Early Warning
Early Warning
Komentar: 76
31
Latar Belakang
Penulis mencoba membahas isu yang sedikit melebar keluar batas Indonesia; bila akhir-akhir
ini isu Nasional; PEMILU 2014, Korupsi, Skandal, yang sering dibicarakan oleh banyak
kalangan, ada baiknya kita membuka cakrawala ke isu Regional dan Internasional; sebagai
penyegaran dan sekaligus pemahaman baru terkait isu-isu besar yang seharusnya lebih
menjadi perhatian kita.
Dinamika dunia Internasional paling santer dibahas saat ini adalah mengenai pergeseran
hegemoni Amerika Serikat; khususnya di kawasan Asia-Pasifik sedikit demi sedikit mulai
tergerus oleh pesatnya pertumbuhan di China. Amerika Serikat tentunya tidak menginginkan
terjadi ketimpangan pengaruh; karena dengan hilangnya hegemoni di kawasan Asia-Pasifik
akan membawa dampak kerugian sangat besar pada semua aspek kehidupan Amerika Serikat.
Disisi lain, China, direncanakan atau tidak, mereka telah menjelma menjadi sebuah kekuatan
besar baru membawa dampak positif dan negatif; sehingga pertumbuhan di China merupakan
koin yang memiliki 2 (dua) sisi; ancaman dan peluang.
Indonesia, secara geografis memiliki kelebihan luar biasa di kawasan Asia-Pasifik; terutama
karena daerah perlintasan perdagangan Internasional yaitu jalur Laut China Selatan sebagai
perairan tersibuk dan lalu Selat Malaka merupakan wilayah teritori Indonesia, tentu hal ini
menjadi sebuah berkah bagi Indonesia namun dalam saat yang sama menjadi semacam
kutukan dikarenakan letak strategis inilah, Indonesia menjadi magnet pihak asing untuk
menancapkan pengaruh dan kontrol.
G
ambar: Dok. Pribadi
Memasuki jaman kolonial; pihak asing sudah memiliki agenda lain selain menjalin
hubungan damai, pihak asing mulai menguasai tidak saja dengan cara baik maupun dengan
cara buruk sehingga terjadilah penjajahan terhadap bangsa ini oleh Portugis, Spanyol,
Belanda dan Jepang yang menjadi masa-masa kelam dalam sejarah bangsa Indonesia.
Pada tahun 1945 akhirnya bangsa Indonesia dapat sedikit mengangkat kepala dengan
memproklamirkan Kemerdekaan, hanya saja kemerdekaan tersebut bagi pihak asing
menjadi semacam surprise yang tidak diperhitungkan sebelumnya, jangan pernah kita
melupakan bahwa sebelum kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tahun 1942 di Wina ada
sebuah kesepakatan dibuat oleh Sekutu; Negara-Negara sekutu sepakat untuk merebut
wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Jepang untuk dikembalikan kepada pemilik koloninya
masing-masing bila Jepang berhasil diusir dari wilayah pendudukannya, selanjutnya dikenal
dengan nama Perjanjian Wina 1942, dan secara psikologis masih menjadi dasar pihak asing
(sekutu) merasa memiliki kepentingan terhadap Indonesia.
Maka dari sinilah rangkaian intervensi asing menjadi semacam sesuatu yang akan selalu
melekat dalam perjalanan bangsa Indonesia, walaupun kita telah merdeka beberapa kejadian
besar selalu melibatkan pihak asing didalamnya seperti:
Pada tahun 1998, yang masih melekat dalam ingatan sebagian besar bangsa Indonesia,
sebuah pergerakan yang membuat Presiden Soeharto mengundurkan diri dari
jabatannya, menurut beberapa kalangan dan juga penulis yakini selain dikarenakan
rentannya kondisi perekonomian Indonesia saat itu kejadian ini juga disinyalir
digerakan oleh tangan-tangan asing dengan alasan terkesan dramatis salah satunya
karena Presiden Soeharto saat itu terindikasi mulai mendekatkan diri kembali ke kubu
sosialis/kiri (Rusia) dengan membatalkan pembelian pesawat tempur dari Amerika
Serikat lalu memilih memesan pesawat tempur dari Rusia (1996-1997).
Kedekatan Gus Dur dengan Israel, seakan menjadi pemantik diatas siraman bensin;
selain karena alasan kesehatan, keinginan menjalin hubungan dengan Israel membuat
gerah banyak kelompok, sehingga Gus Dur akhirnya juga harus mengalami
pemakzulan secara politik.
Tahun depan 2014, Indonesia akan melakukan perhelatan besar yaitu PILEG dan PILPRES,
dari ilustrasi diatas penulis pikir, pembaca sudah cukup cerdas melihat apa yang sebenarnya
terjadi nanti pada pesta demokrasi yang akan kita laksanakan tersebut. Apabila anda berpikir
tahun depan adalah sebuah kegiatan bagi kepentingan sekelompok partai politik di Indonesia
saja, anda bisa jadi salah besar karena tidak melihat kepentingan asing bermain.
Kanan vs Kiri
Pemberitaan mengenai Amerika Serikat yang dalam kondisi Shut Down telah mengguncang
dunia Internasional; pada saat bersamaan pertumbuhan China dalam segala aspek juga telah
menarik perhatian dunia Internasional. Kedua kondisi diatas telah membuat terjadinya
pergeseran hegemoni, salah satunya di kawasan Asia-Pasifik, saat ini dunia sedang mencari
titik keseimbangan baru.
China mulai menunjukan eksistensinya selama 1 (satu) dekade terakhir dan akan terus
meningkat pada dekade-dekade mendatang, terutama pada wilayah Laut China Selatan, klaim
wilayah oleh China berdasarkan 9 garis putus-putus perbatasan kuno yang memasukan
hampir semua wilayah Laut China Selatan sampai ke perairan Natuna bukanlah sebuah
wacana, hal ini paling berpotensi besar kearah konflik antar Negara yang luar biasa besar,
Indonesia dengan posisi strategisnya hampir dapat dipastikan akan terseret masuk ke konflik
kawasan.
Gambar: http://apdforum.com
Manuver militer China sudah mulai menunjukan kearah konflik besar dan melebar seperti
beberapa rentetan kejadian berikut:
2009: Kapal selam bertenaga nuklir milik AL China berlayar dalam parade di perairan
Qintao, China, 23 April 2009. Hampir semua Negara Asia yang memilki garis pantai
memperkuat armada kapal selam mereka di tengah memanasnya sengketa wilayah,
salah satunya Laut China Selatan. link terkait
2010: awal bulan Juli 2010 Angkatan Laut China mengadakan latihan pendaratan di
dekat Pulau Natuna dengan menggunakan kapal pendarat kelas Yuyi. link terkait
2011: Sengketa antara Filipina dan China atas klaim yang bertentangan terhadap
Kepulauan Spratly meningkat pada tahun 2011, juru bicara Pemerintah Filipina mulai
menyebut seluruh kawasan laut tersebut sebagai Laut Filipina Barat. Dalam layanan
Administrasi Atmosferik, Geofisika, dan Astronomik Filipina (PAGASA) bersikukuh
bahwa kawasan tersebut akan selalu disebut sebagai Laut Filipina.
2013: Sebuah kapal perusak AS akan bergabung dengan kapal Angkatan Laut
Filipina, untuk latihan perang mulai Kamis (27/6/2013) dekat daerah yang diklaim
China di Laut China Selatan. Manuver itu, menambah ketegangan dengan China soal
klaim teritorial. link terkait
Kemarahan Taiwan atas Filipina terkait penembakan nelayannya pekan lalu masih
berlanjut. Hari ini Taiwan menggelar latihan perang dekat perbatasan maritim
Filipina. link terkait
Ketegangan ini dipertajam dengan rencana Amerika Serikat yang akan pindah fokus dari
Timur Tengah ke Asia-Pasifik pada tahun 2020 dengan menempatkan 60% kekuatan
Angkatan Laut di wilayah Asia-Pasifik, melalui pernyataan Menteri Pertahanan Amerika
Serikat Leon. E. Panetta disampaikan bahwa rencana tersebut tidak terkait dengan usaha
membendung kekuatan China di Asia-Pasifik. Akan tetapi langkah tersebut setidaknya
membuat Pemerintah Indonesia ketar-ketir, melalui Menteri Luar Negeri Indonesia Marty
Natalegawa menyatakan kekhawatirkan dan menegaskan bahwa Indonesia berada pada posisi
tidak baik yaitu memilih diantara 2 (dua) kekuatan; Amerika Serikat dan China.
link terkait
Kondisi Amerika Serikat yang sedang carut marut; menjadi semacam anti klimaks dari peran
sentral Amerika Serikat di kancah Internasional, laju pertumbuhan China yang belum terlihat
akan berhenti; cepat atau lambat akan mulai mengimbangi bahkan sangat mungkin melewati
kekuatan dan pengaruh Amerika Serikat dan hal ini sangat disadari oleh China dan pihak
lainnya, baik yang berseberangan maupun beraliansi.
Dari postur kekuatan perang, berdasarkan peringkat yang dirilis oleh Global Fire Power 2013,
Amerika Serikat masih menduduki peringkat pertama dengan index 0.2475 sedangkan China
pada peringkat ketiga dengan index 0.3351. Dengan memanfaatkan momentum saat ini maka
China akan mulai mengejar untuk bersanding sejajar dengan Amerika Serikat, terlihat pada
nilai belanja militer, China bercokol membayangi Amerika Serikat pada urutan kedua; nilai
belanja militer China akan terus membesar dan Amerika Serikat justru akan mengecil atau
stagnan kalaupun bertambah, nilainya tidak akan signifikan:
15 Negara dengan belanja militer terbesar (Dalam Milyar $ USD):
1. Amerika Serikat (682)
2. China (166)
3. Rusia (90,7)
4. Inggris (60,8)
5. Jepang (59,3)
6. Perancis (58,9)
7. Saudi Arabia (56,7)
8. India (46,1)
9. Jerman (45,8)
10. Italia (34,0)
11. Brasil (33,1)
12. Korea Selatan (31,7)
13. Australia (26.2)
14. Kanada (22,5)
15. Turki (18.2)
Indonesia (8.3)
Dengan kondisi dunia seperti saat ini, penulis meyakini waktu 6 tahun (2014-2020) sangatlah
cukup bagi China mengejar posisi Amerika Serikat setidaknya untuk mengimbangi kekuatan
dan pengaruh pada kawasan Asia Pasifik. Hal ini tentunya membuat Amerika Serikat dalam
posisi mewaspadai; dan juga Negara-Negara di kawasan terutama yang bersengketa langsung
dengan China mulai menyusun strategi perang.
Indonesia yang berdasarkan peringkat kekuatan berada pada posisi 15, sebaiknya tidak
terlena karena bila dilihat dari belanja militer Indonesia yang hanya 8 Milyar USD sangatlah
tidak berarti; 1/20 belanja militer China, 1/85 belanja militer Amerika Serikat bahkan apabila
Indonesia meningkatkan belanja militer 2 (dua) kali lipat menjadi sebesar 16 Milyar USD
posisi tersebut masih dibawah belanja militer Turki yang berada di urutan 15, dan harus
disadari walaupun target Minimum Essential Force (MEF) akan tercapai pada tahun 2019
seperti yang disampaikan oleh Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro, kondisi
ini masih cukup memprihatinkan mengingat potensi ancaman besar dan nyata akan dihadapi
dalam kurun waktu dekat.
Masa Depan Indonesia
Berbicara aktor dalam peta persaingan dunia, terdapat 4 (empat) aktor utama; selain kubu
kanan dan kubu kiri terdapat kubu yang penulis namakan kubu depan dan kubu belakang.
Penamaan kubu depan karena karakteristik cenderung terang-terangan di depan
berseberangan dengan semua kubu lainnya mewakili sebagian besar bangsa Arab dan
penamaan kubu belakang karena karakteristik cenderung di belakang layar mewakili sebagian
besar bangsa Yahudi; penamaan dengan istilah kanan, kiri, depan, belakang agar unsur-unsur
SARA hilang dan pembahasan ini tidak melebar ke perdebatan keyakinan dan perlu
ditegaskan juga bahwa penulis tidak menggali persoalan ideologi dan agama tetapi fokus
tulisan ini adalah persoalan pengaruh dan kontrol terutama terhadap aspek-aspek politik,
ekonomi, dan pertahanan keamanan.
Aktor-aktor dunia tersebut merupakan refleksi kondisi di Indonesia selanjutnya penulis
namakan kelompok, berdirinya Indonesia juga merupakan konsolidasi 3 (tiga) kelompok
yang dekat/dipengaruhi kubu-kubu; kanan, kiri dan depan sedangkan kubu 1 (satu/belakang)
masuk daftar hitam Indonesia sejak kemerdekaan sampai sekarang karena bertentangan
dengan prinsip-prinsip dasar yang dianut Indonesia terkait konsep kemerdekaan (Israel vs
Palestina), kalaupun kubu belakang pernah akan diakomodir masuk Indonesia adalah saat
Indonesia dipimpin oleh Presiden Gus Dur namun sebelum terjadi, mereka langsung di cut
oleh kelompok kiri dan depan sehingga balik ke habitatnya di belakang layar; 3 (tiga)
kelompok tersebut, pada awalnya dirangkul bersama oleh pendiri bangsa Indonesia;
Soekarno, sejalan dengan waktu pergesekan terjadi dan menyebabkan perpecahan dimulai
dari DI/TII dan puncaknya G30SPKI akhirnya dimenangkan kelompok kanan + 1
(satu/belakang).
Apa yang sedang terjadi saat ini juga cukup jelas terlihat bahwa sedang berlangsung
pertarungan politik dari 3 (tiga) + 1 (satu/belakang), hanya saja kelompok depan selalu
dijadikan tameng khususnya oleh kanan + 1 (satu/belakang); mengambil contoh dari
Afghanistan pada masa pendudukan oleh Uni Soviet, Taliban disokong secara penuh oleh
Amerika Serikat agar Uni Soviet dapat terusir dari Afghanistan, akan tetapi setelah Uni
Soviet hengkang alih-alih kemandirian yang didapatkan malah sekarang di Afghanistan,
Amerika Serikat yang menjadi musuh Taliban.
Kejadian yang mirip dengan Afghanistan dapat terlihat di Indonesia dalam skala cerita lebih
kecil dengan kejadian yang baru saja dipertontonkan, ketika Menteri Dalam Negeri
melontarkan wacana tentang FPI dan Kepala Daerah yang berkembang menjadi konfrontasi
antara kiri dan depan, kalau saja kelompok kiri dan depan sedikit membuka mata mungkin
tidak perlu terjadi konfrontasi; karena mereka sedang dimanfaatkan untuk saling berhadapan
sehingga kanan + 1 (satu/belakang) tidak perlu mengotori tangannya untuk bertarung secara
terbuka.
Dengan melihat dinamika yang ada; seharusnya kelompok kiri dan depan dapat bersatu atas
dasar common enemy (kanan) + 1 (satu/belakang) bukan malah dengan mudahnya
dibenturkan satu dengan lainnya, strategi seperti ini merupakan strategi kuno yang
seharusnya kiri dan depan sudah mulai bersikap dengan cerdas menghadapinya bukan justru
mengulangi sejarah kelam; pada jaman pra-kolonial, kerajaan-kerajaan Nusantara hidup
berdampingan dengan damai bersama China dan Arab sampai akhirnya dirusak dengan adu
domba oleh penjajah (kolonial).
Dari penjabaran singkat diatas, semuanya sudah cukup terang benderang mengenai kondisi
saat ini dan masa depan Indonesia, namun ada satu isu lagi yang ingin penulis sampaikan dan
cukup mengejutkan adalah apa yang ada didalam agenda pihak-pihak asing terutama kanan
+ 1 (satu/belakang) terkait masa depan Indonesia, salah satunya adalah rekomendasi resmi
dikeluarkan oleh RAND Corporation kepada Pentagon (Amerika Serikat) bahwa Indonesia
harus dibagi 8 wilayah.
Target kanan sudah dapat ditebak; status QUO, sebagai pihak berpengaruh dan mengontrol
atau bila pengaruh dan kontrol tidak dapat dipertahankan maka tidak boleh ada kelompok lain
yang berpengaruh dan/atau mengontrol di Indonesia (with us or against us), sehingga agenda
memecah wilayah Indonesia ataupun menyerang Indonesia merupakan ancaman yang tidak
dapat di pandang enteng.
Dimanakah posisi kiri dan depan terkait Indonesia kurang lebih sama yaitu ingin berpengaruh
dan mengontrol, penulis akan meminjam pemikiran dari Hans Morgenthau: bahwa pria dan
wanita memiliki keinginan untuk berkuasa. Hal ini dapat kita lihat didalam dunia politik
Kiri Apabila China dapat memastikan Indonesia memihak dan/atau pengaruh dan kontrol
dipegang oleh kelompok pro China, atau setidaknya Indonesia dalam posisi tidak memihak
siapapun; China akan siap untuk berkonfrontasi karena dengan keberpihakan atau ketidakberpihakan Indonesia maka perang terbuka akan seimbang bahkan peluang China
memenangkan perang menjadi sangat besar.
Dapat terlihat bahwa 3 (tiga) unsur ancaman sudah terpenuhi pada tingkatan yang menurut
penulis sudah pada level tinggi dan penulis yakin skenario perang telah disadari oleh
Pemerintah walaupun akan terdapat perbedaan perspektif ukuran faktor ancaman Pemerintah
dan penulis, dan semoga melalui tulisan ini, ancaman tersebut dapat disadari dan diketahui
juga oleh rakyat Indonesia.
Khusus pada faktor keadaan mengapa penulis nilai pada level tinggi karena kanan + 1
(satu/belakang) akan kehilangan pengaruh dan kontrol atas Indonesia dan kelompok kiri yang
lebih dekat ke China akan mengambil alih pengaruh dan kontrol tersebut secara politik pada
PEMILU 2014, dari 2 (dua) partai yang memiliki kedekatan dengan kelompok kiri berpotensi
besar dan juga masing-masing memiliki jagoan Capres dengan elektabilitas tertinggi nomor 1
dan nomor 2 menurut sejumlah survei, sepertinya akan memenangi mayoritas kursi legislatif
dan perebutan Kepemimpinan Nasional, kedua partai ini merupakan koalisi sehingga dapat
berkuasa secara stabil dan skenario kelompok kiri dapat berjalan tanpa hambatan berarti
nantinya. Dengan hasil seperti ini, dapat ditebak akan memunculkan kemarahan Amerika
Serikat, dan puncaknya adalah opsi cara-cara dengan menggunakan kekuataan akan terjadi.
Mengapa Indonesia begitu penting; hal ini dikarenakan Indonesia memiliki letak sangat
strategis, menguasai Laut China Selatan belum berarti banyak apabila tidak bisa berpengaruh
terhadap Selat Malaka; dan untuk berpengaruh di Selat Malaka yang merupakan wilayah
teritori Indonesia berarti harus dapat memegang pengaruh dan kontrol di Indonesia, selain itu
Indonesia dikenal berperan sebagai perekat kawasan (Asia Tenggara), apabila perekatnya
hilang maka kawasan (Asia Tenggara) akan tercerai berai sehingga mudah diintervensi.
Argumen pertama adalah karena secara budaya bangsa Indonesia dari jaman dahulu
(pra-kolonial) terkenal sebagai bangsa perang, cerita-cerita kejayaan kerajaan
Nusantara melegenda terutama di kawasan Asia sampai ke daratan India dan China
sebagai bangsa penguasa dan siap bila peperangan terjadi.
Argumen keempat adalah dijaman orde baru dan reformasi; peperangan Timor-Timur,
peperangan melawan OPM dan GAM, ataupun peperangan dalam konteks dan skala
berbeda yaitu konflik internal terutama masalah politik (Pilkada, Pilpres, dan lainnya).
Argumen kelima adalah contoh nyata dari kasus khusus yaitu dengan Malaysia baik
masalah sengketa perbatasan ataupun yang lebih sederhana persaingan pertandingan
dikatakan complexity, not less, and that progression will continue unless war or revolution
resets the entire system; dapat juga diartikan perlunya sebuah tindakan revolusioner yaitu
membuat sistem baru, hal ini dapat terlaksana dimulai dari kemauan kuat Pemerintahan
terpilih dan Legislatif; serta dukungan penuh dari rakyat; bersama-sama sepakat bergerak
sangat cepat menyusun perangkat sistem baru bagi Indonesia.
Bila korupsi sistematis tersebut dapat dihilangkan atau setidaknya ditekan dengan sistem baru
pada tahun pertama maka pada tahun kedua diharapkan telah terlihat hasilnya, yaitu efisiensi
dan efektifitas keuangan Negara (pemasukan dan pengeluaran) tambahan pemasukan
keuangan harus ditargetkan atau memastikan kebocoran penggunaan keuangan Negara yang
biasanya sebesar 10% - 20% tidak terjadi lagi; tentu angka sebesar 34 Milyar USD dapat
terwujud dengan mudah. Mulai dari tahun ketiga 2016 sampai PEMILU 2019 merupakan
waktu yang tersisa untuk memaksimalkan belanja militer Indonesia.
Itulah tantangan awal yang akan dihadapi oleh Pemerintahan terpilih 2014-2019 dan segenap
komponen bangsa Indonesia dan masalah ini harus menjadi agenda semua pihak serta tidak
dapat dianggap sepele, kegagalan mempersiapkan diri akan berdampak besar terhadap masa
depan Indonesia; selain itu proses selama pelaksanaan Pemerintahan pasca PEMILU 2014
akan semakin berat terlebih pihak yang kalah tidak akan menyerah begitu saja sehingga
tekanan dari dalam juga semakin besar dan butuh ketegasan dalam penanganannya; dampak
dari ketidak-siapan (ancaman luar) dan pergesekan Nasional (ancaman dalam) tersebut dapat
dibayangkan dari rangkaian ilustrasi pada tulisan ini adalah keruntuhan Republik Indonesia.
Bagaimanakah bila ternyata perang tersebut tidak terjadi? Jawabannya adalah Indonesia tetap
perlu perubahan politik, perbaikan ekonomi dan peningkatan kekuatan pertahanan keamanan.
Perubahan politik dapat dipastikan dimenangkan dan menjadi milik kelompok kiri, kelompok
kanan + 1 (satu/belakang) tersingkirkan, kelompok depan belum dapat berperan banyak
melihat kondisi saat ini tidak adanya figur dan dukungan yang kuat dari rakyat membuat
mereka sebagai kelompok yang tidak menang namun dapat bertahan, kelompok depan dapat
memilih bergabung dengan kiri atau membangun kekuatan politik untuk merebut pengaruh
dan kontrol di Indonesia di masa depan.
Bagaimanakah Indonesia dalam pengaruh dan kontrol kelompok kiri serta kedekatan dengan
China nantinya? Sejarah membuktikan bahwa bangsa China dan Arab pada jaman prakolonial yang menjalin hubungan dengan bangsa ini bersifat timbal balik saling
menguntungkan, bila memang nanti kelompok kiri memenangkan pengaruh dan kontrol di
Indonesia, bangsa ini harus memastikan prinsip saling menguntungkan berjalan dengan benar
dari hubungan Indonesia kubu kiri (China); serta tetap memiliki batasan yang jelas dan
tegas terkait masalah Ideologi dan Kepentingan Nasional, jangan sampai terulang keadaan
menyedihkan dari hasil hubungan kita dengan kelompok kanan + 1 (satu/belakang).
Selain itu, bangsa Indonesia dalam masa perubahan harus sudah memikirkan kemandirian
secara menyeluruh, sehingga menjadi bangsa yang memiliki prinsip kuat dan tegas, suatu saat
apabila ternyata hubungan baru dengan kelompok kiri yang terjalin tidak lebih baik dari
hubungan lama dengan kelompok kanan + 1 (satu/belakang), Indonesia telah siap
memutuskan hubungan tanpa menganggu stabilitas Negara.
Dilihat dari aspek ekonomi kedekatan dengan kubu kiri terutama China yang sedang
mengalami pertumbuhan pesat, dengan hubungan kemitraan sejajar dan saling
menguntungkan maka Indonesia akan menjelma menjadi kekuatan sama besarnya dalam
waktu singkat; ditambah dari aspek pertahanan keamanan, kerjasama 2 (dua) Negara besar
dengan kekuatan besar di kawasan ini akan membuat Indonesia disegani lawan maupun
kawan; terakhir dari aspek politik, selama Pemerintahan terpilih bekerja setulus hati demi
kepentingan rakyat maka kejayaan dan kemakmuran pada masa emas bangsa Indonesia dapat
kembali bersinar.
Perubahan kearah yang lebih baik inilah yang diimpikan sebagian besar rakyat Indonesia, dan
saat ini tawaran kelompok kiri yang sedang tumbuh pesat secara timing sangat tepat
bersamaan dengan kondisi kelompok kanan + 1 (satu/belakang) yang sedang terjun bebas dan
sedang sekarat sehingga tidak dapat diharapkan membawa perubahan terlebih kesempatan
yang pernah mereka dapatkan tidak dimanfaatkan dengan baik dan benar, namun justru
menyakiti hati rakyat Indonesia, kelompok depan pun sedang dirudung banyak permasalahan
serta tidak adanya figur yang menarik hati rakyat membuat jalan kelompok kiri menjadi
sangat mulus; semoga perubahan yang diimpikan tersebut tercipta seiring pergantian
kelompok yang berpengaruh dan mengontrol di Indonesia, sudah cukup lama bangsa ini
terpuruk ibarat tikus yang mati di lumbung padi, dan sekarang saatnya Indonesia menjadi
tuan tanah yang menikmati hasilnya.
Penutup
Dari uraian tulisan ini, penulis menarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. Indonesia menghadapi ancaman luar (perang) dan dalam (konflik nasional) pada waktu
dekat dan butuh respon cepat, tepat, dan terarah agar Indonesia siap dan tanggap sehingga
keruntuhan Indonesia tidak terjadi.
2. Indonesia tidak memiliki banyak waktu hanya 1 (satu) periode kepemimpinan yaitu 5
tahun (2014-2019) sebagai penentu utama bagi masa depan Indonesia.
3. Indonesia sedang kritis, penderitaan dan kekecewaan rakyat sangat tinggi sehingga
dibutuhkan perubahan yang revolusioner.
4. Hegemoni dunia bergeser dan akan pindah dari Amerika Serikat ke China, Indonesia sudah
semestinya cerdas dalam menyikapi dinamika ini sehingga tidak stuck bersama orang sakit
yang selama ini menyengsarakan; bergerak mencari perubahan, dan saat ini pilihan terbaik
yang tersisa bersama orang baru yang sedang bersinar.
5. Selama dalam proses perubahan dengan ataupun tanpa bantuan pihak luar, Indonesia
harus memikirkan dan berusaha bangkit demi mengarah ke kemandirian sejati.
Penulis juga menitipkan saran kepada beberapa pihak, yaitu:
1. Rakyat: bersatulah jangan mudah diadu-domba, ciptakan stabilitas dengan tetap bergerak
menuju perubahan dan kemandirian.
2. Kelompok kanan + 1 (belakang): mulailah mempertimbangkan kembali secara matang
hubungan dengan pihak luar (kubu kanan), karena mereka sedang terpuruk dan sepertinya
akan jatuh, tentunya jangan sampai ikut terjatuh bersama mereka.
3. Kelompok kiri: Jagalah kepercayaan yang diberikan rakyat Indonesia, berjuanglah dengan
sepenuh hati dan maksimal demi kemajuan dan kejayaan Indonesia di masa depan, waktu
anda tidak banyak untuk membuktikan diri bahwa anda layak dipercaya.
4. Kelompok depan: Tetaplah berjuang dalam koridor kebaikan, bangunlah kekuatan politik
dan tunjukan diri bahwa masa anda akan tiba.
5. Semua pihak baik luar maupun dalam: Indonesia adalah Negara perang, Indonesia tidak
takut berperang, bila waktunya tiba Indonesia siap menyambutnya, sebelum tiba pikirkan dan
persiapkan dengan matang peperangan tersebut.
Dari kacamata stratejik masih banyak yang dapat penulis eksplorasi mengenai isu dalam
tulisan ini; maka dari itu tulisan ini akan terus berkembang dan bersambung ke tulisan lain,
selanjutnya penulis akan mencoba memperkuat pembahasan dengan tulisan lebih fokus
mengupas terhadap sub-sub dari isu utama secara satu persatu agar menjadi satu kesatuan
dalam membuka cakrawala pembaca dan menjadi pengetahuan yang memberikan manfaat
bagi pembaca.