Anda di halaman 1dari 4

TEORI-TEORI PERS

1. Authorian Theory ( Teori Pers Otoriter)


Teori ini muncul pada abad ke-16, ia berasal dari falsafah
kenegaraan kekuasaan absolut. Prinsip teori ini adalah bahwa
negara memiliki kedudukan lebih tunggi dari pada individu dalam
skala kehidupan sosial. Bagi seseorang induvidu, hanya denagn
menempatkan diri dibawah kekuasaan negara, maka individu
yang bersangkutan bisa mencapai cita-citanya dan memiliki
atribusi sebagai orang yang beradab.
Penguasa-penguasa waktu itu menggunakan pers untuk
memberi informasi kepada rakyat tentang kebijakan-kebijakan
penguasa yang harus didukung. Hanya dengan ijin khusus pers
boleh dimiliki oleh swasta, dan ijin ini dapat dicabut kapan saja
terlihat tanggungjawab mendukung kebijaksanaan pekerjaan
tidak dilaksanakan.
Pemegang kekuasaan mempunyai hak untuk membuat dan
merubah kebijaksanaan, hak memberi ijin dan kadang-kadang
menyensor. Jelas bahwa konsep pers seperti ini menghilangkan
fungsi pers sebagai pengawas pelaksanaan pemerintahan.
Ciri-ciri masyarakat penganut konsep Teori Pers Otoriter
Negara berada di atas segala-galanya
Negara mempunyai wewenang maksimal
Antara warga negaranya terdapat status yang
berbeda.
2. Libertarian Theory (Teori Pers Bebas)
Ketika kebebasan politik, agama, dan ekonomi semakin
tumbuh bersamaan dengan tumbuhnya pencerahan, maka
tumbuh pula tuntutan akan perlunya kebebasan pers. Dalam
saat seperti itulah muncul teori ini, yang mencapai pincaknya
pada abad ke-19. Dalam teori ini, manusia dipandang sebagai
makhluk rasional yang dapat membedakan antara yang benar
dan tidak benar. Pers menjadi mitra dalam upaya pencarian
kebenara, bukan sebagai alat pemerintah. Jadi tuntutan bahwa
pers mengawasi pemerintah berkembang berdasarkan teori ini.
Dalam
teori
Libertarian,
pers
bukan
instrument
pemerintah, melainkan sebuah alat untuk menyajikan bukti dan
argument-argumen yang akan menjadi landasan bagi orang
banyak untuk mengawasi pemerintahan dan menentukan sikap
terhadap kebijaksanaannya. Dengan demikian, pers seharusnya
bebas dari pengawasan dan pengaruh pemerintah. Agar
kebenaran bisa muncul, semua pendapat harus dapat
kesempatan yang sama untuk didengar, harus ada pasar bebas
pemikiran-pemikiran dan informasi. Baik kaum minoritas maupun
mayoritas, kuat maupun lemah, harus dapat menggunakan pers.

Teori pers bebas ini memang paling banyak memberikan


landasan kebebasan yang tak terbatas kepada pers, oleh karena
itu pers bebas juga paling banyak memberikan informasi, paling
banyak memberikan hiburan, dan paling banyak terjual tirasnya.
Tetapi, di balik paling banyak dalam ketiga segi itu, pers bebas
juga paling sedikit berbuat kebajikan menurut ukuran umum dan
sedikit pula mengadakan kontrol terhadap pemerintah. Dalam
perusahaan pers semacam ini memang terdapat sedikit sekali
pembatasan-pembatasan serta aturan-aturan yang membatasi.
Sebagian besar aturan-aturan yang ada hanyalah untuk
menciptakan keuntungan berupa materi bagi pemiliknya sendiri.
3. Sosial Responsibility Theori (Teori Pers Bertanggung
Jawab)
Teori ini timbul disebabkan adanya ketidakpuasan
terhadap Libertarian Teori. Alasan para penganut konsep ini
antara lain:
Pers menjadi bertambah besar dan terpusat pada
beberapa tangan atau terletak pada orang kayakaya saja.
Makin kurangnya perhatian terhadap kepentingan
rakyat.
Pers dalam menggunakan kekuatannya hanya untuk
kepentingan dirinya sendiri.
Teori Sosial Responsibility ini dimaksudkan untuk
mengembalikan fungsi pers sebagai palayan masyarakat. Selain
itu, dengan teori ini pers diharapkan dapat melaksanakan kontrol
sosial, sehingga pers tidak merupakan milik individu yang
bekerja untuk kepentingan pribadi semata, tetapi pers dapat
menjadi milik masyarakat yang melayani dan berusaha
menghilangkan kesenjangan sosial yang terjadi dalam
masyarakat.
Pada dasarnya fungsi pers dibawah teori tanggungjawab
sosial sama dengan fungsi pers teori Libertarian.
Melayani sistem politik denagn menyediakan informasi,
diskusi dan perdebatan tentang masalah-masalah yang
dihadapi masyarakat.
Memberi penerangan kepada masyarakat, sedemikina rupa
sehingga masyrakat dapat mengatur dirinya sendiri
Menjaga hak-hak perorangan dengan bertindak sebagai
anjing penjaga yang mengawasi pemerintah.
Melayani system ekonomi dengan mempertemukan
pembeli dan penjual barang atau jasa melalui medium
periklanan.
Menyediakan hiburan,

Mengudahakan sendiri biaya finansial, demikian rupa


sehingga bebas dari tekanan-tekanan orang yang punya
kepentingan.
:
Teori Sosial Responsibility ini merespon pendapat bahwa
orang dengan sia-sia mengharapkan adanya pasar media yang
mengatur sendiri dan mengontrol sendiri sebagaimana
digemborkan oleh pendikung teori pers libertarian. Dalam pers
ini fungsi ganda media massa yang dimiliki oleh perusahaan
swasta, yaitu untuk mencari untung dan meleyani para pengiklan
mereka versus melayani publik hanya menerima secara sepihak,
sebagaiman biasanya, publik hanya menerima bagian yang
paling merugikan dari tawar menawar tersebut, sehingga yang
menaggung biaya dialah yang menentukan semuanya.
Teori Sosial Responsibility ini relatif merupakan teori baru
dalam kehidupan pers di dunia, dan tidak seperti teori pers
bebas
libertarian,
teori
ini
memungkinkan
dimilikinya
tanggungjawab oleh pers. Dengan teori ini juga pers memberikan
banyak informasi dan menghimpun segala tingkatan kecerdasan.
4. Sovyet Communisme Theory ( Teori Pers Komunis)
Teori ini tumbuh dua tahun setelah Revolusi Oktober 1917
di Rusia dan berakar pada teori pers penguasa. dalam teori ini,
kekuasaan bersifat sosial, berada di orang-orang, dan
dipancarkan dalam tindakan-tindakan masyarakat. Sistem pers
ini menopang kehudupan sistem sosialis Sovyet Rusia dan
memelihara pengawasan yang silakukan pemerintah terhadap
segala kegiatan sebagaimana biasanya terjadi dalam kehisupan
komunis.sebab itu, di negara-negara tersebut tidak terdapat pers
bebas, yang ada hanya pers pemerintah. Seagala sesuatu yang
memerlukan keputusan dan penetapan umumnya dilakukan oleh
para pejabat pemerintah sendiri.
Partai komunis memiliki kekuatan osganisasi ini, partai
tidak hanya menyelipkan dirinya sendiri ke posisi pemimpin
massa,
dalam
pengertian
yang
sesungguhnya,
partai
menciptakan
massa
dengan
mengorganisasikan
dengan
membentuk organ-organ akses dan kontrol yang merubah
sebuah populasi tersebar menjadi sebuah sumber kekuatan
termobilisir.
Dengan bubatnya Negara Uni Republik Sosialis Sovyet
pada 25 Desember 1991 yang kini menjadi Negara
persemakmuran, Negara tersebut sekarang telah melepaskan
system politik komunisnya.
Perbedaan dengan teori-teori pers lainnya:
Dihilangkannya motif profit
Menomorduakan topikalitas (orientasi pada apa yang
sedang ramai dibicarakan)

Jika dalam teori pers penguasa orientasinya semata-mata


pada upaya mempertahankan status-quo, dalam teori ini
orientasinya adalah perkembangan dan perubahan
masyarakat (untuk mencapai tahap kehidupan komunis)

Anda mungkin juga menyukai