIA
http://edukasi.kompasiana.com/2014/01/04/relasi-waria-dalam-masyarakat-625140.html
http://salsabilanajwa28.blogspot.com/2012/04/contoh-skripsi-sosiologi-tentang.html
http://illaphuw.blogspot.com/2010/11/waria-dari-segi-sosial.html

17 | K a r y a I l m i a h

Anda mungkin juga menyukai