Anda di halaman 1dari 8

Sensifivitas terhadap Serbuk Sari

pada Pasien Alergi Pernapasan

Iris Rengganisr* Alex llartanar** Edi Guhardjar**


Samsuridjal Djauzir* Sri Budiarti* *

*Departetnen Ilmu Penyakit Dalam, Falakas Kedolderan (Jniversitas Indonesia,


Jalwrta
**Departemen Biologi, Falultas MIPA, Institut Pertanian Bogor

Abstrak: Alergi adslah reaksi hipersensitivitas tipe I, terjadi karena tubuh seseorang
memprodulcsi antibodi IgE (imunoglobulin E) sebagai reaksi terhadap alergen. Alergi
ditimbulkan aleh interal$i antara faktor genetik dan lingkungan. Serbuk sari merupakan

salqhsatualergenhiruptinghtnganyangpmting. Penyeboranserbuksariinisqngattergqntung
dari geografi, iHim danvegetosi. Penelitianini bertujuanuntukmengetahui sensitivitas terhadap
sbrbuk sari tanaman pada pasien alergi pernapasan (asma bronkial dan rinitis atergt) ii
Jakana. Ekstrak protein serbuk sari berasal dari timaman kelapa scitwit, kelapa genJah" ptnus,
akasia, alang-alang, jagung, dan padi. Hasil analisis SDS-PAGE protein serbuk sari dari ke 7
jenis tananan didapatkan berat molelrul berkisar IA-70 kD. Uji tusuk kulit dilakukan pada 69
pasien alergi pernapasan dan 69 orang tanpa riwryat alergi, Hasit yang didapatkan pada
pasien alergi pernapctsan, percentase sensitivitas terhadap serbuk scri atang-alang dan akasia
lebih tinggi dibanding serbuk sti yang diteliti lainnya.
Kata kuncl: serbuk sari, protein, sensitivitas, uji tusuk kalit, alergen

Mrj Kedokt Indou, Volum:

58, Nomor: 9, September 2008

327

Sensitivitas terhadap Serbuk Sari pada Pasien Alergi Pernapasan

Pollen Sensitivity among Respiratory Allergic Patients


kis Rengganis,* Alex Hartana,** Edi Guhardja,**
Samsuridjal Djauzi,* Sri Budiarti**
*Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Ibniversitas Indonesia, Jakarta
**Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Insiiut Pertonian Bogor

Abstract: Allergt is a type I ltypersewitivity reaction, which occzrs when the body produces an
excess of IgE antibody crs a responae to allergens. The development and severity of allergic
diseases depenl on a cornplex interaction between genetic and erwironmentalfactors. Pollen are
one ofthe nain environrnental allergens. The allergenic pollerc ofthe atmosphere varies accord-

ing to climate, geography andvegetation. This research is conducted to study the pollen sewitivity
reaction commbnb occured among ieipifatary alleigia (bionchial aithma and allefgi| ihinitii)
patients inJakarta. Total proteinpollens ofpalmtees, coeonut, pfue, acaciy grass, maize, and
riee were ana\zed in denatured-state by SDS-PAGE and arc dominated by proteins with molecular weight of I0-7A kD. Skin prick test with allergen protein of pollen were tested to sixty nine
subjects whom have been diagnosed with respiratory allergie and sixty nine subjects without
history ofallergt. The results among respiratory allergic patienls, showed that pollenfrom grass
and acacia demonstrated a higher percentage ofsensitivity response comparedwith other pollen.
Kqyyqrds: pollen, proteitt, sensitivit , skinpricktest, allergen

Pendahuluan

titis atopi (eksem atopi). Terjadinya alergi ditentukan faktor

Alergi merupakan suatu bentuk reaksi hipersensitivitas

atopi, yaitu predisposisi genetik seseorang untuk

tipe I yang dikenal dengan reaksi hipersensitivitas tipe cepat,


terjadi karena tubuh seseorang memproduksi antibodi IgE
(imunoglobulin E) sebagai reaksi terhadap alergen. Alergi
ditimbulkan oleh interaksi antara faktor genetik dan lingkungan.'2 Faktor lingkungan dapat berupa alergen dalam
nxrnh (indoor allergen) seperti tungau debu rumah, spora
jamur, kecoa, serpihan kulit anjing dan kucing, sedangkan
alergen lurif rirmah (autdoot ailergeft) dapat berupa serbuk
sari Qtollen) danspora jamur. Alergen dalam nrmatr biasanya
ditemukan sepanjang tahun, sementara alergen luar rumah
seperti serbuk sari dapat bersifat musiman seperti di ncgara
yang mempunyai 4 musim. Penyebaran alergen seperti serbuk
sari ini sangat tergantung dari geografi, iklim dan vegetasi.3
Di hampir semua negma prevalensi alergi menunjukkan
peningkatan" sehingga penyakit alergi mulai menjadi masalah
kesehatanyang serius. Alergenmasuk ke dalam tubuh melalui
beberapa car4 yaitu melalui saluran pernapasan (alergen
hiruplinhalan; tungau debu rumah, serpihan kulit binatang,
serbuk sari dan spora jamur), melalui mulut (alergen ingestan;

memproduksi antibodi IgE dalam tubuhnya bila terpajan


alergen yang terdapat di lingkungannya. Atopi tidak selalu

makanan, dan obat-obatan), melalui suntikan (alergen


injektan; obat suntik) dan melalui kontak dengan kulit
(alergen kontakmq logan, dan kaxet). IvlanifesAsi alergi dpat
terjadi di organ pernapasan berupa asma bronkial dan rinitis
alergi, dikulit berupa ffiikarria (kaligata/triduiilii) dari deirna-

328

menimbulkan gejala alergi, tetapi cenderung untuk


berkembang menjadi penyakit alergi. Atopi dapat diketahui
dengan pemei{ksinm IgE yang dapat diltilnrkan se cara inviva
dengan uji tusuk kulit (,Sftin Prick TestlSPT) dan in vitro

melalui pemeriksaan dar ah (R adi o a I I er go s or b ent t e st /


RAST).4 Mekanime penyakit alergi adalah inflarnasi (radang)
yang bersiftt menahun, bahkan cenderung sukar sembull

sehingga menurunkan kualitas hidup. Karena itu


penatalaksanaan alergi selain pengobatan, ditekankan pada

pengendalian lingkringan agar tidak terjadilmengurangi


kontak dengan alergen.5'6
Di daerah tropis seperti Indonesia, serbuk sari merupakan sumber alergen yang tersebar sepanjang tahun. Serbuk

sariyangdisebarkanangin dari banyak pohon danrumputrumputan mengandung sejumlah alergen terutama protein
atau glikoprotein. Serbuk sari yang bersifat alergenik
umumnya mempunyai ukuran 10-100 pm.xs Ekstrak protein
serbuk sari digunakan untukmelihat sensitivitas dalam diagnosis penytrkit alergi dengaa cdnt uji tusuk ltrlit.e,ro Penelitian
Baratawidjaja e/ a/ menemukan bahwa ekstrak protein serbuk

smi Akasia asal Singapura menimbulkan reaksi positif


uji tusuk kulitsebanyak l2;l5o/o penderita alergi di

pada

Maj Kedokt Indon; Volum: 58; Nomor: 9; September

200E

Sensitivitas terhadap Serbuk Sari pada Pasien Alergi Pernapasan

Jakarta.lr Karena reaksi alergi bersifat spesifik, kajian


sensitivitas terhadap serbuk sari asal ranaman lokal perlu
dilakukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas


terhadap beberapa serbuk sari tanaman pada responden
alergi pernapasan (asma bronkial dan rinitis alergi) dan tanpa
riwayat alergi, serta kemungkinannya untuk dijadikan salah
satu ekstrak alergen dalam panel uji tusuk kulit di Indonesia.

BahandanCara

rye-grsss, sweet vernal grass, timothy, wild oat, Ibrl*hire


fog), aleryen tungau debu rumah jenis Dermatophagoides
pt eronis innus @a.p) dan D erm atop ha go i des far in a e (D etfi,

kontrol positif histamin, dan kontrol negatif glycero-saline.


Semua produk Stallergenes S,4 dari Perancis yang dapat
diperoleh secara komersial. Untuk kontrol negatif alergen
yang diteliti dipakai Phosphat Bufer Saline(PBS) yangjuga
digunakan sebagai pelanit.

Ekstaksi Protein Sefiuk Sari

lltaffiti dfuri Teritlttil Penelilittti

Setiait sefblik saii yimg akirii diekstraksi diiriasukkiix


dalarn cryotube (Corning), lalu direndam semalam dalam

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2005 sampai


dengan Mei 2008. Pengumpulan serbuk sari dilakukan sesuai
detftan poten5i Sarbuk Sari di danfahDtiintagaBottot Leb,ak
Bulus, dan Pasar Minggu Jakar0a Selatan.

tabung Cryofob yang berisi nitrogen cair. Esoknya, berat


serbuk sari ditimbang dengan timbangan analitik (Precisia)
dan ditumbuk halus dengan mortar, lalu disuspensi dalam

Kegiatm penelitian meliputi: Pembuatan ekstrak alergen


protein serbuk sari untuk uji fixuk kulit, pemeriksaan berat
molekul (BM) protein serbuk sari dilakukan dengan analisis
Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrylamide Gel Electrophorests (SDS-PAGE) dankromatografigel dengan alat Fast Performance Liquid Cbomatograplry (FPLC) serta uji tusuk

disentrifugasi menggunakan refrigerated microcentrifuge

kulil

Kegiatan dilakukan berturut-turut di: Laboratorium


Kelompok Penelitian Rekayasa Protein Pusat Penelitian
Bioteknologi LIPI Cibinong Laboratorium Penelitian Fisiologi
Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA IPB, Laboratorium
Milcrobiologi dan Biokimia Pusat Penelitian Sumberdaya
Hayati Bioteknologi IPB, seda Balai Besar Penelitian dan
Pengunbangan Bioteknologi Sumber Daya Genetik Perhnian

(BB-BIOGEN) Cimanggu Bdgoi Uji tusuk kulit lt.ida


responden dilakukan di Poli Alergi Imunologi-Departemen
IImu Penyakit Dalam RSCM, Klinik BULOG, KlinikAlergi
Imunologi RS Pondok Indah, d44 KliaikAlergi Imunologi
Sisin gaman garaja,

(Hettich) dengan kecepatan 14.000 rpm selama 20 menit pada


suhu 4"C. Supematan berisi etanol dengan kandungan lemak

terlarut dibuang, endapan dikeringkan di atas tisu. Selanjutnya disuspensi dalan 5o/o (dv) NaCl 0,5 M, dengan
menggunakan stiner padasuhu ruang selama 30 menit untuk
melarutkan protein. Setelah itu ekstrak protein didialisis dalam
PBS menggunakan tabung dialisis (Viskase) semalam dalam

kulkas (Sanyo) pada suhu 4.C, untuk aengftikingkan


mikomolekul non-protein Konsentasiprotein diukur dengan
metode Lowryra dan konsentrasi setiap alergen untuk uji
tusuk kulit disamakan pada 0,2 mg/ml.rs Kemudian disaring
dengan sterile syringefiker 0,22 W dan siap dipakai untuk

ujitusukkulit.
ProJil Protein Serbuk Sari

Jakarta

Bahan Penelitian
Bahan untuk ekstrak protein berupa serbuk sari akasia

(Acacia auriculformis), alang-alang (Imperata qtlindrica),


jagung hibrida (Zea mays), kelapa ge4iah (Cocas nucifera),
kelapa sawit (Elaeis guineensis), padi (Oryza sativa), dwr
pinus (Pr'nns merkusi).
Pengumpulan serbuk sari berdasarkan metode Ching.t2
Semua jenis serbuk sari diambil dari infloresen antesis,
dikumpulkan langst'ng dari bunganya sekitar pukul 8 pagi.
Seftuk sari kelapa berdasarkan modifikasi Santos,13 infloresen
tersebut dikeringkan di ruang bersuhu 19oC selama 2hari.

Semua serbuk sari diayak dengan saringan bertingkat


sehingga serbuk sari terpisah dari bagian bunga lainnya.
Setelah itu rlisimpan pida suhu -20oc dan si6p unluk ali

Profil protein serbuk sari berdasarkan BM dianalisis


dengan SDS-PAGE modifikasi metode Laemmli,r6 dengan
standar protein BM rendalr/Zow Molecular Weight (LMW)
berasal dari Amersham Biosciene. Sampel didenaturasi
dengan pemanasan dan penambahan B-mercaptoetanol.
Pewarnaan pita protein dilalqftan dengan Coomassie Brilliant Blae (CBB) dan perak nitrat (Sr/ver Staining).
Untuk analisis BM protein dalam keadaan alami/tidak
terdenaturasi, dialirkan ke dalam kolom gel kromatografi
dengan kecepatan aliran 0,5 mymin. Kolom yang digunakan
HiPrep 16160 Sephacryl 3-200 (GE Biosciences) dan mesin
FPLC Aka Pirifer (GE Biasciarces)- Konsenf,ri5i m?irtef
LMW l0 mg/ml dmpadapenelitim ini dipakai sampel eksbak

serbuk smi j agung 2 mg/ ml.

Uji Sensitivttas

eksfaksi.
Selain itu digunakan alergen ekstrak serbuk sari 12
grasses mb (bent gtasf, Bermada grass/Cynodon dactylon,
bromus, coclrsfoot, meadowfescae, meadow grass, oat gross,

Maj Kedokt Indon, Volum:

l0% (w/v\ etanol 99olo, dikocok menggunakan stirrer


(Advantec) selama 30 menit pada suhu ruang. Suspensi
serbuk sari dipindahkan ke dalam eppendorf 1,5 ml,

580

Nomor: 9, September 2008

Responden untuk uji sensitivitas dengan cara uji tusuk


kulit dibedakan berdagrkan iw4yatpenyakit alergl 69 pasien
alergi pernapasan dan 69 orang t npa riwayat aleryi. Semua

329

Sensitivitas terhadap Serbuk Sari pada Pasien Alergi Pernapasan


responden berusia 19-55 tahun, laki dan perempuan tidak
hamil, dalam 7 hari terakhir tidak menggunakan obat yang
dapat mempengaruhi penilaian uji tusuk kulit (antihistamin
dan imunosupresan) dan benedia ikut serta dalam penelitian.
Uj i fusuk kulit mengikuti metode Rusznake dilakukan di
lengan bawah bagian dalanr, ditandai dengan tinta batasbatas tempat penetesan alergen yang akan diuji. Alergen
maupun kontrol diteteskan sebanyak 1 tetes di setiap batas

tersebut, lalu ditusuk dengan jarum khusus merek


Stallerpoint (produk Perancis). Puncak respons uji tusuk
kulit hiiteisensitivitrrs tiFe ceitat trffjadi .iiitiira 10-15 meilit
setelah penusukan alergen. Dalam praktek, uji tusuk kulit
ditunggu 15 menit, kemudian dikeringkan dengan tisu dan
hasil dibaca Reaksi uji hrsukkulitterhadap alergen diq"ggqp
positifbilaterbentuk bentol berukuran 3 (tiga) milimeter atau
lebih dengan catatan tidak terjadi reaksi pada kontrol negatif.
Hasil positif berarti ada alergen yang bersifat IgE spesifik

pada permukaan sel mast yang memberikan respons


degranulasi terhadap alergen spesifik. Reaksi positif dapat
terjadi pada seseorang tanpa gejala klinis. Interpretasi tes
kulit positiftergantung dari riwayat pasien dan gejala klinis
yang dipacu pajanan dengan alergen. Evaluasi sulit dilakukan

pada mereka yang tidak sadar terhadap pajanan rendah.


Derajat sensitivitas dapat dikategorikan berdasarkan
besamyabentot derajat+l bilabentol 3-5 mm, +l !il6!sa1s1
6-10 mr4 +3 bentol I 1-20 mm dan +4 bentol >20 mm.

Hasil
Sensitivilos Respondm terhadap Serbuh Sari
Pacla kelompok respontlen alergi pernapasan (asma
bronkial dan rinitis alergi), hasil uji tusuk kulit menunjukkan

bahwa persentase reaksi positifterhadap serbuk sari alang:


alang dan akasia lebih besar dibanding dengan serbuk sari
lainnya. Persentase reaksi positif responden alergi terhadap
serbuk sari alang-alang menunjukkan sensitivitas 19o/oo akasia
160/o,kelapa genjah 10olo, sedangkan terhadap serbuk sari
kelapa sawit, jagung, padi, dan pinus masing-masng< l0%
(Garnbar 1). Pada kelompok responden tanpa riwayat alergi,
persentase yang positif terhadap serbuk sari akasia dan
jagung tidak berbeda dengan kelompok penderita alergi.
Terhadap serbuk sari lainnya, semua kelompok responden
&iiFa riw'yat alergi iiiernberikarn peisentase lebih feiidah.

Reaksi positif terhadap serbuk sari alang-alang pada


kelompok alergi menunjukkan persentase tertinggi
dibandingkan terhadap serbrk sari yang diteliti 1aiwrya.
Derajat sensitivitas terhadap serbuk sari alang-alang pada
responden alergi pemapasan didapatkan sensitivitas dengan
derajat 2 (9 orang) dan derajat (5 orang), sedangkan
responden tanpa riwayat alergi didominasi sensitivitas derajat
I (5 orang) dan derajat 2 hanya I orang, lihat Gambar 2 dan 3.
Pada uji tusuk kulit alergen grarsar n ff, persentase reaksi
positif baik pada responden alergi pernapasan maupun tanpa
riwayat alergi, menunjukkan persentase yang lebih tinggi
dibandingkan terhadap alergen serbuk smi lainnya.
Walaupun persentase reaksi positifterhadap serbuk sari

akasia tidak berbeda pada kedua kelompok responden


(Gambar 1), tetapi derajat sensitivitasnya berbeda. Pada
iesponden aleigi prnapasri4 derqiat srtsitivitas tefdifi dari
derajat 1 (7 orang), derajat 2 (3 orang) dan derajat 3 (1 orang).
Sedangkan responden tanpa riwayat alergi, derajat sensitivitas derajat 1 (8 orang), derajat 2 (3 orang) 44q ti44t
didapatkan derajat 3 (Gamb n 2 dan 3).

80%

7OV6
g

n
E

m96

50o/o

4OVo

I
l

30o/o

20o/o

lOVo

o96

Akasia Alang- Jagung Kelapa Kelapa Padi


Genjah Sawit

Pinus

Grass
mix

Der

Derf

Gambar 1. Histogram Reaksi Positif pada Responden Alergi dan Tanpa Riwayat Alergi

330

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 9, September 2008

Sensitivitas terhadap Serbuk Sari pada Pasien Alergi Pernapasan

25

I1+yr

f,m

t8

1a

ffi (")z

$,,
f,
I

{+)3

1A

ia.lffi,&i*i*#:*lul

(+) (+) (+)l(+)


(+)
(+) {1}l(+) (+) (+)l{+) (4 t+}l(+) (+} (+ll(+} (+)
{+) (+) {+),{+) (+) (+)l(+) (+) (+)l(+) {*) (+}l(+}

t z slt
Akda

z slt

z 317 2 sl11232 3lr

Jw

lArylryl

i Hsa

Pdi

lGs-silit

z slt

2 sll

2 zl1

Hrue IGEEs-m* i

2 3tt

k-f

ki

(+)
3

Gambar 2. Data Responden Alcrgi Berdasarkan Derajat Sensitivitas

q*yr

m (d2
.tz

12

1-t11
(+)l(+){(+) (+) (+) (+) (+)l(+){(+) (+)l(+)l(+)

't12)3

't l2

't l2l

Yp

(+) (+) (+) (*) l(+)


1

11213

(+) (+) (+) (+)


1

+) (+) (*) {+} (+)


2 3 1 2 3

Alangalang

Gambar 3. Ileta Responden Tanpa Riwayat Alergi Bcrdasarkan Derajat Scnsitivitas


Pada responden alergi pernapasan, derajat sensitivitas
terhadap serbuk sari kelapa genjah, didapatkan sensitivitas
derajat I (4 orang) dan derajat 2 (3 orang). Sedangkan
responden tanpa riwayat alergi hanya ditemukan sensitivitas
derajat I sobanyak 6 orang

M{

KtCokt lqdqr, V_qtUS: 5!, Nomgl: 9, St[tltnber 2Q0!

Derajat sensitivitas terhadap serbuk sari pinus, pada


responden aiergi pemapasan hanya ditemukan sensitivitas
derajat 2 sebanyak 3 orang, sedangkan responden tanpa
riwayat alergi hanya ditemukan derajat I sebanyak 1 orang.

331

Sensilivitas terhadap Serbuk Sari pada Pasien Alergi Pernapasan


Alergen tungau debu rumah Der.p dan Der.f menunjukkan persentase reaksi positif uji tusuk kulit masing-masing
78%opadaresponden alergi. Pada responden tanpa riwayat
alergi, persentase positif terhadap Der.t($YA bbih tinggi
dari pada Der.p QgV')- Derajat sensitivitas terhadap tungau
debu rumah, pada responden alergi pernapasan didominasi
sensitivitas derajat 2, untuk keduajenis tungau, sedangkan
pada responden tanpa riwayat alergi, didominasi derajat 1
untuk keduajenis tungau debu rumah. Secara keseluruharg

derajat sensitivitas lebih tinggi pada responden alergi


pernapasan dibanding responden anpa riwayat alergi.

t?f;ar8?8t
kx,

9I
66

43

30
20,n

Berat Molekul Protein Serbuk Sari


Analisis SDS-PAGE dilakukan terhadap ekstrak protein
serbuk sari dari 7 tanaman dengan pewarnaan perak nifat
diperlihatkan pada Gambar 4. Pita protein dalam gel SDSPAGE menunjukkan protein dalam keadaan terdenaturasi.
Pada umumnya pita-pita yang muncul pada lajur 2-5 dari
ekstrak protein serbuk sari kelapa sawit, jagung, kelapa
geqiah, dan pinus, sedangkan untuk lajur 7 dan 8 hanya
menampakkan tiga pita karena konsenffasi protein yang
didapat dari serbuk sari alang-alang dan padi rendah. Lajur 6
adalah ekstrak protein serbuk sari akasia, tidak tampak pita
dengtur peryrtrniiiin CBB (Gamb* 4) karein koilsenu'asi
sangat rendah, sedangkan dengan pewarffmn perak nitrat,
tampakterbentukpita (Gambar 5). Pada Gambar 4 dan 5, tmda
panah menunjukkan pita protein yang sering muncul. BM
protein serbuk sari kelapa sawit 15-68 kD, BM protein serbuk
sarijagung 16-50 kD, BM protein serbuk sari kelapa 17-68
kD, BM serbuk sari pinus 16-68 kD dan BM protein serbuk
sari akasia l9-12kD . Sedangkan BM protein serbuk sari padi
dan alang-alang berkisar antara 10-70 kD.

Garnbar

5.

SDS-PAGE Protein Serbuk Sari Pewarnaan Perak

Nitrat
Lajur l: Marker LMW, 2: Kelapa sawit, 3: Jagung,
4: Kelap4 5: Pinus, 6: Marker LMW, 7: Akasia"
8: Alang:-altq; 9r Ptdi

Dalam keadaan alami, protein bisa terbentuk dari


beberapa subunit. Untuk itu dilakukan analisis BM protein
dalam keadaan alami/tidak terdenaturasi menggunakan gel
kromatografi. Padapenelitian ini dipakai ekstrak serbuk sari

jagung. Hasil pemisahan serbuk sari jagung dengan gel


kromatografi didominasi oleh protein berukuran antara < 67
kD ke bawah. Membandingkan dengan hasil SDS-PAGE,
dapat diduga sebagian besar protein serbuk sari protein
berbentuk monomer (Gambm 6). Dominasi protein berukuran

10-70 kD Oagran berarsir) dikonfirmasi pada SDS-PAGE


(Gambar 7). Masih terdapat protein berukuran < l0 kD yang
tidak tampak pada SDS-PAGE. Satu puncak mungkin terdiri
dari banyak protein yang tidak dapat dipisahkan.

I789

6
EO
C.t

d)
(E

o
ID
500
4m

-o

300

2S
10s

o
Gamber

332

4.

SIIS-PAGf, Protein Serbuk Sari Powarnaan CBB


Lajur l: Marker l-lvflV, 2: Kelapa sawit, 3: Jagm&
4: Kelap4 5: Pinus, 6: Akasi4 7: Alang-alang 8: Padi,
9: Marker LMW

Gembar

6.

Kromatogram Kolom Gel


Ekstak Serbuk Sari Jagung

Maj Kedokt Indon, Volum:

5E, Nomor: 9, September 2008

Sensittvitas terhadap Serbuk Sari poda Pasien Alergi Pernapasan

e ?I9

!t3{n
ig

serbuk sari di daerah fopis tidak setilggr di negara 4 musim'

Di Polandia sensitivitas terhadap rumput Pleam pratense


pada populasi mencapai 40-90yate. Penelitian di Malaysia
menunjukkrr persentas serbuk sai rumput-rumputan dan
kelapa sawit yang tertangftap lebih tinggi dibanding serbuk

sari lainny4 sedangkan di Thailand serbuk sari rumputrumputan merupakan yangterbanyak.2q2t Di Singapurq hasil
uji tusuk kulit positif menunjukkan sensitivitas yang cukup
finggi terhadap serbuk sari kelapa sawit 39,87o dan akasia
2'7,7o/o.2

Timbulnya reaksi positif pada kelompok responden


tanpa riwayat alergi, diduga karena pernah terpajan alergen
se6uk sari yang diteliti, tetapi tidak cukup memberikan gejala

penyakit alergi. Kelompok orang dengan reaksi positif ini


dinamakan atopi dan diternukan pada sekitar >25 % populasi

*$0

manusia.a

r00

Hasil uji tusuk kulit positif pada kedua kelompok


responden terhadap akasia, diduga karena umumnya

rm

responden tinggal di lingkungan wilayah Jakarta yang banyak


ditanam akasia sebagai peneduhjalan. Kemungfuinan poplksi

manusia yang terpajan lebih banyalq walauprm di beberapa


area pohon akasia sudah ditebang karena trmbang oleh angin .
Demikian juga terhadap alergen kelapa genjah dan kelapa
sawit, tanaman ini banyak ditanam di Jakafi4 sehingga tidak

Gambar

7.

menutup kemungkinan terpajan. Pohon pinus banyak


ditanam di daerah pennnaharq sehingga pajanannya tidak
Kromatogram dan SDS-PAGE
Ekshak Seibuk Sari Jagung

Diskusi
Alangalang pada umumnya mudah tumbuh dimanamana, serbuk sarinya ringan, mudah disebarkan angin
sehingga ofttlig lebih herisiko irtitiik trpajilii it?ida wakhi
musim berbunga.tT
Dalam sediaan alergen 12 grasses mix, salah satunya

adalah Bermuda grass (Cynodon daetylon) yang umum


djumpai di Indonesi4 sehingga reaksi positifdapat terjadi
kmena pajanan dengan Bermuda grass. Selain itrl diduga
adanya kandungan protein yang epitopnya sama dalam
grasses mix dengan serbuk sari rumput-rumputan lokal yang
umum terdapat di lingkungan tempat tinggal responden.
Kesamaan epitop protein tersebut menimbulkan reaksi silang

sehingga respons pada

uji tusuk kulit menjadi positif.

Demikian juga reatsi positif pada kedua kelompok responden


terhadap serbuk smijagung d*n padi, reaksi silang dapat

terjadi antar suku rumput-rumputan (P o as e a e), karcna


adanya kandungan epitop protein yang serupa.rs're
Walaupun persentase grasses m rx tinggi di kedua kelompok
responde4 padacambar 2dan3 terlihatbahli.a gtssses nrii
dikedua kelompok responden didominasi dengan sensitivitas
der4jat I , hal ini berarti sensitivitasnya tingatt, sehingga sering
kali tidak ditemukan keluhan. Sensitivitas terhadap serbuk
sari pada populasi di setiap negara sangat bervariasi, karena
musim antar negara berbeda. Umumnya sensitivitas terhadap

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor:

9o September 2008

terlalu banyak seperti tanaman lain.


Alergen terpenting yang memacu reaksi alergi yaitu
tungau debu rumah yang merupakan alergen utama dalam
rumah.23 Dari hasil uji tusuk kulit pada penelitian ini,
didapatkan hasil positiftertinggi terhadap tungau debu rumah
untuk kedua kelompok dibanding dengan alergen yang
lainnya, hanya berbeda sensitivitasnya. Alergen tungau dbu
rumah merupakan alergen yang paling banyak menimbulkan
reaksi uji tusuk kulit positif pada hampir semua populasi di
seluruh dunia karena pada trngmnya orqqg lebih lama benda

di dalam rumah/ruangan, sehingga lebih sering dan lama


terpajan dengan tungau debu rumah.23 Karena itu alergen
tungau deburumahtermasuk salah satuyangharus ada dalam
panel uji tusuk kulit dan sebagai petunjuk ada tidaknya atopi
pada seseorang.

Selain uji sensitivitas, dilakukan juga pengukuran BM


dengan analisis SDS-PAGE untuk melihat apakah se6uk sari
yang diteliti termasuk protein alergenik ditinjau dari BMnya.
PadaGambar4 dan 5, tampakpitaymg dominan/dri ketebalan
pita, dibanding pita-pita lain, dan hampir selalu muncul di
semua protein serbuk sari, yaitu pita 31 kD pada protein
kelapa sawit seperti yang ditemukan Kimura.2aPada analisis
gel lcromalografi, dalam penelitian ini dipakai sarnpol efcstrak
serbuk sari jagung yang uillumnya mempunyai BM <67 kD.
Jadi secara keseluruhan, BM protein dari 7 tanarnan serbuk
sari yang ditgliti dengan analisis SDS-PAG$ didapatkan BM
berkisar antara 10-70 kD yang menunjukkan bahwa protein
dalam kisaran tersebut merupakan protein alergenik, seperti
333

Sensitivitas terhadap Serbuk Sari pada Pasien Alergi Pernapasan


yang dinyatakan Jiangx

12, Ching TM, Ching

I(K. Freeze.Drying Pine Pollen. Plant Physi-

ology I964;39:705-9.

Kesimpuhn
Serbuk smiyang mengandung protein alergenik terdiri
dari serbuk sari tanaman akasi4 kelapa sawit, kelapagenjah,
alang-alang, jagung, padi dan pinus. Analisis SDS-PAGE
serbuk sari alergenikdarike 7 jenistanaman didapatkanBM
berkisar 10-70 kD. Ekstrak protein dari alergen serbuk sari
tersebut telah digunakan untuk uj i tusuk kulit pada responden

alergi pernapasan di Jakarta dengan hasil persentase


sensitivitas terhadap protein seibuk sari alatigalang dan
akasia lebihtinggi dibanding serbuk sariyang diteliti lainnya.
Serbuk sari akasia dan alang-alang mempunyai potensi
sebagai bahan alergen uji tusuk kulit di Indonesia,

DaftarPustaka
l. Lilly CM. Diversity of

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

t5.
16.
17.
18.

20.

'

21.
22.
23.
24.

34.
Weber RW. Pollen identification. Ann Allergy Asthma lmmunol

1998;80:141-5.
Taylor PE, Flagan RC, Valenta R, Glovsky MM. Release of aller-

Alink

between grass pollen and asthma

CIin knmunol 2002;109:51-6.


Rusnak C, Davies RI. ABC of allergies: Diagnosing allergl. BMJ
J Atlergy

with the Folin phenol reagent. J. Biol. Chem.


195l:'193:265-7 5.
Ong TC. Allergen for Skin Prick Test. Departnent of Biological
Sciences, National University
Singapore. 2008.
Laemrnli UK. Cleavage of Structural Protsins during the Assembly of the Head of Bacteriophage T4. Nature 1970;227:680-5.
Biili I(M, Singh BP, Sridhara S, Gaur SN, Arora N. Effects of
various stabilizing agents on lmperata cylindrical grass pollen
allergen extract. Clin Exp Allergy 2003;33:65-71.
Sridhara S, Kumar L, Verma J, Singh BP, Gangal SV Studies on
Cenchrus ciliaris Pollen Extract and Cross-Reactivity among
Tropical Grasses of the Family Poaceae. AIIergy Clin Immunol
lnt: J World Allergy Org 2000;12:ll0-5.
Jutel lvl, Jaeger L, Roland S, Meyer H, Fiebig }{ Cromwell. Allergen-specific immunotherapy with recombinant grass pollen allergens. J Allergy Clin Immunol 2005;ll6;608-13.
Ho TM, Tan BH, lsmail S, Bujang MK. Seasonal Prevalence of
Air-Bome Pollen and Spores in Kuala Lumpur, Malaysia. Asian
Pasific J Allergy Immunol 1995;13 17-22.
Tuchinda M, Theptaranon
Limsathayourat N. A Ten-Year
surveillance of atrnospheric pollens and moulds in the Bangkok
area- Asian Pacific J Allerg5r Immunol 1983;,l:7-9.
Chew FI, Lim SFI, Shang HS, Dahlia MD, Goh Dt l*eFW, et al.
Evaluation of the allergenicity of tropical pollen and airborne
spores in Singapore. Allergy 2000;55:340-1.
Baratawidjaja IR, Baratawidjaja PP, Darwis A" Soo HL, Fook TC,
Bee Wah L Batawidjaja KG Mites in Jakarta Homes. Allergy
surement

19.

asthma: Evolving Concepts of Pathophysiology and Lessons &om Genetics. J Allergy Clin Immunol
2005;1 l5;5526-31.
Shoefer
Schafer T, Meisinger C, Wichmana I{E, Heinrich J.
Predictivity of Allergic Sensitization (RAST) for the Onset of
Allergic Diseases in Adults. Allergy 2008;63:81{.
D'Amato G Cecchi L, Bonini S, Nunes C, Annesi-Maesano I,
Behrendt H, et al. Allorgenic Pollen and Pollen Allergy in Europe. Allergy 2007';62:97 6-90.
Bousquet PJ, ChaEi L, Jarvis D, Bumey P. Assessing skin prick
tests reliability in ECRHS-I. Allergy 2008;63:341-6.
Luskin AT. What the asthma end points we know and love do and
do not tell us. J Allerry Clin Immunol 2005;115:5539-45.
Bacharier LB, Boner A Carlsen Kll, Eigenmann Pd Frischer
Gotz M, Helms, et a/. Diagrosis and treatment of astbrna in
childhood: a PRACTALL consensus report. Allergy 2008;63:5-

gens as respirable aerosols:

9.

13. Santos GA, Batugal Pd Othman A, Baudouin L, Labouisse JP,


editor. Manual on Standardized Research Techniques in Coconut
Breeding. Manado:Balitka. 1995.
14. Lowry OH, Rosebrough NJ, Fan AL, Randall RI. Protein mea-

of

1998;53:1226-7.
Kimura Y, Maeda M, Kimura M, Lai OM, Tan SH, Hon SM.
Purification and Characterization of 3l-kDa Palm Pollen Glycoprotein (Ela g Bd 3l K), Which is Recognized by IgE from
Palm Pollinosis Patients. Biosci Biotechnol Biochem
2002;66:82A-1.

25.

Jiang

Sl

Jasmin

P)C{ Ting YY, Ramachandran S. Genome-wide

Identification and Molecular Characterization of Ole_e_I,

Allerll
Genes

and AIIerg_2 Domain-containing Pollen-Allergen-like

in Oryza sativa. DNA

Research 2005;12:.169-79.

1998;3 I 6:686-9.

10. Morris A Allsa Position

11.

334

Statement: Allergen Skin-Prick Testing.


Current Allergy & Cljnicat Immunology 2006:19:.22-5.
Baratawidjaja IR, Baratawidjeia PB Dtrwis Ab Soo HL, Fook TC,
Bee Wah L Batawidjaja KG Prevalence of allergic sensitization
to regional inhalant among allergic patients in Jakarta Indonesia. Asian Pac of Allergy Immunol 1999;17:9-12.

@uo

Maj Kedokt Indon, Volum:

5E, Nomor: 9, Septcmber 2008

Anda mungkin juga menyukai