Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Banyak masyarakat Indonesia sampai saat ini yang mengabaikan arti dari negara dan
konstitusi. Bahkan bukan hanya mengabaikan, namun banyak juga yang tidak mengetahui
makna dari negara dan konstitusi tersebut. Golongan masyarakat yang demikian sepertinya
kurang pemahaman pendidikan tentang negara dan konstitusi Indonesia. Terlebih di era
globalisasi ini masyarakat dituntut untuk mampu memilah-milah pengaruh positif dan negatif
dari globalisasi tersebut. Dengan pendidikan tentang negara dan konstitusi diharapkan
masyarakat Indonesia mampu mempelajari dan memahami makna negara dan konstitusi yang
merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Negara yaitu suatu tempat yang di dalamnya di diami oleh
banyak orang yang mempunyai tujuan hidup yang bermacam-macam dan berbeda-beda antara satu
orang dengan orang yang lain, sedangkan konstitusi adalah salah satu norma hukum dibawah

dasar Negara. Pernyataan-pernyataan tersebutlah yang membuat penulis mengangkat


permasalan tersebut ke dalam tema makalah ini yang berjudul Negara dan Konsitusi
Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, dapat dirumuskan masalahmasalah yang akan dibahas pada penulisan kali ini. Adapun yang akan dibahas dan menjadi
rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Negara?
2. Apa yang dimaksud dengan Konstitusi?
3. Apakah pengaruh konstitusi terhadap suatu Negara khususnya Negara Indonesia?

1.3 TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka didapatkan beberapa tujuan sebagai


berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian negara
2. Untuk mengetahui pengertian konstitusi
3. Untuk mengetahui pengaruh konstitusi terhadap negara Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. NEGARA
2.1.1. Pengertian Negara
Secara historis pengertian Negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi
masyarakat pada saat ini. Pengertian tentang Negara telah banyak di definisikan oleh para
ahli filsuf Yunani Kuno, para ahli abad pertengahan, sampai abad modern. Beberapa pendapat
tersebut antara lain:
a) Pendapat Aristoteles (Schmandt, 2002), negara adalah komunitas keluarga dan
kumpulan keluarga yang sejahtera demi kehidupan yang sempurna dan
berkecukupan.
b) Jean Bodin (Schmandt, 2002), negara sebagai pemerintahan yang tertata dengan
baik dari beberapa keluarga serta kepentingan bersama mereka oleh kekuasaan
berdaulat.
c) Riger Soltau, (Budiardjo, 2007; Agustino, 2007; Kaelan dan Achmad Zubaidi,
2007), negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan
persoalan bersama atas nama masyarakat.
d) Robert M. Mac Iver (Soehino,1998;Agustino,2007), negara adalah asosiasa yang
menyelenggarakan penertiban dalam suatu wilayah berdasarkan sistem hukum
diselenggarakan oleh pemerintah diberi kekuasaan memeksa.
e) Miriam Budiardjo (2007), negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya
diperintah oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dari warganya untuk
ketaatan melalui kekuasaan yang sah.
f) Negara adalah suatu wilayah yang ditempati sekelompok manusia yang dipimpin
oleh suatu pemerintahan yang berdaulat.
2.1.2. Teori Terjadinya Negara
a) Teori Teokrasi
Menurut teori ini, negara berdasarkan kehendak Tuhan. Paham ini muncul
bahwa keyakinan keagamaan bahwa Tuhanlah maha pencipta di langit dan bumi,
pemegang kekuasaan tertinggi, tiada kekuasaan di dunia ini yang tidak berasal dari

tuhan, termasuk negara. Penganut teori ini Thomas Aquinas, Agustinus, FJ. Sthal,
maupun Hegel.
b) Teori Organik
Teori ini pertama kali diperkenalakan oleh Plato bahwa negara organik
bukanlah rakyat semata yang menjadi badan politik, juga bukan orang yang tinggal di
wilayah geografis saja, tapi negara harus ada ikatan yang muncul yaitu keadilan.
Negara muncul karena ada kebutuhan yang sangat banyak dan beragam.
c) Teori Perjanjian
Teori perjanjian masyarakat memandang terjadinya suatu Negara karena
adanya perjanjian masyarakat.
d) Teori Kekuasaan
Menurut teori kekuasan, siapa yang berkemampuan untuk memiliki kekuasaan
atau berhasil mencapai kekuasaan, selayaknya memegangg pucuk pemerintahan.
e) Teori Kedaulatan
Teori kedaulatan rakyat memandang keberadaan Negara karena adanya
kekuasaan tertinggi yang mampu mengatur kehidupan bersama masyarakat (negara).

2.1.3. Bentuk Negara


a) Negara Kesatuan (unitaris)
Negara kesatuan adalah Negara yang tersusun tunggal, Negara yang hanya berdiri
satu Negara saja, tidak terdapat Negara dalam suatu Negara.
Dalam pelaksanaan pemerintah derah di nrgara kesatuan dapat di laksanakan dengan
dua alternative sistem, yaitu:

Sistem desantralisasi, dimana daerah-daerah diberikan keleluasaan dan kekuasaan


untuk mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi)

Sistem sentralisasi: dimana segala sesuatu urusan dalam Negara tersebut langsung
diatur an di urus oleh pemerintah pusat, termasuk segala hal yang menyangkut
pemerintahan dan kekuasaan di daerah.
b) Negara Serikat (federasi)
Negara serikat adalah Negara yang merupakan gabungan dari beberapa, kemudian

menjadi negara-negara bagian dari pada suatu Negara serkat.


2.1.4.

Negara Indonesia
Berdasarkan berbagai teori terjadinya negara, kedaulatan Negara, serta bentuk dan

tujuan Negara, maka Negara Indoneia yang di proklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, dapat
dijelaskan secara teoristis sebagai berikut:
a) Lahirnya Negara Indonesia
Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 dalam Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia yang melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara Kesatuan RI
bukanlah merupakan tujuan terakhir perjuangan bangsa Indonesia, melainkan merupakan alat
untuk melanjutkan perjuangan bangsa Indonesia mencapai cita-cita, membentuk masyarakat
adil makmur, aman sentosa berlandaskan pancasila.
Meskipun ditinjau berdasarkan unsur-unsur yang membentuk negara, hampir semua
negara memiliki kesamaan, namun ditinjau dari segi tumbuh dan terbentuknya negara serta
susunan negara, setiap negara di dunia ini memiliki spesifikasi serta ciri khas masing-masing.
Demikian pula negara-negara lain di dunia tumbuh dan berkembang dengan ciri khas dan
sejarahnya masing-masing.
Demikian pula Negara Indonesia tumbuh dan berkembang dengan dilatar belakangi
oleh kekuasaan dan penindasan bangsa asing seperti penjajahan Belanda dan Jepang. Oleh
karena, itu bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dilatar belakangi oleh adanya kesatuan
nasib, yaitu bersama-sama dalam penderitaan di bawah penjajahan bangsa asing serta
berjuang merebut kemerdekaan. Selain itu yang sangat khas bagi bangsa Indonesia adalah
unsur-unsur etnis yang membentuk bangsa itu sangat beraneka ragam, baik latar belakang

budaya seperti bahasa, adat kebiasaan serta nilai-nilai yang dimilikinya. Oleh karena itu
terbentuknya bangsa dan negara Indonesia melalui suatu proses yang cukup panjang.
Sejak masa sebelum bangsa asing menjajah Indonesia, seperti masa kejayaan kerajaan
Kutai, Sriwijaya, Majapahit dan kerajaan-kerajaan lainnya. Kemudian datanglah bangsa asing
ke Indonesia maka bangsa Indonesia saat itu bertekad untuk membentuk suatu persekutuan
hidup yang disebut bangsa, sebagai unsur pokok negara melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928. Isi sumpah itu merupakan suatu tekad untuk mewujudkan unsur-unsur negara yaitu
satu nusa (wilayah) negara, satu bangsa (rakyat), dan satu bahasa, sebagai bahasa pengikat
dan komunikasi antar warga negara, dan dengan sendirinya setelah kemerdekaan kemudian
dibentuklah suatu pemerintahan negara.
Prinsip-prinsip negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang terkandung di
dalam Pembukaan UUD 1945. Kita dapat mempelajari serta menelaah dokumen kenegaraan
Indonesia, diantaranya adalah Pembukaan UUD 1945 terutama pada alenea satu sampai tiga
yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Alinea I, menjelaskan tentang latar belakang
terbentuknya negara dan bengsa Indonesia, yaitu tentang kemerdekaan adalah hak kodrat
segala bangsa di dunia yang sadar dan bangkit melawan penjajah, dan penjajahan itu tidak
sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan oleh karena itu harus dihapuskan. Alinea
ke II menjelaskan tentang perjalanan perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan
kemerdekaan, alinea III menjelaskan tentang kedudukan kodrat manusia Indonesia sebagai
bangsa yang religious yang kemudian pernyataan kemerdekaan.
b) Kedaulatan Indonesia
Pernyataan bangsa Indonesia terkait dengan kedaulatan Indonesia dapat diketahui
dalam pembukaan UUD 1945 pada alenea empat. Adapun alinea IV, menjelaskan tentang
terbentuknya bangsa dan negara Indonesia, yaitu adanya rakyat Indonesia, pemerintahan
negara Indonesia yang disusun berdasarkan Undang-Undang Dasar negara, wilayah negara
serta dasar filosofis negara yaitu Pancasila (Notonagoro, 1975). Ketentuan lain dapat
dijumpai pada pasal 1 ayat (1) UUD 1945 Amandemen, Kedaulatan ada ditangan rakyat dan
dilakukan menurut Undang0Undang dasar. Pasal ini dengan tegas menyebut, bahwa
Kedaulatan Negara bersumber pada kedaulatan rakyat, dan rakyat sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi, yang pelaksanannya dilakukaan berdasarkan Undang-Undang Dasar..

Dengan memperhatikan pasal tersebut maka, bangsa Indonesia menyatakan dirinya


secara langsung dalam UUD 1945 bahwa Indonesia menganut teori kedaulatan rakyat, yang
pelaksanaannya kembali diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen. Disamping
pengakuan kedaulatan rakyat, bangsa Indonesia juga dipengaruhi pada teori kedaulatan
hukum, dimana dalam tujuan pokok pikiran yang terkandung dalam UUD 1945, sebagaimana
pernah dimuat dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Amandemen, menyatakan, Indonesia
adalalah Negara hukum.
c) Tujuan Negara Indonesia
Tujuan bernegara bangsa Indonesia yang harus diwujutkan oleh pemerintah Indonesia
sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah:
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
2. Memajukan kesejahteraan umum,
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa,
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan pedamaian abadi, dan keadilan
sosial.
Dari tujuan tersebut maka tujuan Negara Indonesia dipengaruhi oleh teori tyujuan
Negara untyuk menunjukkan suatu ketertiban. Bila dilihat secara umum, bahwa tujuan
bangsa Indonesia adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila,
lebih menekankan pada terwujudnya kesejahteraan bangsa Indonesia yang mampu bertindak
atas dasr nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, baik perannya sebagai individu
maupun dalam kehidupan social bangsa Indonesia.
d) Bentuk Negara Indonesia
Dilihat dari bentuk Negara, Indonesia termasuk pada Negara kesatuan dengan bentuk
pemerintahan republik. Bentuk kesatuan tercantum pada Pasal UUD 1945, dengan system
desentralisasi dimana daerah-daerah dalam wilayah Negara diberikan hak otonomi, dengan
titik berat otonomi pada daerah kabupaten dan kota. Pembagian wilayah Negara seperti
tercantum dalam Pasal 18 UUD 1945, yang menyatakan. Istilah republic sebagai kelanjutan

dari Negara kesatuaan yang berbentuk republic menunjuk pada system pemerintah Negara
yang dipimpim oleh Presiden.

2.2 Konstitusionalisme
Setiap Negara modern ini senantiasa memerlukan suatu sistem pengaturan yang
dijabarkan dalam suatu konstitusi. Oleh karena itu konstitusionalisme mengacu kepada
pengertian sistem institusionalisasi secara efektif dan teratur terhadap suatu pelaksanaan
pemerintahan. Dengan lain perkataan untuk menciptakan suatu tertib pemerintahan
diperlukan perlakuan sedemikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses
pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan (Hamilton, 1931:255). Gagasan ini muncul
karena adanya kebutuhan untuk merespon perkembangan peran relative kekuasaan umum
dalam suatu kehidupan umat manusia.
Basis pokok konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan
(consensus) di antara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkaitan dengan
negara. Organisasi Negara itu diperlukan oleh warga masyarakat politik agar kepentingan
mereka bersama dapat dilindungi atau dipromosikan melalui pembentukkan dan penggunaan
mekanisme yang disebut dengan negara. Kuncinya adalah consensus general agreement. Jika
kesepakatan iti runtuh, maka runtuh pula legitimasi kekuasaan negara yang berkaitan, dan
pada gilirannya dapat terjadi civil war atau perang sipil, atau dapat pula suatu revolusi.
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern ini pada
umumnya dipahami berdasar pada tiga elemen kesepakatan atau Konsensus, sebagai berikut:
1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or
general acceptance of the same philosophy of government).
2. Kesepakatan tentang the rule of low sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan negara (the basis of government).

3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan


(the form of institusions and procedures). (Andrews 1968: 2)
Kesepakatan pertama yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama yang sangat
menentukan tegaknya konstitusionalisme dan konstitusi dalam suatu negara. Karena cita-cita
bersama itulah yang pada puncak abstraksinya paling mungkin mencerminkan bahkan
melahirkan kesamaan-kesamaan kepentingan diantara sesama warga masyarakat yang dalam
kenyataannya harus hidup di tengah-tengah pluralisme atau kemajemukan. Oleh karena itu,
pada suatu masyarakat untuk menjamin kebersamaan dalam kerangka kehidupan bernegara,
diperlukan perumusan tentang tujuan-tujuan atau cita-cita bersama yang biasa juga disebut
sebagai falsafah kenegaraan atau staatsidee (cita Negara) yang berfungsi sebagai
philosofhiscegronslaag dan common platforms, di antara sesame warga masyarakat dalam
konteks kehidupan bernegara.
Bagi bangsa Indonesia dasar filosofis yang dimaksud adalah dasar fisafat Negara
pancasila. Lima prinsip dasar merupakan dasar filosofis bangsa negara tersebut adalah:
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kelima prinsip dasar filsafat negara tersebut merupakan dasar filosofis-ideologis
untuk mewujudkan cita-cita ideal dalam bernegara yaitu:
1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Meningkatkan atau memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan


keadilan social
Kesepakatan kedua adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas
aturan hokum dan konstitusi. Kesepakatan ini sangat principal karena dalam setiap negara
harus ada keyakinan bersama bahwa dalam segala hal dalam penyelenggaraan negara harus
berdasarkan atas rule of law.
Dalam istilah The Rule of Low berbeda dengan istilah The Rule by Low. Dalam istilah
terakhir ini, kedudukan hukum (law) digambarkan hanya bersifat instrumentalis atau hanya
sebagai alat sedangkan kepemimpinan tetap berada di tangan orang atau manusia yaitu The
Rule of Man by Law. Dalam pengertian demikian hukum dapat dipandang sebagai suatu
kesatuan sistem uang puncaknya terdapat pengertian mengenai hukum dasar yang yang
disebut konstitusi, baik itu dalam arti naskah yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dari
pengertian ini kita kenal istilah Constitusional State yang merupakan salah satu ciri penting
Negara demokrasi modern. Oleh karena itu kesepakatan tentang sistem aturan sangat peting
sehingga konstitusi tidak berguna karena ia sekedar berfungsi sebagai kertas dokumen yang
mati hanya bernilai sematik dan tidak berfungsi atau tidak dapat difungsikan sebagaimana
mestinya.
Kesepakatan ketiga, adalah berkenaan dengan:
1. Bangunan organ Negara dan prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaan
2. Hubungan-hubungan antar organ Negara itu sama lain
3. Hubungan antara organ-organ Negara itu dengan warga Negara.
Dengan adanya kesepakatan tersebut, maka isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan
karena benar-benar mencerminkan keinginan bersama. Kesepakatan itulah yang dirumuskan
dalam dokumen konstitusi yang diharpkan dijadikan pegangan bersama untuk kurun waktu
yang cukup lama. Konstitusi tidak sama dengan undang-undang yang dapat lebih mudah
diubah. Karena itulah mekanisme perubahan undang-undang dasar memang sudah
seharusnya tidak diubah semudah mengubah undang-undang. Meskipun demikian harusnya
konstitusi tidak disakralkan dari kemungkinan perubahan seperti yang terjadi tatkala orde
baru.

Semua kesepakatan ini menyangkut prinsip pengaturan dan pembatasan kekuasaan. Atas
dasar pengertian tersebut maka sebenarnya prinsip konstitusionalisme modern adalah
menyangkut prinsip konstitusionalisme modern adalah menyangkut prinsip pembatasan
kekuasaan atau yang lazim disebut sebagai prinsip limited government. Dalam pengertian ini
konstitusimengatur dua hubungan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu pertama,
hubungan antara lembaga pemerintahan dengan warga negara. Kedua, hubungan antara
lembaga pemerintahan yang satu dengan lainnya.

2.2.1. Konstitusi Indonesia


a. Pengantar
Dalam proses reformasi hukum dewasa ini sebagai kajian ilmiah tentang UUD 1945, banyak
yang melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945. Memang
amandemen tidak dimaksudkan untuk mengganti sama sekali UUD 1945, akan tetapi
merupakan prosedur penyempurnaan terhadap UUD 1945 tanpa harus langsung mengubah
UUD-nya itu sendiri, amandemen lebih merupakan perlengkapan dan rincian yang dijadikan
lampiran otentik bagi UUD tersebut (mahfud, 1999:64).
Ide tentang amandemen terhadap UUD 1945 tersebut didasarkan pada suatu kenyataan
sejarah selama masa orde lama dan orde baru, bahwa penerapan terhadap pasal-pasal UUD
memiliki sifat multi interpretable atau dengan kata lain berwayuh arti, sehingga
mengakibatkan adanya sentralisasi kekuasaan terutama kepada presiden.karena latar belakang
politik inilah maka masa orde baru berupaya untuk melestarikan UUD 1945 bahkan UUD
1945 seakan-akan bersifat keramat yang tidak dapat diganggu gugat.
Suatu hal yang sangat mendasar bagi pentingnya amandemen UUD 1945 adalah tidak
adanya sistem kekuasaan dengan checks and balance terutama terhadap kekuasaan

eksekutif. Oleh karena itu bagi Indonesia proses reformasi terhdap UUD 1945 adalah
merupakan suatu keharusan, karena hal itu kan mengantrkan bagsa Indonesia kearah tahapan
baru melakukan penataan terhadap ketatanegaran
Amandemen pertama UUd 1945 dilakukan dengan memberikan tambahan dan perubahan
terhadap pasal 9 UUD 1945. yang kedua di lakukan pada tahun 2000, ketiga thun 2001, dan
yang terakhir pada tahuhun 2002 dan disahkan pada tnggal 10 agustus 2002.
b. Konstitusi
Konstitusi dalam kosa kata bahasa Inggris constitutional, yang salah satu maknanya adalah
Undang-Undang Dasar. Konstitusi adalah sebuah aturan-aturan dasar dan ketentuanketentuan hukum yang di bentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintah
termasuk dasar hubungan kerja sama antara Negara dan masyarakat dalam konteks kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Herman Heller membagi pengertian konstitusi dalam tiga cakupan, yaitu:
1. Konstitusi yang mencerminkan kehidupan politik didalam masyarakat sebagai suatu
kenyataan (mengandung arti politis dan sosiologis).
2. Konstitusi adalah suatu kaidah yang hidup dimasyarakat (mengandung arti hukum
atau yuridis).
3. Konstitusi adalah kaidah yang ditulis dalam suatu naskah Undang-Undang tertinggi
yang berlaku dalam suatu Negara.
Sifat konstitusi ada dua macam, yakni
1. Flexibel (luwes) dan rigid (kaku).
Bersifat rigid, karena untuk mengubah konstitusi perlu prosedur yang rumit. Sedang bersifat
flexible, konstitusi tersebut mudah mengikuti perkembangan jaman. Apabila diperlukan
konstitusi tidak membutuhkan prosedur yang istimewa atau rumit. Perubahan itu cukup
dilakukan oleh badan pembuat undang-undang biasa.
2. Formil dan materiil

Bersifat Formil berarti tertulis. Sedangkan bersifat Materiil dilihat dari segi isinya berisikan
hal-hal bersifat dasar pokok bagi rakyat dan negara. (sama dengan konstitusi dalam arti
relatif). Konstitusi yang besifat kaku tidak dapat megikuti perkembangan zaman karena tidak
hanya memuat hal-hal pokok saja, namun juga memuat hal-hal yang penting. UUD 1945
meskipun perubahannya membutuhkan prosedur istimewa, namun bersifat luwes karena
memuat ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok-pokok saja sehingga mudah mengikuti
perkembangan zaman.
Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah, sehingga penyelenggaraan
kekuaaan tidak bertindak sewenang-wenang. Dengan demikian hak-hak warga Negara akan
dilindungi.
Fungsi dan kedudukan konstitusi antara lain:
1. Membatasi kekuasaan si pengusaha dan menjamin hak warga Negara.
2. Merupakan percerminan keadaan masyarakat dan Negara bersangkutan.
3. Memberi petunjuk dan arahan kemana Negara akan di bawa.
4. Dasar dan sumberhukum bagi peraturan perundangan di bawahnya.
5. Produk politik yang tertinggi bagi suatu bangsa dalam membentuk dan menjalankan
Negara.
Disamping pengertian UUD, di prgunakan juga istilah lain yaitu konstitusi. Istilah berasal
dari bahasa inggris constitution atau dari bahasa belanda constitutie.terjamahan dari
istilah tersebut adalah Undang-Undang Dasar,dan hal ini memang sesuai dengan kebiasaan
orangbelanda Dan jerman . yang dalam percakapan sehari hari memakai kata grondwet
(grond:dasar, Wet= undang-undang) yang keduanya menunjukan naskah tertulis.
Namun pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan umumnya dapat mempunyai
Arti:
1. Lebih luas dari pada undang-undang dasar atau

2. Sama dengan pengertian undang-undang dasar.

Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian undang undang dasar ,
karena pengertian undang-undang dasar hanya meliputi konstitusi saja, dan selain itu masih
terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam undang-undang dasar.
Bagi Indonesia proses reformasi terhdap UUD 1945 adalah merupakan suatu keharusan,
karena hal itu kan mengantrkan bagsa Indonesia kearah tahapan baru melakukan penataan
terhadap ketatanegaran
Amandemen pertama UUd 1945 dilakukan dengan memberikan tambahan dan perubahan
terhadap pasal 9 UUD 1945.yang kedua di lakukan pada tahun 2000, ketiga tahun 2001,dan
yang terakhir pada tahuhun 2002 dan disahkan pada tnggal 10 agustus 2002. Dalam praktek
ketatanegaraan pengertian konstitusi adalah sama dengan pengertian Undang-Undang Dasar.
Hal ini terbukti dengan disebutnya istilah Konstitusi Rebublik Indonesia Serikat bagi
Undang-Undamg Dasar Republik Indonesia (Totopandoyo, 1981:25.26)
Konstitusi hukum dasar ada dua, yakni hukum dasar tertulis dan yang tidak tertulis.,
1. Hukum Dasar Tertulis (Undang-Undang dasar)
konstitusi yang tertulis yakni Undang Undang Dasar. Hukum dasar meliputi dua
macam yaitu,hukum dasar tertulis (Undang-Undang Dasar) dan hukum tidak tertulis
(convensi). Oleh karna itu sifatnya yang tertulis, maka undang-undang dasar itu rumusannya
tertulis dan tidak mudah berubah. Secara umum menurut E.C.S wade dalam bukunya
Constitusional Law, undang Undang dasar menurut sifat dan fungsi adalah suatu naskah
yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintah suatu
Negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut.
Dalam penjelasan UUD 1945 di sebutkan bahwa undang-undang dasr 1945 bersifat
singkat dan supel. Undang-undang dasar 1945 hanya memiliki 37 pasal, adapun pasal-pasal
lainyabhanya mencatat aturan peralihan dan aturan tambahan.Hal ini mengandung makna:
(1)

Telah cukup jikalau uandang-uandang dasar hanya memuat aturan-aturan pokok.

(2)

Sifatya yang supel (elastis) dimaksudkan bahwa kita senantia harus terus

berkembang,dinamis.

Menurut padmowahyono, seluruh kegiatan Negara dapat di kelompokan menjadi dua macam
yaitu:
(1)

Penyelenggaraan kehidupan Negara.

(2)

Penyelenggaraan kesejahteraan social.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka sifat-sifat Undang-undang dasar


1945 adalah sebagai berikut :
(1)

Oleh karena sifatnya tertulis maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum positif

yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara Negara, maupun mengikat bagi setiap
warga Negara.
(2)

Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-undang dasar 1945 bahwa UUD

1945 bersifat singkat dan supel,memuat aturan-aturan yaitu memuat aturan-aturan pokok
yang setiap kali harus di kembangakan sesuai dengan sesui dengan perkembangan jaman,
serta memuat hak-hak asasi manusia.
(3)

Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus

di laksanakan secara konstitusional.


(4)

Undang-undang dasar 1945 dalam tertip hukum Indonesia merupakan peraturan-

peraturan hukum positif tertinggi,di samping itu sebagai alat control terhadap norma-norma
hukum positif yang lebih rendah dalam hierarki tertip hukum Indonesia.

1. Hukum Dasar yang tidak tertulis (Convesional)

Konstitusi tidak tertulis dikenal dengan nama Convesional. Convesional adalah hukum dasar
yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara meskipun sifatnya tidak tertulis. Salah satu contoh konvensi yang
berlaku di Indonesia adalah pelaksanaan pidato kenegaraan presiden menjelang peringatan
Proklamasi 17 Agustus. Convensi ini mempunyai sifat-sifat sebgai berikut :
(1)

Merupakan kebiasaan yang berulangkali

dan terpeelihara dalam praktek

penyelenggaraan Negara.
(2)

Tidak bertentangan dengan Undang-Undang dasar dan berjalan sejajar.

(3)

Di terima oleh seluruh rakyat.

(4)

Bersifat sebagai pelengkap sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan dasar yang

tidak terdapat dalam Undang-undang dasar.


Contoh-contoh Convensional antara lain sebagai berikut :
(1)

Peangabilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat.

(2)

Pratek-praktek penyelenggaraan Negara yang sudah menjadi hukum dasar tidak

tertulis antara lain :


(a)

Pidato kenegaraan presiden republic Indonesia setiap tanggal 16 agustus di dalam

siding dewan parwakilan rakyat.


(b)

Pidato presiden yang di ucapkan sebagai keterangan pemerintah tentang rencana

anggaran pendapatan dan belanja negara pada minggu pertama pada minggu bulan januari
setiap tahunnya.

Ketiga hal tersebut dalam batinnya secara tidak langsung adalah merupakan realisasi dari
undang undang dasar (merupakan pelengkap).Namun perlu di garis bawahi bila mana
convensi ingin di jadikan menjadikan rumusan yang bersifat tertulis , maka yang berwenabg
adalah MPR, dan rumusannya buukanlah merupakan suatu hukum dasar melainkan tertuang
dalam ketetapan MPR.

Jadi konvensi bilamana dikehendaki untuk mrnjadi suatu aturan dasar yang tertulis , tidak
secara otomatis setingkat dengan UUD melaikan sebagai suatu keterapan MPR.
c) Keberadaan dan Tujuan Konstitusi
Menurut Mahfud MD (2002), secara umum konstitusi diartikan sebagai aturan dasar
ketatanegaran yang setelah disarikan dari ajaran kedaulatan rakyat Rousseau, dipandang
sebagai perjanjian masyarakat yang berisikan pemberian arah oleh masyarakat dalam
penyelenggaraaan kekuasaan pemerintah negar. Dengan kata lain konstitusi sebenarnya tidak
lain dari realisasi demokrasi dengan kesepakatan bahwa kebebasan penguasa ditentukan oleh
pengusaha. Oleh sebab itu, setiap pelanggaran atas konstitusi harus dipandang sebagai
pelanggaran atas kontrak social.
d) Konstitusi atau Undang-Undang Dasar di Indonesia
Beberapa cara perubahan UUD atau konstitusi di Indonesia dapat dilihat dari ketentuan
UUD atau Konstitusi yang pernah dan sedang berlaku di Indonesia, yaitu:
1. Perubahan Undang-Undang Dasar dalam UUd 1945 Proklamasi
2. Perubahan Konstitusi dalam Konstitusi republik Indonesia Serikat
3. Perubahan Undang-Undang Dassar dalam UUDS
4. Perubahan Undang-Undang Dasar dalam UUD 1945 pada periode Orde lama dan
Orde Baru
5. Perubahan Undang-Undang Dasar dalam UUD 1945 Amandemen
Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen
Kedudukan UUD sebagai hukum dasar tertulis merupakan sumber hukum setiap produk
hukum seperti Undang-Undang, peraturan pemerintah, atau peraturan lainnya.
Pembukaan UUD 1945 Amandemen
Pembukaan UUD 1945 Amandemen, tidak mengalami perubahan sebagaimana awalnya
UUD 1945 ditetapkan. Dapat tidaknya Pembukaan UUD 1945 dilakukan perubahan terdapat

dua pandangan. Menurut Notonegoro, Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah yang
fundamental keberadaan Negara Republik Indonesia, Pembukaan merupakan suatu rangkaian
dengan proklamasi 17 agustus 1945, sehingga tidah boleh diubah oleh siapapun termasuk
MPR hasil pemilihan umum. Perubahan terhadap pembukan berarti pembukaan Negara
Proklamasi, meski masih ada Negara Indonesia tetapi Negara terebut bukan Negara
Proklamasi 17 Agustus 1945. Pendapat lain dikemukakan oleh Mahfud MD (2000), bahwa
semua hasil perbuatan manusia dapat d ubah, termasuk pembukaan UUd 1945. Semua itu
sangat tergantung kepada dinamika masyarakat Indonesia.
Pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945, mengandung pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan dijelmakan
dalam Batang Tubuh UUD ke dalam pasal-pasalnya. Empat pokok pikiran dalam pembukaan
UUD 1945 adalah:
1. Pokok pikiran I cerminan sila ke tiga
2. Pokok pikiran II cerminan sila ke lima
3. Pokok pikiran III cerminan sila ke empat
4. Pokok pikiran IV cerminan sila ke satu dan ke dua.
Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen 2002
Sistem pemerintahan Negara Indonesia sebelum dilakukan amandemen dibagi atas tujuh ,
secara sistematis merupakan pengejawantahan kedaulatan rakyat. Oleh karena itu, sistem ini
dikenal dengan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara. Walaupun tujuh pokok
tersebut tidak lagi sebagai dasar yuridis, namun tetap mengalami perubahan. Sistem
pemerintahan negara menurut UUD 1945 setelah amandemen secara komparatif, sebagai
berikut :
1. Indonesia ialah Negara yang Berdasarkan Atas Hukum (Rechtstaat)
Negara Indonesia berdasrkan atas hukum (Rechtstaat), bukan kekuasaan belaka (Machtsstaat)
memiliki makna bahwa Negara, termasuk Pemerintah beserta Lembaga-lembaga Negara
lainnya dalam melakukan tindakan apapun harus dilandasi maupun dapat dipertanggung

jawabkan secara hukum. Tekanan pada hukum (recht), harus berhadapan dengan kekuasaan
(macht), sehingga akan tampak rumusannya dalam pasal-pasal. Tetapi juga harus sejalan
dengan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 lalu diwujudkan
oleh cita-cita hukum (rechsidee) yang merupakan hukum dasar tidak tertulis.
Pengertian Negara hukum baik dalam arti formal yang melindungi seluruh bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia. Juga dalam arti material, yaitu Negara harus
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan dan kecerdasan seluruh bangsanya. Dengan
landasan material tersebut, hendaknya setiap tindakan Negara haruslah mempertimbangkan
dua kepentingan atau landasan. Dua landasan tersebut adalah kegunaanya (doelmatigheid)
dan landasan hukumnya (rechtnaigheid).
1. Sistem Konstitusional
Berdasarkan sifat ini pemerintah atas system konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolut
(kekuasaan tidak terbatas). Sehingga pengendalian pemerintahan dibatasi oleh ketentuanketentuan konstitusi, juga oleh ketentuan-ketentuan hukum lain yang merupakan produk
konstitusional, Ketetapan MPR, Undang-Undang, dan sebagainya.
Dengan landasan keduanyanya, maka dapat diciptakan system mekanisme hubungan dan
hokum antar lembaga Negara, yang dapat menjamin terlaksananya sistem itu sendiri dan juga
dapat memperlancar pelaksanaan pencapaian cita-cita nasional.
1. Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat
Sistem kekuasaan sebelum mengalami amandemen dinyatakan dalam penjelasan UndangUndang Dasar 1945 sebagai berikut: Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan, bernama
MPR, sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia (Vertretungorgatan des willens des
Statsvolkes). Majelis ini bertugas menetapkan Undang-Undang Dasar dan menetapkan GarisGaris Besar Haluan Negara, mengangkat Kepala Negara (Presiden) dan Wakil Kepala Negara
(Wakil Presiden), juga pemegang kekuasaan tertinggi. Sedangkan Presiden harus
menjalankan haluan Negara menurut garis-garis besar yang ditetapkan majelis, dengan begitu
Presiden tunduk dan bertanggung jawab kepada majelis dan wajib menjalankan keputusankeputusan majelis.

Namun menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002 kekuasaan tertinggi ditangan rakyat, dan
dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2). MPR menurut UUD 1945 hasil amandemen
2002, hanya memiliki kekuasaan melakukan perubahan UUD, melantik Presiden dan Wakil
Presiden, serta memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden sesuai masa jabatan atau jika
melanggar suatu konstitusi.
d. Presiden ialah Penyelenggara Pemerintahan Negara yang Tertinggi Di samping MPR dan
DPR.
Kekuasaan Presiden menurut UUD 1945 sebelum dilakukan amandemen , sebagai
berikut :
Di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden ialah penyelenggara pemerintahan
Negara yang tertinggi. Dalam menjalankan pemerintahan Negara, kekuasaan dan tanggung
jawab ada ditangan Presiden (Concentration of power responsibility upon the president) .
Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, presiden merupakan penyelenggara
pemerintahan tertingggi di samping MPR dan DPR, karena Presiden dipilih langsung oleh
rakyat (UUD 1945 Pasal 6A ayat (1)).
1. Presiden Tidak Bertanggungjawab Kepada DPR
Menurut UUD 1945 sebelum amandemen menjelaskan :
Di samping presiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden harus mendapat
persetujuan DPR untuk membentuk Undang-Undang (Gezetzgebung) pasal 5 ayat (1) dan
untuk menetapkan anggaran pendapatan anggaran pendapatan dan belanja Negara
(Staatsbergrooting) sesuai dengan pasal 23.
1. Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara tidak Bertanggungjawab
Kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Sistem ini dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 maupun dalam penjelasan UUD 1945,
sebagai berikut :

Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dibantu oleh menteri-menteri Negara


(Pasal 17 ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen). Presiden mengangkat dan memberhentikan
Menteri-Menteri Negara (Pasal 17 ayat (2) UUD 1945 Hasil Amandemen 2002).
1. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Terbatas
Sistem ini dinyatakan secara tidak eksplisit dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002dan
masih sesuai dengan penjelasan UUD 1945, sebagai berikut :
Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung (UUD 1945 hasil
Amandemen 2002 pasal 6A ayat (1)). Dengan demikian dalam system kekuasaan
kelembagaan Negara Presiden tidak lagi merupakan mandataris MPR bahkan sejajar dengan
DPR dan MPR. Hanya jikalau Presiden melanggar Undang-Undang maupun Undang-Undang
Dasar, maka DPR dapat melakukan Impeachment.
4. Negara Indonesia Adalah Negara Hukum
Menurut Penjelasan UUD 1945 , Negara Indonesia adalah Negara hukum, yang berdasarkan
Pancasila dan bukan berdasarkan atas kekuasaan sifat. Sifat Negara hukum hanya dapat
ditunjukkan jika alat-alat perlengkapannya bertindak menurut dan terikat kepada aturanaturan yang ditentukan lebih dulu oleh alat-alat yang dikuasai untuk mengadakan aturanaturan itu.
Ciri-ciri suatu Negara hukum :
Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang menandung persamaan dalam bidang
politik, hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak
memihak.
Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami dan
dilaksanakan secara aman dalam melaksanakannya.
Sifat hukum yang berdasarkan Pancasila, hukum memberikan pengayom agar cita-cita luhur
bangsa Indonesia tercapai dan terpelihara. Dalam era reformasi ini, bangsa Indonesia benarbenar akan mengembalikan peranan hokum, aparat penegak hokum bersama seluruh sistem

peraturan perundang-undangan akan dikembalikan pada dasar-dasar Negara hukum yang


berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 hasil amandemen 2002 yang mengemban amanat
demokrasi dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
Adapun pembangunan hukum di Indonesia sesuai dengan tujuan Negara hukum, diarahkan
pada terwujudnya sistem hukum yang mengabdi pada kepentingan nasional terutama rakyat,
melalui penyusunan materi hokum yang bersumber pada Pancasila sebagai sumber
filosofinya dan UUD 1945 sebagai dasar konstitusinya, serta aspirasi rakyat sebagai sumber
materialnya.

BAB III
PENUTUP
Negara adalah suatu wilayah yang ditempati sekelompok manusia yang dipimpin oleh suatu
pemerintahan yang berdaulat.
Konstitusi adalah sebuah aturan-aturan dasar dan ketentuan-ketentuan hukum yang di bentuk
untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintah termasuk dasar hubungan kerja sama
antara Negara dan masyarakat dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.

Apakah pengaruh konstitusi terhadap suatu Negara khususnya Negara Indonesia


p

konstitusi terhadap Negara Indonesia sangatlah berpengaruh karena konstitusi


merupakan suatu aturan aturan dasar dan ketentuan-ketentuan hukum yang di bentuk
untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintah sehingga negara Indonesia tertata
dan tidak terjadi penyelewengan dalam pemerintahan di Indonesia.
Saran dengan mempelajari pengertian negara dan konstitusi, sehingga kita sebagai warga
negara dapat memahami dan lebih mengenal negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, Achmad Zubaidi. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.


Bedjo, Zainul Akhyar. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Banjarmasin:
Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat.
WP Harsoyo, dkk. 1982. Pendidikan Moral Pancasila. Solo: Tiga Serangkai.
Sukonto Bambang Priyo. 2009. Panduan Belajar Pendidikan Keawrganegaraan. Yogyakarta:
Primagama.

Anda mungkin juga menyukai

  • Analisis Dan Perancangan Sistem Penjualan Berbasis Web Pada
    Analisis Dan Perancangan Sistem Penjualan Berbasis Web Pada
    Dokumen7 halaman
    Analisis Dan Perancangan Sistem Penjualan Berbasis Web Pada
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • Metode Penelitian Kuantitatif
    Metode Penelitian Kuantitatif
    Dokumen9 halaman
    Metode Penelitian Kuantitatif
    yonowiyonoaja
    Belum ada peringkat
  • APBN 2022 Infografis
    APBN 2022 Infografis
    Dokumen480 halaman
    APBN 2022 Infografis
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • APBN 2022 Infografis
    APBN 2022 Infografis
    Dokumen480 halaman
    APBN 2022 Infografis
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • NDWEKFCNEW
    NDWEKFCNEW
    Dokumen1 halaman
    NDWEKFCNEW
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • AKUA
    AKUA
    Dokumen1 halaman
    AKUA
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • PMK 79 Tahun 2008 Revaluasi Aktiva
    PMK 79 Tahun 2008 Revaluasi Aktiva
    Dokumen5 halaman
    PMK 79 Tahun 2008 Revaluasi Aktiva
    Nanik Nurjayanti
    Belum ada peringkat
  • Kemandirian
    Kemandirian
    Dokumen3 halaman
    Kemandirian
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • Hak Dan Kewajiban WP Selama Proses Pemer
    Hak Dan Kewajiban WP Selama Proses Pemer
    Dokumen31 halaman
    Hak Dan Kewajiban WP Selama Proses Pemer
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • Metode Penelitian Kuantitatif
    Metode Penelitian Kuantitatif
    Dokumen9 halaman
    Metode Penelitian Kuantitatif
    yonowiyonoaja
    Belum ada peringkat
  • CVBNGR
    CVBNGR
    Dokumen1 halaman
    CVBNGR
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • NIAJA
    NIAJA
    Dokumen4 halaman
    NIAJA
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • Wdjiecndec
    Wdjiecndec
    Dokumen1 halaman
    Wdjiecndec
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • R34T45Y
    R34T45Y
    Dokumen1 halaman
    R34T45Y
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • NDWEKFCNEW
    NDWEKFCNEW
    Dokumen1 halaman
    NDWEKFCNEW
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • VDFVDFVFDBGFNGHN
    VDFVDFVFDBGFNGHN
    Dokumen12 halaman
    VDFVDFVFDBGFNGHN
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Akuntansi Leasing
    Jurnal Akuntansi Leasing
    Dokumen27 halaman
    Jurnal Akuntansi Leasing
    zeint_three
    100% (6)
  • Template Tugas Minggu 14
    Template Tugas Minggu 14
    Dokumen7 halaman
    Template Tugas Minggu 14
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • AKUAKK
    AKUAKK
    Dokumen1 halaman
    AKUAKK
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • Register
    Register
    Dokumen1 halaman
    Register
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • Register
    Register
    Dokumen1 halaman
    Register
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • FRGRRRTH
    FRGRRRTH
    Dokumen10 halaman
    FRGRRRTH
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Akuntansi Leasing
    Jurnal Akuntansi Leasing
    Dokumen27 halaman
    Jurnal Akuntansi Leasing
    zeint_three
    100% (6)
  • AKUAKK
    AKUAKK
    Dokumen1 halaman
    AKUAKK
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • NIAJA
    NIAJA
    Dokumen1 halaman
    NIAJA
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • NIAJA
    NIAJA
    Dokumen1 halaman
    NIAJA
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • Register
    Register
    Dokumen1 halaman
    Register
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • Makanan Sehat
    Makanan Sehat
    Dokumen1 halaman
    Makanan Sehat
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • Makanan Sehat
    Makanan Sehat
    Dokumen1 halaman
    Makanan Sehat
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat
  • Cover Akp
    Cover Akp
    Dokumen22 halaman
    Cover Akp
    Eko Putra Siburian
    Belum ada peringkat