Anda di halaman 1dari 6

Hikmah di Balik Musibah

KHUTBAH PERTAMA





.

..



..


.
.

Jamaah Jumat rahimakumullah


Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Taala dengan ketakwaan yang sebenarbenarnya, yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu
alaihi wa sallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu
alaihi wa sallam.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam, kemudia keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir
zaman.
Jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah
Orang yang merenungi sunnatullah tentu akan mengetahui bahwa cobaan merupakan salah
satu sunah (ketetapan) Allah yang bersifat kauniyyah qadariyyah (qadar Allah terhadap alam
semesta). Allah Subhanahu wa Taala berfirman:





Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orangorang yang sabar. (QS. Al Baqarah: 155)
Sungguh keliru orang yang beranggapan, bahwa hamba Allah yang paling shaleh adalah
orang yang paling jauh dari cobaan, bahkan cobaan merupakan tanda keimanan. Di dalam
hadis disebutkan:

Dari Mushab bin Saad, dari bapaknya, ia berkata, Aku pernah bertanya kepada Rasulullah,
Siapakah orang yang paling berat ujiannya?. Beliau menjawab, Para nabi, kemudian yang
setelahnya dan setelahnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar keimanannya. Siapa yang
imannya tinggi, maka ujiannya pun berat, dan siapa yang imannya rendah maka ujiannya
disesuaikan dengan kadar imannya. Ujian ini akan tetap menimpa seorang hamba sampai ia
berjalan di bumi tanpa membawa dosa.. (HR. Tirmidzi)
Di samping itu, cobaan adalah salah satu tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:





Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya cobaan, dan Allah apabila mencintai
suatu kaum, maka Allah akan menguji mereka. Barang siapa yang ridha, maka ia akan
mendapatkan keridhaan-Nya dan barang siapa yang kesal terhadapnya, maka ia akan
mendapatkan kemurkaan-Nya.. (HR. Ahmad dan Tirmidzi, Tirmidzi menghasankannya)
Demikian juga cobaan merupakan salah satu tanda diberikan oleh Allah kebaikan
kepadanya. Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya, maka Allah akan mempercepat
hukuman di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan bagi hamba-Nya maka
ditahan hukuman itu karena dosa-dosanya sehingga ia mendapatkan balasannya pada hari
kiamat.. (HR. Tirmidzi)
Dan sebagai penebus dosanya, meskipun bentuknya kecil. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda:




Tidaklah suatu musibah menimpa seorang muslim, melainkan Allah akan menggugurkan
dosa-dosanya, meskipun hanya terkena duri.. (HR. Bukhari)
Sebaliknya, jika seseorang diberikan dunia ini namun tetap bergelimang di atas
kemaksiatan, maka ketahuilah bahwa yang demikian merupakan istidraj (penangguhan
azdab dari Allah). Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam bersabda:



..
Apabila kamu melihat Allah memberikan kenikmatan dunia yang disenangi kepada seorang
hamba padahal ia berada di atas maksiat, maka sebenarnya hal itu adalah istidraj.,
kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membacakan ayat:
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami
pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka
bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS.Al Anaam: 44). (HR.
Ahmad dengan isnad yang jayyid, Shahihul Jami no. 561)

Hikmah Adanya Musibah


Jamaah Jumat azzaniyallhu wa iyyakum
Oleh karena itu, seorang muslim yang tertimpa musibah, jika ia seorang yang shaleh,
maka cobaan itu menghapuskan kesalahan-kesalahan yang lalu dan mengangkat derajatnya.
Namun jika ia seorang pelaku maksiat, maka cobaan itu akan menghapuskan dosa-dosanya
dan sebagai peringatan terhadap bahaya dosa-dosa itu. Allah Subhanahu wa
Taala berfirman:

Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk,
agar mereka kembali (kepada Allah). (QS. Al Araaf: 168)
Yakni agar kembali beribadah kepada Allah, mengingat-Nya dan bersyukur terhadap nikmatNya.
Ibnul Qayyim berkata, Kalau tidak karena cobaan dan musibah dunia, niscaya manusia
terkena penyakit kesombongan, ujub (bangga diri), dan kerasnya hati. Padahal sifat-sifat ini
merupakan kehancuran baginya di dunia maupun akhirat. Di antara rahmat Allah, kadangkadang manusia tertimpa musibah yang menjadi pelindung baginya dari penyakit-penyakit
hati dan menjaga kebersihan ibadahnya. Maha Suci Allah yang merahmati manusia dengan
musibah dan ujian..
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, Musibah yang diterima karena Allah semata, lebih
baik bagimu daripada nikmat yang membuat lupa mengingat-Nya.

KHUTBAH KEDUA







Di samping yang disebutkan di atas, hikmah musibah lainnya adalah:
Sebagai jalan menuju surga.
Surga adalah tempat yang penuh kenikmatan, tidak mungkin mencapainya dengan santai dan
berleha-leha, bahkan untuk mencapainya dibutuhkan kerja keras, penderitaan, kesabaran, dan
kesungguhan. Orang-orang yang Anda lihat berharta banyak dan merasakan berbagai
kenikmatan di dunia ini, ia mengawali hidupnya dengan kerja keras, penderitaan, kesabaran,
dan kesungguhan, sehingga di akhirnya ia mendapatkan kekayaan dan kenikmatan. Nah,
sekarang yang hendak Anda kejar adalah kenikmatan yang lebih baik dari itu, kenikmatan
yang sesungguhnya, yang tidak memiliki kekurangan dan keterbatasan; hidup kekal tidak
mati, senantiasa sehat tidak sakit, santai menikmati kesenangan yang ada tanpa susah payah
mendapatkannya dsb.

Athaa pernah berkata: Ibnu Abbas berkata kepadaku, Maukah kamu aku perlihatkan
seorang wanita penghuni surga?. Aku (Athaa) menjawab, Ya.. Ia berkata, Yaitu wanita
hitam ini. Ia pernah datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan be
rkata, Saya terkena penyakit ayan, dan jika sedang kambuh, auratku terbuka, maka
berdoalah kepada Allah untukku!. Beliau bersa
bda, Jika kamu mau bersabar, maka kamu akan masuk surga. Namun jika kamu mau, maka
aku akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu.. Wanita itu berkata, Aku siap
bersabar. Hanya saja jika sedang kambuh auratku terbuka. Oleh karena itu, berdoalah kepada
Allah agar auratku tidak terbuka.. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam mendoakann
ya.. (HR. Bukhari dan Muslim)
Di dalam hadis lain disebutkan, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allah akan berkata kepada para
malaikat-Nya, Apakah kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku? Para malaikat
menjawab, Ya. Allah berfirman, Apakah kalian telah mengambil buah hatinya? Mereka
menjawab, Ya. Allah berfirman, Lalu apa yang diucapkan hamba-Ku? Mereka menjawab,
Dia memuji-Mu dan beristirja (mengucapkan Innaa lillahi wa innaa ilaihi raajiuun).
Allah berfirman, Bangunkanlah untuk hamba-Ku rumah di surga dan namailah dengan
Baitul hamd (rumah pujian).. (Hasan, HR. Tirmidzi)Lihatlah wanita yang terkena musibah
ayan ini, ia siap bersabar terhadap musibah sehingga membuatnya akan masuk surga.
Dalam hadis qudsi, Allah Subhanahu wa Taala berfirman:



Apabila Aku memberi cobaan kepada hamba-Ku dengan (dijadikan buta) kedua mata yang
dicintainya, ia pun bersabar, maka Aku akan menggantinya dengan surga.. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya sikap kesal dan keluh kesah, tidak dapat
menghilangkan musibahmu, bahkan hanya menambah derita dan dosa.
Membawa keselamatan dari api neraka dan membersihkan dosa-dosa.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang penyakit demam:

Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api neraka.. (HR. Al Bazzar,
Silsilah Ash Shahiihah no. 1821)
Di dalam hadis lain disebutkan, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam apabila
menjenguk orang sakit berkata kepadanya, Laa basa thahuur insya Allah.. Artinya: Tidak
apa-apa, penyakit itu akan membersihkan (dosa-dosamu) insya Allah. (HR. Bukhari)
Menyadari betapa besarnya nikmat sehat.
Seseorang akan merasakan nikmat sehat ketika sakit. Ketika seseorang sakit gigi misalnya, ia
akan merasakan begitu nikmat gigi yang sehat. Ketika telinganya tersumbat sesuatu sehingga

tidak dapat mendengar secara jelas, ia akan merasakan nikmatnya bisa mendengar dengan
baik, dsb. Dengan demikian, ia pun dapat bersyukur dan merasakan begitu besarnya nikmat
yang diberikan Allah kepada dirinya.

Membuat dirinya peka terhadap musibah yang menimpa saudaranya, sehingga ia pun
mau membantu saudaranya.
Di dalam hadis qudsi disebutkan, bahwa Allah akan berfirman kepada anak cucu Adam pada
hari kiamat:
. .


. .


.

Wahai anak Adam, Aku sakit, namun mengapa kamu tidak menjenguk-Ku? Anak Adam
menjawab, Ya Rabbi, bagaimana aku menjengukmu, sedangkan Engkau Tuhan semesta
alam? Allah berfirman, Tidakkah kamu mengetahui bahwa hamba-Ku si fulan sedang
sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Kalau sekiranya kamu mau menjenguk, tentu kamu
akan mendapati-Ku di dekatnya. Wahai anak Adam! Aku meminta makan kepadamu, namun
mengapa kamu tidak memberi-Ku makan? Ia berkata: Ya Rabbi, bagaimana aku memberiMu makan, padahal Engkau Tuhan semesta alam? Allah berfirman, Tidakkah kamu
mengetahui bahwa hamba-Ku si fulan meminta makan kepadamu, tetapi kamu tidak
memberinya. Kalau sekiranya kamu mau memberi, tentu kamu akan mendapatkan yang
demikian di sisi-Ku. Wahai anak Adam! Aku meminta minum kepadamu, namun mengapa
kamu tidak memberi-Ku minum? Ia berkata, Ya Rabbi, bagaimana aku memberi-Mu
minum, padahal Engkau Tuhan semesta alam? Allah berfirman, Hamba-Ku si fulan telah
meminta minum kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya. Kalau sekiranya kamu mau
memberinya minum, tentu kamu akan mendapatkan yang demikian itu di sisi-Ku.. (HR.
)Muslim
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Taala memudahkan kita semua dan meringankan
musibah yang kita hadapi serta memantapkan langkah-langkah kita.









. .
.
.

.

Anda mungkin juga menyukai