Anda di halaman 1dari 53

Diagnosis dan Penatalaksanaan Osteosarcoma

Pendahuluan
Suatu neoplasma ganas yang berasal dari sel primitif (poorly differentiated cells) di
daerah metafise tulang panjang. Tumor tulang dengan angka kematian 80% setelah 5 tahun
didiagnosis. Penyebab osteosarkoma masih belum jelas diketahui.

Definisi
Osteosarcoma adalah tumor ganas primer dari tulang yang ditandai denganpembentukan
tulang yang immatur atau jaringan osteoid oleh sel-sel tumor.

Epidemiologi
Di Amerika Serikat insiden pada usia kurang dari 20 tahun adalah 4.8 kasus per satu juta
populasi
Insiden dari osteosarkoma konvensional paling tinggi pada usia 10-20 tahun
Insiden osteosarkoma sekunder yang rendah pada usia 60 tahun, yang biasanya berhubungan
dengan penyakit paget.
Faktor Resiko
Faktor resiko untuk terjadinya osteosarkoma yaitu:
Pertumbuhan tulang yang cepat
Faktor Lingkungan
Predisposisi Genetik

Klasifikasi
75% dari osteosarkoma masuk ke dalam kategori klasik atau konvensional, yang
termasuk osteosarkoma osteoblastic, chondroblastic, dan fibroblastic. Sedangkan sisanya
sebesar 25% diklasifikasikan sebagai varian berdasarkan:
(1) karakteristik klinik seperti pada kasus osteosarkoma rahang, osteosarkoma postradiasi, atau
osteosarkoma paget;

(2) karakteristik morfologi, seperti pada osteosarkoma telangiectatic, osteosarkoma small-cell,


atau osteosarkoma epithelioid; dan
(3) lokasi, seperti pada osteosarkoma parosteal dan periosteal.
Staging

Gejala Klinis
Gejala biasanya telah ada selama beberapa minggu atau bulan sebelum pasien
didiagnosa. Gejala yang paling sering terdapat adalah nyeri, terutama nyeri pada saat aktifitas
dan massa atau pembengkakan. Fraktur patologis sangat jarang terjadi, terkecuali pada
osteosarkoma telangiectatic yang lebih sering terjadi fraktur patologis. Nyeri pada
ekstremitas dapat menyebabkan kekakuan. Riwayat pembengkakan dapat ada atau tidak,
tergantung dari lokasi dan besar dari lesi. Gejala sistemik, seperti demam atau keringat
malam sangat jarang. Penyebaran tumor pada paru-paru sangat jarang menyebabkan gejala
respiratorik dan biasanya menandakan keterlibatan paru yang luas.

Diagnosa Banding
Ewings Sarcoma
Osteomielitis
Osteoblastoma
Giant Cell Tumor
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis osteosarcoma antara lain:


Laboratorium
X-Ray
CT-Scan
MRI
Bone Scan
Angiografi
Biopsi

Penatalaksanaan
Preoperatif kemoterapi (Induction/Neoadjuvant Chemotherapy) diikuti dengan
pembedahan limb-sparing (dapat dilakukan pada 80% pasien) dan diikuti dengan postoperatif
kemoterapi (Adjuvant Chemotherapy) merupakan standar manajemen. Osteosarkoma
merupakan tumor yang radioresisten, sehingga radioterapi tidak mempunyai peranan dalam
manajemen rutin.
Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk osteosarkoma adalah:
doxorubicin (Adriamycin), cisplatin (Platinol), ifosfamide (Ifex), mesna (Mesnex), dan
methotrexate dosis tinggi (Rheumatrex).
Semua pasien dengan osteosarkoma harus menjalani pembedahan jika memungkinkan
reseksi dari tumor prmer. Tipe dari pembedahan yang diperlukan tergantung dari beberapa
faktor yang harus dievaluasi dari pasien secara individual. Tipe pembedahan pada
penatalaksanaan osteosarcoma antara lain:
Limb Salvage
Rotation plasty
Amputation

Prognosis
Prognosis osteosarcoma berbeda-beda berdasarkan:
Lokasi Tumor
Ukuran Tumor
Metastase
Reseksi Tumor
Respon Tumor pada Kemoterapi

a. Definisi
Osteosarkoma merupakan penyakit yang sel kankernya (ganas) ditemukan di
tulang. Ini adalah yang paling umum dari jenis kanker tulang. Osteosarkoma
paling sering terjadi di remaja dan dewasa muda. Kanker ini sebagian besar
menyerang remaja pria yg sering mengkonsumsi obat penambah tinggi badan.
anak laki-laki yang memiliki tinggi diatas rata-rata memiliki potensi yang lebih
besar untuk itu. Pada anak-anak dan remaja, tumor paling sering muncul di
sekitar tulang lutut. Gejala-gejala dan kesempatan untuk pemulihan pada anakanak dan remaja yang muncul akan tampak sama. (Price-Wilson, S, L. 2002)
Setelah osteosarkoma telah pertama ditemukan, tes lain dapat dilakukan untuk
mengetahui apakah kanker sel telah menyebar ke bagian tubuh yang lain. Hal ini
disebut pementasan. Saat ini, tidak ada sistem untuk pementasan osteosarkoma.
Tetapi, kebanyakan pasien dikelompokkan tergantung pada apakah kanker hanya
ditemukan di satu bagian tubuh (diterjemahkan penyakit) atau apakah kanker
telah menyebar dari satu bagian tubuh lain (metastatic penyakit) sehingga akan
berpengaruh terhadap rawatan penyakit. Berikut ini adalah kelompok yang
digunakan untuk osteosarkoma:
b. Etiologi
Penyebab tumor ini hampir semua keganasan yang lain, masih merupakan tekateki yang belum terpecahkan. Radiasi dan virus onkogenik, yang telah terlihat
dalam terjadinya keganasan yang lain, telah dianggap sebagai agen penyebab.
Beberapa faktor etiologik telah diindentifikasi pada osteosarkoma orang dewasa
yang lebih jarang terjadi, tetapi hanya sedikit kasus saja. Osteosarkoma epidemik
dilaporkan pada pelukis lempeng jam radium disebabkan oleh penumpukan
radioaktif didalam tulang, Thorotrast-dulu menggunakan bahan kontras
radiografik yang mengandung radioaktif thorium dioxide erat hubungannya
dengan timbulnya osteosarkoma seperti pada neoplasma hati.
Selain itu, juga terdapat faktor kecenderungan genetik. Osteosarkoma pada masa
kanak-kanak mungkin sekali memiliki dasar genetik, meskipun tak seorangpun
pernah menemukannya. Mungkin kelainan genetik pada kromosom 13 dapat
menyebabkan osteosarkoma pada kelompok pasien ini. Terjadi dysplasia tulang,
termasuk penyakit Paget, dysplasia fibrosa, enchondromatosis, dan turun
temurun beberapa exostoses dan retinoblastoma (kuman-garis bentuk) adalah
faktor risiko. Kombinasi konstitusional mutasi genetik dari RB (germline
retinoblastoma) dan terapi radiasi dikaitkan dengan risiko tinggi terutama
pengembangan osteosarkoma, Li-Fraumeni Sindrom (mutasi germline), dan
Rothmund-Thomson Sindrom (autosomal yang terdesak asosiasi dari bawaan
cacat tulang , dysplasia rambut dan kulit, hypogonadism, dan katarak).
c. Klasifikasi Osteosarcoma
1) Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker
berasal.
2) Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh yang
lain. Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru. Mungkin juga menyebar
ke tulang lain. Tentang satu dari lima pasien dengan osteosarkoma dengan kanker
yang telah metastasized pada saat itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal
osteosarkoma, tumor muncul dalam 2 atau lebih tulang, tetapi belum menyebar
ke paru-paru.
3) Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu telah
dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana pertama kali atau

mungkin datang kembali di bagian lain dari tubuh. Osteosarkoma paling sering
terjadi dalam paru-paru. Ketika osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam waktu 2
sampai 3 tahun setelah perawatan selesai. Nanti kambuh lagi adalah mungkin
terjadi, tetapi langka.
d. Tanda Dan Gejala Osteosarcoma
Adapun gejala atau tanda yang ditimbulkan yang paling umum gejala
osteosarkoma adalah rasa sakit dan bengkak di kaki atau lengan. Hal ini paling
sering terjadi di lagi tulang dari tubuh - seperti di atas atau di bawah lutut atau di
lengan atas dekat bahu. Sakit mungkin buruk selama bergerak atau di malam
hari, dan benjol atau bengkak dapat mengembangkan di kawasan hingga
beberapa minggu setelah mulai sakit. Sakit yang berlebihan dapat
membangunkan di malam hari atau sakit saat istirahat menjadi perhatian khusus.
Dalam beberapa kasus, pertama tanda penyakit itu yang rusak lengan atau kaki,
karena kanker telah melemahkan tulang untuk membuatnya rentan untuk
istirahat. Pada kasus ini, resiko osteosarkoma paling sering dilihat pada remaja
anak laki-laki, dan bukti-bukti menunjukkan bahwa remaja yang tinggi daripada
rata-rata memiliki risiko tambahan untuk mengembangkan penyakit. Anak-anak
yang telah mewarisi salah satu langka sindrom kanker juga berada di risiko tinggi
untuk osteosarkoma. Sindrom ini termasuk retinoblastoma (tumor jahat yang
yang berkembang di retina, biasanya pada anak-anak berusia di bawah umur 2
tahun) dan Li-Fraumeni Sindrom (jenis mewarisi mutasi genetik). Karena
terhubungan ke radiasi lain, dapat memicu DNA mutasi, anak-anak yang telah
menerima perawatan radiasi untuk episode sebelum kanker juga meningkat di
risiko untuk osteosarkoma.

http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?
module=detailberitaminggu&kid=24&id=49902

ASKEP OSTEOSARKOMA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama
lutut. ( Price, 1962:1213 ).
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun
jumlah penderita kanker 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat
100 penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah
penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per
tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa,
diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum
terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai
5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang
kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi
lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain,
sementara
penyembuhannya
sangat
menyakitkan
karena
terkadang
memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15
25 tahun ( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata
penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki
sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih
banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum
diketahui.
B. RUMUSAN MASALAH
1.

Apakah yang dimaksud dengan Osteosarcoma ?

Bagaimanakah defenisi, manifestasi


klinis, etiologi,
patofisiologi,
komplikasi dan penatalaksanaan dari Osteosarcoma itu ?
3.
Bagaimanakah bagan penyimpangan KDM dari Osteosarcoma ?
4.
Bagaimanakah diagnosa keperawatan yang dapat dilakukan pada
kasusOsteosarcoma ?
2.

BAB II
KONSEP MEDIS
A. DEFENISI
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung(Danielle.
1999: 244 ). Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik
yang menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh
dalam tubuh.( Wong. 2003: 595 ).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari
mesenkim pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 ).
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat
yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,
terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 ).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna
yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal
ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah
menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 ).

B. MANIFESTASI KLINIK
1.

Nyeri atau pembengkakan ekstremitas yang terkena

2.

Fraktur patologik

3.

Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas

4.

Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena

5.

Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat


badan menurun dan malaise.
C. ETIOLOGI

1.

Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi

2.

Keturunan

3.

Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget ( akibat
pajanan radiasi)
D. PATOFISIOLOGI
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan
respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan
tulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa
tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan
mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan
pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara
histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang
berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan
fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan
ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding
periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis
membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru
dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
E. KOMPLIKASI

1.

Akibat langsung

: Patah tulang

2.

Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan


tubuh.

3.

Akibat pengobatan : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah,


kebotakan pada kemoterapi.
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau
mengankat jaringan maligna dengan menggunakan metode yang seefektif
mungkin.
Penatalaksanaan terbaik pada sarkoma osteogenik adalah amputasi tulang
di atas tumor atau persendian di atas tumor dan dilakukan disartikulasi.
Penatalaksanaan tambahan yang dapat diberikan berupa kemoterapi dan / atau
radioterapi. Prognosis tumor ini sangat buruk, 90% klien meninggal sebelum tiga

tahun dengan penatalaksanaan apapun yang dilakukan. Biasanya terjadi


metastasis melalui sirkulasi darah.
Obat yang digunakan utnuk kemoterapi termasuk dosis tinggi metotreksat
yang dilawan dengan faktor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis, meliputi :
Identitas. meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, dll.
Keluhan Utama. Pada umumnya keluhan utama pada kasus tumor dan keganasan
adalah nyeri pada daerah yang mengalami masalah. Nyeri merupakan keluhan
utama pada tumor ganas. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang
nyeri klien, perawat dapat menggunakan PQRST.
Riwayat Penyakit Sekarang. Pengumpulan data dilakukan sejak keluhan muncul
dan secara umum mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut
berkembang. Kadang-kadang klien mengeluhkan adanya suatu pembengkakan
atau benjolan. Pembengkakakn atau benjolan ini dapat timbul secara perlahanlahan dalam jangka waktu yang lama dan dapat juga secara tiba-tiba.
Riwayat penyakit dahulu. Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab
yang mendukung terjadinya tumor dan keganasan. Adanya riwayat fraktur
terbuka yang meninggalkan bekas sikatriks dapat mendukung terjadinya suatu
lesi pada jaringan lunak. Faktor kebiasaan kurang baik seperti merokok akan
mendukung terjadinya keganasanpada sistem pernapasan yang dapat
bermetastasis ke sistem muskuloskeletal. Berapa lama klien pernah terpapar
radiasi dan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya proliferasi sel-sel baru
dan peningkatan pertumbuhan osteoklas akan memungkinkan tumbuhnya suatu
tumor dan keganasan pada sistem muskuloskeletal.
Riwayat penyakit keluarga. Kaji tentang adakah keluarga dari generasi terdahulu
yang mengalami keluhan yang sama dengan klien.
Riwayat psikososial. Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon tau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

2. Pemeriksaan fisik

Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta
adanya pelebaran vena

Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan


yang terbatas
Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit

mungkin hebat atau dangkal

sering hilang dengan posisi flexi

anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas,


tidak mampu menahan objek berat

Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus
limfe regional

AKTIFITAS / ISTIRAHAT :
Gejala : Kelemahan dan atau keletihan.
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya, nyeri, ansietas, berkeringat
malam.
Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan.

SIRKULASI :
Gejala

: Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.

INTEGRITAS EGO :
Gejala : Faktor stres ( keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi stres ( mis: Merokok, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius). Masalah tentang perubahan dalam penampila mis: pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
bermakna, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.

ELIMINASI :
Gejala : Perubahan pada pola devekasi mis: darah pada feses, nyeri pada
devekasi.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.

MAKANAN / CAIRAN :

Gejala : Kebiasaan diet buruk ( mis: rendah serat, tinggi lemak adiktif).
Anoreksia, mual/muntah. Perubahan pada berat badan, berkurangnya massa
otot
Tanda : perubahan pada turgor kulit/kelembaban; edema.

NEUROSENSORI :
Gejala : pusing, sinkope.

NYERI ATAU KENYAMANAN :


Gejala : Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri berat.

PERNAFASAN :
Gejala : Merokok ( tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang
merokok). Pemajanan abses.

INTERAKSI SOSIAL :
Gejala : Ketidak adekuatan / kelemahan sistem pendukung. Riwayat perkawinan (
berkenan dengan kepuasan dirumah, dukungan atau bantuan). Masalah tentang
fungs/ tanggung jawab peran.

PENYULUHAN ATAU PEMBELAJARAN :


Gejala : Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau bibi dengan kanker. Sisi
primer: Penyakit primer, tangga ditemukan/ didiagnosis.
Riwayat pengobatan : pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan
pengobatan yang diberikan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.

Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi).

2.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal,


nyeri dan amputasi.

3.

Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan atau jaringan


berhubungan dengan penekanan pada daerah tertentu dalam waktu yang lama.

4.
5.

Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.
Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri akut
(amputasi).

berhubungan

dengan

proses

patologik

dan

pembedahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah


nyeri akut teratasi seluruhnya.
Kriteria Hasil :

Klien mengatakan nyeri hilang dan terkontrol.


Klien tampak rileks, tidak meringis, dan mampu istiraht / tidur dengan cepat.
Tampak memahami nyeri akut dan metode untuk menghilangkannya.
Skala nyeri 0-2.
Intervensi :
1.

Kaji skala nyeri dengan pendekatan PQRST


R / : Untuk mengetahui skala nyeri klien dan untuk mempermudah menentukan
intervensi selanjutnya.

2.

Observasi tanda tanda vital


R / : Mengetahui keadaan umum klien

3.

Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi


R / : Teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat membantu
dalam mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya

4.

Berikan sokongan pada ekstremitas yang luka


R / : Menurunkan edema dan mengurangi nyeri

5.

Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat analgetik


R / : Dapat mengurangi dan menghilangkan nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal,
nyeri dan amputasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah hambatan

mobillitas fisik teratasi seluruhnya.

Kriteria Hasil :

Pasien menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan tindakan


keamanan.
Pasien tampak ikut serta dalam program latihan / menunjukan keinginan berpartisipasi dalam
aktivitas.

Pasien menunjukan teknik / perilaku yang memampukan tindakan beraktivitas.


Pasien tampak mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.
Intervensi :
1.

Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang
immobilisasi tersebut.
R / : Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak proporsional).

2.

Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca koran dll ).
R /: Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan perhatian,
meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi
sosial.

3.

Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang
tidak.
R /: Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,
mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reabsorbsi Ca yang tidak
digunakan.

4.

Bantu pasien dalam perawatan diri.


R /:Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam mengontrol
situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.

5.

Berikan diet TKTP, vitamin, dan mineral.


R / : Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada immobilisasi
biasanya terjadi penurunan BB.

6.

Kolaborasi dengan bagian fisioterapi.


R / : Untuk menentukan program latihan.
3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan atau jaringan berhubungan dengan
penekanan pada daerah tertentu dalam waktu yang lama.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam risiko kerusakan


integritas kulit / jaringan taratasi seluruhnya.

Kriteria Hasil : Klien Menunjukkan prilaku / tehnik untuk mencegah kerusakan kulit
tidak berlanjut.
Intervensi :

1.

Kaji adanya perubahan warna kulit.


R / : Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit.

2.

Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.


R / : Untuk menurunkan tekanan pada area yang peka resiko kerusakan kulit lebih lanjut.

3.

Ubah posisi dengan sesering mungkin.


R / : Untuk mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan resiko
kerusakan kulit.

4.

Beri posisi yang nyaman kepada pasien.


R / : Posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan cedera kulit / kerusakan kulit.

5.

Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pemberian antibiotic.


R / : Untuk mengurangi terjadinya kerusakan integritas kulit.
4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah resiko


infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :

Tidak ada tanda-tanda Infeksi.


Leukosit dalam batas normal.
Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
1.

Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor, dolor,
fungtiolaesa.
R / : Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.

2.

Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.


R / : Meminimalkan terjadinya kontaminasi.

3.

Rawat luka dengan menggunakan tehnik aseptik


R / : Mencegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang.

4.

Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema lokal, eritema
pada daerah luka.
R / : Merupakan indikasi adanya osteomilitis.

5.

Kolaborasi pemeriksaan darah : Leukosit


R / : Leukosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi.

5. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berkenaan dengan kanker.

Tujuan : mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat

Kriteria Hasil :

penambahan berat badan


bebas tanda malnutrisi
nilai albumin dalam batas normal ( 3,5 5,5 g% )

Intervensi :
1.

Catat asupan makanan setiap hari


R / : mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi

2.

Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari


R / : mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan kurang
dari normal

3.

Berikan diet TKTP dan asupan cairan kuat


R / : memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan cairan adekuat untuk menghilangkan
produk sisa

4.

Pantau hasil pemeriksaan laboraturium sesuai indikasi


R / : membantu mengidentifikasi derajat malnutrisi
D. EVALUASi

1.

Nyeri berkurang atau hilang

2.

Tidak terjadi hambatan mobilitas fisik

3.

Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

4.

Tidak menujukkan tanda tanda infeksi

5.

Tidak terjadi malnutrisi

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sarkoma osteogenik atau osteosarkoma merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat
yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,
terutama lutut. Kasus sarkoma osteogenik paling banyak menyerang anak
remaja dan mereka yang baru menginjak masa dewasa, tetapi dapat juga
menyerang penderita penyakit Paget yang berusia lebih dari 50 tahun.
Penyebab utama masih misteri, tetapi faktor genetik, virus onkologi, dan
terpapar radiasi disinyalir sebagai asal muasal timbul sarkoma osteogenik ini.
Nyeri yang menyertai destruksi tulang dan erosi adalah gejala umum dari
penyakit ini.
Beberapa jenis tumor primer seperti sarkoma osteogenik dapat dirawat
paling baik dengan jalan amputasi atau melakukan pembedahan ablative secara
menyeluruh. Meskipun kemoterapi dan imunoterapi agaknya juga mempunyai
kemampuan untuk menyembuhkan, tetapi sering kali perlu dilakukan
pembedahan untuk membuang tumor dan semua jaringan di sekitarnya. Selain
itu, juga dikembangkan terapi x-ray sinar tingkat tinggi.
B. SARAN
Setelah penulis menjabarkan mengenai kasus osteosarkoma, diharapkan
memberi suatu pencerahan dan tambahan ilmu pengetahuan mengenai kasus

ini. Namun, dalam uraiannya, penulis sadar bahwa masih banyak hal yang dirasa
kurang dan oleh karenanya penulis mengharapkan suatu masukan dan saran
untuk kebaikan mendatang dalam segala bidang, terutama kasus osteosarkoma
ini.

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
http://www.scribd.com/doc/128144121/Patofis-Osteosarcoma
http://www.scribd.com/doc/49448400/PATOFISIOLOGI-OSTEOSARCOMA
wordpress.com/2010/02/27/asuhan-keperawatanosteosarkoma/http://alam414m.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-

askep-osteosarcoma.html
http://agusnadianus.blogspot.com/2012/05/askep-osteosarkoma-agus-nadianus-skep.html

BAB II
TINJAUAN TEORI

1. TEORI TUMOR TULANG (OSTEOSARCOMA)


A. Pengertian
Osteosarkoma disebut juga osteogenik sarkoma adalah tumor maligna yang berada pada
tulang dan merupakan tumor tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal.
Osteosarkoma dan osteogenik sarcoma ini dipergunakan bukan karena tumor membentuk
tulang, tetapi karena pembentukan tumor ini berasal dari sel osteoblastik dan sel-sel
masenkim primitive. Tumor ini merupakan tumor yang sangat ganas, menyebar secara cepat
pada periosteum dan jaringan ikat diluarnya.
Osteosarkoma biasanya terdapat pada metafisis tulang panjang dimana lempeng
pertumbuhannya ( epiphyseal growthplate) yang sangat aktif yaitu; pada distal femur,
proksimal tibia dan fibula,proksimal humerus, dan pelvis. Pada orang tua dengan umur diatas
50 tahun, osteosarkoma dapat terjadi akibat degenerasi ganas dari penyakit paget, dengan
prognosis sangat jelek. (zairin noor, 2012).
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244 ).
Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan
dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003: 595 ).

Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim pembentuk
tulang. (Wong. 2003: 616).
Neoplasma system musculoskeletal bisa berbentuk bermacam-macam, seperti tumor
osteogenik, konrogenik, fibrogenik, otot (rabdomiogenik), dan sel sumsum (reticulum) bisa
juga tumor saraf, vaskuler dan sel lemak. Biasanya merupakan tumor primer atau tumor
metastatic dari kanker primer di tempat lain misalnya payudara, paru, prostat, ginjal) tumor
tulang metastatic lebih sering dibanding tumor tulang primer.
1) Tumor tulang benigna
Tumor tulang benigna biasanya dan berbatas tegas, gejalanya sedikit, dan tidak
menyebabkan kematian. Neoplasma perifer benigna system musculoskeletal meliputi
osteoma, osteokondroma, enkondroma, kista tulang, (kista tulang aneurisma) rabdomioma,
dan fibroma. Tumor benigna tulang dan jaringan lunak lebih sering dari pada tumor maligna.
Beberapa tumor benigna, seperti sel tumor raksasa mempunyai potensial mengalami
transformasi maligna. Kista tulang merupakan lesi yang invasive pada tulang . Kista tulang
aneurisma sering dilihat pada dewasa muda dan ditandai dengan terabanya massa yang nyeri
pada tulang panjang vertebrata, tulang pipih. Osteokandroma merupakan tumor tulang
benigna yang paling sering., biasanya terjadi sebagai tonjolan tulang besar pada ujung tulang
panjang (pada lutut dan bahu). Terjadi pada masa pertumbuhan dan kemudian menjadi massa
tulang statis. Lapisan kartilagopada osteokandorma dapat mengalami transformasi maligna
setelah trauma, dan dapat terjadi kondrosarkoma. Enkondroma merupakan tumor tulang yang
sering pada kartilago hialin yang tumbuh ditangan, rusuk, femur, tibia, humerus atau pelvis.
Umumnya satu-satunya gejala adalah linu yang ringan, dapat terjadi Fraktur patologis. Tumor
nyeri yang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda adalah osteoid osteoma. Jaringan
neoplastik ini dikelilingi oleh pembentukan tulang reaktif yang membantu pada identifikasi
radiologis. Tumor sel raksasa (osteoklastoma) adalah tumor benigna selama beberapa waktu
tetapi dapat menginvasi jaringan local dan menybabkan destruksi terjadi pada dewasa muda
dan bersifat lunak dan hemoragis, kadang tumor sel raksasa dapat mengalami transformasi
maligna dan bermetastatis.
2) Tumor tulang maligna
Tumor musculoskeletal maligna primer relative jarang dan tumbuh dari sel jaringan ikat
dan penyokong (sarcoma) atau dari elemen sumsum tulang (myeloma). Tumor
musculoskeletal primer maligna meliputi osteosarkoma, kondrosarkoma, sarcoma ewing, dan
fibrosarkoma. Tumor tulang biasanya bermetastatis ke tulang. Sarkoma osteogenik
(osteosarkoma) merupakan tumor tulang primer maligna yang paling sering dan paling patal.
Ditandai dengan metastatis hematogen awal paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi
karena sarcoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat, sarcoma
osteogenik lebih sering pada pria umur 10-25 tahun pada tulang yang sedang tumbuh cepat
dan kelompok lebih tua yang menderita penyakit paget atau akibat pajanan radiasi.

Bermanifestasi sebagai nyeri, pembengkakan, keterbatasan gerak, dan kehilangan berat


badan, massa tulang dapat teraba, nyeri tekan dan tidak bisa digerakan, dengan peningkatan
suhu kulit diatas massa dan ketegangan vena. Lesi primer dapat mengenai semua tulang
namun tempat yang paling sering adalah distal femur, proksimal tibia, dan proksimal
humerus.
Tumor maligna kartilago dinamakan kondrosarkoma dan merupakan tumor tulang
maligna primer kedua tersering. Tumor ini merupakan tumor besar, tumbuh lambat yang
mengenai orang dewasa (pria lebih sering dari wanita). Tempat tumor tersering adalah pelvis,
rusuk, femur, humerus, vertebrata, scapula, dan tibia. (Brunner & suddarth, 2001).
B. Etiopatogenesis
Penyebab osteosarkoma masih belum jelas, Adanya hubungan kekeluargaan menjadi
suatu predisposisis, begitu pula adanya hereditary retinoblastoma. Agen virus dapat
menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan, Radiasi ion dikatakan menjadi 3%
penyebab langsung osteosarkoma. Dua tumor suppressor gene yang berperan secara
signifikan terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma, yaitu protein P53 (kromosom 17) dan
Rb (kromosom 13). Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam pathogenesis osteosarkoma, dimana dapat
mulai tumbuh didalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut pada jaringan lunak
sekitar tulang. Epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor
ke dalam sendi.
Osteosarkoma mengadakan metastatis secara hematogen, paling sering ke paru atau pada
tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15-20% telah mengalami metastase pada saat diagnosis
ditegakan.
Stadium

1.
2.
3.
4.
5.

Sesuai dengan Enneking System, maka tingkatan dari osteosarkoma adalah sebagai
berikut :
Stadium tumor rendah, Intracompartmental I-A
Stadium tumor rendah, Extracompartmental I-B
Stadium tumor tinggi, Intracompartmental II-A
Stadium tumor tinggi, Extracompartmental II-B
Tumor dengan metastatis III.

C. Manifestasi Klinik
Osteosarkoma sering terdapat didaerah lutut pada anak-anak dan dewasa muda terbanyak
pada distal dan femur. Keluhan utama yang paling sering muncul adalah nyeri, Deformitas,
dan imobilitas fisik keluhan biasanya sudah ada 3 bulan sebelumnya dan sering kali
dihubungkan dengan trauma, Terdapat benjolan pada daerah dekat sendi yang sering kali

sangat besar, nyeri tekan dan pelebaran pembuluh darah pada kulit dipermukannya. Sering
juga ditemukan patah tulang patologis.

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN OSTEOSARCOMA

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN


OSTEOSARCOMA

1.
2.
3.
4.

Disusun Oleh :
Ahmad irfankhan HS
Harti febiyanti
Lila Kartika
Yunita Setyaningrum

(1509 003)
(1509 017)
(1509 022)
(1509 040)

YOGYAKARTA
2011

KATA PENGANTAR

1.
2.
3.
4.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tugas asuhan keperawatan Medical Bedah III dengan pasien
osteosarcoma dapat selesai tepat pada waktunya.
Asuhan keperawatan ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III.
Asuhan keperawatan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu dan pada kesempatan ini penulis
dengan segala kerendahan hati menyampaikan terimakasih kepada :
Dwi Wulan M, S.Kep.,Ns selaku pengajar mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III dan
sekaligus pembimbing dalam pembuatan asuhan keperawatan ini.
Eko Rudianto, AhPP selaku pengajar mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.
Orang tua yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil.
Teman-teman AKPER YKY yang telah memberikan bantuan kepada saya.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan asuhan keperawatan ini, harapan penulis semoga asuhan keperawatan ini
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 23 April 2011
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.( Price, 1962:1213 )
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah
penderita kanker 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker
diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar
11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah
penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.
Menurut Errol Untung Hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy
Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor
tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang
jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering
didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas.
Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka
harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paruparu. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis.
Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga
penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar
ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang
memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 25 tahun
( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada
umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi
pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai
sekarang penyebab pasti belum diketahui.
Melihat jumlah kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian
dan penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis makalah Asuhan Keperawatan
Osteosarkoma
B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana Asuhan Keperawatan pada
klien Osteosarkoma.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi :
a. Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada klien dengan osteosarcoma
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan osteosarkoma.
c. Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan osteosarkoma.
d. Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan pada
anak dengan Osteosarkoma.

BAB II
LANDASAN TEORI

1.
a.

b.

2.

A. Pengertian
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244 ).
Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi
jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003:
595 ). Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim
pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 )
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 )
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling
sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini
menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien
pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 )
Klasifikasi tumor pada muskuloskletal adalah :
Tumor jinak ( benigna )
Osteoma
Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak dan ditandai oleh pertumbuhan
tulang yang abnormal. Oateoma berwujud sebagai suatu benjolan yang tumbuh dengan
lambat dan tidak nyeri. Pada pemeriksaan radiografi osteoma perifer tampak sebagai lesi
yang meluas pada permukaan tulang. Sedangkan osteoma sentral tampak sebagai suatu masa
berbatas jelas dengan tulang.
Kondroblastoma
Konroblastoma adalah tumor jinak yang sering ditemukan pada tulang humerus. Gejala yang
sering timbul adalah nyeri yang timbul pada tulang rawan.
c. Enkondroma
Enkondroma adalah tumor jinak sel sel rawan displastik yang timbul pada metafisis tulang
tubular, terutama pada tangan dan kaki.
Tumor tumor ganas ( maligna )

a.
b.
c.

B.
1.
2.
3.
4.
5.
C.

D.

Multipel mieloma
Tumor ganas pada tulang akibat proliferasi ganas dari sel sel plasma.
Sarkoma osteogenik
Sarkoma osteogenik merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas
Kondrosarkoma
Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas yang terdiri dari kondrosit anaplastik yang
dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau sentral.
Etiologi
Etiologi dari osteosarkoma adalah :
Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
Keturunan ( genetik )
Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya yang disebabkan oleh penyakit.
Pertumbuhan tulang yang terlalu cepat.
Sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet, merokok dan
lain-lain.
Anatomi dan Fisiologi
Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk gerak pasif, proteksi alat-alat di dalam
tubuh, pemben Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang
membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium
dan posfat. Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang
membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium
dan posfat.
Sebagaimana jaringan pengikat lainnya, tulang terdiri dari komponen matriks dan sel.
Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan protein non-kolagen. Sedangkan sel tulang
terdiri dari osteoblas, oisteosit, dan osteoklas.
Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan
sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu proses yang disebut osifikasi.
Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah besar
fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke
dalam matriks tulang.
Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka
kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat
pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke
tulang.
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang
memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan
osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang
memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulan90g sehingga kalsium
dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah. (Setyohadi, 2007; Wilson. 2005; Guyton. 1997)
Patofisiologi

1.
2.
3.
4.
E.

F.

Keganasan sel pada mulanya berawal pada sumsum tulang (myeloma) dari jaringan sel
tulang (sarcoma) sel-sel tulang akan berada pada nodul-nodul limfe, hati dan ginjal sehingga
dapat mengakibatkan adanya pengaruh aktifitas hematopeotik sum-sum tulang yang cepat
pada tulang sehingga sel-sel plasma yang belum matang/tidak matang akan terus membelah
terjadi penambahan jumlah sel yang tidak terkontrol lagi.
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari osteosarkoma adalah :
Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah
pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)
Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena
Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun
dan malaise.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis.
Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi
jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau
ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau
terapi kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan
kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX)
dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi. Bila
terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal
intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau
kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis seperti
CT, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks dilakukan
sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-paru.
Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal.
Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, yu9o-;muntah,
poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi
bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor.

BAB III
ASUHAN KEPERAWARTAN OSTEOSARKOMA

A. Pengkajian
1. Data biografi
Data biografi biasanya mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, No. MR, agama dan lainlain yang dianggap perlu.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada ekstremitas, sering berkeringat pada malam hari, nafsu makan
berkurang dan sakit kepala.
3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Kemungkinan pernah terpapar sering dengan radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
b. Kemungkinan pernah mengalami fraktur
c. Kemungkinan sering mengkonsumsi kalsium dengan batas narmal
d. Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet,
merokok dan lain-lain
4. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada salah seorang keluarga yang pernah menderita kanker.
5. Pemeriksaan fisik
a.
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran
vena
b.

Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas

c.

Adanya tanda-tanda inflamasi

d.

Pemeriklsaan TTV klien

6. Pemeriksaan Diagnostik
lakukan pemeriksaan radiografi, pemindaian tulang, dan biopsi tulang.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan
2. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang
proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan
dengan kanker.
4. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja pera ( Doenges.
1999: 1000 )
5. Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak. ( Wong. 2003: 617 )

C. Intervensi
1. Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan
Tujuan: klien mengalami pengurangan nyeri.
KH :
Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan

Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai


indikasi situasi individu.

Intervensi :
- Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri )
- Memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan.
- Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan ( misalnya : musik, televise
Meningkatkan relaksasi klien
- Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan
bimbingan imajinasi.
Meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien
Kolaborasi :
- Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.
- Mengurangi nyeri dan spasme otot ( Doenges. 1999: 1005 )
2. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi
tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat.
Tujuan : Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam aturan
pengobatan.
KH :
Pasien tampak rileks
Melaporkan berkurangnya ansietas

Mengungkapkan perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien


Intervensi :
- Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan.
- Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta kesalahan
konsep tentang diagnosis
- Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara.
- Membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima dengan
kondisi apa adanya
- Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien.
- Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.
- Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis
- Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau pilihan
sesuai realita. ( Doenges. 1999: 1000 )
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berkenaan dengan kanker
Tujuan : mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat
KH :
Penambahan berat badan
Bebas tanda malnutrisi
Nilai albumin dalam batas normal ( 3,5 5,5 g% )

Intervensi :
- Catat asupan makanan setiap hari
- Mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi.
- Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari.
mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan dan
pengukuran antropometrik kurang dari normal
- Berikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat.
- Memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan cairan adekuat untuk menghilangkan
produk sisa.
Kolaborasi :
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
- Membantu mengidentifikasi derajat malnutrisi ( Doenges. 1999: 1006 )
4. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja pera
( Doenges. 1999: 1000 )
Tujuan : Mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak
berdaya, putus asa dan tidak mampu.
KH :
Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.
Intervensi :
- Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan
pribadi pasien dan keluarga.
- Membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.
- Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau
pengobatan.
- Membantu dalam pemecahan masalah
- Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan
menyentuh pasien
- Menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien dan
keluarga. ( Doenges. 1999: 1004 )
5. Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak. ( Wong. 2003:
617 )
Tujuan : Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan anggota gerak.
KH :

Pasien menyesuaikan diri terhadap kehilangan anggota gerak

Mengalami peninggkatan mobilitas


Intervensi :
- Lakukan pendekatan langsung dengan klien
- Meningkatkan rasa percaya dengan klien.
- Diskusikan kurangnya alternatif pengobatan.
- Memberikan dukungan moril kepada klien untuk menerima pembedahan.

D.
1.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
3.
a.
b.
c.
4.
a.
b.
5.

Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai dengan
kemampuan pasien.
Membantu dalam melakukan mobilitas dan meningkatkan kemandirian pasien.
Motivasi dan libatkan pasien dalam aktifitas bermain
Secara tidak langgsung memberikan latihan mobilisasi ( Wong. 2003: 617)
Evaluasi
Pasien mampu mengontrol nyeri
Melakukan teknik manajemen nyeri,
Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.
Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama
menjalankan aktifitas hidup sehari-hari
Masukan nutrisi yang adekuat
Mengalami peningkatan berat badan
Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan
Tidak ada tanda tanda kekurangan nutrisi
Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.
Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata
Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien
Memperlihatkan konsep diri yang positif
Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien
Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri
Klien dan keluarga siap menghadapi amputasi

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 ).
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 25 tahun
( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada
umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi
pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai
sekarang penyebab pasti belum diketahui
Tanda dan gejala dari Osteosarkoma adalah Nyeri dan/ atau pembengkakan
ekstremitas yang terkena, pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas, teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta

adanya pelebaran vena dan gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk,
demam, berat badan menurun dan malaise.
B. Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok
mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman teman sesama
mahasiswa. Selain itu penyakit osteosarkoma ini sangat berbahaya dan kita sebagai host
harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi
4. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8.
Jakarta : EGC

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama
lutut. ( Price, 1962:1213 ).

Menurut badan kesehatan dunia ( World Health


Oganization ) setiap tahun jumlah penderita kanker
6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100
penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun.
Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar
11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta
dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa,
diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker
per tahun. ( www.mail-archive.com).
Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru
besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10
tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus
tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM

jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati
yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang
ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium
lanjut. (www.kompas.com).
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum
terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai
5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang
kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi
lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain,
sementara
penyembuhannya
sangat
menyakitkan
karena
terkadang
memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy. Kanker tulang
( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 25 tahun ( pada
usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ).
Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian
pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa
remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai
sekarang penyebab pasti belum diketahui ( www.medicastore.com).

2. Tujuan penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan
asuhan keperawatan osteosarkoma.

b. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa
keperawatan meliputi :

mampu

memberikan

gambaran

asuhan

1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan osteosarkoma,


2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Osteosarkoma.
3. Mampu membuat rencana keparawatan pada pasien dengan osteosarkoma.
4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Osteosarkoma.
5. Mampu

mengevaluasi
Osteosarkoma.

pelaksanaan

asuhan

keperawatan

pada

pasien

dengan

6. Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan


keperawatan pada pasien dengan Osteosarkoma.
7. Mampu mengidentifikasi solusi dalam faktor-faktor penghambat pada pasien
dengan Osteosarkoma.

3. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam laporan studi kasus ini adalah
metode deskriptif yaitu menggambarkan secara langsung melalui pendekatan
proses keperawatan dengan cara teknik pengumpulan data seperti wawancara,
pemeriksaan fisik, kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain serta data dari
catatan medik klien.

4. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi dari laporan
kasus ini, maka penulisannya dibuat secara sistematis, dibagi menjadi 5 bab
yaitu :
BAB I. Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II. Tinjauan teoritis meliputi konsep dasar penyakit dan konsep dasar asuhan
keperawatan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

1. DEFINISI
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle.
1999: 244 ). Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik

yang menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh
dalam tubuh.( Wong. 2003: 595 ).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari
mesenkim pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 ).
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat
yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,
terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 ).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna
yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal
ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah
menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 ).
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia
proksimal dan humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis,
kolumna, vertebra, mandibula, klavikula, skapula, atau tulang-tulang pada
tangan dan kaki. Lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah lutut. ( Otto.2003 : 72
).
Sarkoma osteogenik atau osteosarkoma adalah merupakan neoplasma
tulang primer yang sangat ganas.
Osteosarkoma merupakan tumor tulang maligna primer yang paling lazim
dan seringkali berakibat fatal dan dapat timbul sebagai metastase sekunder dari
ekstrimitas tungkai pada 50% kasus. Biasanya terdapat pada lokasi bekas radiasi
atau lebih sering sebagai penyerta pada penyakit paget. Osteosarkoma sering
terjadi pada laki-laki pada kelompok usia 10-25 tahun dan pada orang tua yang
mengalami penyakit paget.

2. ETIOLOGI
a. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
b. Keturunan
c. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat
pajanan radiasi).
d. Virus onkogenik ( Smeltzer. 2001: 2347 ).

3. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Tulang paha atau femur adalah bagian tubuh terbesar dan tulang terkuat
pada tubuh manusia. Ia menghubungkan tubuh bagian pinggul dan lutut. Femur
pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dan
trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan
berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae.
Pada pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat
perlekatan ligamentum dari caput. Sebagian suplaii darah untuk caput femoris
dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea.
Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan
ke bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat
(pada wanita sedikit lebih kecil) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya
sudut ini perlu diingat karena dapat dirubah oleh penyakit.
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher
dan batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea
intertrochanterica di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di
bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum quadratum.
Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan.
Ia licin dan bulat pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya
terdapat rabung, linea aspera. Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke
bawah. Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai crista supracondylaris medialis
menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis.Tepian lateral menyatu
ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada permukaan posterior
batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis, yang ke
bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung
distal dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya,
disebut fascia poplitea.
Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di
bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior
condylus dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut
membentuk articulatio genu. Di atas condylus terdapat epicondylus lateralis dan
medialis. Tuberculum adductorium berhubungan langsung dengan epicondylus
medialis.

4. PATOFISIOLOGI
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat
yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,
terutama lutut.

Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan


kekeluargaan menjadi suatu predisposisi. Begitu pula adanya hereditery.
Dikatakan beberapa virus onkogenik dapat menimbulkan osteosarkoma pada
hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab langsung
osteosarkoma. Akhir-akhir ini dikatakan ada 2 tumor suppressor gene yang
berperan secara signifikan terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma yaitu
protein P53 ( kromosom 17) dan Rb (kromosom 13).
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma.
Mulai tumbuh bisa didalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut
sampai pada jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan sendi
bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor kedalam sendi. Osteosarkoma
mengadakan metastase secara hematogen paling sering keparu atau pada
tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15%-20% telah mengalami metastase
pada saat diagnosis ditegakkan. (Salter, robert : 2006).
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan
respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan
tulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa
tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan
mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan
pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara
histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang
berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan
fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan
ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding
periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis
membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru
dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

Pathway Patofisiologi Osteosarkoma


Faktor

Resiko, Keturunan (Hereditery), Virus Onkogenik, dan Radiasi Ion

Sel Tumor Menginvasi Jaringan Lunak

Respon
Osteolitik
Osteoblastik (Pembentukan Tulang)
Destruksi Tulang

Respon
Penimbunan Periosteum Tulang yang baru

dekat lempat lesi terjadi


Penghancuran

Tulang Lokal

Terjadi

pertumbuhan tulang yang abortif


Osteoporosi

s
tulang

Pembedahan Penambahan massa

Fraktur
Nyeri

Akut
Kerusakan Integritas Kulit
Infeksi

Kerusakan Mobilitas Fisik

Resiko

5. ABSES
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu
infeksii bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan
terjadi
infeksi.

Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan
sel-sel yang terinfeksi.
Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan
infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel
darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah,
yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di
sekitarnya
akan
terdorong.
Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding
pembatas abses; hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah
penyebaran infeksi lebih lanjut.

6. GAMBARAN KLINIS
a. Rasa sakit (nyeri), Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena
(biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai
dengan progresivitas penyakit).
b. Pembengkakan, Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas (Gale. 1999: 245).
c. Keterbatasan gerak
d. Fraktur patologik.
e. Menurunnya berat badan
f. Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa
serta distensi pembuluh darah maupun pelebaran vena.
g. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat
badan menurun dan malaise (Smeltzer. 2001: 2347).

7. LABORATORIUM dan RADIOGRAFI


Studi radiografikal, scan MRI dan CT pada tulang yang terkena penyakit,
mielogram, artetiografi, dan essai biokimia darah dan urine akan memberikan
informasi diagnostic. Pada radiografi, terdapat tanda kerusakan tulang di dalam
diafisis dengan erosi korteks tulang, terangkatnya periosteum terlihat pada tepi
lesi di tempat terbentuknya tulang baru di bawah (segitiga codman).
Terbentuknya tulang baru terlihat di dalam medula atau korteks tulang,
tergantung dari tumor tersebut apakah osteolitik atau osteoblastik.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:

a. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi


tulang.
b. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
c. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan
insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi- lesi yang dicurigai.
d. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
e. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase.
f. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran
pada jaringan lunak sekitarnya.
g. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya skip lesion, ( Rasjad.
2003).

9. DIAGNOSA BANDING
a. Lesi tulang infeksiosa terutama karena sifilis.
b. Neoplasma tulang yang lain seperti khondrosarkoma
c. Tumor sel datia atau defosit metastasis karsinomatosa pada tulang dari tumor
primer.

10.

PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan
tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi
secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit.
Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi
kombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau
radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi
adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate
dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara
tersendiri atau dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian
cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat,
mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).
b. Tindakan keperawatan

1)

Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetika).

2)

Mengajarkan mekanisme koping yang efektif


Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan
berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke
ahli psikologi atau rohaniawan.

3)

Memberikan nutrisi yang adekuat


Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek
samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.
Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.
Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.

4)

Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di
rumah. (Smeltzer. 2001: 2350 ).

5)

Jika diperlukan traksi, Prinsip Perawatan Traksi

a) Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah posisi, pijatan punggung )


dan aktivitas terapeutik.
b) Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan otot.
c) Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.
d) Beri penguatan pada balutan awal / pengganti sesuai dengan indikasi, gunakan
teknik aseptic dengan tepat.
e) Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.
f) Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.
g) Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh: bimbingan
imajinasi, nafas dalam.
h) Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan
i)

Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh: edema,
eritema.
Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau
mengankat jaringan maligna dengan menggunakan metode yang seefektif
mungkin.
Secara umum penatalaksanaan osteosarkoma ada dua, yaitu:

a.

Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan tindakan


amputasi pada ekstrimitas yang terkena, dengan garis amputasi yang
memanjang melalui tulang atau sendi di atas tumor untuk control lokal terhadap
lesi primer. Beberapa pusat perawatan kini memperkenalkan reseksi lokal tulang
tanpa amputasi dengan menggunakan prosthetik metal atau allograft untuk
mendukung kembali penempatan tulang-tulang.

b.

Kemoterapi
Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yang dilawan dengan
factor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.

11.

KOMPLIKASI

a. Akibat langsung : Patah tulang


b. Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan
tubuh
c. Akibat pengobatan : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah,
kebotakan pada kemoterapi.

12.

PROGNOSA

Prognosa jelek, hanya kira-kira seperlima atau kurang dari 10 persen yang
kasus yang mempunyai harapan hidup / bertahan sampai / lebih dari 5 tahun.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOSARCOMA

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status
alamat, dan lain-lain.

perkawinan,

2. Riwayat kesehatan
a.

Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.

b.

Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak

c.

Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya

3. Pengkajian fisik
a.

Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.

b.

Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.

c.

Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan

d.

Keterbatasan rentang gerak

4. Hasil laboratorium/radiologi
a.

Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan tulang baru.

b.

Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari kortek
tulang.

c.

Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase.

B.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.

Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah nyeri akut
teratasi seluruhnya.
DS : Klien mengatakan nyeri sebelum dan setelah pembedahan
DO :
a. Fokus diri klien tampak menyempit, dan
b. Perilaku klien tampak melindung diri / berhati-hati.

Kriteria Hasil :
a.

Klien mengatakan nyeri hilang dan terkontrol,

b.
tepat,

Klien tampak rileks, tidak meringgis, dan mampu istirahat/tidur dengan

c.

Tampak memahami nyeri akut dan metode untuk menghilangkannya,

d.

Skala nyeri 0-2.

dan

Intervensi:
a.

Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan
karakteristik nyeri.
R / : Untuk mengetahui respon dan sejauh mana tingkat nyeri pasien.

b.

Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan lembut).


R / : Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka.

c.

Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.


R / : Peningkatan vena return, menurunkan edema, dan mengurangi nyeri.

d.

Berikan lingkungan yang tenang.


R / : Agar pasien dapat beristirahat dan mencegah timbulnya stress.

e.

Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik, kaji efektifitas dari


tindakan penurunan rasa nyeri.
R / : Untuk mengurangi rasa sakit / nyeri.

2.

Kerusakan
mobilitas
fisik
yang
muskuluskletal, nyeri, dan amputasi.

berhubungan

dengan

kerusakan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah kerusakan


mobillitas fisik teratasi seluruhnya.
DS : Klien mengatakan sulit untuk bergerak
DO : Klien tampak mengalami Gangguan koordinasi; penurunan kekuatan otot, kontrol
dan massa.

Kriteria Hasil :
a. Pasien menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan
tindakan keamanan,
b. Pasien tampak ikut serta dalam program latihan / menunjukan keinginan
berpartisipasi dalam aktivitas,
c. Pasien menunjukan teknik / perilaku yang memampukan tindakan beraktivitas,
dan
d. Pasien tampak mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat
optimal.

Intervensi :
a. Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien
tentang immobilisasi tersebut.
R /: Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak
proporsional).
b. Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca koran dll ).
R / : Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan
perhatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam
mengurangi isolasi sosial.
c. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera
maupun yang tidak.
R / : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus
otot, mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan
reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.

d. Bantu pasien dalam perawatan diri.

R / : Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam


mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
e. Berikan diit Tinggi protein Tinggi kalori , vitamin , dan mineral.
R / : Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada
immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB.
f. Kolaborasi dengan bagian fisioterapi.
R / : Untuk menentukan program latihan.

3.

Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan penekanan pada


daerah tertentu dalam waktu yang lama.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah kerusakan


integritas kulit / jaringan taratasi seluruhnya.

riteria Hasil : Klien Menunjukkan prilaku / tehnik untuk mencegah kerusakan kulit tidak
berlanjut.
Intervensi :
1)

Kaji adanya perubahan warna kulit.

R / : Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit.


2)

Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.

R / : Untuk menurunkan tekanan pada area yang peka resiko kerusakan kulit
lebih lanjut.
3)

Ubah posisi dengan sesering mungkin.

R / : Untuk mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan


meminimalkan resiko kerusakan kulit.
4)

Beri posisi yang nyaman kepada pasien.

R / : Posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan cedera kulit / kerusakan kulit.
5)

Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pemberian zalf / antibiotic.


R / : Untuk mengurangi terjadinya kerusakan integritas kulit.

4.

Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah resiko


infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda Infeksi,
b. Leukosit dalam batas normal, dan
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
1)

Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor,
dolor, fungsi laesa.
R/ : Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.

2)

Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.


R/ : Meminimalkan terjadinya kontaminasi.
3)

Rawat luka dengan menggunakan tehnik aseptik


R/ : Mencegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang.

4)

Mewaspadai adanya keluhan nyeri


edema lokal, eritema pada daerah luka.

mendadak,

keterbatasan

gerak,

R/ : Merupakan indikasi adanya osteomilitis.


5)

Kolaborasi pemeriksaan darah : Leukosit

R/ : Leukosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Ed 8. EGC.


Jakarta.

Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Rahmadi, Agus. 1993. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskletal. Banjarbaru:


Akper Depkes.

Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. I. Salemba


medika. Jakarta

Tucker, Susan Martin et al.1999, Standar Perawatan Pasien Edisi V Vol 3, Penerbit
Buku Kedokteran EGC

--. 2003. Catatan Kuliah Medikal Badah III. (Print out). Jurusan Keperawatan
Banjarbaru

A. Definisi

Osteosarkoma merupakan penyakit yang sel kankernya (ganas) ditemukan di tulang.


Ini adalah yang paling umum dari jenis kanker tulang. Osteosarkoma paling sering
terjadi di remaja dan dewasa muda. Kanker ini sebagian besar menyerang remaja
pria yg sering mengkonsumsi obat penambah tinggi badan. anak laki-laki yang
memiliki tinggi diatas rata-rata memiliki potensi yang lebih besar untuk itu. Pada
anak-anak dan remaja, tumor paling sering muncul di sekitar tulang lutut. Gejalagejala dan kesempatan untuk pemulihan pada anak-anak dan remaja yang muncul
akan tampak sama. (Price-Wilson, S, L. 2002).

B. Etiologi
Penyebab tumor yaitu Radiasi dan virus onkogenik pada masa kanak-kanak kelainan
genetik pada kromosom 13 dapat menyebabkan osteosarkoma

C. Klasifikasi
1. Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker berasal.
2. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh yang
lain cth ke paru-paru
3. Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu telah
dirawat.

D. Tanda Dan Gejala


Gejala osteosarkoma adalah rasa sakit dan bengkak di kaki atau lengan. sering
terjadi di atas atau di bawah lutut atau di lengan atas dekat bahu. Sakit di malam
hari, dan benjol atau bengkak dapat mengembangkan di kawasan hingga beberapa
minggu setelah mulai sakit

E. Patofisiologi
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons
osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak
menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan
mengancam jiwa. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa
ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia.
Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang
berdifferensiasi jelek dan sering dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan
fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan
darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan
menyebar ke jaringan lunak sekitarnya;garis epifisis membentuk terhadap
gambarannya di dalam tulang.

F.

Pemeriksaan Diagnostik

1. Laboratorium
peningkatan alkaline phosphatase dan lactic dehydrogenase
2. Radiodiagnosis
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan
reelatif dari tumor tulang yang berada disekitarnya.
3. Pemeriksaan Biopsi
Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus (fine needle aspiration/FNA)
dengan melakukan sitodiagnosis diagnosis pada tumor.

G. Penatalaksanaan
1. Menurut Prof. Errol, operasi ini dibagi menjadi dua:
a. Limb salvage yaitu tulang yang terkena tumor ganas disambung dengan bekas kaki pasien
lain yang baru saja meninggal dunia atau tulang yang terkena tumor pada stadium dini
dimatikan dulu dengan radiasi kemudian dipasang lagi.

b. Limb ablation yaitu tulang yang terkena tumor ganas di amputasi. (Errol, 2005: 29).
Kemoterapi yang biasanya akan menyebabkan tumor mengecil.
2. Konservatif
Penanganan kanker tulang metastasis adalah paliatif, dan sasaran terapeutiknya adalah
mengurangi nyeri dan ketidaknyaman klien sebanyak mungkin
3. Kemoterapi
Obat-obatan adalah metotreksat, adriamisin, siklofosfamid, vinkristin, dan sisplatinum.
Pemberian kemotrapi biasanya dilakukan pada pre/pascaoperasi.
4. Radioterapi
Radiasi dengan energi tinggi merupakan suatu cara untuk eradikasi tumor-tumor ganas yang
radiosensitif dan dapat juga sebagai penatalaksanaan awal sebelum tindakan operasi
dilakukan

H. Pencegahan
pola makan dan gaya hidup yang sehat, rajin berolahraga, terutama di bawah sinar
matahari pagi, sangat baik untuk menjaga kesehatan tulang.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN OSTEOSARKOMA
DIAGNOSIS
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d proses patologik dan pembedahan
b. Resiko tinggi terjadi injury b/d fraktur patologik yang berhubungan dengan
tumor
c.

Gangguan harga diri b/d hilangnya bagian tubuh atau perubahan peran

d. Kurangnya pengetahuan diri b/d kurangnya pengetahuan mengenai proses


penyakit dan program terapi.
e. Intoleransi aktivitas b/d. Kelemahan umum
f.

Ansietas b/d perubahan pada status kesehatan

g. Imobilitas b/d nyeri.


h. Defisit perawatan diri b/d imobilitas.

INTERVENSI
a. Dx I
Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan nyeri
Intervensi
-

Beri penjelasan kepada klien trentang cara pengatasi nyeri dan penyebab nyeri

Ajarkan teknik relakssan dan distraksi

Observati TTV

Kolaborasi dalam pemberian analgetika


b. Dx II
Tujuan : Tidak terjadi injury
Intervensi:

Jelasklan kepada klien tentang cara mengatasi dan terjadinya injury

Batasi Aktivitas
c.

Dx III

Tujuan : Peningkatan harga diri dan tidak terjadi komplikasi


Intervensi:
-

Memberikan motivasi kepada klien

Melibatkan peran keluarga


d. Dx IV
Tujuan : Klien dapat memahami tentang proses penyakit dan program terapi
Intervensi :

Jelaskan kepada klien tentang proses penyakit dan program terapi

Beri motivasi klien untuk mematuhi program terapi

Kesimpulan
Osteosarkoma merupakan penyakit yang sel kankernya (ganas) ditemukan di tulang. Ini
adalah yang paling umum dari jenis kanker tulang. Osteosarkoma paling sering terjadi di
remaja dan dewasa muda. Kanker ini sebagian besar menyerang remaja pria yg sering
mengkonsumsi obat penambah tinggi badan. anak laki-laki yang memiliki tinggi diatas ratarata memiliki potensi yang lebih besar untuk itu. Pada anak-anak dan remaja, tumor paling
sering muncul di sekitar tulang lutut. Gejala-gejala dan kesempatan untuk pemulihan pada
anak-anak dan remaja yang muncul akan tampak sama. (Price-Wilson, S, L. 2002). Sarkoma
osteogenik atau osteosarkoma adalah merupakan neoplasma tulangprimer yang sangat ganas.
Osteosarkoma merupakan tumor tulang maligna primer yang paling lazim dan seringkali
berakibat fatal dan dapat timbul sebagai metastase sekunder dari ekstrimitas tungkai pada
50% kasus. Biasanya terdapat pada lokasi bekas radiasi atau lebih sering sebagai penyerta
pada penyakit paget. Osteosarkoma sering terjadi pada laki-laki pada kelompok usia 10-25
tahun dan pada orang tua yang mengalami penyakit paget . Adanya tumor di tulang
menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons
osteoblastik (pembentukan tulang). Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang
terjadi, bebrapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya
dan mengancam jiwa. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa
ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia.
Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang
berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau
miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid.
Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringanlunak
sekitarnya;garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang. Rasa sakit
(nyeri) , pembengkakanKeterbatasan gerak Menurunnya berat badan Teraba massa; lunak dan
menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta distensi pembuluh darah.

Anda mungkin juga menyukai