Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN DISKUSI

DASAR MANAJEMEN:
PERENCANAAN PROGRAM GIZI

Oleh,
Kelompok 3 A
Cahya Ayu Agustin (0906633975)
Dewi Lestari

(0906634006)

Eka Setyani

(0806340555)

Mison Maryanto R. (0906492915)


Mutia Anggun S.

(0906634233)

Tiyani Rahmawati

(0906634422)

Yasashi I Evelyn

(0906634441)

Tutor: Trini Sudiarti. Ir, M.Si


Penanggung Jawab: Asih Setiarini, Ir, MSc
PROGRAM STUDI GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu. Dalam makalah ini kami membahas skenario mengenai kabupaten Ara
pada masalah status gizi penduduk pada kabupaten tersebut.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman Dasar
Manajemen yang lebih difokuskan pada Perencanaan Program Gizi dan
meningkatkan kemampuan dalam menangani masalah gizi yang ada di
masyarakat.
Dalam proses pendalaman materi Dasar Manajemen (Perencanaan
Program Gizi) ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan
saran. Oleh karena itu, rasa terima kasih kami sampaikan kepada:

Ir. Asih Setiarini M.Sc, selaku dosen pengajar/penanggung jawab modul


Dasar Manajemen (Perencanaan Program Gizi);

Ir. Trini Sudiarti, M.Si, selaku dosen pembimbing tutorial Dasar


Manajemen (Perencanaan Program Gizi);

Rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan untuk


makalah ini.

Orang tua kami atas dukungan materi dan moril yang diberikan kepada
kami serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Depok, 22 September 2011


Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengatar.......................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................
1. Tujuan Pembelajaran..................................................................................
2. Skenario.....................................................................................................
3. Identifikasi Masalah...................................................................................
3.1. Data Subjektif..................................................................................
3.2. Data Objektif....................................................................................
3.3. Penentuan masalah...........................................................................
4. Prioritas Masalah.......................................................................................
4.1. Metode Delbecg...............................................................................
4.2. Metode Hanlon.................................................................................
5. Pohon Masalah...........................................................................................
6. Tujuan Dan Seleksi Model Intervensi........................................................
6.1. Pohon Tujuan...................................................................................
6.2. Penentuan Tujuan.............................................................................
6.3. Alternatif Intervensi.........................................................................
6.4. Seleksi Intervensi.............................................................................
7. Project Planning Matrix (PPM)/Logical Framework (Logframe).............
Daftar Pustaka......................................................................................................

1. Tujuan Pembelajaran
2. Skenario
Kabupaten Ara
Kabupaten Ara terdiri dari 15 kecamatan dan 196 desa, dengan lokasi
wilayah memanjang dari utara ke selatan 180 km dan barat ke timur 90 km. Jalan
utama adalah aspal dan jalan menuju desa-desa sebagian besar kerikil. Jumlah
penduduk sekitar 185.000 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga 35.000 dan 15%
jumlah penduduk adalah balita.
Pengadaan pangan
Keadaan geografi kabupaten terdiri dari daerah pegunungan dan pantai.
Keadaan tanah sebagian tidak subur, sehingga banyak keluarga yang memenuhi
kebutuhan pangannya dengan membeli. Tanaman yang tumbuh adalah padi,
singkong, dan jagung. Beberapa buah seperti jambu monyet dan jeruk juga
tumbuh tetapi untuk dijual ke luar daerah. Ikan dikonsumsi setiap hari dalam
jumlah yang sangat sedikit terutama di daerah pegunungan. Mencari ikan adalah
kegiatan penting selama musim hujan dan kemarau. Daging, telur, dan susu sangat
jarang tersedia. Kacang-kacangan dan sayuran seringkali sulit untuk didapatkan,
terutama pada musim kemarau. Pisang tersedia sepanjang tahun, padi merupakan
makanan pokok yang sangat populer, tetapi pada musim kemarau harganya
cenderung mahal dan kemudian diganti dengan jagung dan singkong.
Iklim
Musim hujan sangat pendek dan jumlah hari hujan dalam satu tahun kirakira hanya 90 hari, curah hujan per tahun sekitar 500-1500 mm per tahun.
Sumber air
Pada umumnya masyarakat memperoleh air dari sumur, yang biasanya
melakukan pekerjaan ini adalah perempuan.
Sanitasi
Di daerah pantai, sampah biasanya dibuang di laut dan juga mereka punya
kebiasaan buang air besar di laut. Menurut mereka air laut terlalu asin untuk
mandi, sehingga mereka mandi dan mencuci menggunakan air dari sumur.
Sementara itu di daerah pegunungan, mereka mendapatkan air dari mata air atau
sungai dan buang air besar juga di sungai.

Kesehatan
Perempuan
Masalah kesehatan umumnya adalah lemah, pusing, batuk kronik, dan
infeksi. 55% perempuan hamil menderita anemia. Ditemukan di hampir setiap
kecamatan ibu yang meninggal karena melahirkan dan nifas sebanyak 2 orang tiap
tahun. Pada ibu hamil kenaikan berat badan selama kehamilan hanya 6-8 kg.
Anak-anak
Masalah kesehatan umumnya adalah infeksi kulit, batuk, dan diare. Survei
terhadap status gizi anak balita menunjukkan hasil 36% gizi kurang dan 12% gizi
buruk. Angka kematian juga relatif tinggi, pada saat lahir 27%, 8-28 hari 20%, 111 bulan 29% dan 1-5 tahun 19%. Xeropthalmia juga merupakan problem di
daerah ini.
Kebiasaan makan
Menyusui dalam waktu yang sangat lama sangat umum. Sekitar 95% bayi
yang berusia kurang dari 1 tahun menyusui. Kira-kira 60% dari kelompok umur
19-24 bulan masih menyusui. Makanan tambahan berupa nasi halus atau pisang
diberikan pada bayi berumur 1 bulan. Dari umur 1 tahun balita sudah diberikan
seperti makanan orang dewasa. Pada umumnya mereka makan 2 kali sehari. Pada
pagi hari mereka biasa mengonsumsi makanan sisa kemarin atau singkong. 50%
penduduk tidak sarapan. Ibu-ibu yang sedang hamil atau menyusui juga tidak
banyak mengonsumsi makanan, rata-rata mereka mengonsumsi 1400-1700 kkal
dan 45-50 gram protein. Ibu-ibu mempunyai pantangan makan ikan selama hamil
atau menyusui.
Pelayanan, organisasi sosial, dan tenaga kerja
Di setiap desa tersedia sekolah dasar, namun demikian buta aksara masih
tinggi, kira-kira 15% laki-laki dan 35% perempuan tidak pernah sekolah.
Puskesmas tersedia di setiap kecamatan dan ada satu rumah sakit di
ibukota kabupaten. Tidak semua desa mempunyai bidan di desa (BDD), hanya
50% desa yang memiliki BDD. Bagi desa yang tidak ada BDD akan dirangkap
oleh bidan Puskesmas atau BDD terdekat. Posyandu tersedia di setiap desa,
jumlah kader 3-5 orang/ posyandu. Dukun bayi masih terdapat di setiap desa dan
umumnya mereka membantu persalinan. Masyarakat pada umumnya enggan

untuk berobat ke pelayanan kesehatan dan vaksinasi sebab mereka takut kalau
panas.
Sebagian besar aki-laki bekerja di sektor pertanian dan hampir semua dari
mereka mempunyai tanah sendiri. Aktivitas lain yang penting adalah mencari ikan
dan membuat garam pada musim kemarau. Beberapa pemuda pergi ke ibukota
provinsi untuk mencari kerja. Sementara perempuan menyelesaikan tugasnya di
rumah di samping itu mereka juga membantu di ladang untuk menanam,
menyiangi, memanen, dan menggembala ternak.
3. Identifikasi Masalah
3.1. Data Subjektif

Kabupaten Ara terdiri dari 15 kecamatan dan 196 desa dengan lokasi
wilayah yang memanjang dari utara ke selatan 210 km dan barat ke timur

89 km
Jalan utama berupa aspal dan jalan menuju desa-desa sebagian besar

kerikil
Keadaan geografi pantai terdiri dari daerah pegunungan dan pantai
Keadaan tanah sebagian tidak subur
Banyak keluarga yang memenuhi kebutuhan pangan dengan membeli
Produk lokal yang dijual ke luar daerah berupa jambu monyet dan jeruk
Produk protein hewani sangat jarang tersedia dan kacang serta sayur sulit

didapatkan, kecuali pisang yang tersedia setiap tahun


Tanaman yang tumbuh adalah padi, jagung, singkong
Padi harganya mahal pada musim kemarau sehingga diganti jagung dan

singkong
Umumnya masyarakat mendapat air dari sumur yang biasanya dilakukan

oleh wanita
Kebiasaan membuang air besar di laut dan sungai
Kebiasaan membuang sampah di laut
Masalah kesehatan umum pada anak adalah infeksi kulit, batuk, diare
Menyusui dalam waktu lama
Makanan tambahan berupa nasi halus atau pisang untuk bayi 1 bulan
Kebiasaan makanan 2 kali sehari, sarapan dengan makanan sisa kemarin

atau singkong
Kebiasaan tidak sarapan 50%
Konsumsi makanan ibu menyusui dan ibu hamil tidak adekuat
Memiliki pantangan makan ikan selama hamil dan menyusui

Dukun masih banyak dan membantu persalinan


Masyarakat engggan berobat ke pelayanan kesehatan
Masyarakat enggan vaksinasi karena takut panas
Perempuan menyelesaikan tugas di rumah dan membantu di ladang untuk
menanam, menyiangi, memanen dan menggembala ternak

3.2. Data Objektif

Dari 185.00 jiwa , 15% adalah balita


Sebanyak 55% perempuan hamil menderita anemia
Ibu yang meninggal karena melahirkan dan nifas sebanyak 2 orang per

tahun
Kenaikan BB selama hamil 6-8 kg
Sebanyak 36% balita mengalami gizi kurang
Sebanyak 12% balita mengalami gizi buruk
Mortalitas saat lahir sebanyak 27%
Mortalitas saat neonatal (8-28 hari) sebanyak 20%
Mortalitas saat postnatal (1-11 bulan) sebanyak 29%
Mortalitas usia balita (1-5 tahun) sebanyak 19%
Bayi (< 1 tahun) menyusui sebanyak 95%
Balita usia 19-24 bulan menyusui sebanyak 60%
Konsumsi energi rata-rata ibu hamil dan ibu menyusui sebanyak 1400-

1700 kkal dan konsumsi protein sebanyak 40-50 gr protein


Kasus buta aksara 15% laki-laki dan 35% perempuan
Hanya 50% desa yang memiliki BDD
Jumlah kader hanya 3-5 orang per posyandu

3.3. Penentuan masalah


1. Kondisi jalan di desa kurang baik
2. Jumlah dan jenis pangan terbatas
3. Musim kemarau yang lebih lama
4. Kebiasaan yang kurang baik dalam memelihara hygiene dan sanitasi
5. Status kesehatan wanita kurang baik
6. Status gizi dan kesehatan anak kurang baik
7. Pemberian MP-ASI terlalu dini
8. Asupan gizi bumil dan busui yang kurang
9. Pola makan masyarakat yang kurang baik
10. Kurangnya tenaga kerja kebidanan dan kader
11. Keengganan masyarakat berobat ke pelayanan kesehatan

12. Masyarakat percaya mitos


13. Keadaan tanah sebagian tidak subur
14. Kasus buta aksara tinggi
15. Ketidakseimbangan asupan energi dengan aktivitas fisik yang negative\
4. Prioritas Masalah
4.1. Metode Delbecg
Kriteria
1

= Ada kecenderungan untuk meningkat.

= Ada kecenderungan untuk berulang kembali.

= Menyerang balita.

= Menimbulkan akibat cacat.

= Menurunkan produktivitas.

= Mengenai daerah luas dan memiliki kecenderungan menyebar.

= Menyebabkan penderitaan yang lama.

= Menyebabkan penderitaan yang lama dan mengenai daerah luas.

= Ada kecenderungan untuk sulit diatasi.

10 = Menimbulkan kematian.
Masala

1 2
- -

Anggota
3 4 5
5 5 5
1 1

6
-

B
C
D

7 7
7 5
5 8

0
8
3

0
9
3

6
5
9
1

8
9
4

3 5

5
1

5
1

7
3
8
7
9
6

Total

Prioritas

Skor

Masalah

18

15

56
50
41

1
3
10

47

54
34
43
42

2
14
8
9

46
47

6
5

F
G
H
I

7
5
4
5

8
7
7
5

0
3
4
9

0
3
4
5

3
2
8
5

7
7
7
8
1

7
9
5
6

J
K

8 5 -

8
1

8
1

6
7

0
8

L
M
N
O

5
5
5

5
7
5

0
9
5
5
5

0
6
8
9
5

9
5
7
5

9
5
5
5

5
6
7
6

38
39
45
36

12
11
7
13

Berdasarkan penialaian masing-masing anggota maka diperoleh hasil dari


penentuan prioritas masalah yaitu sebagai berikut:
Prioritas 1 : Jumlah dan jenis pangan terbatas
Prioritas 2: Status gizi dan kesehatan anak kurang baik
Prioritas 3 : Musim kemarau yang lama
Prioritas 4 : Status kesehatan wanita yang kurang baik
Prioritas 5 : Keengganan berobat ke pelayanan kesehatan
4.2. Metode Hanlon
Metode ini memiliki tiga tujuan utama:
1. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktorfaktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas.
2. Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot
relatif satu sama lain.
3. Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan dan dinilai secara individual.
1. Kelompok Kriteria A
Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka yang
kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang secara
langsung terkena dampak dari masalah tersebut, yakni insiden, prevalensi, atau
tingkat kematian dan angka.
Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari satu
cara.

Baik

keseluruhan

populasi

penduduk

maupun

populasi

yang

berpotensi/berisiko dapat menjadi pertimbangan. Selain itu, penyakit penyakit


dengan faktor risiko pada umumnya, yang mengarah pada solusi bersama/yang
sama dapat dipertimbangkan secara bersama-sama. Misalnya, jika kanker yang
berhubungan dengan tembakau dijadikan pertimbangan, maka kanker paru-paru,
kerongkongan, dan kanker mulut dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat

lebih banyak penyakit yang juga dipertimbangkan, penyakit cardiovascular


mungkin juga dapat dipertimbangkan. Nilai maksimal dari komponen ini adalah
10. Keputusan untuk menentukan berapa ukuran/besarnya masalah biasanya
merupakan konsensus kelompok.
Nilai
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

Masalah
Gizi Kurang
Gizi Buruk
Tidak sarapan
Kader kurang
Buta Aksara

Masalah
Gizi Kurang
Gizi Buruk
Tidak sarapan
Kader kurang
Buta Aksara

% Penduduk yang
Terkena
91 - 100%
81 - 90%
71 - 80%
61 - 70%
51 - 60%
41 - 50%
31 - 40%
21 - 30%
11 - 20%
10 %
% Penduduk yang
Terkena
36%
12%
50%
0,53%
24%
% Penduduk yang
Terkena
4
2
5
1
3

Kelompok Kriteria B
Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan
menentukan tingkat keseriusan dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari
faktor yang harus dijaga agar tetap pada nilai yang pantas. Kelompok harus
berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya suatu

masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk dipersamakan di
tempat yang lain.
Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus
dipertimbangkan bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan
nomor ini (20), keseriusan dianggap dua kali lebih pentingnya dengan
ukuran/besarnya masalah.
Faktor yang dapat digunakan adalah:
1. Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat
kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap masayarakat;
akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan.
2. Tingkat keganasan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian,
kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif.
3. Kecenderungan gawat: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara), dan
untuk masing-masing individu.
Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh, bila
menggunakan lima faktor, bobot yang mungkin adalah 0-5 atau kombinasi
manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20. Menentukan apa yang akan
dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum dalam setiap faktor biasanya
akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan membantu untuk menentukan batasbatas untuk menjaga beberapa perspektif dalam menetapkan sebuah nilai numerik.
Masalah
Gizi Kurang
Gizi Buruk
Tidak
sarapan
Kader
kurang
Buta Aksara

Keganasa

Tingkat

Kecenderungan

n
4
5

Urgensi
5
5

Gawat
4
5

1
3

Keterangan:
1 = tidak ganas/urgen/gawat
2 = kurang ganas/urgen/gawat
3 = agak ganas/urgen/gawat
4 = ganas/urgen/gawat

Total

Rata-

13
15

rata
4.33
5

2.67

5 = sangat ganas/urgen/gawat
Kelompok Kriteria C
Komponen ini mungkin merupakan komponen formula yang paling
subyektif. Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari penelitian-penelitian
yang mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan sebuah intervensi
selama ini. Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan
yang diketahui dari literatur, dikalikan dengan persen dari target populasi yang
diharapkan dapat tercapai.
Anggota

Masalah

Gizi
Kurang
Gizi Buruk
Tidak
sarapan
Kader
kurang
Buta
Aksara

Total

Ratarata

0,75

0,75

0,75

0,75

0,85

0,5

0,75

0,5

1,5

0,75

0,5

5,5

0,78

1,25

0,75

0,75

1,25

1,25

7,25

1,03

1,25

1,25

1,25

0,5

1,25

1,25

7,75

1,1

0,75

0,5

0,75

0,5

0,75

0,75

0,5

4,5

0,64

bertujuan

untuk

menjamin

Kelompok Kriteria D
P : Kesesuaian (Appropriateness)
E : Secara ekonomi mudah (Economic Feasibility)
A : Dapat diterima (Acceptability)
R : Tersedianya sumber (Resources availability)
L : Legalitas terjamin (Legality)
Adapun

beberapa

intervensi

yang

terselenggaranya program dengan baik yaitu sebagai berikut:

Masalah gizi kurang: Peningkatan asupan gizi


Masalah gizi buruk: Memberikan formula dan modifikasi makanan secara

bertahap
Masalah Tidak sarapan: Melakukan penyuluhan akan pentingnya sarapan,
Demo masak mengenai keterampilan mengolah bahan pangan.

Masalah kader yang kurang: Meminta ke stakeholder dan badan penyedia

tenaga kerja
Masalah buta aksara: Mengadakan sekolah gratis dengan tenaga pengajar
yang berkompeten.

Masalah

Gizi Kurang
Gizi Buruk
Tidak sarapan
Kader kurang
Buta Aksara

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
0
1
1

1
1
1
0
1

1
1
1
1
1

Hasil
Perkalian
1
1
0
0
1

Setelah nilai kelompok kriteria A, B, C dan D didapat, maka nilai tersebut


kemudian dimasukkan kedalam formula:

Nilai Prioritas Dasar: (A x B) C


Nilai Prioritas Total: (A x B) C x D

Hasil Akhir
Nilai

Masalah

NPD

Gizi Kurang
Gizi Buruk
Tidak

7,08
5,46

PEARL
1
1

8,24

sarapan
Kader
kurang
Buta Aksara

NPT

Urutan

7,08
5,46

Prioritas
1
2

4,03

3,84

3,84

6.2. Penentuan Tujuan


Tujuan Program / Tujuan Khusus
Menurunkan angka kasus gizi buruk pada balita di kabupaten Ara dari 12%
menjadi 11% dalam waktu 3tahun.
6.3. Alternatif Intervensi
1. Memasukan pendidikan gizi kedalam kurikulum sekolah
2. Mengajarkan dan menganjurkan sarapan pagi dan membawa bekal bagi
yang bersekolah
3. Intersifikasi pertanian dengan menanam berbagai jenis tanaman dalam 1
lahan (tumpang sari) dan menanamnya sesuai musimnya
4. Mengadakan sistem irigasi pertanian
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam mengolah bahan
pangan terutama selain beras dan jagung
6. Pemberian makanan tambahan atau makanan berformula dan modifikasi
makanan yang dapat dikonsumsi balita
7. Pemberian bantuan hand tractor untuk pengolahan lahan dan bantuan
modal untuk meningkatkan ekonomi pedesaan
8. Pemberian bantuan beras miskin
9. Meningkatkan kesadaran hidup bersih dan sehat
10. Membangun dan menjaga fasilitas MCK
11. Meningkatkan kualitas kader di desa atau regenerasi kader desa
12. Menigkatkan imunitas balita melalui peningkatan asupan gizi dan
imunisasi
13. Mengoptimalkan kerja bidan desa
14. Memberikan program pelayanan konsultasi dan penyuluhan pada calon
orangtua mengenai pendidikan dan pengasuhan anak yang tepat
15. Pembinaan rutin kader setiap 1 bulan sekal/ berkala
16. Mendaur ulang sampah menjadi kompos (caranya sederhana dan dengan
petunjuk)
17. Pengolahan sampah dengan bioaktivator
18. Menggunakan sistem, pengumpulan dan pengangkutan sampah (dengan
petunjuk)
19. Membangun sebuah pasar sentral yang besar sehingga bahan makanan dari
daerah luar bisa ikut masuk dan beredar di kabupaten Ara.
20. Menarik investor luar daerah untuk mendirikan lapangan pekerjaan yang
ramah lingkungan sehingga bisa menyerap penduduk setempat untuk
menjadi karyawan dan memperbaiki perekonomian keluarga.

21. Untuk warga yang bertempat tinggal di daerah pantai, mengolah air laut
menjadi garam dan kemudian dikonsumsi serta diperjualbelikan. (karena
air lautnya asin banget tentu kadar garamnya tinngi trus musim kemarau
dikabupaten Ara ini lama jadi sangat mudah dan menguntungkan untuk
menghasilkan garam dengan tk. Natrium klorida yang tinggi).
22. Pemerintah mengalokasikan bantuan dana untuk pendirian Koperasi
Simpan Pinjam yang nantinya dapat membantu perekonomian dan aspek
pertanian serta kesehatan warga desa.

Berdasarkan hasil perhitungan seleksi intervensi, prioritas pertama adalah


memberikan program pelayanan konsultasi dan penyuluhan pada calon orangtua
mengenai pendidikan dan pengasuhan anak yang tepat. Prioritas kedua adalah
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam mengolah bahan pangan
terutama selain beras dan jagung. Prioritas ketiga adalah mendaur ulang sampah
menjadi kompos.

6.3. Seleksi Intervensi

1
18
18
16

2
18
17
16

3
22
18
18

4
21
19
17

5
24
25
24

6
24
21
20

7
20
15
16

8
22
20
19

9
26
20
21

10
26
20
21

Intervensi
11
12
23
24
20
21
19
22

13
22
18
20

14
26
23
23

15
23
20
21

16
26
21
21

17
22
16
18

18
21
18
17

19
23
20
19

20
22
16
21

21
19
17
18

22
22
22
20

15

17

16

15

19

18

14

19

18

18

20

19

20

21

20

21

17

18

17

17

17

20

16

18

11

14

22

13

12

14

20

15

18

19

16

23

19

17

16

14

14

13

15

18

16

15

14

19

20

18

14

16

16

19

19

19

19

19

19

18

16

18

16

17

18

19

19
19

16
19

20
19

21
22

21
23

17
22

19
23

20
21

20
19

20
19

22
20

19
22

23
25

21
22

22
22

17
17

19
21

20
24

19
19

19
21

21
25

137

136

138

148

178

19
21
15

130

152

162

158

158

166

156

183

165

168

139

146

153

144

144

167

Rata-rata kel. 19.5


PRIORITAS
20
Nilai indicator:

19.4
21

19.7
19

21.1
14

25.4
2

18.5
21

21.7
12

23.1
7

22.5
8

22.5
9

23.7
5

22.2
10

26.1
1

23.5
6

24
3

19.8
18

20.8
15

21.8
13

20.5
16

20.5
17

23.8
4

Indikator
Relevan
Fisibel
Efektif
Mudah dalam
pencapaian
Efektif dana
Mudah dalam
evaluasi
Berkelanjutan
Dapat diterima
TOTAL

1 = tidak sesuai

4 = sesuai

2 = kurang sesuai

5 = sangat sesuai

3 = agak sesuai

4
22
11

2.

1. 7. Project Planning Matrix (PPM)/Logical Framework (Logframe)


Project Title
: Pelayanan konsultasi dan penyuluhan kepada orang tua dan calon orang tua tentang pendidikan serta
3.
pengasuhan anak yang tepat
4. Location
: Kabupaten Ara
5. Project Duration
: 3 Tahun
6. OBJECTIVE/OBJEC
T PURPOSE/RESULT
10. OVERALL GOAL
11. Meningkatnya Status
Kesehatan Balita

16. PROJECT PURPOSE


17. Membaiknya Gizi pada
Balita

7. INDICATOR OF
OBJECTIVE

12.
Menurunnya AKB dari 19%
menjadi 18% dalam waktu 3
tahun di Kab. Ara
Meningkatnya jumlah anak
dengan status tumbuh
kembang optimal sebesar 3%
dalam waktu 3 tahun

8. MEANS OF
VERIFICATION

13.
Survey Awal
Survey Akhir
Laporan di setiap Posyandu
di Kab. Ara
Metode: Pemeriksaan
Antropometri (BB, TB,
Lingkar Kepala usia 1-3
tahun)
18.
20.
19. Menurunnya prevalensi Survey Awal
gizi buruk pada Balita Survey Akhir
dari 12 % menjadi 11 % Laporan di setiap Posyandu
di Kab. Ara
dalam waktu 3 tahun di

Metode: Pemeriksaan
Kab. Ara
Antropometri (BB, TB,
Lingkar Kepala usia 1-3 thn)

9. IMPORTAN
ASSUMPTION

14.
15.

21.
22.

- Bencana Alam berupa


kekeringan
- Wabah penyakit diare

- Bencana Alam berupa


kekeringan
- Wabah penyakit diare

23.
RESULT
Tercapainya asupan makanan
yang adekuat
Rendahnya keterpaparan
penyakit

29.
ACTIVITIES
Persiapan
a. Pengumpulan &
pengolahan data
b. Menghubungi LSM
30.
31.
32.
c. Menghubungi perangkat
desa & tokoh masyarakat
33.
34.
35.
d. Pembentukan tim

a.
b.

c.

d.

24.
25. Meningkatnya asupan
makanan bergizi yang
ditandai dengan jumlah
konsumsi kalori ratarata per hari 1250 kkal
dengan frekuensi
meningkat menjadi 5
kali sehari dan jenis
makanan yang
bervariasi
47.
48.
Surveyer, ATK, dana,
transportasi
Surveyer, anggota LSM,
Perencana, Media
presentasi, tempat, ATK,
dana, transportasi, konsumsi
Perencana, perangkat desa,
tokoh masyarakat,
masyarakat, media
presentasi, tempat, ATK,
dana, transportasi, konsumsi
Perencana, perangkat desa,

26.
Survey Awal
Survey Akhir
Metode: Pemeriksaan
Antropometri (BB, TB,
Lingkar Kepala usia 1-3
tahun)
Food Recall (2 x 24 jam)

54.
55.
Di setiap desa terbentuk tim
penanggulangan Gizi Buruk
Terbentuk program kerja
Tersedianya anggaran, alat
dan mesin
56.
57.
58. Masyarakat mengerti
dan melaksanakan
materi
59.
60. Meningkatnya jumlah

27.
28.

- Bencana Alam berupa


kekeringan
- Wabah penyakit diare

76. Bencana alam

36.
e. Penyusunan jadwal kerja
dan lokasi
f. Pembuatan anggaran
g. Pengadaan alat dan mesin
h. Pemilihan metode
Pelaksanaan
a. Sosialisasi
37.
b. Penyuluhan
38.
39.
Monitoring
a. Pemeriksaan Kartu Menuju
Sehat (KMS) secara berkala
40.
41.
42.
Evaluasi
a. Survey akhir
(interview/kuesioner)
b. Lomba Balita sehat
43.
44.
45.
46.

LSM, ATK, tempat


e. Perencana, perangkat desa,
LSM, ATK, dana, konsumsi
f. Idem
g. Dana
h. Perencana dan ATK
49.
a. SDM, ATK, dana,pengeras
suara, transportasi, dll
b. Tim penyuluh, media
penyuluh, tempat,
konsumsi, ATK
50.
a. Alat pemeriksaan
(timbangan, mikrotoa, pita
meter), tenaga pemeriksa,
ATK, Laporan dari
Posyandu
51.
a. Tenaga surveyor, ATK,
transport, dana.
b. Panitia lomba, peserta,
dana, tempat, media lomba,
konsumsi, ATK
52.

balita yang status


gizinya baik
61.
62. Tercapainya
peningkatan status
kesehatan balita
63.
64.
65.
66.
67. a. Terlaksananya
program sosialisasi
kepada masyarakat
68. b. Terlaksanya
penyuluhan kepada
masyarakat dan
tersampaikannya materi
69.
70. a. Mendapat data
mengenai balita yang
mengalami perubahan
status gizi pasca
penyuluhan
71.
72.

c. Lomba cerdas-cermat orang


53.
tua dan calon orang tua
c. idem

77.

73. a. Tercapainya tujuan


yaitu status gizi balita
menjadi semakin baik
74. b. Terlaksananya
Lomba Balita Sehat
yang menjadi gambaran
perkembangan dan
pertumbuhan balita
75. c. Terlaksananya lomba
cerdas cermat balita
yang menjadi gambaran
peningkatan
pengetahuan mengenai
pola asuh orang tua dan
calon orang tua

78. Daftar Pustaka


79.
80.

Anda mungkin juga menyukai