1.
2.
3.
4.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
5.
6.
3.
4.
5.
6.
7.
Venaumbilikalis merupakan satu-satunya vena di umbilikius, relatif besar dengan diameter 4-5 mm,
panjang 2-3 cm dan berdinding tipis. Dari umbilikus,vena berjalan ke arah kepala, sedikit ke kanan
dan memasuki cabang sinistravenaportal setelah memberikan beberapa cabang kecil di dalam hepar.
INDIKASI PEMBERIAN
1. Transfusi tukar
2. Monitoring tekananvena sentral (Central VenousPressure/CVP)
3. Pemberian cairan intravena, akses cepat pada keadaan darurat (saat resusitasi),
pemberian produk darah atau obat-obatan.
KONTRAINDIKASI
1.
2.
3.
4.
5.
PERALATAN
1. Handuk steril untuk mengeringkan tangan dan lengan bawah
2. Gaun operasi dan sarung tangan
3. Duk lubang ditengah (sebaiknya transparan, sehingga bisa terlihat kalau ada komplikasi,
seperti pucat pada daerah panggul dan ekstrimitas)
4. Kateter umbilika lsinglelumen, radioopak, diamete rkecil(Fr3,5 untuk berat badan < 1200g
dan Fr5 untuk berat badan >1200g) untuk meminimalkan jumlah darah yang harus
dikeluarkan saat membersihkan kateter sebelum pengambilan sampel. Ujung kateter harus
lembut dan membulat, dan bahan yang tidak trombogenik
5. Threeway stop cockdengan luer lock
6. Spuit
7. Cairan NaCl 0,9%- heparin1Ui/cc (0,5N saline)
8. Komuntukanti septic (betadin)
9. Set pemasangan arteri umbilikal yang terdiri dari : 1 buah dukklem, 2 buah pinset anatomis
dengan ujung runcing (pinsetiris), 1 buah gunting benang, 2 buah klemarteri bengkok, 1
buah needle holder dan 1 buah scalpel no 11 dengan gagang
10.
Tali katun dan Benang silkno2/0 at3/0 dengan jarum round body
11.
Plester
12.
Kasa
TEKNIK PEMASANGAN
1. Ukur panjang kateteryangakan di masukkan, terdapat beberapa cara yaitu:
Untuk Arteri umbilikalis :Mengukur jarak antara umbilikus ke acromion, ditambah dengan
panjang sisa umbilikal.
2. Lakukan persiapan
Persiapan alat. Susun semua alat yang diperlukan di atas meja steril. Siapkan cairan NaClheparin dalam spuit 10cc. Pasang threewaystopcock ke kateter umbilikal, sambungkan dengan spuit
dan isi dengan NaCl-heparin, kemudian putar stopcock ke posisi off kearah kateter. Hati-hati jangan
sampai ada udara.
Persiapan pasien. Ikat kedua kaki bayi dengan popok kemudian plester ketempat tidur atau
tahan dengan menggunakan bantal pasir. Tutup alat kelamin bayi dengan kain untuk menghindar
ikencing bayi mengotori lapangan tindakan. Pegang umbilikal dengan kasa betadin atau klem (ingat
umbilikal belum steril) dan tarik lembut secara vertikal. Lakukan desinfeksi dengan cairan anti
septic (povidin dll.) sebanyak 3 kali mulai dari bagian tengah dan teruskan dengan gerakan
melingkar ke bagian luar (minimal radius 5cm dari umbilikal) setelah itu bersihkan umbilikal, dan
pasang duk lubang di atas umbilikal.
3. Ikat umbilikal dan potong datar dengan scalpel.
4. Identifikasi vena umbilikal. Buang semua bekuan darah yang terdapat dalam vena dengan
pinsetiris. Pasang kateter dengan pinsetiris dan masukkan dengan lembut sampai ukuran yang telah
ditentukan. Jika terdapat tahanan pada saat memasukkan kateter, jangan di paksa, tarik4-5cm,
kemudian masukkan kembali sambil diputar pelan searah jarum jam. Kalau masih ada tahanan, bisa
dicoba memasukkan kateter lain di bawah kateter pertama dan masukan dengan lembut, biasanya
kateter kedua akan langsung memasuki duktus venosus.
5. Target pemasangan apabila dilakukan fotorontgen:
Arteri umbilikalis
1. Grady NPO, Alexander M, Burns LA, Dellinger P, Garland J, Heard SO, et al. Guidelines for
Prevention of Intravascular Catheter-Related Infections, 2011. Centers for Disease Control and
Prevention. 2011:1-83.
2. Cardenas G, Finelli M, Harris C, Jonas D, Martins G, Steinmass M, et al. Central Access:
Umbilical
Artery and Vein Cannulation. Clinical Best Practice Guideline. 2008:1-36.
3. O-Hara MB, Buzzard CJ, Reubens L, McDermott MP, DDiGrazio W, DAngio CT. A
Randomized
Trial Comparing Long-term and Short-term Use of Umbilical Venous Catheters in Premature
Infants with Birth Weights of Less Than 1251 Grams. Pediatrics. 2006;118(1):25-35.
Trombosis da koagulopati
7.
Penderita menolak atau tidak koperatif
8.
Operator yang tidak berpengalaman yang tidak diawasi supervisor
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebelum melakukan kateterisasi ke vena
sentral.
1.
Sebaiknya pemasangan kateterisasi vena sentral dilakukan diruang
tindakan yang steril (bila ada) dan tidak dilakukan dilakukan di tengah bang- sal
ruang perawatan untuk menghindari kontaminasi dan saling mengganggu dengan
pasien lain
2.
Buat informed konsen dan persetujuan keluarga.
3.
Bila penderita masih sadar, sebelum pemasangan sebaiknya penderita
diberitahukan terlebih dahulu maksud dan tujuan serta prosedur kate- terisasi vena
sentral tersebut.
4.
Kateterisasi vena sentral harus dilakukan se-asepsis mungkin mirip dengan
prosedur pembedahan.
5.
Waspadalah akan masuknya udara, walaupun pasien dalam keadaan headdown.
6.
Selalu memikirkan dimana ujung jarum berada.
7.
Darah harus dapat diaspirasi dengan mudah dari kateter intravena sebelum
cairan infus atau obat dimasukkan. Bila tidak dapat diaspirasi de- ngan mudah
berarti terjadi kesalahan penempatan sampai dibuktikan sebaliknya.
8.
Jangan menarik kembali kateter yang telah/masih ada di dalam jarum logam
(misal venocath) karena bahaya terpotongnya kateter oleh ujung jarum. Bila sampai
terpotong maka pengambilannya hanya bisa dilakukan dengan cara pembedahan.
9.
Kanulasi vena sentral dapat memakai kateter panjang untuk pemakaian
jangka lama atau dengan kateter vena yang pendek misalnya abbocath ukuran
besar untuk sementara pada keadaan darurat. Bila vena sudah terisi cairan dapat
dilanjutkan dengan kanulasi vena perifer.
10.
Dipasaran telah tersedia kateter intra vena dengan berbagai ukuran,
diameter dan panjang yang bervariasi baik dengan single lumen atau multi
lumen. Pilihlah yang sesuai dengan kebutuhan. Sesuaikan dengan lokasi
pemasangan, lama pemasangan, indikasi pemasangan dan kemampuan ekonomi
pasien.
6.
Vena subclavia adalah kelanjutan dari vena axillaris. Dimulai pada tepi lateral kosta I, terus
melintas diatas costa dan berakhir saat bergabung dengan vena jugularis interna di medial
ujung klavicula. Ini mempunyai beberapa hubungan penting. Arteri subclavia biasanya
terletak di posterior dan superior (yakni chepalad) dari vena dan dipisahkan oleh m.
scalenus anterior pada tempat insersi otot ini ke kosta I. Arteri dan vena keduanya
membentuk sulcus pada permukaan atas kosta. Pleksus brakhialis terletak di posterior
arteri dan dengan demikian terletak di posterior vena dengan jarak yang lebih dekat.
Nervus phrenikus melintas di anterior dan dapat melintas di bagian medial costa I. Nervus
vagus juga berjalan di bagian anterior subclavia tetapi agak sedikit di medial nervus
phrenikus. Nervus laryngeus recurren adalah cabang dari n. vegus. Cabang kanan
terpisah dari vagus setinggi arteri subclavia dan memutar di belakang arteri dan naik ke
atas sehingga berdekatan dengan trachea. Cabang kiri terpisah dari vagus setinggi arkus
aorta, dan memutar di belakang arkus, naik pada fissura antara oesophagus dan trakea.
Saraf-saraf tersebut juga jaraknya dekat dengan vena. Pleura dapat meluas hingga 1 inci
diatas bagian medial clavicula dan mencapai setinggi collum costa I dimana lebih tinggi
dibanding dengan artikulasio sternoclavikularis. Vena dengan demikian berada di sebelah
anterior pleura tetapi pleura meluas pada ke dua arah atas dan bawah dari vena.
subcalvia.
4.
Letakkan jari telunjuk pada incisura sternalis dan ibu jari pada daerah
pertemuan antara
clavicula dan costa I. Infiltrasi anestesi lokal (lidokain 1%) dengan jarum 25gauge 2 cm lateral
ibu jari dan 0,5 cm ke kaudal ke arah clavicula atau tepat di lateral dari insersi
m. subclavia
costa I.
5.
Vena berjalan di bawah clavicula menuju incisura sternalis. Gunakan jarum
18-gauge yang
halus dengan syringe 5 ml, masukkan jarum menusuk kulit dibagian lateral ibu
jari dan 0,5 cm
di bawah clavikula yang dimaksud untuk membuat posisi khayal pada bagian
belakang incisura
sternalis. Posisi jarum horizontal (paralel dengan lantai) untuk mencegah
pneumothoraks, dan
bevel menghadap keatas atau ke arah kaki pasien untuk mencegah kateter
masuk ke arah leher.
Aspirasi jarum lebih dulu, pertahankan jarum secara
cermat pada tepi bawah clavikula.
1.
Vena berjalan di bawah clavicula menuju incisura sternalis. Gunakan jarum
18-gauge yang
halus dengan syringe 5 ml, masukkan jarum menusuk kulit dibagian lateral
ibu jari dan 0,5 cm
di bawah clavikula yang dimaksud untuk membuat posisi khayal pada bagian
belakang incisura
sternalis. Posisi jarum horizontal (paralel dengan lantai) untuk mencegah
pneumothoraks, dan
bevel menghadap keatas atau ke arah kaki pasien untuk mencegah kateter
masuk ke arah leher.
Aspirasi jarum lebih dulu, pertahankan jarum secara cermat pada tepi bawah
clavikula.
2.
Jika tidak ada darah vena yang teraspirasi setelah penusukan sampai 5 cm
tarik pelan-pelan
sambil diaspirasi jika masih belum ada juga ulangi sekali lagi, dan apabila
masih belum berhasil
pindah ke arah kontralateral akan tetapi periksa foto thoraks dahulu sebelum
dilakukan untuk
melihat adanya pneumothoraks
3.
Bila darah teraspirasi maka posisi vena subclavia telah didapatkan dan
kanula atau jarum
seldinger dipertahankan pada posisinya dengan mantap
4.
Susupkan kawat, pasang kateter atau dilator dan kateter selanjutnya
lepaskan kawat
5.
Lakukan dengan hati-hati untuk menghindari ikut masuknya udara untuk itu
sebaiknya ujung
kateter tidak dibiarkan terbuka.
6.
Cek bahwa aspirasi darah bebas melalui kateter dan tetesan berjalan
dengan lancar.
7.
Kontrol letak kateter dengan foto thoraks.