Anda di halaman 1dari 6

PENYAKIT NON INFEKSI

YANG DISEBABKAN OLEH


PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN
1.

Pb (Plumbum)/Timah Hitam/ Lead


Plumbum (Pb) atau yang biasa disebut timah hitam dapat ditemukan di sekitar
kita, contohnya pada
1. Udara : asap kendaraan bermotor, cat, keramik, tambang, bengkel, pabrik
baterai, peluru, kohl)
2. Air yang tercemar
3. Makanan yang tercemar
Kelainan yang disebabkan oleh Plumbum dibagi menjadi 2 klasifikasi, yaitu :
1.
keracunan Pb akut
: neurotoksik, paresthesia, encephalitis, GI
2.

alteration, rasa astringen dan metal pada mulut, hemolisis, nefrotoksik.


keracunan Pb kronik
:
GI,
Neuromuskuler,
Neurologis,
tergangguya memori jangka pendek, depresi, nausea, nyeri perut,
koordinasi terganggu, baal dan kesemutan pada ekstremitas, nyeri kepala,
stupor, hiperkinetik / agresif, gangguan penglihatan (TON).

Intoksikasi Pb dapat mengenai organ :


1. Tingkat Selular
Efek toksik dari Plumbum menyebabkan terhambatnya fungsi sel yang
melibatkan ion kalsium. Hal ini dikarenakan Plumbum akan mengikat protein
yang biasanya berikatan dengan Ca dengan kekuatan 105 kali lebih kuat daripada
ion Ca sendiri. Pb dan ion Ca akan berkompetisi di permukaan membran plasma
untuk masuk ke dalam sel, lalu setelah itu Pb masuk ke dalam sel, Pb akan
mengganggu proses buffering Ca oleh retikulum endoplasma, mitokondria, dan
protein sel sehingga mengganggu homeostasis sel. Selain itu, terdapat adanya
interaksi antara Pb dan Ca di mitokondria. Pb juga berinteraksi dengan efektor
yang dependent Ca, seperti calmodulin, protein kinase C, Ca dependant K
channel, dan pelepasan neurotransmitter.
2. Neurovaskular
Toksiksitas Plumbum pada tingkat selular, intraselular, dan molekular
bermacam-macam, yaitu dapat melalui voltage gate channel, sistem messenger
kesatu, dua, dan ketiga, juga dapat mereorganisasi otak dengan cara :
-

mengurangi densitas oligodendrit


deposisi di myelin

sinaptogenesis di kortikal
induksi dari sel glial prekoks
memblok voltage sensitive Ca channel
mengganggu kerja neurotransmitter
disorganisasi pruning sinaps
mengganggu kerja protein kinase

Salah satu penelitian atrofi white matter, di parietal, meningkatnya lesi di


white matter, total volume otak, gray matter frontal dan total menurun. Juga
ditemukan tingginya tingkat Pb di tulang terasosiasi dengan mengecilnya gyrus
cingulata dan insula.
Anatomi otak anak yang sedang berkembang berbeda dengan orang dewasa,
yaitu mikrovaskulaturnya lebih rentan terhadap bahan toksik. Ensefalopati yang
disebabkan keracunan Pb ditandai dengan adanya

perdarahan cerebellar,

permeabilitas BBB meningkat, dan adanya edema vasogenik. Pada penelitian


ditemukan bahwa adanya kerusakan pada BBB sehingga dapat terjadi enselofati
hemoragik.
Sedangkan gangguan motorik yang ditemukan, lebih disebabkan oleh porfiria
yang disebabkan Plumbum, bukan merupakan efek neurotoksik langsung dari
Plumbum.
Efek yang lain yang ditemukan adalah adanya efek pada nervus auditori,
dengan cara mengintervensi konduksi nervus di distal dan di lower brainstem
pathway.
Pada keracunan Pb akut dengan kadar Pb yang tinggi, ensefalopati yang terjadi
karena kerusakan BBB dapat menyebabkan koma dan kejang. Kerusakan BBB
dikarenakan adanya Pb yang merubah fungsi sel endotel.

3. Sistem pencernaan
4. Pembuluh darah
Nefropati yang disebabkan oleh jumlah kumulatif berlebihan dari Pb,
lama

kelamaan

dapat

menyebabkan

nephritis

interstitial

yang

dapat

menyebabkan hipertensi dan gout. Yang ketiga adalah hipertensi yang


dikarenakan Pb. Paparan Pb dalam dosis kecil akan mempercepat terjadinya
CKD dan mempercepat progresivitasnya.

Increased blood pressure


5. Penelitian Nawrot et al membuktikan bahwa peningkatan 2x kadar Pb
dalamdarah akan meningkatkan 1mmHg sistol dan 0.6mmHg diastol.

6. Hematopoiesis
Pb akan tersimpan di sumsum tulang untuk jangka waktu yang lama
dengan bentuk waktu paruhnya. Pb berikatan dengan dengan eritrosit (selama 30
hari, sampai mencapai waktu paruhnya, pada anak- anak dapat mencapai 10
bulan), lalu akan bermigrasi ke jaringan lunak terutama otak, ginjal, jaringan
syaraf, dan sumsum tulang.
Pb, berikatan dengan sufhidryl akan mengintervensi kerja enzim dalam tubuh,
salah satunya adalah mengganggu proses asam aminolevulinic dan mengganngu
besi berikatan menjadi protoporfirin, hal ini menyebabkan produksi heme
terganggu dan meyebabkan anemia.
7. Ginjal
Sebagian besar Plumbum diekskresikan melalui ginjal dan saluran
empedu, bergantung dari organ yag terkena. Ginjal mengekskresikan Pb, yang
bersifat bidireksional pada epitel tubular ginjal,dengan kecepatan 1-3 mL/min.
Plumbum akan menghambat kerja sel tubular proximal. Abnormalitas yang dapat
ditemukan adalah aminoaciduria, phosphaturia, glikosuria (syd. Fanconi). Efek
ini bersifat reversibel. Nefropati lebih banyak dilaporkan terjadi pada anak. Gout
dan nephritis interstitial yang terjadi karena keracunan Plumbum biasanya
merupakan efek dari eksposur kronik Pb di pekerjaannya.

8. Sistem Enzim
Plumbum mempunyai afinitas yang tinggi terhadap silhydrl, karena itu
Plumbum berefek toksik bagi banyak

sistem enzim.

Plumbum akan

mengintervensi biosintesis dari heme. Pada dosis rendah, Pb akan menyebabkan


mikrositosis, dengan cara merusak fungsi dari enzim delta-aminolevulinic acid
dehydratase,

yang

merupakan

katalisator

untuk

pembentukan

cincin

phorphobilinogen. Enzim Ferrochelatase yang berfungsi untuk inkorporasi Fe dan


cincin protoporfirin, juga terganggu. Enzim ini mulai terganggu dengan kadar
5g/dL. Jika tidak ada Fe yang mencukupi untuk membuat heme, makan Zinc lah
yang akan menggantikan Fe.
9. Sistem Reproduksi
Laki-laki jumlah dan motilitas sperma menurun
Wanita infertilitas, lahir mati, abortus, lahir kurang berat, siklus menstruasi
tidak teratur
10. Sistem Muskuloskeletal
Plumbum akan menghambat 1,25-dihydroxyvitamin D-3 yang fungsinya adalah
meregulasi fungsi sel tulang lalu men=rubah fungsi tulang dalam merespon
hormon yang berfungsi untuk sintesis bagian-bagian tulang tersebut. Plumbum
juga dapat menghambat sintesis kolagen dari tulang yang merupakan bagian dari
matrix tulang. Dan yang terakhir Pb akan mengsubtitusi Ca yang berakibat fungsi
tulang terganggu.
2.

Kesadahan air
Kesadahan air adalah keadaan air dimana air tersebut mengandung kadar
mineral yang tinggi sehingga menyebabkan pH air meningkat.

Calsium
Kadar ion kalsium pada air yang lebih dari yang direkomendasikan akan
membuat pH air yang terkontaminasi kalsium menjadi alkali (air keras). Air alkali
dapat menyebabkan kelainan pada kulit. Kulit yang terpapar oleh air keras akan
menyimpan ion kalsium di dalam sel kulit, sehingga air yang seharusnya
disimpan di dalam sel kulit, dan membuat kulit terlihat lembab, tidak dapat
masuk. Akibatnya akan terjadi pengerutan pada sel kulit sehingga akan terlihat
keriput. Selain itu air alkali juga tidak dapat melarutkan bahan pembersih (sabun,

shampoo, deterjen) dengan baik, dan menimbulkan residu dari bahan - bahan
pembersih tersebut. Residu dari bahan pembersih ini dapat menyumbat pori-pori
kulit, menjadikan kulit kering, terdapat flakes, dan gatal. Dermatitis yang terjadi
tidak secara langsung disebabkan oleh residu pembersih, namun diperparah
dengan adanya hal tersebut.
3.

Sulfat
Kadar sulfat yang tinggi pada air dicurigai menyebabkan diare osmotik pada
anak, disebabkan sulfat yang tidak dicerna oleh usus.

4. Fe
Kontaminasi Fe pada air, dan tanah sudah banyak ditemukan. Garam besi Fe
(II) merupakan bentuk tidak stabil, dan nantinya akan diubah menjadi bentuk Fe (III)
hidroksida, yang menimbulkan warna seperti karat. Kadar Fe yang tinggi dalam air
meningkatkan pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan, menyebabkan lendir pada
pipa. Jika kadar Fe berlebihan ditemukan pada makanan laut, maka Fe yang ada akan
berkontribuasi pada terjadinya keracunan makanan. Sayuran yang tumbuh pada
tanah yang tercemar juga akan mengandung Fe yang tinggi. Efek dari bakteri besi
tidak berpengaruh langsung pada kesehatan, namun akan menimbulkan bau, korosi
pada sistem pipa, mengurangi well yields, dan meningkatkan infestasi bakteri sulfur
5.

Zat Organik
Polusi zat organik adalah polusi oleh bahan organik seperti sampah basah.
Pada saat zat organik terdapat di air, makan jumlah dekomposer juga semakin
banyak. Dekomposer yang banyak membutuhkan oksigen yang banyak sehingga,
akan terjadi kekurangan oksigen pada air tersebut. Tanaman dan ganggang air akan
mati, sebagai akibatnya akan menambah jumlah zat organik, dan juga mendeplesi
kadar oksigen dalam air, sehingga air menjadi hipoksia. Keadaan hipoksia ini dapat
menjadi media pertumbuhan bagi bakteri anaerobic, contohnya adalah Clostridium
botulinum, yang juga toksik bagi mamalia dan burung.

6.

Nitrat dan nitrit


Polusi nitrat pada air diasosiasikan dengan metheoglobinemia, kanker
( compounds N-nitro), hipertensi, meningkatnya angka kematian bayi, CNS defek,
DM, aborsi, ISPA, dan berubahnya sistem imun.
Met-Hb dibentuk ketika Nitrite mengoksidasi Fe(II) di hemoglobin menjadi
Fe(III). Met-Hb tidak dapat mengikat oksigen, dan menyebabkan gejala seperti
sianosis, stupor, cerebral anoxia. Pada keadaan normal Met-Hb dalam darah

kadarnya adalah <2% . Gejala dari Methhemoglobinemia muncul setelah kadar MetHb >10%. Kadar nitrogen dan phosphate yang berakumulasi dalam air dapat
menyebabkan tumbuhan dan algae dalam ekosistem berkembang pesat, sehingga
konsumsi oksigen air bertambah, yang akan membuat kondisi air hipoksia.
7.

Nitrit

8.

pH
Pada air yang asam terdapat partikel sulfur dioxide (SO 2) dan nitrogen oxides
(NOx) yang akan berinteraksi dengan udara dan membentuk partikel sulfat dan
nitrate. Partikel ini dapat terbawa angin dengan jarak yang jauh dan dapat terhidup
oleh paru-paru. Peneliti membukatikan adanya hubungan antara partikel halus dan
meningkatnya kematian karena kelainan jantung dan paru.
Air alkali akan menetralkan asam lambung. Keasaman lambung yang
terganggu dapat menyebabkan menurunnya sistem kekebalan pada saluran
pencernaan, karena asam lambung jumlahnya kurang untuk membunuh bakteri yang
masuk. Selain itu, air basa juga dapat menyebabkan malabsorbsi sehingga dapat
menyebabkan malnutrisi.
9. Coliform
Adanya coliform di dalam air dapat menyebabkan hemolytic uremic syndrome,
yaitu kumpulan gejala yang muncul ketika toxin dari coliform mendestruksi eritrosit.
Gejala nya dapat berupa muntah dan diare, dapat disertai oleh darah, output urin
menurun atau berhenti.

Gejala lanjut yang dapat ditemukan adalah hematom,

penurunan kesadaran, kejang, petechiae, jaundice, anemia. Komplikasi yang dapat


terjadi adalah masalah pembekuan darah, gagal ginjal, trombositopenia, dan uremia.

Anda mungkin juga menyukai