Anda di halaman 1dari 6

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma

darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit
dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua
belas berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma
darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah ( Evelyn C. Pearce dalam
Arista,2012) .
Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi,
pengaturan
suhu,
pemeliharaan
keseimbangan
cairan,
serta
keseimbangan basa eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam tubuh.
Sel darah merah mampu mengangkut secara efektif tanpa meninggalkan
fungsinya di dalam jaringan, sedang keberadaannya dalam darah, hanya
melintas saja. Darah berwarna merah, antara merah terang apabila kaya
oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah
pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory
protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan
tempat terikatnya molekul-molekul oksigen ( Pebri, 2012).
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah
mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah
dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa
metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui
pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena
pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran
pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh
melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah
kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior
dan vena cava inferior. Darah juga mengangkut bahan bahan sisa
metabolisme, obatobatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan
dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni. ( Habibi, 2012)
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45%
bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang
membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Korpuskula
darah terdiri dari:
a.

Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).

Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak


dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin
dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam
penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita
penyakit anemia. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%),
bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.

b.

Sel darah putih atau leukosit (0,2%)

Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas


untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya
oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak
memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita
penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita
penyakit leukopenia.
c.

Plasma darah

Pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung : albumin, bahan


pembeku darah, immunoglobin (antibodi), hormon, berbagai jenis protein,
berbagai jenis garam ( Pebri, 2012)

Pembuatan sediaan apus darah biasanya digunakan dua buah kaca


sediaan yang sangat bersih terutama harus bebas lemak. Satu buah kaca
sediaan bertindak sebagai tempat tetes darah yang hendak diperiksa dan
ynag lain bertindak sebagai alat untuk meratakan tetes darah agar
didapatkan lapisan tipis darah (kaca perata). Darah dapat diperoleh dari
tusukan jarum pada ujung jari. Sebaiknya tetesan darah pertama
dibersihkan agar diperoleh hasil yang memuaskan. Tetesan yang kedua
diletakan pada daerah ujung kaca sediaan yang bersih. Salah satu ujung
sisi pendek kaca perata diletakan miring dengan sudut kira- kira 45o tepat
didepan tetes darah menyebar sepanjang sisi pendek kaca perata, maka
dengan mempertahankan sudutnya, kaca perata digerakan secara cepat
sehingga terbentuklah selapis tipis darah diatas kaca sediaan. Setelah
sediaan darah dikeringkan pada suhu kamar barulah dilakukan pewarnaan
sesudah difiksasi menurut metode yang dipilih, yaitu metode Giemsa dan
Wright yang merupakan modifikasi metode Romanosky (Maskoeri dalam
Evita, 2010).
Zat warna yang digunakan dalam metode Romanovsky adalah Giemsa
yang sebelumnya telah diencerkan dengan aquades. Sediaan apus yang
telah dikeringkan diudara, difixir dulu dengan methyl alkohol selama 3-5
menit. Semakin lama pewarnaan yang dilakukan maka intensitasnya
menjadi semakin tua. Preparat apus yang yang telah selesai dibuat
kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Gambar
yang didapat dalam hasil menunjukan sel-sel butir darah baik eritrosit,
leukosit, trombosit, atau yang lain (Maskoeri dalam Evita, 2010).
Fungsi dari larutan-larutan pada pembuatan preparat apus darah ikan dan
manusia adalah metanol untuk proses fiksasi yaitu untuk membunuh selsel pada sediaan tersebut tanpa mengubah posisi (struktur) organel yang

ada di dalamnya yang dilakukan selama 2 menit, pewarna Giemsa 10%


sebagai pewarna yang umum digunakan agar sediaan terlihat lebih jelas.
Pewarnaan ini sering disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode
pewarnaan ini banyak dipakai untuk mempelajari morfologi darah, sel-sel
sumsum dan juga untuk identifikasi parasit-parasit darah misalnya dari
jenis protozoa. Zat ini tersedia dalam bentuk serbuk atau larutan yang
disimpan di dalam botol yang gelap. Di dalam laboratorium-laboratorium
banyak dipakai larutan Giemsa 3% yang dibuat dari larutan baku Giemsa
yang berupa cairan (larutan) (Kurniawan dalam Pebri, 2012).
Sediaan apus darah secara rutin diwarnai dengan campuran zat warna
khusus yang pertama kali ditemukan oleh oleh Dimitri Romanosky dan
diubah oleh penyelidik lainnya. Pada tahun 1891, Romanosky menemukan
campuran methylen blue dan eosin dalam perbandingan tertentu
memberi warna ungu inti leukosit.
Pembuatan sediaan apus menggunakan beberapa bahan yang berupa
larutan-larutan khusus yang memiliki fungsi masing-masing. Diantaranya
menggunakan methanol/ alkohol 100%, alkohol ini diteteskan ke atas
sediaan, sehingga bagian yang terlapis darah tertutup seluruhnya.
Metanol atau alkohol ini berfungsi untuk proses fiksasi yaitu untuk
membunuh sel-sel pada sediaan tersebut tanpa mengubah posisi
(struktur) organel yang ada di dalamnya. Dari literatur lain disebutkan,
tujuan fiksasi adalah untuk menghentikan proses metabolisme secara
cepat, mencegah kerusakan jaringan, mengawetkan komponen-komponen
sitologis dan histologist, mengawetkan keadaan sebenarnya, dan
mengeraskan (Rudyatmi, 2011).
Kemudian menggunakan larutan pewarna giemsa. Pewarna Giemsa
sebagai pewarna yang umum digunakan dalam pembuatan sediaan apus,
agar sediaan terlihat lebih jelas. Pewarnaan ini sering disebut juga
pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak dipakai untuk
mempelajari morfologi darah, sel-sel sumsum dan juga untuk identifikasi
parasit-parasit darah misalnya dari jenis protozoa. Giemsa ini memberikan
warna biru.
Pembuatan sediaan apus juga menggunakan xylol. Xylol berfungsi untuk
menjernihkan sediaan, karena zat pewarna Giemsa masih bersisa
disediaan. Xylol terus diberikan agar sediaan tidak kering. Pada akhir
pengamatan sediaan apus yang telah dibuat, kaca bendaa diberi zat
entellen serta langsung ditutup kaca penutup. Zat entellen ini berfungsi
untuk melekatkan kaca penutup pada objek, selain itu agar objek yang
sudah diamati tidak rusak dan tetap awet (Mescher, Anthony L. 2012).

Dari hasil praktikum di atas dapat diketahui bahwa pada kegiatan


ini,pengamatan apus darah menggunakan darah manusia yang berasal
dari mahasiswi bernama Asri Arum Sari. Sediaan apus darah diwarnai
dengan pewarna Giemsa fluka yang merupakan pewarna khusus darah.
Berdasarkan pengamatan preparat cukup rapid an berwara ungu
kegelapan. Dapat terlihat adanya eritrosit dan leukosit.
Eritrosit yang berhasil terlihat pada pengamatan ini berbentuk bulat
dan terlihat dari atas, bagian tengahnya seperti mengalami pelekukan
bukan inti sel. Eritrosinnya berwarna merah dan terlihat banyak
mendominasi setiap lapang pandang mikroskop. Leukosit yang berhasil
terlihat pada pengamatan ini berbentuk bulat dan lebih besar daripada
eritrosit dan berinti. Dibagian tengah sel terlihat granul berwarna ungu
lebih gelap dengan berbagai bentuk. Meskipun ditemukan beragam
bentuk leukosit, namun pengamat masih belum dapat menentukan
katagori leukosit tersebut apakah termasuk granulosit atau agranulosit.
Hal ini karena keterbatasan pengamat dan media. Trombosit pada apus
darah memiliki bentuk beragam dan tidak teratur. Ukurannya ada yang
kecil dan besar serta berwarna ungu gelap.
Sel leukosit terlihat mencolok pada preparat karena intinya yang berwarna
biru. Sehingga kita dapat membedakannya dengan eritrosit. Inti leukosit
bersifat basa, sehingga jika direaksikan dengan pewarna basa maka sel
tersebut akan menyerap warnanya.
Eritrosit memiliki kadar yang paling banyak dalam darah jika dibandingkan
dengan leukosit dan trombosit. Jumlah eritrosit antara individu yang satu
dengan individu yang lain itu berbeda-beda. Ini dapat disebabakan oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah ketinggian tempat. Individu yang
hidup di daerah dataran tinggi akan memiliki jumlah eritrosit lebih banyak
dibandingkan individu yang hidup di dataran rendah. Ini terkait dengan

kebutuhan fisiologinya. Pada individu yang hidup di dataran tinggi


membutuhkan asupan oksigen yang cukup, sedang kandungan oksigen di
dataran tinggi lebih sedikit sehingga membutuhkan banyak Hb untuk
mengikat oksigen. Begitu juga sebaliknya.

Arista,2010.PreparatApusDarah.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jt
ptunimus-gdl-aristakurn-5312-2-bab2.pdf. Diakses pada Kamis, 6 Juni
2013 Pukul 10.00 WIB

Evita,2010.Preparat
Darah.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus gdl-evitapradi5656-2-babii.pdf. Diakses pada Kamis, 6 Juni 2013 Pukul 10.00 WIB

Habibi,2012. Blood Smear. http://habibi.staff.ub.ac.id/files/2012/11/bloodsmear.pdf. Diakses pada Kamis, 6 Juni 2013 Pukul 10.00 WIB
Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar JUNQUIERA. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Pebri,2012.
Apus
http://pbr2008unj.files.wordpress.com/2012/08/apus-darah.pdf.
pada Kamis, 6 Juni 2013 Pukul 10.00 WIB

Darah.
Diakses

Rudyatmi,Eli. 2011. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi


FMIPA UNNES

Anda mungkin juga menyukai