Anda di halaman 1dari 5

RULE OF LAW

Rule of law adalah istilah dari tradisi common law dan berbeda dengan persamaannya
dalam tradisi hukum Kontinental, yaitu Rechtsstaat (negara yang diatur oleh hukum).
Keduanya memerlukan prosedur yang adil (procedural fairness), due process dan
persamaan di depan hukum, tetapi rule of law juga sering dianggap memerlukan
pemisahan kekuasaan, perlindungan hak asasi manusia tertentu dan demokratisasi.
Latar belakang kelahiran rule of law :
1) Diawali oleh adanya gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan pemerintahan
Negara
2) Sarana yang dipilih untuk maksud tersebut yaitu Demokrasi Konstitusional
3) Perumusan yuridis dari Demokrasi Konstitusional adalah konsepsi negara hukum
Unsur-unsur rule of law :
1) Supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of the law); tidak adanya kekuasaan yang
sewenang-wenang (absence of arbitrary power), dalam arti seseorang hanya boleh
dihukum kalau melanggar hukum.
2) Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (equality before the law). Dalil ini
berlaku baik bagi orang biasa, maupun pejabat
3) Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang (di Negara lain oleh undangundang dasar) serta keputusan-keputusan pengadilan.
Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokratis di bawah rule
of law ialah:
1) Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi, selain menjamin hak-hak
individu, harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan hakhak yang dijamin.
2) Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak (Independent and impartial
tribunals).
3) Pemilihan umum yang bebas.
4) Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
5) Kebebasan untuk berserikat atau berorganisasi dan beroposisi.
6) Pendidikan kewarganegaraan
Prof. Miriam Budiarjo dalam bukunya mengatakan bahwa ahli-ahli hukum dari Eropa
Barat Kontinental seperti Friedrich Julius Stahl memakai istilah rechstaat untuk konsep
Negara hukum. Menurut Stahl terdapat empat unsur yang ada dalam rechtstaat dalam arti
klasik, yaitu :
1) Hak-hak manusia.
2) Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu (dalam Negaranegara Eropa Kontinental disebut Trias Politika)
3) Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan (vetmatigheid van bestuur)
4) Peradilan administrasi dalam perselisihan
Adapun negara yang merupakan negara hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Ada pengakuan dan perlindungan hak asasi.
2) Ada peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak terpengaruh oleh kekuasaan
atau kekuatan apapun.
3) Legalitas terwujud dalam segala bentuk. Contoh: Indonesia adalah salah satu Negara
terkorup di dunia.
TUJUAN OTONOMI DAERAH
Tujuan dari pemberian Otonomi Daerah sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 32 Tahun 2004
adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas,
daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi,

pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan ketentuan tersebut disebutkan
adanya 3 (tiga) tujuan otonomi daerah, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
pelayanan umum dan daya saing daerah.
GOOD GOVERNANCE
Good Governance merupakan sekumpulan aturan yang menjelaskan hubungan antara
seluruh pihak yang mempengaruhi suatu organisasi baik internal ataupun eksternal. Aturan
ini menetapkan apa yang menjadi hak dan kewajiban dari pihak tersebut atau sistem yang
mengarahkan dan mengawasi jalannya kegiatan organisasi untuk menciptakan nilai tambah
bagi organisasi tersebut.
unsur-unsur utama governance :
1) akuntabilitas ( accountability ) : Adanya kewajiban bagi aparatur pemerintah untuk
bertindak selaku penanggung jawab dan penanggung gugat atas segala tindakan dan
kebijakan yang ditetapkannya.
2) Transparansi ( transparancy ) : Kepemerintahan yang baik akan bersifat transparan
terhadap rakyatnya, baik ditingkat pusat maupun daerah
3) Keterbukaan (opennes) : menghendaki terbukanya kesempatan bagi rakyat untuk
mengajukan tanggapan dan kritik terhadap pemerintah yang dinilainya tidak
transparan.
4) Aturan Hukum ( rule of law ) : Kepemerintahan yang baik mempunyai karakteristik
berupa jaminan kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat terhadap setiap
kebijakan publik yang ditempuh.
SUMPAH PEMUDA
Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari
Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.
Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kerapatan
Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya
diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga
tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang
beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Rumusan Sumpah Pemuda ditulis
Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah
berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan
kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres
Pemuda Kedua adalah sebagai berikut :
1) Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia
2) Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia
3) Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia
DEMOKRASI TERPIMPIN (1959 1966)
Demokrasi Terpimpin berlaku di Indonesia antara tahun 1959-1966, yaitu dari
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga Jatuhnya kekuasaan Sukarno.
Disebut Demokrasi terpimpin karena demokrasi di Indonesia saat itu mengandalkan pada
kepemimpinan Presiden Sukarno. Terpimpin pada saat pemerintahan Sukarno adalah
kepemimpinan pada satu tangan saja yaitu presiden
Tugas Demokrasi Terpimpin harus mengembalikan keadaan politik negara yang tidak
setabil sebagai warisan masa Demokrasi Parlementer/Liberal menjadi lebih mantap/stabil.
Demokrasi Terpimpin merupakan reaksi terhadap Demokrasi Parlementer/Liberal. Hal ini
disebabkan karena : Pada masa Demokrasi parlementer, kekuasaan presiden hanya terbatas
sebagai kepala negara, Sedangkan kekuasaan Pemerintah dilaksanakan oleh partai.

Dampaknya: Penataan kehidupan politik menyimpang dari tujuan awal, yaitu


demokratisasi (menciptakan stabilitas politik yang demokratis) menjadi sentralisasi
(pemusatan kekuasaan di tangan presiden).
Pelaksanaan masa Demokrasi Terpimpin : Kebebasan partai dibatasi, Presiden cenderung
berkuasa mutlak sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan, Pemerintah
berusaha menata kehidupan politik sesuai dengan UUD 1945, Dibentuk lembaga-lembaga
negara antara lain MPRS,DPAS, DPRGR dan Front Nasional.
Penyimpangan-penyimpangan : Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di
bawah MPR. Akan tetapi, kenyataannya bertentangan dengan UUD 1945, sebab MPRS
tunduk kepada Presiden.

ANIMISME, DINAMISME, DKK


Dinamisme adalah kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius. Tujuan beragama pada
dinamisme adalah untuk mengumpulkan kekuatan gaib atau mana (dalam bahasa ilmiah)
sebanyak mungkin.
Animisme adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda, baik yang beryawa
maupun tidak bernyawa mempunyai roh. Tujuan beragama dalam Animisme adalah
mengadakan hubungan baiik dengan roh-roh yang ditakuti dan dihormati itu dengan
senantiasa berusaha menyenangkan hati mereka.
Politeisme adalah kepercayaan kepada dewa-dewa. Tujuan beragama dalam politeisme
bukan hanya memberi sesajen atau persembahan kepada dewa-dewa itu, tetapi juga
menyembah dan berdoa kepada mereka untuk menjauhkan amarahnya dari masyarakat
yang bersangkutan.
Henoteisme adalah paham tuhan nasional. Paham yang serupa terdapat dalam
perkembangan keagamaan masyarakat yahudi.
Monotheisme adalah faham yang meyakini Tuhan itu tunggal dan personal, yang sangat
ketat menjaga jarak dengan ciptaanNya.
FAKTOR-FAKTOR MUNCULNYA PERGERAKAN NASIONAL
1) FAKTOR INTERN : Penderitaan rakyat selama penjajahan Belanda dari seala bidang,
timbulnya kembali golongan pertengaha dankaum terpelajar karena adanya politik etis,
adanya keinginan untuk melepaskan diri dari imperialisme.
2) FKATOR EKSTREN : pengaruh faham-faham modern dari Eropa (liberalisme,
humanisme, nasionalisme, komunisme; Kemenangan Jepang terhadap Rusia (1904
1905), mengangkat harkat dan martabat bangsa-bangsa Asia; DAN Pengaruh
pergerakan nasional negara-negara Asia-Afrika lainnya, seperti : Turki, Mesir, India,
Cina dan Filipina.
CULTUURSTELSEL ATAU SISTEM TANAM PAKSA
Faktor utama diberlakukannya sistem tanam paksa di Indonesia adalah adanya kesulitan
keuangan yang dialami oleh Pemerintah Belanda. Pengeluaran Belanda digunakan untuk
membiayai keperluan militer sebagai akibat Perang Belgia pada tahun 1830 di Negeri
Belanda dan Perang Jawa atau Perang Diponegoro (1825-1830) di Indonesia. Perang
Belgia berakhir dengan kemerdekaan Belgia (memisahkan diri dari Belanda) dan
menyebabkan keuangan Belanda memburuk. Perang Diponegoro merupakan perang
termahal bagi pihak Belanda dalam menghadapi perlawanan dari pihak pribumi.
Cultuurstelsel disebut juga Sistem Tanam Paksa, adalah peraturan yang dikeluarkan oleh
Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830 yang mewajibkan setiap desa
menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi,
tebu, teh, lada, kina, dan tembakau.dan tarum (nila). Sistem tanam paksa berangkat dari
asumsi bahwa desa-desa di Jawa berutang sewa tanah kepada pemerintah, yang biasanya

diperhitungkan senilai 40% dari hasil panen utama desa yang bersangkutan.Van den Bosch
ingin setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanam komoditi ekspor ke Eropa
(kopi, tebu, dan nila). Penduduk dipaksa untuk menggunakan sebagian tanah garapan
(minimal seperlima luas, 20%) dan menyisihkan sebagian hari kerja untuk bekerja bagi
pemerintah. Dengan mengikuti tanam paksa, desa akan mampu melunasi utang pajak
tanahnya. Bila pendapatan desa dari penjualan komoditi ekspor itu lebih banyak daripada
pajak tanah yang mesti dibayar, desa itu akan menerima kelebihannya. Jika kurang, desa
tersebut mesti membayar kekurangan tadi dari sumber-sumber lain.
DIMENSI PANCASILA
Dr. Alfian melontarkan pemikiran bahwa suatu ideologi terbuka memiliki tiga dimensi yaitu :
1. Dimensi realita, yaitu bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi tersebut
bersumber pada nilai-nilai riil dalam masyarakat. Dilihat dari dimensi ini Ideologi
Pancasila mengandung dimensi realita karena nilai-nilai dasar Pancasila bersumber dari
budaya dan pengalaman sejarah bangsa Indonesia sendiri, bahkan kelima nilai dasar
Pancasila dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.
2. Dimensi idealisme, yaitu bahwa ideologi tersebut harus memberikan harapan, cita-cita
tentang masa depan yang lebih baik. Dilihat dari dimensi ini ideologi Pancasila
mengandung dimensi Idealisme karena mengandung cita-cita tentang masa depan yang
lebih baik.
3. Dimensi fleksibilitas, yaitu bahwa ideologi mengandung atau memiliki keluwesan yang
memungkinkan adanya berbagai pengembangan pemikiran baru tanpa khawatir
meninggalkan jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. Disini ideologi
Pancasila memenuhi syarat, dibuktikan dengan perjalanan sejarah bahwa Pancasila masih
berdiri tegar dan kokoh serta selalu menerima berbagai pembaharuan-pembaharuan tanpa
khawatir meninggalkan jati dirinya.
Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka Pancasila memiliki dimensi sebagai berikut:
1. Dimensi Idealis : Yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersifat sistematis dan
rasional yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila : Ketuanan,
kemanusiaa, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Maka dimensi idealisme yang terkandung
dalam ideologi Pancasila mampu memberikan harapan, optimisme, serta mampu
menggugah motivasi yug dicita-citakan.
2. Dimensi Normatif : Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan dalam
suatu sistem normatif, sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang
memilki kedudukan tinggi yang di dalamnya memuat Pancasila dalam alinea IV.
Berkedudukan sebagai staat fundamental norm (pokok kaidah negara yang fundamental).
Dalam pengertian ini ideologi Pancsiula agar mampu dijabarkan kedalam langkah
operasional perlu memiliki norma yang jelas
3. Dimensi Realitas : Suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu Pancasila selain memiliki dimensi nilainilai ideal serta normatif maka Pancasila harus mampu dijabarkan dalam kehidupan nyata
sehari-hari baik dalam kaitannya bermasyarakat maupun dalam segala aspek
penyelenggaraan negara
ARBITASE, REKONVESI, KONVESI, EKSEPSI, DAN PROVISI
ARBITASE : Arbitrase adalah sebuah proses di mana kedua belah pihak setuju untuk
menggunakan penengah independen (orang yang tidak memihak) yang memberikan
keputusan yang mengikat .
REKONVESI : gugatan yang diajukan tergugat sebagai gugatan balasan terhadap gugatan
yang diajaukan kepadanya. Bagi tergugat diberi kesempatan untuk mengajukan lawannya,
artinya untuk menggugat kembali penggugat, maka tergugat itu tidak pelu mengajukan

tuntutan baru, akan tetapi cukup dengan memajukan gugatan pembalasan itu bersama-sama
dengan jawaban gugatan lawannya.
KONVENSI : gugatan awal atau gugatan asli. Artinya ketika penggugat asal A digugat
balik oleh penggugat B, maka gugatan A disebut konvensi dan gugatan B disebut
Rekovensi.
EKSEPSI : pengeculian.. tangkisan atau bantahan yang ditunjukkan kepada hal-hal yang
menyangkut syarat-syarat atau formalitas gugatan yang mengakibatkan gugatan tidak dapat
diterima. Tujuan pokok : agar pemeriksaan berakhir tanpa lebih lanjut memeriksa pokok
perkara.
PROVISI : Permohonan kepada hakim agar ada tindakan sementara mengenai hal yang
tidak termasuk pokok perkara. Misalnya melarang pembangunan diatas tanah yang
diperkarakan dengan ancaman membayar uang paksa. Apabila dikabulkan maka disebut
putusan provisionil yang merupakan salah satu jenis putusan sela.

CHAUVINISME, REFORMISME, DKK


CHAUVINISME : paham yang menganggungkan bangsa sendiri dan merendahkan bangsa
lain.
DEMOKRATISME : Paham yang mengutamakan peran serta masyarakat dalam politih,
pemerintahan, dll.
ANEMISME : Kepercayaan kepada makhluk halus dan roh
ATHEISME : Paham yang tidak mengakui adanya tuhan
HEDONISME : kesenagan, kepuasaan, dan keselamatan adalah yang utama
HUMANISME : menekankan kepentingan-kepentingan manusia
IDEALISME : cita-cita/pikiran adalah satu-satunya hal yang benar besar yang dapat
dirasakan dan dapat dipahami
IMPREALISME : sistem politik bertujuan untuk menjajah negara lain untuk mendapatkan
kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar
KALVINISME : pengikut paham yohanis kalvin
KAPITALISME : suatu kegiatan menanamkan modal dinegara jajahan untuk mendapat
keuntungan
KOLONIALISME : pandangan penjajah terhadap tanah jajahan bahwa tanah tersebut
adalah tempat untuk bergantung hidup bagi negara penjajah
KOMUNALISME : paham yang mementingkan kelompok
KOMUNISME : paham yang bermaksud menghapuskan hak milik perseorangan secara
merata, tidak mepunyai agama
MARXISME : paham bahwa negara dikuasai oleh dan berpihak kepada kelas-kelas atas
OPORTUNISME : paham politik yang tidak memilih landasan tertentu sehingga haluannya
menurut keadaan saja
REFORMISME : paham yang menginginkan perubahan
SEPARATISME : paham yang mencari keuntungan dengan memecah belahkan suatu
golongan ( bangsa)
SOSIALISME : sistem ekonomi yang ditandai dengan kepemilikan bersama
ZIONISME : mendirikan negara sendiri di dalam negara lain
FASISME : ideologi tentang golongan nasionalis ekstrem yang menganjurkan
pemerintahan otoriter

Anda mungkin juga menyukai