Anda di halaman 1dari 19

ARTIKEL ILMIAH

STRATA 1 (S1)

MEMPERKENALKAN CLAY TEPUNG SEBAGAI SENI


KERAJINAN ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN
KREATIFITAS REMAJA MELALUI MEDIA KOMUNIKASI
VISUAL

Oleh
Heni
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Jurusan Desain

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN


INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR
2013

MEMPERKENALKAN CLAY TEPUNG SEBAGAI SENI KERAJINAN ALTERNATIF


UNTUK MENINGKATKAN KREATIFITAS REMAJA MELALUI MEDIA KOMUNIKASI
VISUAL
ABSTRAK
Reduce, Reuse, dan Recycle. Mungkin istilah-istilah ini sangat sering dibicarakan sejak keluarnya
issue Pemanasan Global. Sejak saat itu seluruh kegiatan yang berpotensi menyebabkan pemanasa
global semakin menjadi sorotan di Indonesia pada khususnya. Banyak hal yang dilakukan baik oleh
pemerintah maupun perorangan untuk mengurangi dampak dari Pemanasan Global mulai dari
pengontrolan emisi kendaraan, mengurangi pengganaan mesin pendingin, hingga mengurangi jumlah
sampah nondegradable dengan jalan daur ulang (Recycle). Banyak sekali benda-benda yang ada
disekitar kita yang sebenarnya dibuang sayang. Siapa bilang benda-benda bekas tidak bisa
menghasilkan? Buktinya banyak sekali benda-benda unik berhasil diciptakan dari barang bekas.
Seperti dompet dari kertas pembungkus, pot bunga dari kaleng bekas, hingga clay dari tepung
kadaluarsa. Beranjak dari hal tersebut mungkin baru segelintir orang yang menyadari hal ini, clay
contohnya. Dewasa ini bisnis kerajinan tangan salah satunya clay sudah sepatutnya dilirik. Tidak
harus mahal, clay sebenarnya bisa dibuat menggunakan tepung kadaluarsa, hanya saja bisnis ini
kurang berkembang karena image clay adalah hobby yang mahal masih sulit dihilangkan dari benak
konsumen. Remaja sebagai salah satu target konsumen yang paling menarik karena sifatnya yang
dinamis perlu diarahkan kepada suatu aktifitas yang positif dan kreatif, salah satunya adalah
berkreasi dengan clay. Pembuatan media dan sampling dipandang perlu dilakukan, karena
pendekatan secara teori tidak akan mudah diserap oleh para remaja. Biarkan mereka melihat dan
mencoba clay itu sendiri maka mereka akan jauh lebih tertarik, oleh karena itu media maskot,
kemasan, folder, pin, poster, e-banner, celemek, t-shirt, tas kain, dan katalog akan membantu proses
edukasi dikalangan remaja.
Kata Kunci

: Clay Tepung, Seni Kerajinan Alternatif, Kreatifitas Remaja, Media Komunikasi


Visual.

INTRODUCING FLOUR CLAY AS ALTERNATIVE ART CRAFT TO INCREASE


YOUTH CREATIVITY THROUGH VISUAL COMMUNICATION MEDIA
ABSTRACT
Reduce, Reuse, and Recycle. Perhaps these terms are very frequently discussed issue since the
release of Global Warming. Since then all activities that could potentially cause Global Warning has
became the spotlight in Indonesia in particular. Many things were done by both the government and
individuals to lessen the impact of Global Warming ranging from controlling vehicle emissions,
reduce the use of aircon, reduce the amount of waste nondegradable (Recycle) things. There are so
many things around us that actually "dumped dear". Who says the unused objects can not produce?
Proof, lot of unique objects had been created from recycled materials. Such as wallets of wrapping
paper, flower pots from tin cans, clay from expired flour. There only few people that aware about
this, for example they turn expired flour into clay. Nowadays one business clay craft has should me
counted in term of profitable business. Does not have to be expensive, in fact clay can be made using
expired flour, it's just business image is less developed because clay is an expensive hobby is still
difficult tobe removed from the minds of consumers. Adolescents as one of the most attractive target
consumers because of its dynamic need to be directed to a positive and creative activities, one of
which is to play clay. Media preparation and sampling is deemed necessary, because in theory the
approach will not be easily absorbed by the teens. Let them see and try out the clay itself then they
would be much more interested, therefore mascot media, packaging, folders, pins, posters, ebanners, aprons, t-shirts, cloth bags, and the catalog will help the process of education among
adolescents.
Keywords: Clay Flour, Alternative Arts Crafts, Creativity Youth, Media Visual Communications.

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kerajinan tangan atau handycraft merupakan suatu hasil karya yang berkaitan dengan buatan tangan
atau kegiatan yang dihasilkan melalui keterampilan tangan. Kerajinan tangan biasanya berhubungan dengan
hobi, kemudian beralih menjadi sebuah kegiatan bermanfaat, fokus kearah pekerjaan yang digemari dan
dapat memberikan penghasilan bagi peminatnya. Saat ini kerajinan tangan menjadi salah satu pilihan bagi
masyarakat untuk dijadikan sebagai sebuah lapangan pekerjaan. Kerajinan tangan diklasifikasikan dalam
berbagai bentuk yakni; anyaman, memahat, mengukir, merajut, menjahit, melukis, melipat dan lain-lain.
Keanekaragaman kerajinan tangan yang ada, mengakibatkan berkembang pula minat mengasah kreatifitas
masyarakat dalam mengembangkan kerajinan tangan untuk membuat sesuatu yang baru, unik dan sederhana
dengan memanfaatkan bahan yang mudah di dapatkan seperti seni kerajinan clay, berbahan dasar tepung
seperti tepung terigu, tepung tapioka maupun tepung jagung. Clay dengan bahan tepung sering disebut
dengan clay tepung.
Istilah clay berasal dari bahasa inggris yang berarti tanah liat, dengan tekstur bahan yang lembut dan
mudah dibentuk oleh tangan. Dahulu clay hanya dikenal sebagai tanah liat yang dibuat dengan menggunakan
alat putar khusus. Namun seiring dengan perkembangan dalam dunia kerajinan tangan, clay yang banyak
digunakan bukanlah clay yang mengandung unsur tanah liat melainkan terbuat dari resin, tepung anorganik,
polymer maupun silikon yang dikemas dan siap pakai atau yang sering disebut dengan clay instan (Joyce,
2009: 4). Clay instan inilah yang membuat seni kerajinan ini sulit dijangkau semua lapisan masyarakat
khususnya remaja karena harganya yang mahal terutama bagi pemula yang ingin mencoba berkreasi dengan
clay. Seni kerajinan clay cukup banyak dipilih sebagai salah satu alternatif kerajinan tangan. Selain bersifat
lunak dan mudah dibentuk sesuai keinginan, cara pengaplikasian tidaklah sulit. Seni kerajinan ini sangat
baik untuk anak-anak, remaja, dewasa maupun lansia, untuk mengasah kemampuan otak kanan,
meningkatkan kreativitas dan daya imajinasi, meningkatkan daya kosentrasi, melatih kesabaran dan
ketekunan serta melatih kerja saraf motorik. Pada umumnya bahan clay di Indonesia masih merupakan
barang impor, sehingga seni kerajinan tangan ini terkesan mahal dan jarang di tekuni. Namun saat ini,
membuat clay menjadi sangat mudah dan menyenangkan karena adonan clay dapat dibuat sendiri dengan
menggunakan bahan yang mudah di temui seperti tepung yang di campur dengan pengawet makanan,
natrium benzoate dan lem putih sebagai perekat. Bahkan bahan adonan clay dapat dibuat dari tepung tidak
layak konsumsi atau yang disebut dengan tepung kadaluarsa yang diolah menjadi adonan clay yang ramah
lingkungan. Bahan ini lebih terjangkau dan memiliki kelayakan dan ketahanan bahan sama seperti bahan
clay kemasan siap pakai.
Remaja dikatakan sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia
belasan tahun. Pengertian lain menyebutkan bahwa remaja adalah suatu massa transisi dari masa anak ke
dewasa, ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama, kognitif dan sosial (Sarwono,
2012: 2). Dalam batasan penyesuaian diri yang akan dilakukan pada usia remaja adalah mencapai
kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk menghadapi kehidupan,
mencapai posisi yang diterima masyarakat, mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas, dan
nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan. Memecahkan problem nyata dalam pengalaman
sendiri maupun kaitannya dengan lingkungan. Pada range usia 15-18 tahun merupakan masa kesempurnaan
remaja dan merupakan puncak perkembangan emosi, dalam tahap ini adalah bangkitnya sebuah dorongan
dalam berbagai hal atau masalah sehingga lebih mudah terjerumus ke hal negatif yang berdampak buruk bagi
kehidupan remaja.
Memilih remaja umur 15-18 tahun sebagai sasaran dikarenakan masa remaja membutuhkan
perhatian dan arahan yang tepat agar menghasilkan remaja yang memiliki mental yang kuat dan mampu
berkreatifitas secara positif. Sesuai dengan perkembangan psikologis remaja sangat banyak mengalami fasefase dimana mereka mendewasakan diri, tumbuhnya akal, nalar, dan kesadaran diri secara sederhana.
Penanaman kegiatan yang bersifat positif harus segera diarahkan agar perkembangan akal, nalar dan
kesadaran diri mereka berkembangan dengan baik dan dijalur yang benar. Dengan menanamkan seni
kerajinan, dalam hal ini seni kerajinan clay berbahan dasar tepung di kalangan remaja, membuat mereka
mampu melakukan kegiatan positif yang murah, mudah didapat dan dibuat, ramah lingkungan dan tentu
dapat dijadikan sumber penghasilan bagi mereka yang ingin mencari peruntungan dibidang bisnis.
1

Desain komunikasi visual adalah suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep-konsep
komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara
visual dengan mengelola elemen-elemen yang berupa bentuk dan gambar, tatanan huruf, serta komposisi
warna serta layout (tata letak atau perwajahan). Dengan demikian, gagasan bisa diterima oleh orang atau
kelompok yang menjadi sasaran penerima pesan (Kusrianto, 2007: 2). Melalui media komunikasi visual,
tidak hanya berperan sebagai media kampanye tetapi digunakan dalam meperkenalkan seni kerajinan clay
berbahan dasar tepung dalam upaya meningkatkan kreativitas remaja.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang timbul
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Konsep desain seperti apa yang tepat diaplikaskan pada media komunikasi visual agar efektif,
komunikatif dan inovatif dalam upaya memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif
untuk meningkatkan kreativitas remaja?
2. Strategi media dan strategi kreatif pesan apakah yang tepat digunakan untuk menarik minat remaja
melakukan kegiatan positif melalui seni kerajinan clay tepung?

1.3 Batasan Masalah


Permasalahan yang akan difokuskan pada proses perancangan media komunikasi visual untuk
menarik minat target audien dalam memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk
meningkatkan kreativitas remaja melalui media komunikasi visual yaitu media lini bawah serta perwujudan
media-media komunikasi visual yang siap dicetak dalam jumlah banyak sesuai dengan target audien yang
dituju dalam hal ini remaja umur 15-18 tahun, mengacu pada kriteria desain sebagai indikator penilaian,
untuk mengajak remaja melakukan kegiatan positif melalui seni kerajinan clay tepung.

1.4 Tujuan dan Manfaat Desain


1.4.1 Tujuan
Tujuan dari desain ini adalah dapat menjawab berbagai pertanyaan yang timbul sesuai dengan
perumusan masalah, yaitu:
a. Tujuan Khusus
Untuk membuat konsep desain yang akan diaplikaskan pada media komunikasi visual agar efektif,
komunikatif dan inovatif dalam upaya memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif
untuk meningkatkan kreativitas remaja.
b. Tujuan Umum
Untuk mengetahui strategi media dan strategi kreatif pesan apakah yang tepat digunakan untuk
menarik minat remaja melakukan kegiatan positif melalui seni kerajinan clay tepung.

1.4.2 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari karya Tugas Akhir ini antara lain sebagai berikut:
a. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan merancang desain komunikasi visual yang efektif, komunikatif dan
inovatif serta dapat membuat konsep desain dalam memperkenalkan clay tepung sebagai seni
kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreativitas remaja.
b. Bagi Lembaga (ISI)
Menambah sumber refrensi tentang media komunikasi visual dalam memperkenalkan clay
tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreativitas remaja melalui media
komunikasi visual.
c. Bagi Target Audien ( Remaja Usia 15 18 tahun)
Menyadarkan para remaja untuk melakukan hal positif yang bermanfaat yaitu
memberdayagunakan bahan yang dianggap tidak bermanfaat untuk diolah kembali menjadi barang
yang mempunyai nilai estetis, fungsional dan ekonomis.

d. Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan tentang seni kerajinan clay yang mudah dibuat dan mempunyai nilai
estetis dan ekonomi.

1.5 Metode Pengumpulan Data


Proses desain menggunakan metode pengumpulan data dapat berupa teks, gambar, dokumen,
artefak, foto atau objek-objek lain yang ditemukan dilapangan selama penelitian dilakukan (Sarwono, 2007:
100). Jenis data yang digunakan untuk mendukung metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan
data sekunder.

1.6 Metode Analisis Data


Metode analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah
dibacakan dan diinterpretasikan (Sarwono, 2006:123). Metode analisis data yang digunakan dalam pengantar
karya ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif yaitu penggambaran sifat suatu keadaan yang berjalan
pada saat penelitian.
Tahapan ini diperoleh dengan menganalisis data yang didapat dari data primer dan data sekunder
yakni observasi, interview, kepustakaan, dan dokumentasi. Hasil dari metode observasi adalah hasil survey
lapangan ke Pos Clay Singaraja Bali yang merupakan tempat pelatihan clay. Hasil dari metode wawancara
adalah jawaban yang diajukan oleh peneliti. Jawaban inilah yang akan melengkapi data-data materi tentang
kasus yang diangkat. Hasil dari metode kepustakaan adalah pengertian-pengertian serta teori-teori yang
berhubungan untuk mencari pemecahan masalah yang tepat dalam desain komunikasi visual untuk
memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreatifitas remaja. Hasil
dari metode dokumentasi adalah berupa foto-foto dan gambar-gambar sebagai data berupa fakta atau bukti
dan juga untuk memenuhi data dalam desain komunikasi visual untuk memperkenalkan clay tepung sebagai
seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreatifitas remaja

1.7 Kriteria Serta Model Penilaian Desain


Indikator yang nantinya akan dipakai sebagai acuan didalam menilai desain ialah ilustrasi, teks,
warna, tipografi. Dibuat alternatif desain dari media yang dipilih. Desain yang terbaik dipilih dari tiga
alternatif desain yang diukur berdasarkan kriteria desain. Kriteria yang dimaksud yakni dari segi fungsional,
komunikatif, informatif, unity, ergonomis, artistik, surprise, kreatif, simplycity dan etis.
Menentukan desain terpilih dengan melakukan penilaian alternatif desain menggunakan skala likert
(skala yang menunjukkan tingkatan atau rangking). Masing-masing tingkatan kualitas akan disusun
berdasarkan jenjang ilmu dan nilai tertinggi 5 dan nilai terendah 1. Setelah masing-masing desain dinilai
berdasarkan prinsip-prinsip desain akan terlihat satu desain yang menduduki ranking teratas dan desain inilah
yang nantinya sebagai desain terpilih.

2. INDENTIFIKASI DAN ANALISA DATA


2.1 Data Teoritis / Aktual
Data teoritis adalah data yang mengacu pada sumber-sumber data ilmiah berupa literature yang
relevan dan bisa dipertanggungjawabkan mengenai teori-teori tentang desain komunikasi visual, yang erat
dengan kasus dan konsep pengerjaan tugas akhir ini (data yang bisa dimanfaatkan dalam perancangan).

2.1.1 Pengertian Objek Kasus


Clay cukup banyak dipilih sebagai salah satu alternatif kerajinan tangan, karena clay sangat
mudah dibentuk dan sangat mudah untuk di aplikasikan dengan bahan lain, bahkan dengan menambah
detai-detail yang indah. Karya clay bisa disulap menjadi sebuah karya yang mempunyai nilai seni dan
daya jual yang tinggi. Clay merupakan istilah dari tanah liat yang memiliki tekstur lembut dapat diolah
dan dibentuk menjadi suatu kerajinan tembikar. Namun seiring dengan perkembangan dalam dunia
kerajinan tangan, clay yang banyak digunakan saat ini bukanlah tanah liat dan bahkan tidak mengandung
unsur tanah liat melainkan resin, tepung anorganik, polymer maupun silikon yang sudah di kemas dan
siap pakai, clay ini disebut dengan modeling clay. Walaupun tidak mengandung tanah liat, jenis bahan
ini tetap disebut dengan clay karena tekstur kelenturan yang menyerupai tanah liat yang mudah dibentuk
(http://piets-art.com/blog/2012/04/apa-itu-clay-2). Bahan clay di Indonesia masih merupakan barang
3

impor, sehingga seni kerajinan tangan ini terkesan mahal dan jarang di tekuni. Saat ini, membuat clay
menjadi sangat mudah dan menyenangkan karena adonan clay dapat dibuat sendiri dengan menggunakan
bahan yang mudah di temui misalnya tepung yang di campur dengan pengawet makanan natrium
benzoate dan lem putih sebagai perekat. Bahkan bahan adonan clay dapat dibuat dari tepung tidak layak
konsumsi atau disebut dengan tepung kadaluarsa kemudian diolah menjadi adonan clay yang ramah
lingkungan, terjangkau dan memiliki kelayakan dan ketahanan bahan sama seperti bahan clay

kemasan siap pakai.


2.1.2 Aspek-Aspek Desain Komunikasi Visual
Dalam proses mengkomunikasikan pesan kepada target audiens, beberapa aspek yang perlu di
perhatikan antara lain elemen-elemen serta media desain komunikasi visual. Adapun elemen elemen
desain komunikasi visual adalah ilustrasi, warna, teks, tipografi serta layout (Timmoty,2007:1).

2.1.3 Prinsip Desain Komunikasi Visual


Prinsip-prinsip desain ini nantinya digunakan sebagai patokan dalam melayout desain yang akan
digunakan dalam memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan
kreatifitas remaja melalui desain komunikasi visual. Adapun prinsip-prinsip desain komunikasi visual
yaitu fokus, keseimbangan, irama / ritme, keserasian / harmoni, proporsi, kesatuan, kesederhanaan, skala,
kontras, tata letak / layout.

2.1.4 Aspek Teknis Perwujudan


Aspek teknis perwujudan merupakan suatu aspek yang perlu diperhitungkan agar visual desain
yang dibuat dapat menjadi satu kesatuan konsep dengan eksekusi perwujudan. Teknis perwujudan yang
dimaksud yaitu bahan dan teknik cetak.

2.1.5 Teori Sosial Mendukung Kasus


1) Teori Psikologi Remaja
Masa remaja disebut sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai
kematangan psikologis dalam menemukan dirinya dan mencari nilai-nilai kebaikan, kebijaksanaan,
keindahan, senang terhadap tokoh idola, tertarik lawan jenis, dan lain-lain (Sarwono, 2012: 2).
Menurut Hurlock, masa remaja awal mencakup usia 13-17 tahun dimana secara psikologis
memiliki perkembangan (Sarwono, 2012: 30) :
a. Masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri.
b. Mengembangkan pikiran-pikiran baru.
c. Cepat tertarik pada lawan jenis.
d. Mudah terangsang secara erotis.
Masa remaja akhir yaitu mencakup usia 16-19 tahun dimana pada masa ini transisi
perkembangan yang lebih mendekati dewasa dan masa konsolidasi menuju periode remaja. Pada
masa ini memiliki perkembangan sebagai berikut (Sarwono, 2012: 30):
a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi- fungsi intelek.
b. Egonya untuk mencari kesempatan bersatu dengan orang lain dalam pergaulan baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak berubah lagi.
d. Ergosentri (terlalu memusatkan perhatian kepada diri sendiri) berubah menjadi keseimbangan
antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
Teori psikologi remaja ini digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan konsep desain baik
dari media, ilustrasi, huruf dan tipografi yang nantinya akan diaplikasikan pada aspek desain
komunikasi visual pada media perancangan dalam upaya memperkenalkan clay tepung sebagai seni
kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreativitas remaja.
2) Teori Consumers Journey dan Teori Point Of Contact
Teori consumers journey adalah proses mengamati pola tingkah laku dari target audien.
Pengamatan dilakukan dari kegiatan dari pagi-malam sehingga dari penelitian tersebut didapat point
of contact. Dengan melakukan consumers journey akan membuat strategi tersebut bisa bisa
disampaikan secara lebih efisien. Consumers Journey memang harus dihubungkan dengan totalitas

kehidupan target audien, dialog-dialog target audien, foto-foto target audien, dan bend-benda
disekeliling target audien (Kasilo, 2002:71).
Teori point of contact adalah titik-titik untuk menyapa dengan target audien. Point Of Contact
merupakan waktu, tempat, dan dimana target audien kita melakukan kegiatan, sehingga kita mampu
menggali berbagai point of contact maupun media untuk penyampaian pesan. Dengan mengamati
consumers journey, akan kita temukan banyak point of contact. Berangkat dari point of contact
inilah kita bisa menggali berbagai media baru (unconventional media) yang tadinya tidak pernah
terpikirkan dan sesuai dengan target audien (Kasilo, 2002: 68). Kedua teori ini saling berhubungan
dan sangat erat kaitannya dalam menentukan media komunikasi visual yang tepat untuk target
audien.

2.2 Data Lapangan / Faktual


Data faktual merupakan kumpulan data-data yang diperoleh dengan cara melakukan observasi
langsung dilapangan yang nantinya akan digunakan dalam mencari media komunikasi visual.

2.2.1 Nama Objek / Kasus


Clay tepung adalah clay buatan yang terbuat dari campuran aneka tepung seperti tepung terigu,
tepung tapioka maupun tepung jagung, pengawet makanan dan lem putih sebagai perekatnya. Bersifat
lunak dan mudah dibentuk dengan tangan sehinga dapat dibentuk menjadi berbagai bentuk sesuai dengan
imajinasi (Joyce, 2009: 6). Dalam pembuatan pengantar karya Tugas Akhir ini, penulis mencari data
tentang clay, cara pengaplikasian clay dalam dunia kerajinan hingga cara membuat media atau adonan
clay berdasarkan literatur maupun data pengamatan melalui metode observasi sehingga judul yang di
angkat yaitu memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan
kreativitas remaja melalui media komunikasi visual.

2.2.2 Pengelola Yayasan


-

Nama Instansi : Pos Clay


Pemiliki
: Yulia Winarti
Alamat
: Jalan Lingga No.5B, Singaraja-Bali
No. Telp
: 0817335447
Profil
:
Pos Clay merupakan distributor bahan clay dan pusat pelatihan seni kerajinan clay satusatunya di daerah Singaraja Bali. Usaha rumahan yang berdiri sejak tahun 2009 dan sudah
memproduksi 200 buah kerajinan clay ini mendapat tempat di hati masyarakat sekitar dikarenakan
hasil karya dari Yulia yang mampu meniru benda-benda nyata menjadi replika atau miniatur yang
untuk sebagian orang tidak menyangka bahwa itu merupakan hasil kerajinan yang seluruh prosesnya
tidak menggunakan mesin. Kerajinan clay sudah menjadi darah daging bagi Yulia. Baginya keraninan
clay sudah menjadi aktivitas kesehariannya sekaligus tempat menyalurkan ide kreatifnya.
Merasa seni kerajinan ini memerlukan dana yang besar karena bahan utama clay masih
diimpor dari negara tetangga, Yulia mengkemas seni kerajinan ini menjadi mudah dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat yang ingin mecoba mengasah kreatifitasnya di bidang clay dengan
memanfaatkan bahan kadaluarsa seperti tepung yang di campur dengan lem putih sebagai perekat dan
memanfaatkan barang bekas seperti kaleng maupun botol untuk dijadikan barang yang mempunyai
nilai estetis dan fungsional. Hasil kerajinannya pun kiri sudah merambah ke seluruh Indonesia melalui
sistem online, dengan pangsa pasar remaja dan kolektor. Selain memasarkan hasil karyanya, Yulia
juga aktif mengadakan pelatihan clay bagi mereka yang ingin mengasah kreativitas dengan minimal
usia 8 tahun dan cukup membeli bahan clay yang diperlukan dan dapat mengikuti pelatihan sesuai
jadwal. Dengan banyaknya permintaan bahan clay instan untuk para kolektor, pernak-pernik clay
maupun bahan pendukung seni kerajinan ini, membuat Pos Clay mengembangkan usahanya di bidang
distributor clay impor, hingga saat ini Pos clay merupakan satu-satunya distributor dan pusat
pelatihan clay di daerah Singaraja-Bali yang digemari remaja maupun kolektor yang tertarik membuat
atau mengkoleksi seni kerajinan ini, terutama dengan pemanfaatan bahan dan barang yang sudah tidak
dipergunakan lagi menjadi karya yang memiliki nilai estetis dan fungsional.

Logo Pos Clay :

Gambar 2.1 Logo Pos Clay


(Sumber: Dokumen Pos Clay, Singaraja Bali)

Pada logo Pos Clay terdapat ilustrasi kura-kura hijau bertempurung coklat yang sedang
tersenyum sebagai picture mark. Bagi sebagian besar masyarakat Tionghoa, kura-kura mempunyai
mitologi sebagai simbol keberuntungan, lambang kekuatan dan daya tahan karena usianya yang
mencapai ribuan tahun. Selain itu dalam mitologi China, kura-kura merupakan salah satu dari empat
dewa mata angin yang melambangkan utara (http://www.indofengshui.com/kura-kura.html). Ilustrasi
kura-kura digunakan oleh Pos Clay karena selain dipercaya membawa peruntungan juga dikarenakan
lokasi Pos Clay yang berada di bagian utara Pulau Bali yaitu Singaraja.

Warna Logo :

Gambar 2.2 Warna Logo Picture Mark dan Word Mark Pos Clay
(Sumber: Dokumen Pos Clay One Stop Clay House)

2.2.3 Lokasi
Pos Clay berlokasi di Jl. Lingga No. 5B, Singaraja Bali.

Gambar 2.3 Peta Lokasi Pos Clay One Stop Clay Hous

2.2.4 Sarana Komunikasi Yang Ada


Sarana komunikasi yang didapatkan selama pengumpulan data di Pos Clay yaitu logo dan
poster.
2.2.5 Potensi Kasus
Seni kerajinan clay merupakan seni kerajinan yang sangat baik untuk anak-anak, remaja, dewasa
maupun lansia mengasah kemampuan otak kanan, meningkatkan kreativitas dan daya imajinasi,
meningkatkan daya kosentrasi, melatih kesabaran dan ketekunan serta melatih kerja saraf motorik.
Namun, clay dilirik sebagian orang sebagai seni kerajinan mahal dari segi bahan karena menggunakan
bahan impor dengan kualitas bagus. Apalagi untuk pemula yang baru mencoba berkreativitas dengan
clay maupun penggermar seni kerajinan tangan dengan sosial mengengah ke bawah. Hal tersebut
menjadi sangat sulit di jangkau dan sangat menghamburkan uang hanya dengan membeli bahan clay
instan dengan harga yang mahal. Kini, membuat clay menjadi sangat mudah, murah dan menyenangkan
karena adonan clay dapat dibuat sendiri dengan menggunakan bahan yang mudah di temui seperti
tepungtepungan yang di campur dengan pengawet makanan seperti natrium benzoate dan lem putih
sebagai perekatnya. Bahkan bahan adonan clay dapat dibuat dari tepung tidak layak konsumsi atau yang
disebut dengan tepung kadaluarsa yang diolah menjadi adonan clay yang ramah lingkungan, terjangkau
dan memiliki kelayakan dan ketahanan bahan sama seperti bahan clay kemasan siap pakai. Dengan
menggunakan clay berbahan dasar tepung kadaluarsa, membuat seni kerajinan ini mendukung kegiatan
go green dengan mendaurulang dan memberdayakan bahan tidak layak konsumsi untuk dijadikan hal
yang mempunyai nilai ekonomis, fungsional maupun estetis dan tentunya dapat meningkatkan
perekonomian bagi mereka yang mau mencoba peruntungan di bidang bisnis, sekaligus mengasah
kreatifitas masyarakat khususnya remaja usia 15-18 tahun.
Dengan mengangkat kasus ini, penulis tertantang untuk merancang media komunikasi visual yang
efektif dan komunikatif untuk memperkenalkan seni kerajinan clay yang awalnya di anggap mahal kini
menjadi seni kerajinan yang dapat dijangkau dengan memberdayakan bahan dan barang tidak
dipergunakan lagi untuk dijadikan seni kerajinan yang mempunyai nilai estetis, fungsional dan ekonomi,
sehingga masyarakat menengah kebawah dan remaja usia 15-18 tahun dapat dapat mencoba mengasah
kreatifitas dan mencoba peruntungan di bidang bisnis dengan menjadikan seni kerajinan clay sebagai
souvenir yang mempunyai nilai jual.

2.3 Analisis dan Sintesa


Dalam proses ini, penulis meneliti berbagai media komunikasi visual dalam memperkenalkan clay
tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreatifitas remaja. Dari analisis media-media
tersebut penulis dapat menentukan kelemahan maupun kekuatan dari setiap media untuk diaplikasikan ke
dalam desain yang akan dibuat melalui sintesa.

2.3.1 Analisis
Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan dengan tujuan akhir
menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan membangun suatu teori baru (Sarwono dkk,
2007:123). Dalam desain media Tugas Akhir ini menggunakan analisis aktual dan faktual yang
merupakan proses yang sangat diperlukan untuk memperoleh kesimpulan dari permasalahan yang ada.

2.3.2 Sintesa
Sintesa merupakan simpulan dari seluruh hasil analisa sebagai pedoman perancangan media
komunikasi visual. Dalam hal ini meliputi beberapa diantaranya:
a. Media
Media yang akan dibuat harus tepat, jelas sasaran, efektif, komunikatif yang mampu
memberikan informasi dalam memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif. Media
komunikasi visual yang di desain dalam memperkenalkan clay tepung digolongkan ke dalam media
lini bawah. Berdasarkan teori consumers journey yang mengamati pola tingkah laku dan kegiatan
target audien sehari-hari, sehingga mendapatkan point of contact sebagai titik menyapa target audien
untuk menggali media yang tepat dalam penyampaian pesan. Media komunikasi visual yang akan
7

digunakan pada saat kampanye adalah Maskot, Kemasan, Folder, Pin, Poster, E-Banner, Celemek,
T-Shirt, Tas Kain dan Katalog.
b. Ilustrasi
Ilustrasi yang digunakan dominan menggunakan teknik ilustrasi fotografi yang dinilai lebih
realistik karena akan menampilkan cara pembuatan recycled clay maupun tutorial kreasi clay tepung
dan teknik drawing komputer yang disesuaikan dengan media agar media yang dibuat dapat terlihat
lebih menarik.
c. Warna
Pada media komunikasi visual dalam memperkenalkan clay tepung ini menggunakan warna
berdasarkan teori psikologi warna, dimana warna mampu mempengaruhi suasana, perasaan, dan
kepribadian manusia khususnya remaja sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa
dewasa. Remaja pada umumnya memiliki sifat enerjik, ceria, berani, ekspresif, bebas, menyukai hal
yang baru, emosional yang tinggi dan mudah terpuruk. Dengan karakteristik remaja pada umumnya,
warna cerah ceria dan lembut digunakan dalam membuat desain. Warna-warna tersebut seperti:
merah muda, kuning, merah, oranye, biru maupun hijau yang menampilkan keceriaan. Menaikkan
mood, kelembutan, energik, memberi inspirasi, meningkatkan kreatifitas maupun semangat.
d. Teks dan Tipografi
Teks yang akan ditampilkan bersifat mengajak dengan kata-kata verbal yang menarik sesuai
dengan karakteristik remaja, serta akan menampilkan informasi mengenai clay tepung baik dari
proses pembuatan maupun event yang akan diselenggarakan. Pemilihan tipografi disesuaikan dengan
prinsip tipografi yaitu legibility, readability dan visibility dengan penataan yang lebih rapi agar
mudah dibaca target audien dengan jenis tipograffi san serif yaitu Cees Hand, dimana jenis tipografi
ini terkesan ditulis tangan dan bebas, di sinkronisasikan dengan clay yang dibuat dengan tangan dan
bebas.

3. KONSEP DESAIN
3.1 Konsep Dasar Desain
Konsep merupakan basic (framework) menterjemahkan ide ke dalam bentuk karya. Tanpa konsep,
sebuah karya tidak akan mempunyai arti. Konsep dasar merupakan dasar atau landasan dalam merancang
desain, yang mudah dikomunikasikan atau disebarluaskan sehingga dapat dinikmati oleh orang banyak
dengan memperhatikan konsep desain tersebut, sehingga nantinya tidak menyimpang dari tujuan
perancangan.
Konsep dasar dalam desain media-media komunikasi visual yang akan digunakan dalam
memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreatifitas remaja yaitu
konsep playful. Konsep playful dipilih karena dapat melahirkan hal-hal yang bersifat kreatif, tidak monoton,
ekspresif, menyenangkan, imajinatif, bebas, ceria, tidak membosankan dan edukasi. Hal tersebut didapat
setelah melakukan brainstorming terhadap penggalian dan penelusuran konsep mengenai remaja dan clay
tepung sebagai kasus, melakukan consumer journey terhadap kegiatan remaja yang dijadikan responden serta
mengkliping hal-hal yang berkaitan dengan target audien dan objek kasus melalui majalah remaja maupun
buku tentang clay.

3.2 Skema Pola Pikir


Salah satu hal penting agar kegiatan kampanye ini dapat difungsikan secara maksimal dan tepat
sasaran adalah dengan memahami terlebih dahulu pola pikir dalam desain. Konsep pola pikir yang dimaksud
adalah langkah-langkah pemikiran dalam desain media komunikasi visual antara komunikator dan
komunikan guna memastikan pesan yang disampaikan sesuai sasaran, adapun skema pola pikir dalam
memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreativitas remaja, yaitu:
Manusia sebagai makhluk yang mempunyai akal dan pikiran serta budi pekerti, secara ilmiah
memiliki berbagai kebutuhan dan permasalahan dalam hidupnya. Ada sebuah permasalahan tentu
memerlukan sebuah pemecahan atau kebutuhan solusi. Dalam hal ini permasalahan dititik beratkan pada
informasi mengenai pemanfaatan tepung kadaluarsa yang diolah menjadi seni kerajinan clay. Untuk
8

mendapatkan informasi mengenai seni kerajinan clay tepung, kepada target audien, diperlukan sumber
komunikasi yaitu Pos Clay sebagai pengerajin clay. Disinilah peran desainer untuk mencari solusi dalam
permasalahan yang ada dengan memvisualisasikan maksud dan tujuan dati komunikator kepada komunikan
(target audien) melalui media komunikasi visual. Pada prosesnya, media komunikasi visual yang dibuat
harus berisikan informasi yang dibutuhkan oleh komunikan serta berisi informasi tentang seni kerjinan clay
tepung yang tetap berpedoman pada aturan atau norma yang berlaku di masyarakat. Visualisasi media
komunikasi berdasarkan consumers journey dan point of contact yang ditelusuri melalui remaja dan proses
pembuatan clay, berupa Maskot, Kemasan, Folder, Pin, Poster, E-Banner, Celemek, T-Shirt, Tas Kain dan
Katalog yang dibutuhkan untuk mengkampanyekan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif. Media
komunikasi visual tersebut pada akhirnya akan memberikan feed back yang diharapkan oleh manusia itu
sendiri yaitu dapat memenuhi kebutuhan informasi.

3.3 Skema Proses Desain


Dalam perancangan media komunikasi visual diperlukan juga konsep pola perancangan. Dimana
untuk mendukung pemecahan masalah diperlukan dukungan data teori dan lapangan yang kemudian
dilakukan analisis berdasarkan metode pendekatan yang telah ditetapkan untuk menghasilkan sintesa.
Setelah penulisan media dalam sintesa kemudian dilanjutkan dengan proses perancangan awal berupa
gambar kasar untuk selanjutnya dipilih dan diwujudkan melalui proses cetak.
Kasus yang diangkat mengenai kampanye dalam memperkenalkan seni kerajinan clay tepung dalam
upaya meningkatkan kreatifitas remaja. Permasalahan yang dihadapi dalam kasus ini adalah minimnya media
komunikasi visual dalam memperkenalkan seni kerajinan clay yang pada umumnya di kenal sebagai seni
kerajinan mahal sehingga sulit dijangkau remaja. Remaja dengan sifat yang mudah terpengaruh seringkali
melakukan hal negatif diluar nalar mereka. Untuk mencegah hal tersebut diperlukan kegiatan yang
menyenangkan, menghasilkan, mudah di jangkau dengan memanfaatkan bahan tidak layak guna seperti
tepung untuk di jadikan adonan clay. Agar tujuan dan sasaran dapat dicapai maka diperlukan pengumpulan
data yang baik, data actual amupun data factual. Kemudian data-data tersebut dianalisis sehingga dapat
ditarik sebuah kesimpulan sementara atau sintesa. Dari desain diciptakanlah alternatif pra desain berupa
Maskot, Kemasan, Folder, Pin, Poster, E-Banner, Celemek, T-Shirt, Tas Kain dan Katalog. Alternatif pra
desain tersebut akan dianalisis berdasarkan kriteria desain sehingga akan tercipta desain terpilih dan akan
diwujudkan. disesuaikan dengan media tersebut. Kemudian akan disalurkan kepada masyarakat sehingga
permasalahan dapat diatasi. Sehingga adanya hubungan tidak langsung dari permasalahan dan
distribusi.Dalam perwujudan media komunikasi visual tersebut menggunakan teknik cetak, alat dan bahan
yang

3.4 Strategi Media


Strategi media yang digunakan dalam memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif
untuk meningkatkan kreatifitas remaja, akan diadakan workshop mengenai clay tepung ke beberapa sekolah
menengah keatas di daerah Denpasar-Bali dalam memperingati Hari Peduli Sampah Nasional pada tanggal
21 Februari 2014. Hubungan masyarakat khususnya remaja usia 15 18 tahun sebagai target audien akan
didukung dengan media-media lini bawah. Selain lebih efisien dan efektif, jenis media ini digunakan agar
pesan yang ingin disampaikan bersentuhan langsung dengan target audien.

3.5 Program Tayangan Media


Program tayangan media hendaknya dilaksanakan pada saat-saat atau momen-momen tertentu
sehingga media yang dipublikasikan dapat memberikan kesan mendalam bagi masyarakat. Aspek yang
terkait diantaranya yaitu Kapan, Dimana, dan Frekuensi.

3.6 Strategi Kreatif


Strategi kreatif adalah kebijakan yang akan dilakukan terhadap panduan kreatif, terdiri dari isi pesan
dan bentuk pesan, yang disusun berdasarkan target audience, karena pada dasarnya target audience-lah yang
menentukan isi (content) dan bentuk (form) pesan iklan yang akan disampaikan (Sanyoto, 2006:83). Adapun
strategi kreatif yang dilakukan pada media komunikasi visual dalam memperkenalkan clay tepung meliputi
isi pesan, bentuk pesan, strategi visual, gaya visual, dan material.
9

4. VISUALISASI DESAIN
4.1 Maskot

Gambar 4.1 Desain Maskot


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media
Ukuran
Bahan
Huruf
Teknik

: Maskot
: 14 cm x 5 cm
: Recycled Clay , Clay Tepung
: Cees Hand
: Buatan Tangan atau Handmade

4.2 Kemasan

Gambar 4.2 Desain Kemasan


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media
Ukuran
Bahan
Huruf
Teknik

: Kemasan
: 35 cm x 19.5 cm (sebelum dirakit), 7cm x 3cm x 10cm (sesudah dirakit)
: Artpaper 260 gsm
: Cees Hand
: Cetak Offset
10

4.3 Folder

Gambar 4.3 Desain Folder


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media
Ukuran
Bahan
Huruf
Teknik

: Folder
: 13.6 cm x 9.7 cm
:Artpaper 210 gsm
: Cees Hand
: Cetak offset

4.4 Pin

Gambar 4.4 Desain Pin


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media
Ukuran
Bahan
Huruf
Teknik

: Poster
: 42 cm x 29,7 cm
: Art Paper
: Jiffy, Angelina, Amano, Arial
: Digital Print
11

4.5 Poster

Gambar 4.5 Desain Poster


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media
Ukuran
Bahan
Huruf
Teknik

: Poster
: 49 cm x 59 cm
: Artpaper 260 gsm
: Cees Hand
: Digital Print

4.6 T-Shirt

Gambar 4.6 Desain E Banner


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media
Ukuran
Format
Huruf
Teknik

: E- Banner
: 96 pixel X 768 pixel
: GIF
: Cees Hand
: Pengolahan Komputer

12

4.7 Celemek

Gambar 4.7 Desain Celemek


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media
Ukuran
Bahan
Huruf
Teknik

: Celemek
: 60 cm x 80 cm
: Polyester
: Cees Hand
: Press Digital

4.8 T - Shirt
Tampak Depan

Tampak Belakang

Gambar 4.8 Desain T-Shirt


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media
Ukuran
Bahan
Huruf
Teknik

: T - Shirt
: 49 cm x 71 cm
: Cotton Combat
: Cees Hand
: Press Digital
13

4.9 Tas Kain

Gambar 4.9 Desain Tas Kain


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media
Ukuran
Bahan
Huruf
Teknik

: Tas Kain
: 21 cm x 29.7 cm
: Polyester
: Cees Hand
: Press Digital

4.10 Katalog

14

Gambar 4.10 Desain Katalog


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media
Ukuran
Bahan
Huruf
Teknik

: Katalog
: 21 cm x 14.8 cm
: Artpaper 260 gsm (cover), Artpaper 150 gsm (isi)
: Cees Hand
: Digital Print

5. SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan
Setelah melakukan survey dan penelitian pada studi kasus desain komunikasi visual dalam
memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alkternatif untuk meningkatkan kreatifitas remaja,
berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari instasi terkait yaitu Pos Clay dengan menerapkan metodemetode penelitian maka dapat ditarik suatu kesimpulan antara lain:
1. Konsep desain yang tepat diaplikasikan pada media komunikasi dalam memperkenalkan clay tepung
sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreatifitas remaja adalah playful. Konsep tersebut
didapat dengan melakukan brainstorming yang diproses melalui tiga tahap, yaitu penggalian konsep
mengenai karakteristik remaja usia 15 18 tahun sebagai target audien. Tahap kedua yaitu penelusuran
konsep melalui karakteristik clay tepung sebagai objek kasus dan tahap ketiga yaitu pengujian konsep,
dimana konsep playful di telaah kembali untuk melihat kekuatan konsep dengan cara mencari kesamaan
karakteristik dan efek psikologis yang dihasilkan dari target auiden maupun objek kasus.
2. Strategi media dan strategi pesan kreatif yang dilakukan dalam merancang media komunikasi visual
dalam memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreatifitas
15

remaja adalah dengan melakukan consumers journey yaitu pengamatan pola tingkah laku target audien
yang dilakukan dari pagi hingga malam sehingga dari penelitian tersebut didapat point of contact yang
akan menggali media yang tepat untuk target audien dalam memperkenalkan objek kasus. Media yang
tepat untuk memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreatifitas
remaja melalui desain komunikasi visual yaitu: Maskot, Kemasan, Folder, Pin, Poster, E-Banner,
Celemek, T-Shirt, Tas Kain dan Katalog. Selain itu pesan yang di sampaikan dibuat lebih ringan dan
dibuat dalam bentuk ajakan maupun pesan sehingga mudah dimengerti target audien.

5.2 Saran
Setelah melakukan berbagai kegiatan dan penelitian saat merancang desain media komunikasi visual
untuk dalam memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreatifitas
remaja, penulis memiliki saran-saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan kepada remaja 15 18tahun
dan instasi terkait, antara lain:
1. Selain melakukan kampanye dalam memperkenalkan clay tepung dengan menggunakan media
sosialisasi cetak maupun elektronik, hendaknya instansi maupun pecinta craft khususnya kerajinan
tangan clay lebih memperhitungkan clay daur ulang sebagai media utama dalam membuat kreasi clay
sehingga secara otomatis dapat memperkenalkan clay tepung kepada semua masyarakat khususnya
remaja usia 15 18 tahun. Selain itu, baik instansi Pos Clay maupun pecinta clay craft harus lebih aktif
melaksanakan kegiatan pengenalan clay tepung khusunya recycled clay melalui sosial media maupun
workshop.
2. Saran penulis untuk perkembangan disiplin ilmu desain komunikasi visual adalah hendaknya mahasiswa
mengkhususkan keahlianya disalah satu cabang desain komunikasi visual seperti dalam bidang
advertising web, dan desain produk. Ini dikarenakan banyaknya cabang-cabang dari disiplin ilmu desain
komunikasi visual dan untuk lebih meningkatkan professional mahasiswa sebagai tenaga kerja didunia
kerja nantinya.

PESANTUNAN
Puji syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa, berkat kehendak-Nyalah Tugas Akhir
(Studio) yang berjudul MEMPERKENALKAN CLAY TEPUNG SEBAGAI SENI KERAJINAN
ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN KREATIFITAS REMAJA ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Dalam usaha menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar, M.Hum selaku Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar, yang
telah memberikan kesempatan untuk menjalani perkuliahan di ISI Denpasar.
2. Ibu Dra. Ni Made Rinu, M.Si selaku Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia
Denpasar, yang telah memberikan fasilitas selama perkuliahan berlangsung.
3. Bapak Prof Dr. Drs. I Nyoman Artayasa, M.Kes selaku Ketua Jurusan Desain Fakultas Seni Rupa
dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah memberikan arahan dan wawasan di bidang
kurikulum.
4. Bapak Ida Bagus Ketut Trinawindu, S.Sn, M.Erg selaku Ketua Program Studi Desain Komunikasi
Visual Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah memberikah arahan dan wawasan di bidang
kurikulum.
5. Bapak Drs. I Wayan Swandi, M.Si selaku dosen pembimbing I dan pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan selama menyusun Tugas Akhir ini dan memberikan arahan selama
masa perkuliahan di Institut Seni Indonesia Denpasar.
6. Ibu Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn, M.Sn selaku pembimbing II atas bimbingan dan kesabaran
yang diberikan dalam menyusun Tugas Akhir ini.
7. Staf tata usaha Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar atas bantuan dan
kerjasamanya selama ini.
8. Cece Yulia Winarti selaku pemilik Pos Clay Singaraja yang bersedia menjadi narasumber dalam
menyusun Tugas Akhir ini.
16

9. Bapak Putu Santika dan Ibu Tantri Susilawati (alm) selaku orang tua yang telah memberikan doa,
kasih sayang dan dukungan penuh hingga sampai jenjang pendidikan saat ini.
10. Semua saudara, kerabat dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati penulis mohon kritik, saran dan masukan konstruktif demi kesempurnaan tugas ini.

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Dameria, Anne. 2007. Colour Basic. Jakarta : Link And Match Graphic.
Hardiman, Ima. 2006. 400 Istilah Public Relation Media & Periklanan. Jakarta: Gagas Ulung.
Hariboentoto, Monica. 2008. Clay Dolls Cara Kreatif Memanfaatkan Tepung Kue. Surabaya: Tiara Aksa.
Hariwijaya, M. 2009. Metodologi Dan Teknik Penulisan Skripsi, Tesis, Dan Disertasi. Yogyakarta: Elmatera
Publishing.
Joyce, 2009. Yuk Utak Atik Dengan Clay Tepung Makanan. Yogyakarta: Andi Offset.
Kasilo, Djito. 2008. Komunikasi Cinta Menembus G-Spot. Jakarta: PT Gramedia.
Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset.
Marzuki. 1995. Metodologi Riset. Yogyakarta: Hanindita Offset.
Masri, Andy.2010.Strategi Visual. Jakarta: Jala Sutra.
Meolong, Leksi. 2001. Metodelogi Penelitian. Bandung: Jalasutra.
Pujirianto. 2005. Desain Grafis Komputer. Yogyakarta: Andi Offset.
Rosner Klimchuck, Marianne dkk. 2008. Desain Kemasan - Perencanaan Merek Produk yang Berhasil
Mulai Dari Konsep Sampai Penjualan. Jakarta: Erlangga.
Rustan, Surianto. 2010. Huruf dan Tipografi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rustan, Surianto, 2009. Layout Dasar dan Penerapannya. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2005. Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain. Yogyakarta : Arti Bumi Yogyakarta.
Sarwono, Jonathan dkk. 2007. Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset.
Sarwono, Sarlito. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sihombing, Danton. 2003. Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: Gramedia.
Sukandarrumidi, 2004. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Tanti, Yuniar. 1999. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Agung Media Mulia.
Website:
http://archiartwork.blogspot.com/2012/06/poster-kreativitas-sampai-mati.html
http://crayonscraft.com/komponen-lain/jumping-clay-2.html
http://data.whicdn.com/images/20554554/strongstuff-retro-poster
http://desain-cetak.com
http://designyoutrust.com/wp-content/uploads/2012/08/Emphasis
http://dgi-indonesia.com/wp-content/uploads/2008/04/unity
http://eniriyanto.wordpress.com/2010/03/19/kreatif-yukk
http://galeon-artstore.com/product/13/71/Polymer-Clay-Sculpey-III-2-oz/
http://genuardis.net/clay/clay-tepung.htm
http://header-banner.blogspot.com/2013/05/pengertian-web-banner.html
http://indofengshui.com/kura-kura.html
http:/infopercetakan.com/pilih-mana-cetak-offset-atau-digital.html
http://lanetechceramics.blogspot.com/2012/04/lane-tech-clay-art-fest.html
https://lh6.googleusercontent.com
http://oolongcrafts.blogspot.com/2012/06/mengenal-clay.html
http://piets-art.com/blog/2012/04/apa-itu-clay-2
http://printprintinter.com/tag/offset-printing-machine
http://smart-pustaka.blogspot.com/2010/12/teori-warna.html
http://tasq.students.uii.ac.id/2010/06/09/pengertian-tas
17

Anda mungkin juga menyukai