Anda di halaman 1dari 3

Keteladanan Nabi Muhammad S.A.

W
Tentang keteladanan bermurah hati, maka Rasulullah saw. selalu memberi tanpa takut terhadap
kekurangan dan kemiskinan. Beliau lebih murah hati daripada angin yang berhembus, terlebih lagi jika
pada bulan Ramadhan.
Al-Hafizh Abu Syaikh meriwayatkan dari Anas bin Malik ra. Ia berkata:










Rasulullah saw. tidak pernah diminta - sesuatu dalam Islam kecuali beliau memberinya. Sesungguhnya
ada seorang laki- laki yang datang kepadanya dan meminta, maka Rasulullah saw. memberi kambing
antara dua gunung, maka laki-laki tersebut pulang ke kaumnya, dan berkata kepada mereka, "Masuklah
kalian agama Islam. Karena sesungguhnya Muhammad memberikan pemberian tanpa merasa khawatir
menjadi sengsara".
Dan dari Anas diriwayatkan:


Rasulullah saw, tidak pernah dimintai sesuatu dan berkata tidak (menolak). Tentang keteladanan zuhud,
Abdullah bin Masud berkata:





Aku menemui Rasulullah saw. ketika beliau baru bangun dari sebuah tikar yang telah memberi bekas pada
punggungnya yang mulia. Maka aku berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku buatkan untukmu
alas yang melindungi tubuhmu dari tikar tersebut?" Rasulullah saw. bersabda, "Apalah aku dengan dunia
ini. Apalah arti dunia bagiku. Hidup di dunia ini semata-mata hanya seperti seorang pengembara yang
berteduh di bawah pohon, kemudian ia pergi dan meninggalkan pohon tersebut". Beliau adalah yang
berkata, "Ya Allah, jadikanlah rizki keluarga Muhammad pas-pasan".
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Aisyah ra. Bahwa ia berkata:






Rasulullah saw. tidak pernah kenyang dengan roti gandum tiga hari berturut-turut sejak datang ke Madinah
hingga berlalu untuk jalannya (beliau wafat). Ahmad meriwayatkan dari Anas ra.:



Sesungguhnya Fatimah ra. memberi Rasulullah saw. sekerat roti gandum, maka Rasulullah saw. berkata
kepada putrinya itu, "Ini adalah makanan yang pertama kali ayahmu makan sejak tiga hari".
Bagaimana Rasulullah saw. tidak menjadi teladan yang tinggi dalam zuhud, sedang beliau adalah
pelaksana apa yang diinginkan Allah, yang berfirman kepadanya:
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongangolongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia
Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (Q.S. 20:131)
Hendaklah kita tidak mempunyai pengertian bahwa Rasulullah saw. berzuhud karena beliau fakir atau
sedikit makanan. Jika beliau menginginkan kehidupan yang melimpah ruah, bersenang-senang dengan
bunga kehidupan dunia, maka dunia akan tunduk kepadanya untuk memberikan segala apa yang beliau
inginkan. Tetapi dari zuhudnya itu beliau menginginkan beberapa masalah, yang di bawah ini penyusun
sebutkan beberapa yang paling penting:

Beliau hendak mengajarkan kepada generasi Muslim dengan zuhudnya itu akan arti
tolong-menolong, pengurbanan dan mendahulukan orang lain. Al-Baihaqi
meriwayatkan dari 'Aisyah ra. bahwa ia berkata:

Selama tiga hari berturut-turut, Rasulullah saw. tidak merasa kenyang. Dan jika kami
inginkan, kami dapat mengenyangkan beliau, tetapi beliau lebih mengutamakan kepentingan
orang lain. Dan telah kita sebutkan. bahwa Rasulullah saw. memberi pemberian dengan tidak
merasa khawatir akan ditimpa kemiskinan.

Beliau menginginkan agar generasi Muslim meneladani hidup dengan kecukupan yang
memuaskan, karena dikhawatirkan mereka akan terbuai oleh bunga kehidupan dunia
yang memalingkan mereka dari kewajiban dakwah dan meninggikan kalimah Allah.
Juga dikhawatirkan akan tenggelam dalam kehidupan dunia, sehingga membinasakan
mereka sebagaimana orang-orang terdahulu.

Beliau menginginkan untuk memberikan pemahaman kepada orang yang hatinya


diliputi berbagai macam penyakit, seperti kaum munafik dan kafir, bahwa dari dakwah
yang beliau serukan kepada umat manusia tidak menginginkan harta dan kesenangan
fana, palsu, bukan pula kemewahan dan kenikmatan duniawi, bukan mengejar dunia
dengan mengatasnamakan agama. Tetapi yang beliau inginkan adalah mendapatkan
pahala Allah semata. Syi'amya, adalah syi'ar para Nabi sebelumnya:

Hai hambaku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruahku. Upahku
hanyalah dari Allah. (Q.S. 11:29)
Tentang teladan Kerendahan hati, adalah beliau yang selalu mengucapkan salam kepada para
sahabatnya, memperhatikan secara serius terhadap pembicaraan mereka, baik kecil maupun besar. Jika
beliau bersalaman, maka tidak akan menarik tangannya sebelum orang yang disalaminya melepaskan.
Beliau selalu menghadiri pertemuan para sahabatnya hingga usai. Beliau pergi ke pasar, membawa
barang-barangnya sendiri dan berkata, "Aku adalah yang lebih berhak untuk membawanya". Beliau tidak
merendahkan pekerjaan buruh, baik sewaktu membangun masjidnya yang mulia maupun sewaktu
menggali parit. Beliau selalu memenuhi undangan orang merdeka, budak maupun hamba perempuan,
menambal bajunya dan memperbaiki sandalnya, bahkan tidak segan melakukan tugas ibu rumah tangga.

Anda mungkin juga menyukai