Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Sejak pembangunan pertanian mulai digencarkan ke daerah pedesaan pada
tahun 1970-an. Terdapat dua pandangan yang bertolak belakang satu sama lain
dalam melihat bagaimana pembangunan pertanian mempengaruhi perubahan
sosial di pedesaan jawa. Pandangan pertama melihat persebaran teknologi
pertanian modern ke daerah pedesaan selama ini telah meningkatkan jumlah
buruh tani tak bertanah sehingga mendorong terjadinya polarisasi sosial.
Sebaliknya, pandangan kedua melihat persebaran teknologi pertanian modern
justru telah menghasilkan pemerataan ekonomi sehingga tidak menimbulkan
polarisasi. Melainkan justru memperbanyak subkelas petani dan mendorong
pelipatgandaan lapisan petani dalam struktur berspektrum kontinum atau
stratifikasi.
1.2.
TUJUAN
1. Menjelaskan dimensi apa saja (cultural, structural, interaksional) yang
berubah karena pembangunan pertanian ( revolusi hijau).
2. Menjelaskan proses perubahan masyarakat desa

karena

factor

pembangunan pertanian (revolusi hijau).


3. Menjelaskan kemana arah perubahan social yang terjadi akibat
pembangunan pertanian (revolusi hijau) tersebut.
4. Menjelaskan dampak positif dan negative dari pembangunan pertanian
(revolusi hijau) tersebut.
1.3. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja yang berubah dengan adanya pembangunan pertanian (revolusi
hijau ) ?
2.
Apa dampak positif dan negatif dari pembangunan pertanian ?
3. Bagaimana proses perubahan masyarakat desa karena factor pembangunan
pertanian ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Definisi Perubahan Sosial


Banyak pengertian yang menjelaskan tentang bagaimana perubahan sosial

tersebut terjadi dalam masyarakat. Hal demikian disebabkan karena tiap-tiap


masyarakat mempunyai kondisi lingkungan sosial budaya dan alam yang
berbeda. Beberapa ahli sosiologi pun mengartikan perubahan sosial berbedabeda menurut pandangannya masing-masing. Berikut adalah beberapa
pengertian dari perubahan sosial menurut para ahli.
a. John Lewis Gillin and John Philip Gillin
Menurut J.L Gillin dan J.P Gillin perubahan sosial adalah suatu variasi dari
cara-cara hidup yang diterima, yang disebabkan oleh perubahan-perubahan
kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology,
maupun karena adanya difusi dan penemuan baru dalam masyarakat
tersebut.
b. Max Weber
Berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan situasi
dalam masyarakat sebagai akibat adanya ketidaksesuaian unsur-unsur
(dalam buku Sociological Writings).
c. W. Kornblum
Berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan suatu
budaya masyarakat secara bertahap dalam jangka waktu lama (dalam buku
Sociology in Changing World).
d. Selo Soemardjan
Selo Soemardjan mengatakan bahwa perubahan sosial adalah segala
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya. Termasuk di dalamnya

nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perilaku di antara kelompokkelompok dalam masyarakat tersebut.
e. Robert H. Leuser
Robert mengatakan bahwa perubahan sosial sebagai perubahan dalam segi
fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan manusia, mulai dari tingkat
individu orang-perorangan sampai tingkat dunia.
f. Kingsley Davis
Davis mengartikan perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang
terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
g. Robert Mac Iver
Dalam bukunya A Textbook of Society ia mengatakan bahwa perubahan
sosial adalah perubahan-perubahan dalam hubungan-hubungan sosial
(social relationship) atau perubahan terhadap keseimbangan hubungan
sosial.
h. William F. Ogburn
William menyatakan bahwa perubahan sosial mencakup unsur-unsur
kebudayaan baik material atau non material.
Dari beberapa pengertian diatas, perubahan sosial dapat disimpulkan
bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi akibat adanya
ketidaksesuaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam
kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak
serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.

2.2. DEFINISI PENDUDUK DESA MENURUT PARA AHLI

2.2.1. Definisi penduduk


Sedangkan penduduk atau masyarakat (sebagai terjemahan
istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah
sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar
interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut.
2.2.2. Definisi desa
Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau
kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat
ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya
secara timbal balik dengan daerah lain.
Sedang menurut Paul H. Landis :Desa adalah pendudunya
kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut :
a) mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal
antara

ribuan

jiwa.

b) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap


kebiasaan
c) Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang paling umum
yang sangat dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam
,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris
adalah bersifat sambilan.

BAB III
PEMBAHASAN
4

3.1 PERUBAHAN MASYARAKAT DESA BAJANG KARENA REVOLUSI


HIJAU
Dilihat dari kemajuan pertaniannya, desa Bajang boleh dikatakan
telah memasuki pasca revolusi hijau.
Menurut keterangan kepala desa, sejak tahun 1960-an (lewat sudah
diperkenalkan program padi sentra dan program Bimas) bibit unggul,
pupuk kimia dan pestisida sudah diperkenalkan kepada penduduk.
Ketiga jenis
teknologi tersebut semakin tersebar luas setelah dilaksanakannya
program Inmas, insus, dan supra insus yang berjalan hingga sekarang.
Berkat teknologi modern tersebut sekarang di desa ini sudah banyak
ditemui teknik-teknik produksi baru seperti, mesinperontok dan rice
mills pada pasca panen.
Secara akumulatif, semua itu telah memperbesar skala perubahan
masyarakat desa menjadi semakin meluas dan dinamis.
Berbagai jenis teknologi dapat diterima dan dipergunakan secara
merata oleh petani dari berbagai kategori luas usaha tani.
Bahkan dalam hal intesitasnya petani berlahan sempit lebih intensif
dalam menggunakan teknologi dibanding petani berlahan luas.
Struktur pemilikan dan penguasaan sawah di desa penelitian
mengalami polarisasi, di mana distribusi pemilikan dan penguasaan
sawah memperlihatkan ketimpangan ekonomi tetap saja terjadi. Ini
terbukti dari kenyataan bahwa struktur pemilikan dan penguasaan
sawah di desa Bajang mengalami proses polarisasi, di mana distribusi
pemilikan dan penguasaan sawah memperlihatkan ketimpangan yang
cukup tajam, hal ini bisa dijelaskan sebagai konsekuensi logis dari
menigkatnya surplus produksi dan terjadinya penyesuaian-penyesuaian
struktural sebagai akibat dari perluasan pemakaian teknologi pertanian
modern.

3.2.

DAMPAK REVOLUSI HIJAU DI DESA BAJANG


Sebagaimana kita ketahui, teknologi pertanian modern merupakan
jenis teknologi yang sangat efisien dan produktif. Persebaran yang
berarti dari teknologi semacam ini akan mendorong kemajuan ekonomi
dan menciptakan surplus ekonomi yang selanjutnya menumbuhkan
kekuasaan ekonomi baru

yang mempengaruhi perubahan struktur

masyarakat desa yang terjadi di desa penelitian ini bukanlah


perkecualian. Terciptanya surplus dan muncaknya kekuasaan ekonomi
itu telah menciptakan kelas-kelas ekonomi baru dalam masyarakat,
yang pada gilirannya menjalar mempengaruhi kehidupan struktur
sosial politik masyarakat desa. Ini terbukti dari kenyataan terjadinya
proses konsolidasi kekuasaan ekonomi yang kurang lebih mengikuti
urutan proses kejadian berikut.
Pertama-tama konsolidasi tanah pertanian itu semula bertumpu dari
perbedaan penguasaan sawah yang tak bisa dielakkan di antara anggota
masyarakat desa. Petani yang menguasai sawah yang luas cenderung
memperoleh hasil produksi yang besar. Sementara petani yang
menguasai sawah sempit memperoleh hasil ekonomi yang relative
sedikit.
Selanjutnya, meningkatnya pendapatan sebagai akibat kemajuan
teknologi yang dinamis kemudian menciptakan surplus ekonomi
sehingga mengembangkan perilaku ekonomi masyarakat untuk
mengkonsumsi benda-benda materi di luar kebutuhan konsumsi pokok.
Sejalan dengan sifat-sifat masyarakat pra kapitalis umumnya yang
seringkali memperlakukan kekayaan sebagai ekspresi kehormatan
sosial.
Maka perilaku demikian akan membawa perubahan gaya

hidup dan

menumbuhkan mobilitas status yang kemudian menjadi dasar bagi


terbentuknya pelapisan sosial yang baru. Hal ini mendorong kelas
ekonomi kaya dan berkecukupan cenderung menduduki status sosial

yang tinggi dan sebaliknya kelas ekonomi miskin cenderung


menduduki tempat yang kurang terhormat atau berstatus rendah.
Peningkatan pendapatan ekonomi dapat pula menjadi sarana efektif
untuk memperoleh kekuasaan. Di samping karena efek kekayaan itu
sendiri terhadap kehormatan, barang dan jasa yang melekat dalam
kekayaan itu juga dapat dijadikan dasar kewenangan untuk
mempengaruhi tindakan sosial. Kejadian ini kurang lebih sama dengan
penolakan aspek kewenangan yang diperoleh karena ancaman
hukuman atau legitimasi politik. Meskipun dengan cara yang halus
kekuasaan yang dimiliki oleh capital ini ternyata cukup efektif untuk
memperoleh kewenangan dalam kekuasaan.
3.3

BERBAGAI PERGESERAN PEKERJAAN


Perkembangan sumber keonomi luar pertanian dapat menjadi
tumpuan atau katub penyelamat bagi kelompok petani miskin yang
telah tergeser dari pertanian sehingga bisa mencegah terjadinya
polarisasi sosial.
Perkembangan dimungkinkan lebih-lebih bila mengingat bahwa
kebijakan pemerintah membangun sector non pertanian di pedesaan
seperti proyek inpres desa,bangdes, proyek padat karya, dan
berkembangnya

kegiatan

perdagangan

di

pedesaan

telah

menumbuhkan sumber-sumber ekonomi baru bagi masyarakat desa.


Tetapi penting untuk diperhatikan, bagaimanapun pergeseran pekerjaan
ke luar pertanian itu sangatlah ditentukan oleh kondisi-kondisi sosial
ekonomi yang dibawa dari sector pertanian.
Perbedaan penguasaan sumber ekonomi akan menentukan tinggi
rendahnya kemampuan mengendalikan dan menguasai sumber
ekonomi dalam pasar, yang selanjutnya menimbulkan perbedaan
penguasaan sumber ekonomi luar pertanian.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN
Dilihat dari kemajuan pertaniannya, desa Bajang boleh dikatakan
telah memasuki pasca revolusi hijau. Struktur pemilikan dan
penguasaan sawah di desa Bajang mengalami proses polarisasi, di
mana distribusi pemilikan dan penguasaan sawah memperlihatkan
ketimpangan yang cukup tajam. Hal ini dikarenakan menigkatnya
surplus produksi dan terjadinya penyesuaian-penyesuaian struktural
sebagai akibat dari perluasan pemakaian teknologi pertanian modern.
Terciptanya surplus dan muncaknya kekuasaan ekonomi itu telah
menciptakan kelas-kelas ekonomi baru dalam masyarakat, yang pada
gilirannya menjalar mempengaruhi kehidupan struktur sosial politik
masyarakat desa. Petani yang menguasai sawah yang luas cenderung
memperoleh hasil produksi yang besar. Sementara petani yang
menguasai sawah sempit memperoleh hasil ekonomi yang relative
sedikit.
Perbedaan penguasaan sumber ekonomi akan menentukan tinggi
rendahnya kemampuan mengendalikan dan menguasai sumber
ekonomi dalam pasar, yang selanjutnya menimbulkan perbedaan
penguasaan sumber ekonomi luar pertanian.
4.2 SARAN
Diharapkan

kepada

masyarakat

desa

Bajang

untuk

tidak

memperlakukan kekayaan sebagai ekspresi kehormatan sosial. Karena


perilaku demikian akan membawa perubahan gaya hidup dan
menumbuhkan mobilitas status yang kemudian menjadi dasar bagi
terbentuknya pelapisan sosial yang baru.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2012.
Revolusi
Hijau.
Diunduh
http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2012/03/24/pertanianindonesia-pasca-revolusi-hijau/ (online)
Anonymous.2010.

Masyarakat

Desa

dan

Mayarakat

dari

Kota.

http://www.gudangmateri.com/2010/04/masyarakat-desa-dan-masyarakatkota.html (online)
Anonymous.2010. Perubahan Sosial Masyarakat Desa
.

http://nilafuitoriya.blogspot.com/2010/03/perubahan-sosial-masyarakat-desapaper.html (online)

Sisworo W.H. 2007. Membangun Kembali Swa Sembada Beras.


Yahya M Dzulfahmi.2009. Revolusi Hijau.
http://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Hijau (online)

Anda mungkin juga menyukai