Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing lagi bagi kita
semua, karena seringkali diberitakan adanya suatu wilayah dilanda gempa bumi, baik
yang ringan maupun yang sangat dahsyat, menelan banyak korban jiwa dan harta,
meruntuhkan bangunan-bangunan dan fasilitas umum lainnya.
Gempa bumi adalah berguncangnya bumi atau terjadinya getaran bersifat alamiah
yang terjadi pada suatu daerah tertentu yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng
bumi, patahan aktif, aktivitas gunung api atau runtuhan batuan. Kekuatan gempa bumi
akibat aktivitas gunung api dan runtuhan batuan relatif kecil sehingga pada bab ini akan
memusatkan pembahasan pada gempa bumi akibat tumbukan antar lempeng bumi dan
patahan aktif.
Lempeng samudera yang rapat massanya lebih besar ketika bertumbukkan dengan
lempeng benoa di zona tumbukan (subduksi) akan menyusup ke bawah. Gerakan
lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung bumi.
Perlambatan gerak itu menyebabkan penumpukkan energi di zona subduksi dan zona
patahan. Akibatnya di zona-zona itu terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. Pada saat batas
elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya
energi secara tiba-tiba. Proses ini menimbukan getaran partikel ke segala arah yang
disebut gelombang gempa bumi.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka sebagai permasalahannya dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Bagaimana terbentuknya bumi dan alam semesta?


Jelaskan lapisan-lapisan di Bumi?
Sebab-sebab terjadinya Gempa?
Bagaimana pergerakan antara lempengan-lempengan di Bumi?
Jelaskan peta pertemuan antara lempengan utama dan pertemuan lempengan di
Indonesia?

Teknik Gempa

6. Bagaimana gelombang seismik merambat? Dan macam-macam gelombang?


7. Apa saja alat-alat yang mencatat getaran gempa dan hasil getarannya? Termasuk
besaran-besaran Gempa?
8. Bagaimana mencari sumber atau jarak gempa?
9. Foto-foto Gempa (Gedung, Jembatan, Tsunami, Pelumeran tanah,dan lain-lain)
3. Tujuan
Adapun paper ini dibuat untuk mencapai tujuan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Untuk mengetahui terbentuknya bumi dan alam semesta


Untuk mengetahui lapisan-lapisan di Bumi
Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya Gempa
Untuk mengetahui pergerakan antara lempengan-lempengan di Bumi
Agar dapat menjelaskan peta pertemuan antara lempengan utama dan pertemuan

lempengan di Indonesia
6. Untuk mengetahui bagaimana gelombang seismik merambat? Dan macam-macam
gelombang
7. Apa saja alat-alat yang mencatat getaran gempa dan hasil getarannya. Termasuk
besaran-besaran Gempa
8. Untuk dapat mencari sumber atau jarak gempa
9. Foto-foto Gempa (Gedung, Jembatan, Tsunami, Pelumeran tanah,dan lain-lain)
4. Manfaat
Adapun beberapa manfaat dalam penulisan paper ini ialah sebagai berikut.
1. Penulis dapat mengetahui bagaimana terbentuknya bumi dan alam semesta,
lapisan-lapisan pembentuk bumi dan segala aktivitas yang ada di dalam Bumi.
2. Menambah wawasan penulis tentang arti, sebab dan efek dari Gempa di Bumi.

BAB II
PEMBAHASAN
1. TERBENTUKNYA BUMI DAN ALAM SEMESTA
1.1.

PENGERTIAN BUMI

Teknik Gempa

Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Kirakira 250 juta tahun yang lalu sebagian besar kerak benua di Bumi merupakan satu
massa daratan yang dikenal sebagai Pangea. Kemudian, kira-kira dua ratus juta tahun
yang lalu Pangea terpecah menjadi dua benua besar yaitu Laurasia, yang sekarang
terdiri dari Amerika Utara, Eropa, sebagian Asia Tengah dan Asia Timur; dan
Gondwana yang terdiri dari Amerika Selatan, Afrika India, Australia dan bagian Asia
lainnya. Bagian-bagian dan dua benua besar ini kemudian terpecah-pecah, hanyut dan
bertubrukan dengan bagian lain.
Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan
bumi.Bahan-bahan material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan,
lautan, pegunungan, perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai salah
satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam
seperti apa yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran
pada porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat
sistem tata surya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya siang malam dan pasang
surut air laut. Oleh karena itu, proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses
terbentuknya tata surya kita.

PEMBENTUKAN BUMI

1.2.

Teori-teori tentang proses terbentuknya bumi


1.2.1. Teori Kabut(Nebula)

Teknik Gempa

Teori Kabut Nebula


Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian
berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk
kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses
perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah
dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang kemudian
menjadi planet-planet dalam tata surya.Teori nebula ini terdiri dari beberapa
tahap,yaitu
Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat
dan besar.
Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di
pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan
materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang
disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.

Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara
teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk
Susunan Keluarga Matahari.

1.2.2. Teori Planetisimal

Teknik Gempa

Teori Planetesimal
Pada

awal

abad

ke-20, Forest

Ray

Moulton,

seorang

ahli

astronomi Amerika bersama rekannya Thomas C.Chamberlain, seorang ahli


geologi, mengemukakan teori Planetisimal Hypothesis, yang mengatakan
matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, Pada suatu saat melintas
bintang lain yang ukurannya hampir sama dengan matahari, bintang tersebut
melintas begitu dekat sehingga hampir menjadi tabrakan. Karena dekatnya
lintasan pengaruh gaya gravitasi antara dua bintang tersebut mengakibatkan
tertariknya gas dan materi ringan pada bagian tepi.
Karena pengaruh gaya gravitasi tersebut sebagian materi terlempar
meninggalkan permukaan matahari dan permukaan bintang. Materi-materi yang
terlempar mulai menyusut dan membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut
planetisimal. Planetisimal- Planetisimal lalu menjadi dingin dan padat yang pada
akhirnya membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari.

1.2.3. Teori Pasang Surut Gas(Tidal)


Teknik Gempa

Teori Pasang Surut Gas


Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun
1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek,
sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat
matahari itu masih berada dalam keadaan gas.
1.2.4. Teori Bintang Kembar

Teori Bintang Kembar


Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton.
Menurut teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Bintang yang
tidak meledak itu sekarang disebut dengan matahari, sedangkan pecahan bintang
yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.
1.2.5. Teori Big Bang

Teknik Gempa

Teori Big Bang


Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari
puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa
yang berputar pada porosnya. . Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian
kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat,
membentuk cakram raksasa. Bagian ringan yang terlempar keluar mengalami
kondensasi sehingga membentuk gumpalan gumpalan yang mendingin dan
memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk
planet bumi.
Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh
masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu
pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah
diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat .
Masih sangat banyak teori lainnya yang Dikemukakan oleh para ahli seperti
:

Teori Buffon
Yaitu tumbukan antara matahari dan komet yang menyebabkan sebagian
massa matahri terlempar keluar dan massa tersebut menjadi planet

Teori Kuiper atau teori kondensasi


Yaitu bahwa pada mulanya ada nebula besar berbentuk piringan cakram.

Teori Weizsaecker
tata surya pada mulanya terdiri atas matahari yang dikelilingi oleh massa
kabut gas.

Teknik Gempa

Teori Whipple
pada mulanya tata surya terdiri dari gas dan kabut debu kosmis yang berotasi
membentuk semacam piringan.

1.3.

SIKLUS PEMBENTUKAN BUMI


Ilustrasi siklus pembentukan Bumi terbagi menjadi:
(a) Bumi masih berbentuk bola pijar;
(b) Bumi mendingin berangsur-angsur membentuk litosfer;
(c) pembentukan atmosfer Bumi;
(d) Bumi terbentuk sempurna.

1.4.

ALAM SEMESTA
Alam semesta atau jagat raya ini dapat diartikan sebagai suatu ruangan yang maha

besar di mana di dalamnya terjadi segala sesuatu peristiwa alam yang dapat diungkapkan
manusia maupun yang belum dapat diungkap oleh manusia. Alam semesta terbentuk kirakira ribuan juta tahun yang lalu yang bersamaan dengan adanya ledakan besar.
Namun bukan hanya ledakan besar saja yang menjadi sutu-satunya teori
terbentuknya alam semesta ada teori-teori lain yang memiliki bukti yang kuat tentang
terbentuknya alam semesta seperti : teori dentuman, teori creatio continua, teori ekspansi
dan teori-teori lainnya.
Namun terlepas dari itu semua kami tetap menyadari kalau adanya alam semesta
ini karena kehendak Nya, karena Beliaulah yang maha kuasa dan berkehendak dimuka
bumi ini atas ciptaannya.
Orang babilonia (sekitar tahun 700-600) beranggapan bahwa alam semesta
merupan suatu ruangan atau selungkup dimana bumi yang datar sebagi lantainya,
sedangkan langitNamun pendapat ini sudah sangatlah lama pengertian alam semesta yang
sebenarnya adalah suatu ruangan yang maha besar, dimana di mana di dalamnya terjadi
segala peristiwa alam yang dapat diungkapkan manusia maupun yang belum diungkap
manusia, dan pendapat ini jelaskan kembali oleh Nicolas Copernikus dalam bukunya
yang berjudul De Revolutionisme Orbium Coelestium yang menyataka bahwa alam
semeta adalah tempat tinggal bagi makhluk hidup (bumi) yang bumi dan benda langit
lainnya mengelilingi matahari sebagai pusat dari tata surya.
Teknik Gempa

1.4.1. Teori-teori Pembentukan Alam Semesta


Alam semesta terbentuk kira-kira ribuan juta tahun yang lalu bersamaan
dengan adanya ledakan besar. Ada beberapa teori yang menyatakan tentang
terbentuknya alam semesta, ntara lain sebagai berikut.
1.4.1.1. Teori Dentuman Besar
Teori ini menyatakan bahwa ada sesuatu massa yang sangat besar yang
tedapat di dalam jagat raya yang mempunyai berat jenis yang sangat besar, karena
adanya reaksi inti, masa tersebut akhirnya meledak dengan hebat . massa yang
meledak kemudian berserakan dan mengembang dengan cepat serta menjauhi
pusat ledakan atau inti ledakan. Setalah berjuta-jutatahun massa yang berserakan
tersebut akhirnya membentuk kelompok-kelompok dengan berat jenios

yang

relatif lebih kecil dari masa semula kelompok-kelompok tersebut akhirnya


menjadi galaksi. Yang menjauhi intinya. Teori ini didukung dengan adanya
kenyataan bahwa galaksi-galaksi selalu bergerak menjauhi intinya.
1.4.1.2. Teori Keadaan Tetap (THE STEADY STATE THEORY).
Tahun 1948, teori kedaan-tetap atau teori alam semesta tak terhingga
dicetuskan oleh Fred Hoyle, Thomas Gold dan Hermann Bondi sebagai alternatif
dari teori ledakan besar (Big Bang theory). Teori ini tidak lebih dari perpanjangan
paham materialistis abad ke 19 yang mengabaikan adanya sang Pencipta dan
model semesta yang tanpa batas. Menurut model ini, ketika alam semesta
mengembang, materi baru terus-menerus muncul dengan sendirinya dalam jumlah
tepat sehingga alam semesta berada dalam keadaan stabil. Galaksi baru yang
terciptakan dari materi baru ini akan membuat jagat raya tampak sama sepanjang
masa. Untuk mempertahankan kerapatan jagat raya konstan, laju penciptaan
materi cukup kecil yakni satu atom hidrogen per sentimeter kubik setiap 1 milyar
tahun. Dengan kata lain, alam semesta menurut teori ini adalah statis/tetap, tidak
permulaan atau akhir. Walaupun mereka mengakui bahwa alam semesta
berekspansi, namun mereka menyatakan bahwa alam semesta akan tetap sama

Teknik Gempa

kelihatannya sampai kapanpun. Teori ini segera runtuh dan tidak banyak
penggemarnya ketika ditemukan radiasi latar belakang kosmik.1[2]
1.4.1.3.

Teori Berayun
Menurt teori ini, bahwa semua materi saling menjauhi dan berasal dari

satu massa yang padat. Selanjutnya, materi itu geraknya melambat kemudian
berhenti dan mulai mengerut akibatnya lagi akibatnya akibat gaya gravitasi. Lalu
materi tersebut akan memadat dan meledak lagi. Dalam proses ini tidak ada
materi yang rusak atau tercipta, tetapi hanya berubah tatanan.
1.4.2. Proses Penciptaan Alam Semesta
1.4.2.1. Tahap pertama
Sejak penciptaan sampai suhu kosmos turun menjadi seratus juta-juta-jutajuta-juta derajat. Dalam tahap ini, seluruh kosmos yang terdiri atas ruang, materi,
dan radiasi telah ditentukan interaksinya, sifat serta kelakuannya, pada waktu itu,
segala macam interaksi antara materi dan radiasi dapat ditunjukkan sama kuatnya.
Dalam tahap ini, kandungan energi dan materi dalam alam semesta ditentukan
jumlahnya.
1.4.2.2. Tahap Kedua
Sejak berakhirnya tahap pertama sampai suhu kosmos turun hingga
mancapai 100.000 juta derajat. Kerapatan materi dalam alam semesta adalah 4 juta
ton tiap liter. Dalam tahap ini, bahan penyusun nulkir yaitu penyusun inti-inti atom
telah tertentu jumlahnya.
1.4.2.3. Tahap Ketiga
Sejak berakhirnya tahap kedua sampai suhu kosmos tinggal 1000 juta
derajat dan kerapatan materinya tinggal dua puluh kilogram tiap liter. Dalam tahap
ini, muatan kelistrikan di alam semesta telah ditetapkan.
1.4.2.4. Tahap Keempat
Sejak berakhirnya tahap ketiga sampai suhu kosmos berada di bawah 100
juta derajat. Kerapatan materinya hanya sepersepuluh kilogram tiap liter. Dalam
tahap ini dimulai penyusunan inti-inti atom. Selain itu, ada kemungkinan

Teknik Gempa

10

terjadinya

beberapa

pengelompokan

materi

sebagai

akibat

dari

adanya

ketidakseragaman lokal, yang nantinya akan berevolusimenjadi galaksi-galaksi.


1.4.2.5. Tahap Kelima
Sejak berakhirnya tahap keempat sampai mulai terbentuknya atom-atom
sehingga elektron bebas dalam kosmos menjadi sangat berkurang jumlahnya.
Dalam tahap ini, cahaya mengisi seluruh ruang kosmos.
1.4.2.6. Tahap Kelima
Ketika kabut materi yang terdiri dari atom-atom mulai mengumpul dan
membentuk bintang-bintang ini terdapat matahari yang dikitari oleh bumi dan
planet-planet.

2. LAPISAN LAPISAN DI BUMI


2.1.

LAPISAN DALAM BUMI

Teknik Gempa

11

Secara struktur lapisan dalam bumi dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
2.1.1. Kerak bumi (crush)
Merupakan kulit bumi bagian luar (permukaan bumi). Tebal
lapisan kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan batuan yang
terdiri dari batu-batuan basa dan masam. Lapisan ini menjadi tempat
tinggal bagi seluruh mahluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak bumi
mencapai 1.100 oC. Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya hingga
kedalaman 100 km dinamakan litosfer.
2.1.2

Selimut atau selubung (mantle)


Merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak bumi.
Tebal selimut bumi mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan
padat. Suhu di bagian bawah selimut bumi mencapai 3.000 oC.

2.1.2. Inti bumi (core)


Terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi
(90%), nikel (8%), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2900
5200 km. Lapisan ini dibedakan menjadi lapisan inti luar dan lapisan inti
dalam.
a. Lapisan inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair
yang suhunya mencapai 2.200 C.
Teknik Gempa

12

b. Lapisan inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan


diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi
yang suhunya mencapai 4.500 C.

2.2.

LAPISAN LUAR BUMI

2.2.1. Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet,
termasuk bumi, dari permukaan planet tersebut sampai jauh di luar
angkasa. Di bumi, atmosfer terdapat dari ketinggian 0 km di atas
permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan
bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan, yang dinamai menurut
fenomena yang terjadi di lapisan tersebut. Transisi antara lapisan yang satu
dengan yang lain berlangsung bertahap. Studi tentang atmosfer mula-mula
dilakukan untuk memecahkan masalah cuaca, fenomena pembiasan sinar
matahari saat terbit dan tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang. Atmosfer
Bumi terdiri atas nitrogen (78.17%) dan oksigen (20.97%), dengan sedikit
argon (0.9%), karbondioksida (variabel, tetapi sekitar 0.0357%), uap air,
dan gas lainnya. Atmosfer melindungi kehidupan di bumi dengan
menyerap radiasi sinar ultraviolet dari matahari dan mengurangi suhu
ekstrem di antara siang dan malam. 75% dari atmosfer ada dalam 11 km
dari permukaan planet.
Teknik Gempa

13

2.2.2. Troposfer
Lapisan ini berada pada level yang terrendah, campuran gasnya
paling ideal untuk menopang kehidupan di bumi. Dalam lapisan ini
kehidupan terlindung dari sengatan radiasi yang dipancarkan oleh bendabenda langit lain. Dibandingkan dengan lapisan atmosfer yang lain,
lapisan ini adalah yang paling tipis (kurang lebih 15 kilometer dari
permukaan tanah). Ketinggian yang paling rendah adalah bagian yang
paling hangat dari troposfer, karena permukaan bumi menyerap radiasi
panas dari matahari dan menyalurkan panasnya ke udara. Biasanya, jika
ketinggian bertambah, suhu udara akan berkurang secara tunak (steady),
dari sekitar 17 sampai -52. Pada permukaan bumi yang tertentu,
seperti daerah pegunungan dan dataran tinggi dapat menyebabkan anomali
terhadap gradien suhu tersebut.
Lapisan ini dianggap sebagai bagian atmosfer yang paling penting,
karena berhubungan langsung dengan permukaan bumi yang
merupakan habitat dari berbagai jenis mahluk hidup termasuk manusia,
serta sebagain besar iklim berlangsung pada lapisan troposfer. Susunan
kimia udara troposfer terdiri dari 78,03% nitrogen, 20,99 oksigen, 0,93%
argon, 0,03% asam arang, 0,0015% nenon, 0,00015% helium, 0,0001%
kripton, 0,00005% hidrogen, serta 0,000005% xenon.
Di dalam troposfer terdapat tiga jenis awan yaitu:
2. Awan rendah (cumulus), yang tingginya antara 0 2 km
3. Awan pertengahan (alto cumulus lenticularis), tingginya antara 2 6
km
4. Awan tinggi (cirrus) yang tingginya antara 6 12 km.
Troposfer terbagi lagi ke dalam empat lapisan, yaitu :
1. Lapisan Udara Dasar
Tebal lapisan udara ini adalah 1 2 meter di atas permukaan
bumi. Keadaan di dalam lapisan udara ini tergantung dari keadaan fisik
muka bumi, dari jenis tanaman, ketinggian dari permukaan laut dan
lainnya. Keadaan udara dalam lapisan inilah yang disebut sebagai
iklim mikro, yang memperngaruhi kehidupan tanaman dan juga jasad
hidup di dalam tanah.
2. Lapisan Udara Bawah
Teknik Gempa

14

Lapisan udara ini dinamakan juga lapisan-batasan planiter


(planetaire grenslag, planetary boundary layer). Tebal lapisan ini 1 2
km. Di sini berlangsung berbagai perubahan suhu udara dan juga
menentukan iklim.
3.

Lapisan Udara Adveksi (Gerakan Mendatar)


Lapisan ini disebut juga lapisan udara konveksi atau lapisan
awan, yang tebalnya 2 8 km. Di dalam lapisan udara ini gerakan
mendatar lebih besar daripada gerakan tegak. Hawa panas dan dingin
yang beradu di sini mengakibatkan kondisi suhu yang berubah-ubah.

4. Lapisan Udara Tropopouse


Merupakan lapisan transisi antara lapisan troposfer dan
stratosfer terletak antara 8 12 km di atas permukaan laut (dpl). Pada
lapisan ini terdapat derajat panas yang paling rendah, yakni antara
46 o C sampai 80o C pada musim panas dan antara 57 o C sampai
83 o C pada musim dingin. Suhu yang sangat rendah pada
tropopouse inilah yang menyebabkan uap air tidak dapat menembus
ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi, karena uap air segera
mengalami kondensasi sebelum mancapai tropopouse dan kemudian
jatuh kembali ke bumi dalam bentuk cair (hujan) dan padat (salju,
hujan es).

2.2.3. Stratosfer
Perubahan secara bertahap dari troposfer ke stratosfer dimulai dari
ketinggian sekitar 11 km. Suhu di lapisan stratosfer yang paling bawah
relatif stabil dan sangat dingin yaitu 70oF atau sekitar 57oC. Pada
lapisan ini angin yang sangat kencang terjadi dengan pola aliran yang
tertentu.Disini juga tempat terbangnya pesawat. Awan tinggi jenis cirrus
kadang-kadang terjadi di lapisan paling bawah, namun tidak ada pola
cuaca yang signifikan yang terjadi pada lapisan ini. Dari bagian tengah
stratosfer keatas, pola suhunya berubah menjadi semakin bertambah
semakin naik, karena bertambahnya lapisan dengan konsentrasi ozon yang
bertambah. Lapisan ozon ini menyerap radiasi sinar ultra ungu. Suhu pada
lapisan ini bisa mencapai sekitar 18oC pada ketinggian sekitar 40 km.
Lapisan stratopause memisahkan stratosfer dengan lapisan berikutnya.
Lapisan stratosfer dibagi dalam tiga bagian yaitu:
Teknik Gempa

15

a. Lapisan udara isoterm; terletak antara 12 35 km dpl, dengan suhu


udara 50o C sampai -55o C.
b. Lapisan udara panas; terletak antara 35 50 km dpl, dengan suhu
50o C sampai + 50o C.
c. Lapisan udara campuran teratas; terletak antara 50 80 km dpl,
dengan suhu antara +50o C sampai -70o C. karena pengaruh sinar
ultraviolet, pada ketinggian 30 km oksigen diubah menjadi ozon,
hingga kadarnya akan meningkat dari 5 menjadi 9 x 10-2 cc di dalam 1
m3.
2.2.4.

Mesosfer
Kurang lebih 25 mil atau 40km diatas permukaan bumi terdapat
lapisan transisi menuju lapisan mesosfer. Pada lapisan ini, suhu kembali
turun ketika ketinggian bertambah, sampai menjadi sekitar 143oC di
dekat bagian atas dari lapisan ini, yaitu kurang lebih 81 km diatas
permukaan bumi. Suhu serendah ini memungkinkan terjadi awan
noctilucent, yang terbentuk dari kristal es. Daerah transisi antara lapisan
mesosfer dan termosfer disebut mesopouse dengan suhu terendah 110o
C.

2.2.5. Termosfer
Transisi dari mesosfer ke termosfer dimulai pada ketinggian sekitar
81 km. Dinamai termosfer karena terjadi kenaikan temperatur yang cukup
tinggi pada lapisan ini yaitu sekitar 1982oC. Perubahan ini terjadi karena
serapan radiasi sinar ultra ungu. Radiasi ini menyebabkan reaksi kimia
sehingga membentuk lapisan bermuatan listrik yang dikenal dengan nama
ionosfer, yang dapat memantulkan gelombang radio. Sebelum munculnya
era satelit, lapisan ini berguna untuk membantu memancarkan gelombang
radio jarak jauh. Molekul oksigen akan terpecah menjadi oksegen atomik
di sini. Proses pemecahan molekul oksigen dan gas-gas atmosfer lainnya
akan menghasilkan panas, yang akan menyebabkan meningkatnya suhu
pada lapisan ini. Suhu pada lapisan ini akan meningkat dengan
meningkaknya ketinggian.
Ionosfer dibagi menjadi tiga lapisan lagi, yaitu:
a. Lapisan Udara E
Terletak antara 80 150 km dengan rata-rata 100 km dpl. Lapisan
ini tempat terjadinya proses ionisasi tertinggi. Lapisan ini
dinamakan juga lapisan udara KENNELY dan HEAVISIDE dan
Teknik Gempa

16

mempunyai sifat memantulkan gelombang radio. Suu udara di sini


berkisar 70o C sampai +50o C .
b. Lapisan udara F
Terletak antara 150 400 km. Lapisan ini dinamakan juga lapisan
udara APPLETON.
c. Lapisan udara atom
Pada lapisan ini, benda-benda berada dalam lbentuk atom.
Letaknya lapisan ini antara 400 800 km. Lapisan ini menerima
panas langsung dari matahari, dan diduga suhunya mencapai
1200o C.
Fenomena aurora yang dikenal juga dengan cahaya utara atau
cahaya selatan terjadi di lapisan ini.
2.2.6. Eksosfer
Merupakan lapisan atmosfer yang paling tinggi. Pada lapisan ini,
kandungan gas-gas atmosfer sangat rendah. Batas antara ekosfer (yang
pada dasarnya juga adalah batas atmosfer) dengan angkasa luar tidak jelas.
Daerah yang masih termasuk ekosfer adalah daerah yang masih dapat
dipengaruhi daya gravitasi bumi. Garis imajiner yang membatasi ekosfer
dengan angkasa luar disebut magnetopause. Adanya refleksi cahaya
matahari yang dipantulkan oleh partikel debu meteoritik. Cahaya matahari
yang dipantulkan tersebut juga disebut sebagai cahaya Zodiakal.
3. PENYEBAB TERJADINYA GEMPA BUMI
Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh
bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan
runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat
memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang
merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan berupa
kebakaran, kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan
maupun tanggul penahan lainnya.
Berdasarkan penyebabnya gempa bumi dapat terjadi akibat beberapa factor yaitu
runtuhnya gua-gua dalam bumi, tabrakan (impack), peledakan, gunungapi, kegiatan tektonik.
Berikut adalah penjelasan dari beberapa akibat gempa tersebut.
1.) Runtuhnya Gua-gua dalam Bumi
Pada awalnya menurut para ahli gempa bumi terjadi akibat runtuhnya gua-gua
raksasa yang terdapat di dalam bumi. Namun ternyata dugaan itu sama sekali tidak benar,
sebab keruntuhan seperti itu tidak pernah ada. Kalau saja terjadi keruntuhan gua-gua di
dalam bumi, maka gempa tersebut hanya mungkin terasa pada daerah yang mengalami
Teknik Gempa

17

keruntuhan atau lokal anatara 2 hingga 3 pada Skala Richter misalnya runtuh yang terjadi
pada pertambangan bawah tanah (under ground), penggalian batukapur dan sejenisnya
2.) Tabrakan (Impack)
Awalnya banyak juga yang percaya bahwa gempa bumi disebabkan adanya
meteor atau shooting star yang menabrak bumi pada tahun 1908 di Rusia, suatu bintang
beralih (meteor) jatuh dan mengakibatkan terjadinya lubang yang sangat besar
menyerupai sebuah kawah. Walaupun gelombang tekanan akibat jatuhnya meteor tersebut
tercatat sampai ke kota London di Inggris, akan tetapi efeknya sama sekali tidak terekam
pada alat pencatat getaran gempa bumi (seismograf). Ini berarti getaran yang ditimbulkan
akibat tabrakan meteor dengan bumi kekuatannya sangat kecil sekali. Lagi pula tabrakan
yang demikian sebenarnya sangat jarang terjadi di bumi.
3.) Peledakan Gunungapi
Aktivitas gunung api dapat menimbulkan gempa bumi yang dinamakan gempa
bumi vulkanik. Gempa bumi vulkanik terjadi baik sebelum, selama, maupun setelah
peledakan suatu gunung api. Penyebab terjadinya gempa bumi vulkanik ini adalah akibat
terjadinya persentuhan antara magma dengan dinding gunung api dan tekanan gas pada
peledakan yang sangat kuat atau perpindahan magma secara tiba-tiba di dalam dapur
magma. Kekuatan dari gempa bumi vulkanik ini sebenarnya sangat lemah dan hanya
terasa di wilayah sekitar gunung api tersebut. Gunung api yang menyebabkan gempa
vulkanik adalah gunung api yang masih aktif. Kerusakan atau efek yang ditimbulkannya
cukup luas, sebab gempabumi vulkanik biasanya disertai pula dengan kemungkinan akan
meletusnya suatu gunungapi. Berdasarkan kedudukan sumber gempanya (posisi kegiatan
magma), maka dapat dibedakan menjadi empat jenis gempabumi vulkanik :
a. Gempa Bumi Vulkanik Dalam Dan Gempa Bumi Vulkanik Dangkal
Gempa ini memiliki kedalaman sumber gempa antara 2 sampai 30km. Gempa
bumi ini memiliki beberapa kesamaan dengan gempa bumi tektonik, terutama mengenai
gempa susulannya (after shocks). Gempa susulan ini terjadi pada saat menjelang letusan
suatu gunung api, atau pertanda bahwa gunung api tersebut mulai aktif. Sedangkan
Gempa bumi vulkanik dangkal sumber gempanya terletak pada kedalaman kurang dari 2
km. Jenis ini timbul pada saat mendekati terjadinya letusan, selama berlangsungnya
letusan, dan setelah letusan itu sendiri berakhir.
b. Gempa bumi Ledakan
Gempa bumi ini terjadi sehubungan dengan tengah berlangsungnya ledakan suatu
gunung api. Sumber gempanya sangat dangkal, kurang dari 1 kilometer.
c. Getaran Vulkanik atau Tremor
Teknik Gempa

18

Getaran atau tremor vulkanik terjadi terus menerus sehingga menciptakan suasana
tidak tenang. Sumber gempanya terletak dari mulai kedalaman 30 kilometer sampai
permukaan. Gempa bumi dangkal dan gempa bumi ledakan bila terjadi terus menerus
dengan selang waktu hanya beberapa detik dapat menyebabkan getaran vulkanik
(tremor). Pada gunung api berbatuan basalt, getaran vulkanik terasa lebih kuat karena
sifat batuannya sangat peka terhadap rambatan gelombang.
d. Kegiatan Tektonik
Gempa yang paling banyak menyebabkan efek yang sangat serius adalah gempa
jenis kegiatan tektonik ini, yaitu mencakup 90% dari seluruh kejadian gempa bumi.
Gempa bumi ini berhubungan dengan kegiatan gaya-gaya tektonik yang tengah terus
berlangsung dalam proses pembentukan gunung-gunung, terjadinya patahan-patahan
batuan (faults) dan tarikan atau tekanan dari pergerakan lempeng-lempeng batuan
penyusun kerak bumi.
Penyebab gempa bumi tektonik yaitu lepasnya tenaga yang terjadi karena
pergeseran lempengan plat tektonik. Teori dari tektonik plate (plat tektonik) menjelaskan
bahwa kulit bumi atau litosfer yang menutupi permukaan bumi keadaanya tidak utuh,
melainkan terpecah-pecah berbentuk lempeng, yang satu sama lain bergerak saling
menjauh, bertumbukan dan ada juga yang saling berpapasan. Lapisan tersebut begerak
perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Gerakan litosfer
tersebut diakibatkan oleh adanya gerakan astenosfer yang sifatnya cair kental.Hal inilah
yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.
Keunikan Gempa tektonik ini antara lain, peta penyebarannya mengikuti pola dan
aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempenglempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka
teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi
tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas
pertemuan lempeng tektonik.

Teknik Gempa

19

Gambar 2.10 Jalur penyebaran pusat gempabumi di seluruh dunia


4. PERGERAKAN ANTAR LEMPENGAN-LEMPENGAN BUMI
4.1.

PERGERAKAN LEMPENG DIVERGEN

Lempeng divergen yaitu area pertemuan antar lempeng yang bergerak saling
menjauhi, sehingga pada model pertemuan ini akan terbentuklapisan asthenosphere yang
baru dan menyebabkan makin meluasnya area dari lempeng tersebut. Ada 2 (dua) macam
kejadian lempeng divergen, bisa terjadi antara 2 (dua) lapisan oceanic asthenosphere
yang bertemu pada lantai dasar samudera sehingga terbentuk muka laut yang baru.
Tempat pertemuan dua batas lempeng dengan tipe Lempeng divergen biasa disebut
seafloor spreading atau spreading centre. Contohnya terdapat pada pertemuan antara
lempeng Amerika Utara dan lempeng Eurasia di Samuera Antartika, sedangkan tipe
lempeng divergen yang terjadi antara dua lempeng benua menyebebkan terjadinya
rekahan yang cukup besar pada daratan dan rekahan itu menjadi terus meluas setiap
tahunnya, sebagai contoh yang terjadi di Afrika Timur yang dikenal sebagai Great Rift
Valley.
4.2.

PERGERAKAN LEMPENG KONVERGEN

Pergerakan Lempeng kovergen yaitu daerah pertemuan lempeng yang bergerak


saling mendekati sampai akhirnya bertumbukan hingga menyebabkan salah satu dari
lempeng akan tersubduksi ke dalam mantel dan mengakibatkan berkurangnya area dari
lempeng tersebut.Ada 3 model dari tipe lempeng konvergen, yaitu :
Pertemuan antara lempeng samudera dengan lempeng samudera yang
mengakibatkan salah satu lempeng akan tersubduksi ke arah mantel sehingga pada daerah
Teknik Gempa

20

pertemuan tersebut akan terbentuk daerah kepulauan yang terdiri dari gunung-gunung
laut dan pertemuan lempeng yang seperti ini biasanya terjadi daerah laut dalam dengan
kedalaman lebih dari 11000 meter, contohnya adalah rangkaian kepulauan yang dipenuhi
gunung api sepanjang Mariana Trench di bagian barat Samudera Pasifik.
Model yang kedua dari tipe lempeng kovergen adalah pertemuan antara lempeng
samudera dengan lempeng benua yang mengakibatkan lempeng samudera tersubduksi ke
arah mantel dan menyebabkan terbentuknya gunung-gunung api aktif di daratan benua.
Pada daerah tipe konvergen seperti ini yang memiliki aktivitas seismik yang cukup tinggi,
bahkan kebanyakan gelombang Tsunami yang terjadi akibat aktivitas seismik pada tipe
ini yang ditimbulkan dari gempa-gempa besar yang dapat memicu terjadinya Tsunami.
Contoh tipe ini terdapat di daerah zona penyusupan di sepanjang pantai barat sumatera
dan di sepanjang pantai selatan Jawa.
Model terakhir dari tipe ini adalah pertemuan antara lempeng benua dengan
lempeng benua yang mengakibatkan terjadinya lipatan yang semakin lama areanya
semakin luas dan semakin tinggi, sebagai contoh adalah pembentukan pegunungan
Himalaya dan daerah dataran tinggi Tibet.
4.3.

PERGERAKAN LEMPENG TRANSFORM

Tipe pertemuan antara dua lempeng tektonik yang bergerak secara horisontal dan
berlawanan arahnya. Pada tipe ini tidak ada pembentukan lapisan asthenosphere baru atau
terjadinya penyusupan yang dilakukan oleh salah satu lempeng terhadap lainnya,
contohnya adalah yang terjadi antara lempeng samudera dengan lempeng samudera yang
disebabkan karena patahnya jalur seafloor spreading yang mengakibatkan terbentuknya
tipe ini, daerahnya biasa disebut sebagai Mid-Ocean Ridges, sedangkan pertemuan antara
lempeng benua dengan lempeng benua untuk tipe ini terjadi akibat pergeseran dua buah
lapisan secara horisontal yang muncul hingga permukaan, contohnya adalah yang terjadi
pada patahan San Andreas di California.

Teknik Gempa

21

5. PETA PERTEMUAN ANTARA LEMPENGAN-LEMPENGAN


Peta gempa adalah peta wilayah yang menunjukan besaran percepatan tanah dasar
akibat gempa rencana yang kemungkinan menimpa gedung yang kita bangun. Peta ini
merupakan hasil analisis probabilitas dari data-data kejadian gempa yang ada di suatu
wilayah. Artinya, data-data kejadian gempa yang ada diolah dan dianalisis untuk
menghasilkan niali peluang terjadinya suatu gempa pada masa yang akan datang.
Peta gempa di suatu negara selalu berbeda dengan peta gempa di negara lain. Hal ini
terjadi karena karakteristik kegempaan suatu wilayah akan berbeda dengan wilayah lain.
Selain itu, perbedaan metode analisis karakteristik gempa dan analisis probabilitas gempa
pun mempengaruhi bentuk peta gempa yang terjadi. Dengan demikian, tidaklah
mengherankan jika peta gempa Indonesia dan peta gempa Jepang yang sama-sama
termasuk daerah rawan gempa pun berbeda satu-sama lain. Karena sifatnya yang sangat
spesifik terhadap wilayah ini, kita patut berbangga bahwa peta gempa Indonesia merupakan
hasil nyata insinyur-insinyur dan peneliti-peneliti Indonesia meskipun masih terdapat
kontribusi pihak asing didalamnya.
Peta gempa Indonesia berdasarkan SNI Perencanaan Ketahanan Gempa Gedung
1726 tahun 2002 dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Dalam peta ini, Indonesia
Teknik Gempa

22

ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah Gempa di mana Wilayah Gempa 1 adalah wilayah
dengan kegempaan paling rendah dan Wilayah Gempa 6 dengan kegempaan paling tinggi.
Pembagian Wilayah Gempa ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat
pengaruh Gempa Rencana dengan perioda ulang 500 tahun, yang nilai rata-ratanya untuk
setiap Wilayah Gempa dapat dilihat pada Gambar dibawah.

Perlu digarisbawahi bahwa gempa yang diperhitungkan adalah gempa akibat


pergeseran pelat tektonik saja dan tidak termasuk gempa vulkanik akibat letusan gunung
berapi. Selanjutnya, percepatan ini hanya pada batuan dasar saja. Kecepatan di
permukaan tanah dapat berbeda sesuai jenis lapisan tanah seperti data pada tabel
dibawah.

Peta ini dibuat dengan memperhitungkan 10% kemungkinan terlampaui dalam 50


tahun. Artinya, masih tetap ada kemungkinan 10% percepatan gempa akan lebih besar
dari yang terdapat di peta. Selanjutnya, periode ulang gempa adalah 500 tahun yang
artinya gempa yang diperhitungkan dalam analisis probabilitas adalah gempa yang terjadi
Teknik Gempa

23

tiap 500 tahun sekali. Semakin lama periode ulangnya, semakin besar gempa yang
terjadi. Sebagai contoh, gempa Aceh 2004 lalu memiliki periode ulang selama 200 tahun
yang artinya terjadi tiap 200 tahun.

Selanjutnya, wilayah gempa terbagi menjadi 6 wilayah. Dari peta gempa


Indonesia kita dapat melihat sebaran percepatan gempa di wilayah Indonesia. Daerah
berwarna putih adalah daerah dengan percepatan gempa terkecil dan wilayah berwarna
merah adalah daerah dengan percepatan gempa terbesar. Dari peta tersebut kita dapat
melihat bahwa seluruh wilayah Indonesia kecuali sebagian besar daerah Kalimantan
memiliki potensi terjadinya gempa dengan percepatan yang besar. Hal ini sudah terbukti
dengan terjadinya gempa-gempa besar di Aceh, Padang, Jawa Barat, Yogyakarta, NTB,
bahkan hingga ke Papua. Tidak mengherankan pula jika daerah Sumatra bagian pesisi
barat sering dilanda gempa besar dalam beberapa dekade terakhir ini.
Dari peta dapat kita lihat bahwa Jakarta berada pada zona 3 dengan percepatan
gempa sebesar 0.15 g dan Bandung berada pada zona 4 dengan percepatan gempa sebesar
0.2 g. Artinya, untuk kondisi tanah yang sama, gaya gempa yang menimpa bangunan di
Bandung harus direncanakan lebih besar dibanding bangunan di Jakarta. Selain itu untuk
kondisi tanah yang sama, akan lebih mudah dalam membangun bangunan tingkat tinggi
di Jakarta dibanding di Bandung karena gaya gempa rencana di Jakarta lebih kecil dari
gaya gempa di Bandung.

Teknik Gempa

24

Peta gempa ini seharusnya menjadi acuan dalam membangun suatu bangunan
karena menyangkut beban rencana yang digunakan dalam merancang struktur bangunan.
Dengan perhitungan beban gempa yang lebih akurat, keruntuhan bangunan akibat gempa
dapat dihindari.

6. GELOMBANG SEISMIK
6.1.
PENGERTIAN GELOMBANG SEISMIK
Gelombang seismik adalah gelombang elastik yang dapat terekam oleh
seismometer yang menjalar ke seluruh bagian dalam bumi dan melalui permukaan
bumi yang disebabkan karena adanya gangguan di dalam kerak bumi, misalnya
adanya patahan atau adanya ledakan. Efek yang ditimbulkan oleh adanya gelombang
seismik dari gangguan alami (seperti: pergerakan lempeng (tektonik), bergeraknya
patahan, aktivitas gunung api (vulkanik), dsb) adalah apa yang kita kenal sebagai
fenomena gempa bumi.
6.2.
MEKANISME PENJALARAN GELOMBANG SEISMIK
Mekanisme penjalaran gelombang seismik didasarkan pada hukum Snellius,
Prinsip Huygens dan Prinsip Fermat. Penjelasan dari hukum Snellius, Prinsip
Huygens dan Prinsip Fermat dijelaskan sebagai berikut :
a. Hukum Snellius
Ketika gelombang seismik melalui lapisan batuan dengan impedansi
akustik yang berbeda dari lapisan batuan yang dilalui sebelumnya, maka
gelombang akan terbagi. Gelombang tersebut sebagian terefleksikan kembali ke
permukaan dan sebagian diteruskan merambat dibawah permukaan. Penjalaran
gelombang seismik mengikuti Hukum Snellius yang dikembangkan dari Prinsip
Huygens, menyatakan bahwa sudut pantul dan sudut bias merupakan fungsi dari
sudut datang dan kecepatan gelombang. Gelombang P yang datang akan
Teknik Gempa

25

mengenai permukaan bidang batas antara dua medium berbeda akan


menimbulkan gelombang refraksi dan refleksi (Hutabarat, 2009).

Gambar 2.6. Pemantulan dan Pembiasan Gelombang

Sebagian energi gelombang akan dipantulkan sebagai gelombang P dan


gelombang S, dan sebagian lagi akan diteruskan sebagai gelombang P dan
gelombang S (Hutabarat, 2009).
b. Hukum Snellius
Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang
merupakan sumber bagi gelombang baru. Posisi dari muka gelombang dalam
dapat seketika ditemukan dengan membentuk garis singgung permukaan untuk
semua wavelet sekunder. Prinsip Huygens mengungkapkan sebuah mekanisme
dimana sebuah pulsa seismik akan kehilangan energi seiring dengan
bertambahnya kedalaman (Asparini, 2011).

Gambar . Prinsip Huygen (Asparini,


2011)
Teknik Gempa

26

c. Prinsip Fermat
Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan tersingkat
waktu penjalarannya. Dengan demikian jika gelombang melewati sebuah medium
yang memiliki variasi kecepatan gelombang seismik, maka gelombang tersebut
akan cenderung melalui zona-zona kecepatan tinggi dan menghindari zona-zona
kecepatan rendah (Jamady, 2011).
6.3.

JENIS GELOMBANG SEISMIK


6.3.1. Menurut cara bergetarnya gelombang seismik dibagi menjadi dua macam
yaitu:
1. Gelombang Primer (longitudinal/compussional wave)
Gelombang primer dalah gelombang yang arah getarannya searah
dengan arah bergetarnya gelombang tersebut. Gelombang ini mempunyai
kecepatan rambat paling besar diantara gelombang seismik yang lain.
2. Gelombang Sekunder (transversal/shear wave)
Gelombang sekunder adalah gelombang yang raah getarannya
tegak lurus terhadap arah perambatangelombang. Gelombang ini hanya
dapat merambat pada material padat saja dan mempunyai kecepatan
gelombang yan lebih kecil dibandingkan gelombang primer. Muka
gelombang adalah suatu bidang permukaan yang pada suatu saat tertentu
membedakan medium yang telah terusik dengan medium yang belum
terusik. Muka gelombang merupakan potret dari penjalaran usikan.
6.3.2. Berdasarkan bentuk muka gelombang (wave front) , gelombang seismik dapatdibedakan
atas empat macam yaitu:
1. Gelombang Bidang
Gelombang bidang/datar ditimbulkan oleh sumber terkomilasi.
Gelombang bidang menjalar sepanjang satu arah tertentu dengan muka
gelombang yang berupa bidang datar tegak lurus pada arah perambatan.
2. Gelombang Silinder
Gelombang silinder ditimbulkan oleh sumber usikan yang seragam
dan terletak di sepanjang suatu garis lurus. Gelombang silinder menjalar
ke semua arah tegak lurus pada garis sumbu dengan kecepatan yang sama.
3. Gelombang Bola
Gelombang bola/sferis ditimbulkan oleh sumber berupa titik (point
source) yang menjalar ke segala arah menuju ke pusat bola atau menjauhi
pusat bola dengan kecepatan yang sama.
4. Gelombang Kerucut
Gelombang Kerucut ditimbulkan oleh adanya sumber yang
bergerak. Dalam hal ini sumber bergerak lebih cepat dari pada sepat
rambat gelombang itu sendiri dan muka gelombangnya berupa kerucutkerucut bersumbu.

Teknik Gempa

27

6.3.3. Berdasarkan tempat menjalarnya, gelombang seismik dapat dibedakan


menjadi dua bagian, yaitu gelombang tubuh (body wave) yang menjalar
masuk menembus medium dan gelombang permukaan (surface wave) dimana
amplitudonya melemah bila semakin masuk ke dalam medium. Beberapa tipe
gelombang permukaan yaitu:
1. Gelombang Rayleigh (ground roll)
Gelombang Rayleigh adalah gelombang yang merambat pada batas
permukaan saja dan hanya dapat merambat pada media padat serta arah
getarannya berlawanan arah dengan arah perambatannya.
2. Gelombang Love
Gelombang love adalah gelombang yang hanya merambat pada
batas lapisan saja an bergerak pada bidang yang horisontal saja.
3. Gelombang Tabung
Gelombang Tabung merupakan gerak/aliran fluida di sepanjang
sumur pengeboran. Gerakan fluida ini diakibatkan oleh getaran dinding
sumur yang merambat dalam arah axial. Gelombang tabung mempunyai
tiga proses yaitu pertama adalah kontraksi dinding sumur, kedua adalah
merenggangnya dinding sumur, dan ketiga adalah aliran fluida di dalam
lubang sumur.

7. ALAT PENCATAT GEMPA BUMI


7.1.

Seismometer

Seismometer berasal dari bahasa Yunani yaitu seismos berarti gempa bumi
dan metero yang berarti mengukur. Seismometer adalah sebuah alat atau sensor getaran,
yang biasanya dipergunakan untuk mengetahui kekuatan gempa bumi. Seismometer yang
dirangkai dengan alat yang mencatat parameter gempa disebut seismograf. Hasil rekaman
dari alat ini disebut seismogram.
Rekaman ini dapat dipergunakan salah satunya untuk menentukan magnitudo
gempa tersebut. Selain itu dari beberapa seismogram yang direkam ditempat lain, dapat
menentukan pusat gempa atau posisi dimana gempa tersebut terjadi.
Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka kemampuan seismometer
dapat ditingkatkan, sehingga bisa merekam getaran dalam jangkauan frekuensi yang
cukup lebar. Alat seperti ini disebut seismometer broadband.
7.2.

Seismograf

Teknik Gempa

28

Seismograf adalah sebuah perangkat yang mengukur dan mencatat gempa bumi.
Pada prinsipnya, seismograf terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip seperti
pensil. Dengan begitu, dapat diketahui kekuatan dan arah gempa lewat gambaran gerakan
bumi yang dicatat dalam bentuk seismogram.
Seismograf memiliki instrumen sensitif yang dapat mendeteksi gelombang
seismik yang dihasilkan oleh gempa bumi. Gelombang seismik yang terjadi selama
gempa tergambar sebagai garis bergelombang pada seismogram. Seismologist mengukur
garis-garis ini dan menghitung besaran gempa.
Dahulu, seismograf hanya dapat mendeteksi gerakan horizontal, tetapi saat ini
seismograf sudah dapat merekam gerakan-gerakan vertikal dan lateral. Seismograf
menggunakan dua gerakan mekanik dan elektromagnetik seismographer. Kedua jenis
gerakan mekanikal tersebut dapat mendeteksi baik gerakan vertikal maupun gerakan
horizontal tergantung dari pendular yang digunakan apakah vertikal atau horizontal.
Seismograf

modern

menggunakan

elektromagnetik

seismographer

untuk

memindahkan volatilitas sistem kawat tarik ke suatu daerah magnetis. Peristiwa-peristiwa


yang menimbulkan getaran kemudian dideteksi melalui spejlgalvanometer. seismograf
Pada pertengahan abad ke-18, gempa bumi diukur dengan instrumen yang
bernama seismokop. Seismokop adalah peralatan perekam gempa yang paling primitif.

Teknik Gempa

29

Seismokop terdiri dari sebuah kontainer sederhana berisi air atau air raksa. Ketika terjadi
gempa, cairan tersebut akan bergerak naik-turun akibat getaran gempa yang terjadi.
Terobosan besar untuk pengukuran gempa bumi datang pada tahun 1920, ketika
dua ilmuwan Amerika mengembangkan alat yang disebut Wood-Anderson seismograf.
Alat ini lebih sensitif dibandingkan seismograf yang ada pada masa itu, sehingga
langsung banyak digunakan di seluruh dunia dan menjadi cikal bakal seismograf yang
sekarang ada dan berkembang. Saat ini, seismograf banyak digunakan oleh Seismologist
dalam mempelajari sesar dan gempa bumi.
Ketika terjadi gempa, getaran gempa yang terekam adalah gelombang primer
karena kecepatan rambatnya paling tinggi, lalu diikuti oleh rekaman gelombang sekunder
yang memiliki kecepatan rambat lebih rendah dari gelombang primer. Gelombang
permukaan datang paling akhir karena memiliki kecepatan rambat paling rendah.
Seismograf mencatat semua getaran dan kecepatan rambat gempa bumi dalam bentuk
seismogram.
Seismograf memiliki instrumen sensitif yang dapat mendeteksi gelombang
seismik yang dihasilkan oleh gempa bumi. Gelombang seismik yang terjadi selama
gempa tergambar sebagai garis bergelombang pada seismogram. Seismologist mengukur
garis-garis ini dan menghitung besaran gempa.
Umumnya, sebuah seismometer terdiri dari massa yang melekat pada dasar yang
tetap. Selama gempa bumi, basis/dasar bergerak dan massa tidak. Gerakan basis terhadap
massa diubah menjadi tegangan listrik. Tegangan listrik dicatat/direkam di atas kertas,
pita magnetik, atau media rekaman lain. Rekaman ini berbanding lurus dengan gerakan
massa Seismometer relatif terhadap bumi, tetapi bisa dikonversikan secara matematis
kedalam rekaman dari pergerakan mutlak tanah/bumi. Seismograf umumnya merupakan
sebuah seismometer dengan alat perekamnya sebagai satu unit alat.
Pada prinsipnya, seismograf terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip
seperti pensil. Dengan begitu, dapat diketahui kekuatan dan arah gempa lewat gambaran
gerakan bumi yang dicatat dalam bentuk seismogram.

Teknik Gempa

30

Ada dua macam seismograf :


1. Seismograf Horizontal
Seismograf horizontal, yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah
horizontal. Seismometer ini menggunakan pendulum. Ketika terjadi getaran yang arah
geraknya horizontal, maka bola pendulum akan bergerak kesamping dan dibagian
bawahnya ada alat seperti pena untuk menggambarkan grafik getaran yang terjadi pada
sebuah kertas. Akan tetapi penggunaan pendulum yang sederhana ini belum dapat untuk
merekam dengan bagus getaran dengan frekwensi rendah. Untuk mengatasinya,
digunakan inverted pendulum yang terdapat pegas pada kedua sisi bola pendulum.
Sehingga ketika bergetar, maka salah satu pegas akan meredam getaran dan pegas yang
lain memberikan tambahan gaya kepada pendulum yang berakibat pendulum dapat
berosilasi dengan frekwensi yang kecil sehingga getaran berfrekwensi rendah tersebut
akan dapat direkam pada kertas.
Dahulu, seismograf hanya dapat mendeteksi gerakan horizontal, tetapi saat ini
seismograf sudah dapat merekam gerakan-gerakan vertikal dan lateral. Seismograf
menggunakan dua gerakan mekanik dan elektromagnetik seismographer. Kedua jenis
gerakan mekanikal tersebut dapat mendeteksi baik gerakan vertikal maupun gerakan
horizontal tergantung dari pendular yang digunakan apakah vertikal atau horizontal.

Teknik Gempa

31

2. Seismometer Vertical
Seismograf vertical, yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah
vertical. Seismometer ini menggunakan sebuah beban, pegas dan sebuah pena. Beban
digantungkan pada sebuah pegas dengan ujung pegas yang lain tergantung pada sebuah
tempat. Ketika terjadi getaran atau gempa, maka pegas akan segera meregang atau
memendek dan beban akan bergerak karena mempertahankan keadaan inersia/kelebaman
akibat bergerak pegas tersebut. Dibagian bawahnya ada alat seperti pena untuk
menggambarkan grafik getaran yang terjadi pada sebuah kertas.
Seismograf

modern

menggunakan

elektromagnetik

seismographer

untuk

memindahkan volatilitas sistem kawat tarik ke suatu daerah magnetis. Peristiwa-peristiwa


yang menimbulkan getaran kemudian dideteksi melalui spejlgalvanometer. Pada
perangkat pendeteksi getaran modern menggunakan sensor elektronik, amplifier, dan
perangkat untuk merekam data yang didapat. Seismometer modern terdiri dari sebuah
pegas, sebuah bebanyang pada bagian luarnya dililit kumparan, rangkaian amplifier dan
perangkat untuk melihat grafik yang dihasilkan (seperti osiloskop). Prinsip kerjanya
ketika getaran terjadi makan beban akan bergerak, akibat gerakan tersebut akan terjadi
perubahan fluks magnet yang dihasilakan arus melalui kumparan untuk menuju ke
amplifier. Oleh amplifier sinyal yang dihasilkan akan diperkurat dan akan direkam pada
sebuah alat seperti osiloskop.
Peralatan yang penghitungannya menggunakan kaidah logaritma adalah alat
pencatat gempa, seismograf, yang hasilnya dinyatakan dalam skala Richter. Skali ini
pertama kali ditemukan oleh Charles Richter pada tahun 1935.
Skala Richter ditentukan dengan menggunakan rumus R = logM logMo dengan M =
amplitudo terbesar yang mencatat seismograf (dalam mm) dan Mo = amplitudo terbesar
pada gempa level nol dalam episentrum yang sama. Mo ditentukan dengan hampiran dan
bergantung pada jarak antara episentrum dan instrument.
Kerusakan yang ditimbulkan gempa skala richter adalah sebagai berikut :
Ukuran Skala
Keterangan
Richter
1,0 - 3,0
Tidak diberi label oleh manusia.
3,0 - 3,9
Dirasakan oleh masyarakat di sekitar pusat gempa. Lampu
Teknik Gempa

32

4,0 - 4,9
5,0 - 5,9

6,0 - 6,9

7,0 - 7,9

8,0 -

7.3.

gantung mulai goyang.


Terasa sekali getarannya. Jendela bergetar, permukaan air beriakriak, daun pintu terbuka-tutup sendiri.
Sangat sulit untuk berdiri tegak. Porselin dan kaca pecah, dinding
yang lemah runtuh, dan permukaan air di daratan terbentuk
gelombang air.
Batu runtuh bersama-sama, runtuhnya bangunan bertingkat tinggi,
rubuhnya bangunan lemah, retakkan di dalam tanah. Dapat
menimbulkan kerusakan pada fisik dan menimbulkan korban jiwa
manusia pada radius sampai 100 kilometer.
Pada skala ini termasuk gempa bumi besar. Dapat menyebabkan
kerusakan serius pada daerah yang lebih luas. Tanah longsor,
jembatan roboh, bendungan rusak dan hancur. Beberapa bangunan
tetap, keretakan besar di tanah, rel kereta api rusak. Terjadi
kerusakan total di daerah gempa.
Gempa bumi besar. Dapat menyebabkan kerusakan serius di
beberapa daerah dalam radius seratus kilometer dari wilayah
gempa.

Accelerograph
Alat yang digunakan untuk merekam goncangan permukaan tanah yang

mengukur percepatan permukaan tanah dinamakan Accelerograph. Pada umumnya


Accelerograph dipasang pada daerah-daerah perkotaan yang populasinya lebih padat
akan penduduk, dimana fungsi alat tersebut untuk investigasi varisasi terhadap response
guncangan/getaran karena struktur geologi setempat. Dengan adanya informasi dari
Accelerograph terhadap gempa-gempa kecil dan kuat, maka dapat dicirikan karakteristik
semua jenis permukaan tanah yang dapat digunakan untuk konstruksi bangunan. Daerah
rawan gempa bumi dirancang konstruksi bangunannya sebelum gempa bumi besar
terjadi. Rekaman getaran tanah akan sangat bermanfaat pada pembuatan Building Code
untuk keamanan bangunan.Informasinya juga dapat dijadikan masukan/input terhadap
pengambilan keputusan dalam rencana pengembangan tata ruang dan tata kota.
8. PENENTUAN JARAK ATAU SUMBER GEMPA
Untuk menentukan lokasi sumber gempabumi diperlukan data waktu tiba
gelombang seismik dengan sekurang kurangnya 4 data waktu tiba gelombang P.
Sedangkan penentuan magnitude gempa memerlukan pengukuran amplitude, dan periode
Teknik Gempa

33

atau lamanya gelombang tersebut tercatat di suatu stasiun . Selain itu juga diperlukan data
posisi stasiun yang digunakan dan model kecepatan gelombang seismik. Episenter gempa
dapat ditentukan secara manual. Metode-metode tersebut dijabarkan sebagai berikut :
8.1.

Metoda Lingkaran Dengan Tiga Stasiun.

Dianggap ada tiga stasiun pencatat , masingmasing S, S2, dan S3. Dengan
menggunakan dua data stasiun pencatat , S2 dan S3 sebagai pusatnya, dibuat lingkaranlingkaran dengan jari-jari :
r2 = v ( t2 t1 )
r3 = v ( t3 t1 )
dengan :
r = jari-jari lingkaran.
v = kecepatan gelombang
t = waktu tiba gelombang
Episenter yang dicari adalah pusat sebuah lingkaran yang melalui S dan
menyinggung kedua lingkaran yang berpusat di S2 dan S3 tersebut.
Pada penggunaan praktis, metode ini dilakukan dengan cara berulang-ulang
mencoba membuat lingkaran ketiga sehingga didapatkan titik E yang terbaik. Dengan
demikian metode ini kurang dapat diandalkan, karena kualitas penentuannya tergantung
pada ketelitian penggambaran ketiga lingkaran tersebut.

Gambar Penentuan episenter dengan metode lingkaran tiga stasiun


Teknik Gempa

34

8.2.

Metode Hiperbola

Bila dianggap kecepatan gelombang seismik v konstan dengan tiga stasiun S1,
S2 dan S3 diukur waktu tiba gelombang seismik pada ketiga stasiun itu adalah jam t1, t2,
dan t3 dimana t3 > t2 > t1, maka dengan menggunakan pasangan stasiun S1 dan S2,
episenternya harus terletak pada sebuah kurva dengan harga t2 t1 konstan. Kurva
semacam ini berupa hiperbola dengan S1 dan S2 sebagai titik fokusnya. Karena telah
diketahui t2 > t1 maka kurva hiperbolanya cekung kearah titik titik S1. Dengan cara yang
sama dilakukan lagi untuk pasangan stasiun S2, S3 dan S3, S1. Ketiga hiperbola ini
berpotongan pada suatu titik dan titik potong ini adalah episenternya.

8.3.

Metode Titik Berat

Dalam metode ini selain didapat koordinat episenter, kedalaman fokusnya juga
dapat ditentukan. Dengan menggunakan tiga stasiun pencatat S1, S2, dan S3 dapat dibuat
masing-masing lingkaran dengan pusat stasiun dan jari jari r1, r2 dan r3. Jari-jari
lingkaran adalah jarak hiposenter d = (s-p) k, dimana k adalah konstanta Omori yang
besarnya tergantung pada kondisi geologi setempat dan besarnya sekitar 7,8.
Sedangkan (s-p) adalah beda waktu tiba gelombang S dan P. Koordinat episenter
E merupakan perpotongan garis berat ketiga lingkaran tersebut. Garis berat lingkaran 1
dan 2 adalah garis yang menghubungkan perpotongan lingkaran 1 dan lingkaran 2 (garis
AB). Garis berat lingkaran 1 dan 3 adalah garis yang menghubungkan perpotongan
lingkaran 1 dan lingkaran 3 (garis CD). Sedang Garis berat lingkaran 2 dan 3 adalah garis
yang menghubungkan perpotongan lingkaran 2 dan lingkaran 3 (garis EF).

Teknik Gempa

35

Gambar Penentuan episenter metode titik berat


Kedalaman hiposenter (h) dapat diperoleh dengan rumus Pythagoras,
h1 = (r12 (S1 Ep)2)1/2
h2 = (r22 (S2 Ep)2)1/2 , dan h3 = (r32 (S3 Ep)2)1/2 dimana h merupakan rata-rata
dari h1, h2 , dan h3 .
Dengan metode ini dapat pula ditentukan waktu kejadian gempa (origin time).
Untuk menentukan origin time dengan pendekatan (s-p) digunakan grafik Wadati seperti
terlihat pada gambar berikut.

Teknik Gempa

36

Gambar Grafik Wadati tp adalah waktu tiba gelombang P dan to adalah origin time dan
besarnya gradien mendekati angka 1,73.
8.4.

Metode Gerak Partikel

Metode Gerak Partikel (particle motion) dipakai untuk menentukan hiposenter


(episenter dan kedalamannya) dengan menggunakan satu stasiun yang memiliki 3
komponen. Dalam penentuan ini arah awal impuls ketiga komponen (kompresi atau
dilatasi) harus jelas. Variabel yang dipakai adalah setengah amplitude awal impuls
gelombang P ketiga komponen dan beda waktu gelombang S dan P atau (s-p). Prosedur
penentuannya adalah sebagai berikut:
Tentukan dahulu arah impuls awal ketiga komponen (kompresi atau dilatasi).
Perhatikan rekaman komponen vertikal: jika komponen vertikal kompresi, maka
pada komponen horizontalnya tandanya harus dibalik (C = minus, D = plus), sebaliknya
jika komponen vertikal dilatasi maka komponen horizontalnya tandanya tetap ( C = plus,
D = negatif).
Dari bacaan amplitude komponen horizontal dibuat vektor resultannya, misalnya AH.
Dari bacaan amplitude komponen vertikal (AV) dan AH dibuat vektor resultannya,
misalnya AR.

9. PHOTO PHOTO GEMPA


Teknik Gempa

37

Gempa Bumi di Indonesia

Gempa Bumi di Jepang

Teknik Gempa

38

Jembatan Siti Nurbaya

Teknik Gempa

39

Peristiwa Tsunami di Jepang

Teknik Gempa

40

BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terbentuknya bumi dan alam semesta dikarenakan dahulu Kira-kira 250 juta
tahun yang lalu sebagian besar kerak benua di Bumi merupakan satu massa
daratan yang dikenal sebagai Pangea. Kemudian, kira-kira dua ratus juta tahun
yang lalu Pangea terpecah menjadi dua benua besar yaitu Laurasia, yang
sekarang terdiri dari Amerika Utara, Eropa, sebagian Asia Tengah dan Asia
Timur; dan Gondwana yang terdiri dari Amerika Selatan, Afrika India,
Australia dan bagian Asia lainnya. Bagian-bagian dan dua benua besar ini
kemudian terpecah-pecah, hanyut dan bertubrukan dengan bagian lain.
2. Lapisan lapisan dibumi Bumi tempat kita tinggal saat ini merupakan salah
satu anggota tata surya dengan matahari sebagai pusatnya. Jarak bumi dengan
matahari sekitar 150 juta km. Bumi berbentuk bulat pepat dengan jari-jari
6.370 km. Bumi merupakan planet dengan urutan ketiga dari delapan planet
yang dekat dengan matahari.
3. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi).
Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang di
alami selama periode waktu. Selain itu gempa bumi juga disebabkan karena
Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah ,
letusan gunung merapi dan masih banyak lainnya penyebab gempa.
4. Gelombang Seismik merupakan rambatan energi yang disebabkan karena
adanya gangguan di dalam kerak bumi, misalnya adanya patahan atau sesar.
Energi ini akan merambat ke seluruh bagian bumi dan dapat terekam oleh
seismometer.
5. Alat alat yang mencatat getaran gempa dan hasil getarannya adalah
seismometer , seismograf, dan Accelerograph.

Teknik Gempa

41

6. Cara mencari sumber atau jarak gempa adalah dengan menggunakan beberapa
metode, yaitu : Metode Lingkaran Tiga Stasiun, Metoden Hiperbola, Metode
Titik Berat, Metode Gerak Partikel.
2. Saran
Ada beberapa saran yang perlu disampaikan mengacu pada hasil pembahasan
ini antara lain :
1. Masyarakat harus lebih tanggap terhadap tanda tanda akan terjadinya
gempa.
2. Pemerintah sebaiknya mengadakan penyuluhan mengenai tanda tanda, efek,
dan sebab terjadinya gempa.
3. Upaya upaya yang perlu dilakukan oleh masyarakat dapat dibagi menjadi 3
bagian, sebagai berikut:
A. Upaya penanggulangan sebelum terjadi gempa:
1. Mengetahui pintu-pintu keluar masuk untuk keadaan darurat.
2. Barang/benda yang berbobot berat disimpan di tempat yang kokoh
dan stabil terhadap guncangan.
3. Pipa saluran gas dan pipa saluran air dipastikan tidak bocor dan
tertutup baik saat tidak digunakan untuk mencegah bencana
pengiring gempa seperti kebakaran dan gangguan sanitasi.
4. Kabel-kabel listrik ditata rapi untuk menghindari hubungan singkat
akibat guncangan dan dipastikan sekering berfungsi dengan baik.
B. Upaya penanggulangan saat terjadi gempa:
1. Jika berada di dalam bangunan: usahakan tetap tenang dan tidak
panic, gunakan pintu dan tangga darurat untuk keluar dan jangan
menggunakan lift atau elevator, jangan berlindung di bawah
jembatan, jalan laying, ataupun benda-benda yang menggantung
tapi berlindunglah di bawah meja yang kokoh, dan jangan dulu
masuk bangunan sebelum dipastikan tidak terjadi gempa susulan
selang beberapa lama.
2. Jika berada di luar bangunan: carilah tanah lapang, jangan
berlindung di bawah pohon atau di tempat dekat tiang/gardu listrik,
dan jika getaran gempa kuat, ambillah posisi duduk daripada
berdiri.
3. Jika sedang mengemudikan kendaraan; hentikan perjalanan dan
segera menepi, jangan memberhentikan kendaraan di atas jembatan,
jalan laying, atau persimpangan jalan, dan jangan segera
Teknik Gempa

42

melanjutkan perjalanan sebelum dipastikan tidak terjadi gempa


susulan selang beberapa lama.
C. Upaya penanggulangan setelah terjadi gempa:
1. Periksa diri Anda dan orang di sekeliling Anda apakah baik-baik
saja atau mengalami luka-lukaa.
2. Jika terdapat korban yang mengalami luka-luka, gunakan kotak
P3K sebagai pertolongan pertama dan segera bawa ke
Puskesmas/rumah sakit terdekat.
3. Nyalakan radio atau televise untuk mengetahui informasi dari
instansi pemerintah.
4. Jika getaran gempa cukup kuat, dirikanlah untuk sementara tendatenda darurat di halaman atau tanah lapang untuk menghindari
gempa susulan.
5. Periksa keadaan rumah dan sekeliling rumah Anda, jika terdapat
puing-puing segera dibersihkan.

DAFTAR PUSTAKA

Teknik Gempa

43

http://nuroel-grafika.blogspot.com/2013/12/materi-geografi-prediksi-un-sma-part-3.html
http://prezi.com/jb0a4yy03r2q/pergerakan-lempeng-bumi/
http://indraharsono12.wordpress.com/berita/penyebab-terjadinya-gempa-bumi-dancara-penanggulangan/
http://fiflowers.wordpress.com/geofisika/gempabumi/penyebab-terjadinyagempabumi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Gelombang_seismik
http://maslakulfalahklaling.blogspot.com/2013/05/lapisan-bumi-danpenjelasannya.html
http://garda-pengetahuan.blogspot.com/2014/03/macam-macam-jenis-glombangdalam-fisika.html
http://terbentuknya-bumi.blogspot.com/2013/04/proses-terbentuknya-bumi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tektonika_lempeng
http://id.wikipedia.org/wiki/Seismometer
http://www.bakosurtanal.go.id/berita-surta/show/mencari-cara-memprediksi-gempabumi
http://softilmu.blogspot.com/2014/01/sejarah-terbentuknya-bumi.html
http://zonegeologi.blogspot.com/2012/03/teori-pergerakan-lempeng.html
http://teguhpendirian.wordpress.com/2012/12/09/pergerakan-lempeng-tektonikdan-hubungannya-dengan-fenomena-geologi/

Teknik Gempa

44

Anda mungkin juga menyukai