Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ekstasi
2.1.1. Definisi ekstasi
Ekstasi dapat didefinisikan sebagai suatu zat bersifat stimulan yang
merupakan analogis dari amfetamin (Goldman, 1994). Ekstasi juga didefinisikan
sebagai sesuatu yang melebihi kontrol tubuh dan emosi seseorang. Jika ditinjau dari
definisi secara kimia, ekstasi merupakan suatu sintetik yang analogis dengan
amfetamin C 11 H 15 NO 2 yang digunakan untuk meningkatkan mood seseorang dan
agen hallusinasi ( Merriam-Webster Dictionary).
merupakan
derivat
amfetamin
yang
dikenal
sebagai
3,4-
juga memberikan efek neurotoksik yang dilihat dari dua garis besar yaitu dari
pertama, dilihat dari segi riset neurobiologi, kedua, efek pada psikologi terhadap
pengguna itu sendiri (Curran, 2000). Pada gangguan yang berkaitan dengan
psikologi, hal yang dapat terjadi adalah seperti depresi, ansietas dan psikosis (Huizink
et al, 2006).
Selain itu, terdapat juga beberapa efek samping yang didapati dari penggunaan
ekstasi yaitu penurunan selera makan, peningkatan keringat, sensitif terhadap suhu
yang dingin, mulut menjadi kering, sering dahaga, palpitasi dan sulit untuk
konsentrasi (Curran, 2000).
Terdapat juga beberapa efek samping yang bersifat akut seperti hipertermia.
Akibatnya, mereka akan coba kompensasi keadaan ini dengan meminum air yang
banyak. Namun, hal ini lebih membahayakan karena akan menyebabkan intoksikasi
air seterusnya memicu kepada hiponatremia yang berat, kejang dan dapat berakibat
fatal. Komplikasi lain seperti sindrom serotonin yaitu perubahan status mental,
hiperaktivitas autonomik, dan abnormalitas neuromuskular . Penghentian ekstasi
secara tiba-tiba pula dapat menimbulkan withdrawal syndrome yang ditandai dengan
depresi yang terjadi sehingga beberapa minggu. Selain itu, dilaporkan juga terjadinya
aggresifitas pada mereka yang berpuasa dari mengambil ekstasi (Katzung, 2007).
2.2.
2.2.1. Definisi
Sistem saraf pusat terbagi kepada dua yaitu otak dan medulla spinalis. Otak
merupakan organ penting yang dilindung oleh tulang kranium (tulang tengkorak)
yang keras dan dilindungi oleh tiga lapisan pembungkus otak yang dinamakan
meninges yaitu lapisan terluar adalah dura mater, diikuti oleh araknoid mater dan
lapisan paling dalam adalah pia mater.
Serotonin merupakan salah satu neurotransmitter yang terdapat di otak.
Serotonin juga dikenali sebagai 5-hydoxytryptamine (5-HT) (Goldman, 1994).
protektif terhadap stimulus yang tidak disukai. Selain itu, dikatakan juga reseptor ini
turut berperan dalam sikap seksual seseorang (sexual behavior) (Goldman, 1994).
Subtipe yang lain adalah 5-HT 1B yang lokasinya paling banyak di presinaps
substansia nigra dan globus pallidus. Apabila distimulasi, ia akan menghambat
pelepasan serotonin dan berfungsi dalam negative feedback (Goldman, 1994).
Terdapat juga subtipe 5-HT 1C yang merupakan satu-satunya reseptor serotonin
yang terdapat di pleksus koroidius. Stimulasi pada reseptor ini berfungsi untuk
regulasi sintesa dan komposisi cairan serebrospinal. Reseptor ini juga terdapat di
beberapa regio lain di otak dan ia dikatakan berperan dalam penyebab ansietas dan
kenaikan nafsu makan (Goldman, 1994).
5-HT 1D pula merupakan autoreseptor yang menghambat pelepasan serotonin
dan merupakan reseptor postsinaps di striatum (Goldman, 1994).
Reseptor 5-HT 2 pula terdapat di postsinaps di hipokampus, korteks frontal, dan
medulla spinalis. Antagonis yang selektif untuk reseptor ini menyebabkan slow-wave
sleep pada manusia manakala agonis untuk reseptor ini memberikan efek stereotyped
behavior pada hewan coba (Goldman, 1994).
Untuk reseptor 5-HT 3 , reseptor ini mempunyai daya affinitas yang lemah
terhadap serotonin dan agonisnya tetapi kuat pada zat antagonis serotonin. Reseptor
ini dijumpai pada korteks entorhinal , area postrema dan sistem saraf perifer. Studi invitro dan in-vivo membuktikan aktivasi pada reseptor ini menyebabkan inhibisi
terhadap pelepasan asetilkolin di dalam korteks tetapi meningkatkan pelepasan
dopamin di striatal dan sistem mesolimbik (Goldman, 1994).
melatonin
berfungsi
dalam
proses
ini
dimulai
dengan
Bagian otak yang lain adalah lokus sereleus. Bagian ini merupakan bagian
utama yang mensuplai noradrenalin ke sistem saraf pusat. Peransangan oleh hormon
ini melalui reseptor alfa dan beta akan merangsang terjadinya arousal (Berridge,
2008).
2.3.
katekolamin
akan
mengaktifkan
jaras
simpatik.
Hal
ini