OLEH :
KELOMPOK 10
1.
2.
3.
4.
5.
CHANDRA BONITA
FRESKIMA PRIVIKA
TERESA ANGGRAINI
EKA LUTFIANA ANGGRAINI
INTAN NIMATUS SYAHIRA
DOSEN
PUSPITO ARUM, S.Gz, M,Gizi
pendek, jangka menengah dan jangka pan-jang. Program jangka pendek yang
telah dikerjakan adalah penyuntikan larutan yodium dalam minyak (lipiodol) pada
penduduk risiko tinggi di daerah gondok endemik sedang dan berat, yang
dilakukan pada tahun 1974 sampai dengan tahun 1991. Ke-mudian dilanjutkan
dengan distribusi kapsul mi-nyak beryodium yaitu kapsul lipiodol, sebagai
pengganti suntikan lipiodol. Penggunaan kapsul lipiodol membutuhkan biaya
mahal, mengingat kapsul tersebut buatan Perancis, sehingga dicari penggantinya
yang dapat diproduksi dalam negeri (PT.Kimia Farma) yang selanjutnya disebut
YODIOL. Sejak tahun 1992 kapsul tersebut didistribusikan kepada kelompok
sasaran di daerah risiko tinggi. Kelompok sasaran yang dimaksud sekarang ini
ada-lah wanita usia subur di daerah gondok endemic sedang dan berat, ibu hamil
dan menyusui di dae-rah gondok endemik sedang dan berat dan anak sekolah
dasar di daerah endemik berat.
Upaya lain dalam menanggulangi masalah GAKY di masyarakat di samping
melalui suplementasi langsung larutan minyak beryodium, dan juga secara tidak
langsung melalui fortifikasi bahan makanan. Tujuan dari upayaupaya tersebut
adalah untuk (1) menjamin nutrisi yodium yang cukup ba-gi seluruh penduduk,
terutama bagi kelompok risi-ko tinggi, dan (2) mencegah gangguan retardasi
mental dan fisik dan gangguan perkembangan lain yang ada hubungannya dengan
GAKY.
Berhasil tidaknya upaya penanggulangan masa-lah GAKY di masyarakat, di
samping sistem pe-nanggulangan sendiri di tingkat program, tidak ka-lah
pentingnya adalah masalah lingkungan dan so-sial budaya yang ada di
masyarakat. Tulisan ini mencoba membahas aspek sosial-budaya masyara-kat
yang berkaitan dengan GAKY tersebut.
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui program pemerintah dalam menggulangi GAKY.
2. Untuk mengethui cara penanggulangan penyakit GAKY.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian GAKY
Retardasi mental
Gangguan pendengaran sampai bisu tuli.
Gangguan neuromotor seperti gangguan bicara, cara berjalan yang aneh.
Hipotiroidi dengan gejala :
a. Miksedema pada hipotisodisme berat.
b. Tinggi badan yang kurang, cebol (Stunted Growth) dan osifikasi
yang terlambat.
c. Pada pemeriksaan darah ditemukan kadar hormon tiroid yang rendah
(Pudjiadi, 2000).
Zat goitrogen seperti yang ditemukan pada kubis dapat menyebabkan pembesaran
kelenjar gondok, begitu pula dengan beberapa bahan makanan lain misalnya
kacang tanah, kacang kedele, singkong, bawang merah, bawang putih. Flour dan
kalsium menghambat penggunaan yodium oleh tiroid hingga merupakan
goitrogen juga. Air minum yang kotor diduga terdapat zat goitrogen yang dapat
dihilangkan jika dimasak. Faktor keturunan dapat mengurangi kapasitas fungsi
tiroid atau gangguan pada reabsorbsi iodium oleh tubulus ginjal (Pudjiadi, 2002).
2.3 Pengerian Garam Iodium
Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3 yang
dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Garam beryodium yang
digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi Standar Nasional Indonesia
(SNI) antara lain mengandung KIO3 sebesar 30 80 ppm. Konsumsi garam yang
dianjurkan untuk setiap orang sekitar 6 gram atau satu sendok teh setiap hari.
Dalam kondisi tertentu, dimana keringat keluar berlebihan dianjurkan untuk
mengkonsumsi garam beryodium dua sendok teh sehari. Cara mengkonsumi
garam biasanya digunakan sebagai garam meja dan penambahan dalam
pemasakan, pengaruh pemasakan terhadap penurunan KIO3 membuktikan bahwa
sayuran yang dimasak dengan cara dikukus, pembubuhan garam dilakukan saat
sayuran matang dan wadah ditutup setelah diberi garam, maka kehilangan iod
dengan cara tersebut disebabkan oleh panas mengingat salah satu sifat iod mudah
rusak oleh panas ( Irawati, 1993 ).
Garam beryodium yang baik dapat diketahui dengan cara membaca pada
label kemasan garam beryodium. Garam beryodium dikemas dalam plastik,
tertutup rapat, tidak bocor dan pada kemasan harus tertera tulisan garam
beryodium. Cara penyimpanan garam beryodium dalam wadah yang tertutup rapat
dan kering, diletakkan di tempat yang sejuk, jauh dari panas api dan sinar
matahari langsung (Depkes RI, 1999).
Mutu garam beryodium dapat diketahui dengan Yodina Test dan singkong parut.
1. Yodina test, dengan cara :
a. Siapkan garam yang bertuliskan garam beryodium.
b. Siapkan cairan uji yodina.
c. Ambil setengah sendok teh garam yang akan diuji dan letakkan
dipiring.
d. Teteskan cairan uji yodina sebanyak 2-3 tetes pada garam tersebut.
e. Tunggu dan perhatikan apakah garamnya berubah warna, kalau
garam tetap putih berarti garam tersebut tidak beryodium (0 ppm).
f. Bila berwarna ungu berarti garam mengandung yodium sesuai
persyaratan (30 ppm.
2. Singkong parut, dengan cara :
a. Kupas singkong yang masih segar, kemudian diparut.
b. Tuangkan 1 sendok perasan singkong parut tanpa ditambah air
kedalam tempat yang bersih.
c. Tambahkan 4-6 sendok teh munjung garam yang akan diperiksa.
d. Tambahkan 2 sendok teh cuka biang, aduk sampai rata, biarkan
beberapa menit. Bila timbul warna biru keunguan, berarti garam
tersebut mengandung yodium (Depkes RI, 1999).
2.4 Penyebab dan Dampak GAKY dan Dampak Iodisasi
Di Indonesia, prevalensi gondok endemic yang tinggi pada umumnya
dijumpai di sekitar lereng gunung berapi atau di daerah pegunungan. Yo-dium,
merupakan unsur gizimikro yang sangat vi-tal bagi kebutuhan manusia. Unsur ini
demikian pentingnya, sehingga kecukupan setiap manusia akan unsure ini
diupayakan oleh setiap negara de-ngan jalan memasukkan di dalam unsur
makanan yang dikonsumsi setiap hari, yakni garam dapur. Apabila asupan yodium
dalam makanan yang ma-suk dalam tubuh kurang memadai, maka pemben-tukan
tiroksin akan terhambat. Tiroksin adalah hor-mon yang dihasilkan oleh kelenjar
tiroid, sehingga apabila tiroksin yang dihasilkan sangat kurang, ma-ka dampaknya
adalah tidak ada hambatan pem-bentukan Thyroid Stimulating Hormone (TSH),
se-hingga produksi TSH akan berlebihan. TSH ini akan memacu kelenjar tiroid
untuk mensekresi tiroglo-bulin ke dalam folikel-folikel.
Masukan yodium manusia berasal dari makanan dan minuman yang berasal
dari alam sekitarnya. Kalau lahan di alam kurang tersedia yodium di tanah
permukaan, maka semua tumbuhan dan air yang berada di daerah tersebut,
kandungan yodi-um kurang. Sebagai contoh sumur di RS Dr Kariadi mengandung
yodium 4,8-11 ug/L, air dari PDAM Semarang yang bersumber dari air gunung di
Ungaran kadar yodiumnya 0,9 ug/L dan air dari ma-ta air desa-desa endemik berat
di Sengi Magelang mengandung yodium 0,2 ug/L.1
Dampak GAKY pada dasarnya melibatkan gang-guan tumbuh kembang
manusia mulai sejak awal perkembangan fisik maupun mental. Masa yang paling
peka adalah masa pertumbuhan susunan sa-raf, masa pertumbuhan linier dan masa
kehamilan bagi wanita.1 secara rinci menjelaskan bahwa dampak kekurangan
yodium, di samping kretin ende-mik adalah (1) kemampuan mental dan
psikomotor berkurang (2) angka kematian perinatal meningkat, demikian
gangguan perkembangan fetal dan pasca lahir (3) hipotiroidisme neonatal banyak
ditemukan di daerah dengan endemik berat (4) pada penduduk normal ditemukan
hipotiroidisme klinis dan biokimiawi (5) di daerah gondok endemic kadar yodium air susu ibu lebih rendah dibandingkan de-ngan daerah non endemic (0,44
vs 10,02 ug/dl) (6) pada otak terlihat kalsifikasi ganglion basal, hipo-fisis
membesar, tetapi arti klinik belum diketahui (7) terdapat minimal brain damage di
daerah yang terkesan sudah iodine replete, dengan IQ point yang terlambat 10-15
point meskipun status tiroid sudah kembali normal (8) ada keterlambatan perkembangan fisik anak, misalnya lambatnya meng-angkat kepala, tengkurep,
berjalan, hiporefleksi, strabismus konvergen, hipotoni otot.
Gondok yang merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang terdapat dibagian
depan leher merupa-kan reaksi atas kekurangan unsur yodium, walau-pun secara
individual, gondok dapat juga disebab-kan karena penyakit lain seperti radang,
tumor, kanker dan sebagainya.
Hasil iodisasi dengan cara suntikan, pemberian oral dengan kapsul dan
pemberian garam beryo-dium, bila dilakukan dengan baik, terutama sistem
managemennya dan kesadaran serta penerimaan masyarakat cukup baik akan
memberikan dampak yang menggembirakan, misalnya: (a) angka gon-dok
menurun secara mencolok (b) gangguan abnormalitas metabolisme yodium
membaik dan menjadi normal di daerah gondok endemik (c) pu-lihnya gambaran
hipotiroidi, baik secara klinik mau-pun biokimiawi (kecuali bagi mereka yang
menun-jukkan atrofi tiroid) pada kretin maupun non kretin (d) gambaran kelainan
elektroensefalograf pada bayi tidak akan terjadi, bila ibu mendapat suntikan
anak usia sekolah adalah 27,7%, prevalensi ini menurun menjadi 9,8% pada tahun
1998. Walaupun terjadi perubahan yang berarti, GAKY masih dianggap masalah
kesehatan masyarakat, karena secara umum prevalensi masih di atas 5%.
Prevalensi tersebut bervariasi antar kecamatan dan masih dijumpai kecamatan
dengan prevalensi GAKY di atas 30% (daerah endemik berat).
Dilaporkan dalam hasil survai pemetaan gondok 1998 yang telah
dipublikasikan WHO tahun 2000, bahwa 18,8% penduduk hidup di daerah
endemik ringan, 4,2% penduduk hidup di daerah endemik sedang, dan 4,5%
penduduk hidup di daerah endemik berat. Diperkirakan pula sekitar 18,2 juta
penduduk hidup di wilayah endemik sedang dan berat; dan 39,2 juta penduduk
hidup di wilayah endemik ringan.
Menurut jumlah kabupaten di Indonesia, maka diklasifikasikan 40,2%
kabupaten termasuk endemik ringan, 13,5% kabupaten endemik sedang, dan 5,1%
kabupaten endemik berat. Tahun 2003 dilakukan lagi survei nasional, yang
dibiayai melalui Proyek IP-GAKY, untuk mengetahui dampak dari intervensi
program penanggulangan GAKY. Dari hasil survei ini diketahui secara umum
bahwa TGR pada anak sekolah masih berkisar 11,1%. Survei nasional evaluasi IP
GAKY ini menunjukkan bahwa 35,8% kabupaten adalah endemik ringan, 13,1%
kabupaten endemik sedang, dan 8,2% kabupaten endemik berat.
Berdasarkan status yodium dalam urin (Urinary Iodine Exrection atau UIE),
hasil survei tahun 2003 menunjukkan bahwa nilai rata-rata nasional UIE adalah
229 g/l. Berdasarkan nilai median UIE ini tidak ada provinsi yang tergolong
kekurangan yodium (suatu daerah dinyatakan kurang yodium jika rata-rata UIE <
100g/l 3). Nilai median UIE terendah (rata-rata 110 g/l) adalah provinsi NTB
dan tertinggi (rata-rata 337 g/l) adalah Provinsi Bangka-Belitung.
Perubahan yang terjadi antara kedua survei tersebut menunjukkan bahwa
untuk beberapa daerah endemik berat dan sedang telah terjadi perbaikan, namun
munculnya daerah-daerah endemik berat, sedang dan ringan yang baru
memerlukan kajian yang lebih mendalam dan penanganan yang lebih serius di
masa depan, terutama berkaitan dengan nilai rata-rata UIE yang cukup baik.
A. Program Pemerintah
1. Pegaraman di Indonesia
Berbeda dengan situasi di beberapa negara lain, pegaraman di Indonesia
meliputi usaha skala kecil (luas rata-rata kepemilikan lahan kurang dari 1
Ha per pegaram), kecuali ladang garam milik PT Garam di Madura.
Potensi lahan pegaraman tersebar di seluruh Indonesia, terkonsentrasi di 6
propinsi: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Teknologi pegaraman
umumnya masih sederhana/tradisional dengan system kristalisasi total
yang menghasilkan kualitas garam rendah, dengan kadar NaCl < 88% dan
kandungan Ca dan Mg yang tinggi dan produktifitas lahan hanya sekitar
40-60 ton/Ha/musim. Di beberapa tempat lain digunakan teknologi garam
masak di mana proses kristalisasi dilakukan dengan pembakaran dalam
tungku. Uji coba pembangunan demplot pegaraman dengan sistem
kristalisasi bertingkat di 7 kabupaten pada kelompok pegaram telah
berhasil meningkatkan produktifitas sekitar 25-75% dan kualitas garam
dengan
kandungan
NaCl
mencapai
92%.
Demplot
juga
telah
membedakan
kandungan
yodium
dalam
garam
dengan
pemeriksaan uji garam yodium cepat (iodine rapid test). Hasil penilaian
memperlihatkan prosentase rumah-tangga yang mengkonsumsi garam
dengan kandungan yodium cukup (>=30 ppm), kurang (<30 ppm), dan
tidak mengandung yodium. Secara nasional, sejak tahun 1995 sampai
dengan tahun 2003, terjadi peningkatan prosentase rumah tangga dengan
konsumsi garam beryodium secara cukup dari 49.8% menjadi 73.2%. Jika
analisis dilakukan menurut kabupaten yang sama dari tahun 1998 sampai
tahun 2003, terjadi peningkatan dari jumlah kabupaten/kota.
5. Kapsul Minyak Beryodium
Secara nasional telah disepekati bahwa untuk daerah-daerah endemik
GAKY berat dan sedang diberikan kapsul minyak beryodium sekali setiap
tahun. kepada ibu hamil, ibu menyusui, wanita usia subur (WUS) dan
anak usia sekolah. Data cakupan distribusi kapsul minyak beryodium
pada WUS tahun 1997 sampai dengan tahun 2002 masih kurang lengkap
karena tidak semua propinsi melapor. Menurut Evaluasi Proyek IP-GAKY
tahun 2003, dari sejumlah sampel WUS di daerah endemik berat dan
sedang,
menunjukkan
bahwa
cakupan
distribusi
kapsul
minyak
monitoring dan evaluasi yang masih lemah sehingga data tersebut tidak
dilaporkan. Dalam era desentralisasi, pengadaan kapsul minyak
beryodium diserahkan kepada daerah. Mengingat kemampuan daerah
dalam hal pendanaan yang terbatas, maka pembiayaan pengadaaan kapsul
minyak beryodium menjadi berkurang. Disamping itu juga pusat
menyediakan pasokan untuk buffer stock, tetapi kemampuan pusat yang
masih rendah menyebabkan jumlah kapsul minyak beryodium juga belum
dapat memenuhi seluruh permintaan. Laporan cakupan kapsul minyak
beryodium yang diterima oleh penduduk sangat terbatas karena system
pelaporan yang masih kurang baik.
B. Sasaran
1. Jangka Pendek (pada akhir tahun 2005):
a. Proporsi rumah tangga yang mengkonsumi garam dengan kandungan
yodium yang cukup (sebesar >=30 ppm KIO3) adalah >90% secara
ratarata nasional.
mencatat
hasil
monitoring
regular
dan
dan
pengintegrasian
upaya
penanggulangan
pasar
garam
rakyat
dalam
rangka
menjamin
yang
pemasaran
garam
beryodium
dalam
rangka
menjamin
promosi
penggunaan
alat
uji,
penguatan
sistem
kelembagaan
penanggulangan
GAKY
yang
peningkatan
kelembagaan
produksi
garam
rakyat,
informasi
manajemen
penanggulangan
GAKY
yang
garam
beryodium
yang
memenuhi
syarat.
ini
komitmen
adalah
setiap
untuk
meningkatkan
stakeholder
terhadap
dan
upaya
dilakukan
terhadap
pemerintah
pusat,
propinsi
dan
Penyediaan
dana
dilakukan
oleh
masing-masing
dengan
program
pembangunan lain
Tujuan dari upaya ini adalah untuk menjamin agar penanggulangan
GAKY merupakan upaya yang terintegrasi serta merupakan bagian
penting dari program pembangunan lainnya seperti penanggulangan
kemiskinan,
pengembangan
SDM
dan
pembangunan
ekonomi.
di
sentra-sentra
produksi
garam
rakyat
termasuk
batas propinsi
Meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap anggota
dalam koordinasi dengan pemerintah pusat, propinsi dan
kabupaten/kota.
Membantu pemerintah dan penegak hukum dalam pengawasan
distribusi garam impor dan distribusi garam beryodium lintas
wilayah.
4. Penguatan TIM GAKY Pusat, Propinsi dan Kab/Kota
Tujuan dari upaya ini adalah untuk lebih mensinkronkan setiap upaya
penanggulangan GAKY yang dilakukan oleh masing-masing institusi
pelaksana,
mulai
dari
perencanaan,
pelaksanaan,
pembinaan,
Tim
GAKY
dengan
melibatkan
instansi
upaya
penanggulangan
kapsul
minyak