Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM TEKNIK BIOPROSES


IDENTITAS PRAKTIKAN
Nama

: Rinny Novia Pratiwi

NIM

: 03121003043

Kelompok / Hari

: VII / Kamis, Jam 13:00

I.

JUDUL PERCOBAAN

II.

TUJUAN PERCOBAAN

Pembuatan Chitosan

1. Membuat chitosan dari kulit udang sebagai bahan pengawet.


2. Mengetahui proses pembuatan chitosan dari kulit udang
3. Mengetahui nilai konversi dari kulit udang menjadi chitosan
III. DASAR TEORI
3.1 Chitosan
Chitosan adalah produk turunan dari polimer chitin, yakni produk samping
(limbah) dari pengolahan industri perikanan, khususnya udang dan rajungan.
Proses pembuatan chitosan itu sendiri dilakukan melalui beberapa tahapan, yakni
pengeringan bahan baku mentah chitosan (rajungan), penggilingan, penyaringan,
deproteinasi, pencucian dan penyaringan, deminarisasi (penghilangan mineral
Ca), pencucian, deasilitilisasi, pengeringan, dan selanjutnya akan terbentuk
produk akhir berupa chitosan.
Chitosan juga merupakan senyawa polimer alam turunan kitin yang
diisolasi dari limbah perikanan, seperti kulit. udang dan cangkang kepiting dengan
kandungan kitin antara 65-70 persen. Sumber bahan baku kitosan yang lain di
antaranya kalajengking, jamur, cumi, gurita, serangga, laba - laba dan ulat sutera
dengan kandungan kitin antara 5-45 persen. Kitosan merupakan bahan kimia
multiguna berbentuk serat dan merupakan kopolimer berbentuk lembaran tipis,
berwarna putih atau kuning, tidak berbau. Kitosan merupakan produk deasetilasi
kitin melalui proses kimia menggunakan basa natrium bidroksida atau proses
enzimatis menggunakan enzim chitin deacetylase.

Proses utama dalam pembuatan chitosan meliputi penghilangan protein


dan kandungan mineral yang masing-masing dilakukan dengan menggunakan
larutan basa dan asam.Kitosan merupakan produk deasetilasi kitin. Kualitas dan
nilai ekonomi kitosan dan kitin ditentukan oleh besarnya derajat deasetilasi,
semakin tingi derajat deasetilasi semakin tinggi kualitas dan harga jualnya..
Kitin/chitin berasal dari bahasa Yunani chiton yang berarti mantel atau
lapisan luar. Senyawa ini adalah suatu polimer dari glukosa min terasetilasi yang
tidak bercabang dan mempunyai berat molekul besar. Nama lain dari kitin adalah
2-asetamida 2 deoksi D glukopiranosa. Sumber kitin yang utama yaitu kerangka
kepiting, kulit lobster, udang dll. Persentase kitin pada kulit udang adalah 42-57 %
(Muzzarelli).
Proses produksinya meliputi dua tahap: pertama, proses deproteinisasi
untuk memisahkan atau melepaskan ikatan-ikatan antara protein dengan kitin,
kedua menghilangkan garam-garam an-organik atau kandungan mineral yang ada
pada kitin, terutama kalsium karbonat (CaCO3).

Seperti uraian tersebut diatas,

bahwa produk alami berupa chitosan ini merupakan alternatif pengganti formalin
untuk pengawet bahan makanan (tahu, baso dll).
Disamping itu chitosan juga dapat digunakan untuk:
1. Penstabil pewarna makanan.
2. Pengolah limbah logam berat.
3. Kesehatan, seperti tumor, meningkatkan kekebalan tubuh, dan pengontrol
4.
5.
6.
7.

kolesterol.
Bioteknologi, seperti pemisah protein, kromatografi.
Pertanian, seperti bahan pelapis bibit, pupuk, pemulihan lahan.
Kosmetik, seperti pelembab, krim untuk wajah, tangan, badan, dan
Pulp dan kertas, seperti kertas foto.

3.1.2. Sejarah Chitosan


Kitin sebagai prekursor kitosan pertama kali ditemukan pada tahun 1811
oleh orang Prancis bernama Henri Braconnot sebagai hasil isolasi dari jamur.
Sedangkan kitin dari kulit serangga ditemukan kemudian pada tahun 1820. Kitin
merupakan polimer kedua terbesar di bumi selelah selulosa. Kitin adalah senyawa

amino polisakarida berbentuk polimer gabungan.Kitosan ditemukan C. Roughet


pada tahun 1859 dengan cara memasak kitin dengan basa.
Perkembangan penggunaan kitin dan kitosan meningkat pada tahun 1940an. terlebih dengan makin diperlukannya bahan alami oleh berbagai industri
sekitar tahun 1970-an. Penggunaan kitosan untuk aplikasi khusus, seperti farmasi
dan kesehatan dimulai pada pertengahan 1980 - 1990.Sifat utama kitin dicirikan
oleh sifatnya yang sangat susah larut dalam air dan beberapa pelarut organik,
rendahnya reaktivitas kimia dan sangat hidrofobik.
Karena ketiga sifat tersebut penggunaan kitin relatif lebih sedikit
dibandingkan kitosan dan derivatnya. Aplikasi kitin yang utama adalah sebagai
senyawa pengkhelat logam dalam instalasi pengolahan air bersih atau limbah,
kosmetik sebagai fungisida dan fungistatik penyembuh luka.
3.1.3 Sifat dan Kegunaan Chitosan
Kegunaan kitosan tidak terlepas dari sifat alaminya. Sifat alami tersebut
dapat dibagi menjadi dua sifat besar yaitu sifat kimia dan sifat biologi. Sifat kimia
kitosan sama dengan kitin tetapi yang khas antara lain:
a)

Merupakan polimer poliamin berbentuk linear.

b) Mempunyai gugus amino aktif.


c) Mempunyai kemampuan mengkhelat beberapa logam.
Sedangkan sifat biologi kitosan antara lain:
1. Bersifat biokompatibel, dimana artinya sebagai polimer alami sifatnya
tidak mempunyai akibat samping, tidak beracun, tidak dapat dicerna, dan
mudah
diuraikan oleh mikroba (biodegradable).
2. Dapat berikatan dengan sel mamalia dan mikroba secara agresif.
3. Mampu meningkatkan pembentukan yang berperan dalam pembentukan
tulang.
4. Bersifat hemostatik, fungistatik, spermisidal, antitumor, antikolesterol,
5. Bersifat sebagai depresan pada sistem saraf pusat.

Berdasarkan kedua sifat tersebut maka kitosan mempunyai sifat fisik khas
yaitu mudah dibentuk menjadi spons, larutan, gel, pasta, membran, dan serat.
yang sangat bermanfaat dalam aplikasinya.Kitosan banyak digunakan oleh
pelbagai industri antara lain industri farmasi, kesehatan, biokimia, bioteknologi,
pangan, pengolahan limbah, kosmetik, agroindustri, industri tekstil, industri
perkayuan, industri kertas dan industri elektronika.
Aplikasi khusus berdasarkan sifat yang dipunyainya antara lain untuk:
pengolahan limbah cair terutama bahan sebagai bersifat resin penukar ion untuk
minimalisasi logamlogam berat, mengoagulasi minyak/lemak, serta mengurani
kekeruhan: penstabil minyak, rasa dan lemak dalam produk industri pangan.
Khitin mempunyai rumus molekul C18H26N2O10 merupakan suatu zat padat yang
tak berbentuk (amorphous), tak larut dalam air, asam anorganik encer, alkali encer
dan pekat, alkohol, dan pelarut organik lainnya tetapi larut dalam asam-asam
mineral yang pekat.
Khitin kurang larut dibandingkan dengan selulosa dan merupakan Nglukosamin yang terdeasetilasi sedikit, sedangkan khitosan adalah khitin yang
terdeasetilasi sebanyak mungkin.Karakteristik fisik-kimia chitosan berwarna putih
dan berbentuk kristal, dapat larut dalam larutan asam organik tetapi tidak larut
dalam pelarut organik lainnya.
Pelarut chitosan yang baik adalah asam asetat. Chitosan sedikit mudah
larut dalam air dan mempunyai muatan positif yang kuat, yang dapat mengikat
muatan negatif dari senyawa lain serta mudah mengalami degradasi secara
biologis dan tidak beracun.Cara memakainya cukup dilarutkan dengan air dan
dicampur cuka. Ikan tinggal dicelup lalu dijemur. Selain mengawetkan ikan asin,
chitosan juga bisa dipakai untuk memperpanjang usia tahu, bakso, mie dan ikan
basah. Namun, khusus untuk ikan basah, ahli dari IPB ini belum menemukan
adonan yang pas. Pengawetan ikan segar menggunakan chitosan sejauh ini hanya
mampu bertahan 2 hari. Sedang formalin bisa sampai 3 hari.

Gambar 1. Rantai Karbon Chitosan

(Sumber: Rahyani, 2011)


3.1.4. Cara Mendeteksi Chitin pada Chitosan
Adanya Chitin dapat dideteksi dengan reaksi warna Van Wesslink. Pada
cara ini chitin direaksikan dengan I2-KI yang memberikan warna coklat, kemudian
jika ditambahkan asam sulfat berubah warnanya menjadi violet. Perubahan warna
dari coklat hingga menjadi violet menunjukan reaksi positif adanya chitin.
3.2 Udang Galah
Populasi udang galah di Indonesia bersifat unik. Berdasarkan distribusi
geografisnya dapat diprediksikan bahwa Indonesia menjadi centre of origin dari
galah karena terdapat 19 spesies dari marga Macrobrachium (udang galah).
Apabila ditinjau dari segi social ekonomi, eksistensi udang galah saat ini
merupakan salah satu komoditas unggulan yang dapat diandalkan sebagai sumber
penghasilan.Udang galah mempunyai pangsa pasar yang baik.
Kecenderungan masyarakat yang menggemari sea food meningkatkan
pangsa pasar udang galah. Peluang pasar udang galah tidak hanya di dalam negeri
bahkan di mancanegara terbuka luas seperti Singapura, Malaysia, dan negaranegara Eropa. Pangsa pasar yang besar serta keunggulan komparatif yang dimiliki
udang galah menjadikannya salah satu komoditi andalan dan mamu bersaing
dengan produk dari negara lain. Untuk mencapai sasaran tersebut diadakan upaya
pemulihan udang galah dan pengembangan industri udang beku merupakan salah
satu bidang industri kreatif.

Jenis udang air tawar yang satu ini (udang galah) memang memiliki
potensi yang cukup besar, sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang berlipat.
Terbukti dari permintaan udang galah baik dalam negeri maupun dari luar negeri
yang semakin meningkat. Udang galah adalah salah satu komoditas air tawar yang
cukup bagus masa depannya karena selain harga jualnya lebih tinggi dibanding
ikan air tawar lainnya juga dapat dipasarkan untuk kebutuhan dalam dan luar
negeri, hal ini ditandai dengan permintaan ekspor ke berbagai negara seperti
Jepang dan beberapa negara di Eropa. Dengan kata lain udang galah mempunyai
nilai ekonomis tinggi dan berpotensi memperoleh keuntungan jika dikembangkan.
3.2.1 Morfologi Udang Galah
Badan udang terdiri atas kepala dan dada yang disebut Cephalothorax,
badan (abdomen), serta ekor (uropoda). Udang galah mempunyai ciri khusus
dibandingkan dengan udang jenis lainnya, yakni kedua kakinya tumbuh
dominan.Cephalothorax dibungkus oleh kulit yang keras disebut carapace.
Pada bagian kepala terdapat penonjolan carapace yang bergerigi dan
disebut rostrum. Gigi terdapat pada rostrum dengan jumlah gigi pada rostrum atas
11-13 dan jumlah gigi pada rostrum bagian bawah 8-14. Udang galah mempunyai
sepasang mata yang bertangkai yang terletak pada pangkal rostrum, jenis matanya
temasuk jenis mata majemuk (facet).Udang galah jantan dan betina mempunyai
perbedaan yang mencolok sehingga mudah untuk diketahui.
Udang galah jantan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Dapat mencapai ukuran yang lebih besar dibandingkan udang galah betina.
2. Pasangan kaki jalan udang jantan yang kedua tumbuh sangat besar dan
kuat.
3. Bagian perut lebih ramping.
4. Alat kelamin terletak pada baris pasangan kaki jalan kelima, dimana pada
pasangan kaki ini terlihat lebih rapat dan lunak.
5. Apendix masculina (petanda jantan) terletak pada pasanag kaki renang
kedua yang merupakan cabang ketiga dari kaki renang tersebut.
Adapun udang galah betina mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Ukuran badan lebih kecil dar udang galah jantan.


2. Pasangan kaki jalan kedua tetap tumbuh besar, tetapi ukurannya tidak
sebesar kaki udang jantan.
3. Bagian perut tumbuh melebar bersama-sama dengan kaki renang. Ruangan
ini merupakan tempat pengereaman telur (brood chamber) sehngga
tampak bentuk tubuhnya membesar pada bagaian perut.
4. Alat kelamin betina terletak pada pangkal pasangan kaki jalan ketiga yang
merupakan lubang thelicum.
5. Jarak antara pasang kaki jalan kiri dan kanan setiap pasangan terlihat lebih
besar yang memungkinkan terlur dapat berjalan ke kantung telur.
Adapun taksonomi udang galah dilihat dari kedudukannya pada sistematika
sebagai berikut :
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Filum
Kelas
Bangsa
Suku
Anak suku
Marga

g) Jenis

: Arthropoda
: Crustacea
: Decapoda
: Palaemonidae
: Palaemoninae
: Macrobrachium
: Macrobrachium rosenbergii

3.2.2 Habitat dan Penyebaran Udang Galah


Apabila diperhatikan tingkah laku dan kebiasaan hidupnya, fase dewasa
dang galah sebagian besar dijalani didasar perairan air tawar dan fase larva
bersifat planktonik yang sangat memerlukan air payau. Udang galah mempunyai
habitat diperairan umum, misalnya rawa, danau, dan muara sungai yang langsung
berhubungan dengan laut. Sebagai hewan yang bersifat euryhaline mempunyai
toleransi tinggi terhadap salinitas air, yaitu antara 0-20 per mil.
Hal ini berhubungan erat dengan siklus hidupnya.Di alam, udang galah
dewasa dapat memijah dan bertelur di daerah air tawar pada jarak maksimal 100
km dari muara. Sejak telur dibuahi hingga menetas diperlukan waktu 16-20 hari.
Larva baru dapat menetas memerlukan air payau, lalu larvanya terbawa aliran

sungai hingga ke laut. Larva yang menetas dari telur paling lambat 3-5 hari harus
mendapat air payau.
Larva berkembang dan memerlukan metamorfosis hingga mencapai pasca
larva diperairan payau denan kadar garam berkisar antar 5-20%, setelah 45 hari
udang dapat hidup diperairan tawar, secara alami udang akan berupaya ke
perairan tawar.Daerah penyebaran udang galah adalah daerah Indo-Pasifik, yait
dari bagian timur Benua Afrika sampai Semenanjung Malaka, termasuk
Indonesia. Di Indonesia, udang galah terdapat di Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara, dan Irian.
3.2.3 Komposisi Kimia yang Terkandung dalam Kulit Udang Galah
Secara umum, kulit udang galah mempunyai tiga komponen besar yang
terdiri dari protein, mineral, dan chitin. Adapun komposisi kimia yang terkandung
dalam kulit udang galah pada tabel komposisi umum kulit udang :
Tabel 1. Komposisi Umum Kulit Udang

SENYAWA

PERSENTASE

Protein

53,74

Lemak

6,65

Chitin
Air
Abu
Mineral

14,61
17,28
7,72

Sumber : (Intensifikasi Tambak Departemen Pertanian, 1990)

V.

ALAT DAN BAHAN

a. Alat yang digunakan yaitu :


1.

Grinding

2. Neraca analitis
3. Beker gelas
4. Pipet tetes
5. Spatula
6. Water Bath
7. Corong dan Kertas Saring
8. pHmeter
9. Oven
b. Bahan yang digunakan yaitu :
1.

Kulit udang

2.

HCl

3.

NaOH

4.

Aquadest

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pisahkan udang dan kulitnya kemudian cuci bersih dan keringkan.
2. Gerus sampai halus kulit udang yang telah dikeringkan tadi hingga menjadi
bubuk atau powder.
3. Timbang bubuk kulit udang sebanyak 5 gr, dicampur dengan 300 ml aqudest.
4.

Kemudian masukkan HCl sebanyak 3


tetes, selanjutnya larutan kulit udang tadi dipanaskan selama 2 menit, diamkan
sebentar.

5. Larutan tadi disaring dengan kertas saring, slurry kulit udang dimasukkan
dalam beker gelas kemudian dicuci serta disaring kembali.
6. Hasil saringan ini dicampur kembali dengan 300 aquadest,direbus selama 2
menit, kemudian saring kembali.
7. Hasil saringan ditetesi NaOH sebanyak 3 tetes, selanjutnya diukur pH dengan
menggunakan pH meter.
8. Langkah terakhir larutan disaring kembali dan dikeringkan.

Anda mungkin juga menyukai