Anda di halaman 1dari 9

MODUL IV

PENGUJIAN KEAUSAN
I. Tujuan Praktikum
1. Menjelaskan tujuan dan prinsip dasar pengujian keausan pada logam
2. Menganalisis mekanisme keausan yang terjadi pada beberapa jenis logam
(baja lunak, besi tuang, paduan tembaga dan paduan alumunium)
3. Membandingkan ketahanan aus beberapa jenis logam-logam tersebut

II. Dasar Teori


Keausan merupakan hilangnya sejumlah volume pada permukaan material
akibat adanya interaksi dengan lingkungannya baik dengan proses secara fisika
maupun kimia. Keausan telah menjadi perhatian praktisi sejak lama, tetapi hingga
beberapa saat lamanya masih belum mendapatkan penjelasan ilmiah yang besar
sebagaimana halnya pada mekanisme kerusakan akibat pembebanan tarik, impak,
puntir ataupun fatik. Hal ini disebabkan masih lebih mudah untuk mengganti
komponen atau part suatu sistem yang rusak dibandingkan melakukan disain
komponen dengan ketahanan atau umur pakai (lifetime) yang lama. Saat ini, prinsip
penggantian dengan mudah seperti itu tidak dapat diberlakukan lebih lanjut karena
pertimbangan biaya (cost).
Ketahanan aus (wear resistance) merupakan fungsi dari beberapa variabel
yang menentukan sifat mekanik material (kekerasan, kekuatan, dll). Variabel tersebut
adalah keausan, friksi serta lubrikasi. Oleh sebab itu penelaahan subyek ini yang
dikenal dengan nama ilmu Tribologi.
Keausan merupakan sifat mekanik yang menunjukan respon material terhadap
sistem luar (kontak permukaan). Material apapun dapat mengalami keausan
disebabkan mekanisme yang beragam.
Keausan yang terjadi pada komponen engineering dapat berakibat:
-

Rendahnya operating efficiency

Meningkatnya oil consumption

Meningkatnya power losses

Meningkatnya component replacement rates.

ASTM yang berkaitan dengan pengujian keausan antara lain, G99-05. Salah
satu pengujian keausan adalah dengan metode Ogoshi yaitu memperoleh beban gesek
dari cincin yang berputar (Revolving disc). Pembebanan gesek ini akan menghasilkan
kontak antar permukaan yang berulang-ulang yang pada akhirnya akan mengambil
sebagian material pada permukaan benda uji. Besarnya jejak permukaan dari material
tergesek itulah yang dijadikan dasar penentuan tingkat keausan pada material.
Semakin besar dan dalam jejak keausan maka semakin tinggi volume material yang
terlepas dari benda uji. Skema pengujian keausan dengan metode Ogoshi ialah
sebagai berikut :

Besarnya volume material yang terabrasi adalah:


W = B.b3/12r
Dengan B adalah tebal revolving disc (mm), r jari-jari disc (mm), b lebar celah
material yang terabrasi (mm)
Laju keausan (V) dapat ditentukan sebagai perbandingan volume terabrasi (W)
dengan jarak luncur x (setting pada mesin uji):
V = W/x = B.b3/12r.x

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, material jenis apapun akan


mengalami keausan dengan mekanisme yang beragam, yaitu : keausan adhesif,
abrasif, fatik, dan oksidasi. Di bawah ini diberikan penjelasan ringkas dari
mekanisme-mekanisme tersebut.
a. Keausan adhesif
Yaitu mekanisme aus akibat adanya perlekatan pada dua permukaan yang
saling bersentuhan dan memiliki sifat adesif karena adanya panas lokal dan
tekanan (microweld). Kedua permukaan tersebut saling slip pada arah
berlawanan akibat tekanan. Tekanan normal yang diaplikasikan pada kedua
permukaan menyebabkan tekanan lokal pada daerah asperity meningkat. Jika
yield stress terlampaui, maka daerah asperity ini mengalami deformasi plastis
hingga akhirnya patah.
Jika tidak terdapat pelumas
pada

kedua

permukaan,

permukaan kedua benda akan


saling menempel dan akibat
adanya

gaya

geser,

akan

terbentuk kontak yang baru


dan

akhirnya

akan

patah

menjadi serpihan. Mekanisme


aus ini tidak hanya merusak
permukaan-permukaan
mengalami

yang

slip, akumulasi

dari partikel-partikel akibat


aus dapat menimbulkan erosi dan membentuk rongga yang dapat memicu
terjadinya perpatahan pada komponen. Oleh karena itu, pemberian pelumas
yang tepat dan dalam jumlah yang sesuai dapat mencegah terjadinya adhesive
wear.

b. Keausan abrasif
Abrasive wear (aus akibat abrasi) terjadi ketika terdapat partikel
(asperity) atau serpihan yang keras diantara 2 permukaan material yang lebih
lunak yang bergerak relative satu sama lain sehingga terjadi pelepasan
sejumlah volume pada permukaan material yang lunak akibat kerusakan
permukaan yang terjadi.

Bentuk kerusakan permukaan yang diakibatkan oleh mekanisme keausan


abrasive ini antara lain:

Scratching (penggoresan)
Scoring
Gouging (pengcungkilan)

Faktor yang berperan dalam kaitannya dengan ketahanan material


terhadap abrasive wear antara lain :
Material hardness
Kondisi struktur mikro
Ukuran abrasif
Bentuk abrasif
Abrasive wear terjadi pada dua kondisi :
Two body abrasion
Pada kondisi ini, salah satu permukaan lebih keras daripada permukaan
lain yang tergores. Contoh mekanisme ini terjadi pada proses cutting dan
machining.

Three body abrasion


Pada kasus ini, terdapat benda ketiga berupa partikel kecil atau butiranbutiran halus yang abrasif yang terletak atau terperangkap diantara dua
permukaan yang saling bergesekan sehingga akan mengikis kedua permukaan
tersebut.
Mekanisme dari kedua bentuk abrasive wear ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.

c. Keausan lelah (fatik)


Ketika suatu komponen diberikan beban secara bersiklus atau secara
fluktuatif, daerah permukaan komponen akan mengalami fatigue. Dua
permukaan yang saling slip pada arah yang berlawanan atau salah satu
permukaan tidak bergerak menghasilkan maksimum shear stress dan
menyebabkan microcrack yang dapat berperan sebagai awal perpatahan dan
menyebabkan kerusakan pada permukaan (aus). Pada kasus tertentu, inisiasi
crack tersebut akan terus merambat dan mengakibatkan perpatahan pada

komponen. Kecepatan propagasi crack ditentukan oleh ketahanan fatik


material dan besarnya beban dinamis yang bekerja pada komponen.

d. Keausan erosif
Keausan erosif disebabkan oleh gas dan cairan yang membawa
partikel padatan yang membentur permukaan material. Jika sudut benturannya
kecil, keausan yang dihasilkan merupakan keausan abrasif. Namun, jika sudut
benturannya membentuk sudut gaya normal (90o), maka keausan yang terjadi
adalah keausan erosif.

Fenomena erosi seringkali terjadi pada peralatan sand blasting, shot


blasting, impeller, dan sebagainya.
Material dengan kekerasan yang lebih tinggi atau telah mengalami
mekanisme penguatan permukaan, umumnya memiliki ketahanan terhadap
erosi yang lebih baik.
e. Keausan oksidasi
Dikenal sebagai corrosive wear, adalah bentuk aus akibat interaksi
antara lingkungan dengan permukaan yang memicu terjadinya pembentukan

lapisan oksida pada permukaan padat yang dapat terdegradasi sehingga


menjadi lapisan permukaan yang terlepas. Media korosif pada lingkungan
akan menyerang permukaan material. Material dengan ketahanan korosi yang
buruk akan terkikis dengan mudah. Keausan korosif atau keausan oksidasi
merupakan jenis keausan dimana kerusakan dimulai dengan adanya
perubahan kimiawi material di permukaan oleh faktor lingkungan. Kontak
dengan lingkungan ini akan menghasilkan pembentukan lapisan pada
permukaan dengan sifat yang berbeda dengan material Induk. Sebagai
konsekuensinya,

material

pada

lapisan

permukaan

akan

mengalami

keausan/pengelupasan. Skematis mekanismenya dapat dilihat pada gambar di


bawah ini :

Mikrosrtuktur yang dimiliki oleh logam dapat mempengaruhi ketahanan aus


dari logam tersebut. Semakin ke atas (tanda panah), maka ketahanan aus semakin
tinggi.
High carbon martensitic matrix
High carbon pearlitic matrix
Bainite
Soft Pearlite
Pearlite dan ferrite
Low carbon ferrite
III. Metodologi Penelitian
III. 1. Alat dan Bahan
1. Ogoshi wear testing machine
2. Caliper dan atau mikrometer
3. Pemasang-pembuka gir (tracker)

4. Mikroskop pengukur (measuring microscope)


5. Sampel uji keausan (baja, besi tuang, paduan tembaga dan paduan aluminium)
III. 2 Flow Chart Alur Kerja
Mulai
Menyiapkan
sampel uji (5
buah), satu
set gir,
tracker
Mengukur tebal (B)
cincin pemutar,
memasang pada
tempatnya, dan
mengencangkannya
Memasang benda uji
pada sampel holder,
dan
mengencangkannya
Mengatur parameter
pengujian (beban,
kecepatan, jarak luncur)

Menyentuhkan sampel uji


dengan revolving disc dan
mengatur pasangan gir
beban hingga skala 4.5
pada preload
Membersihkan mesin uji
Menekan tombol switch-on
untuk memulai pengujian
Melepaskan sampel bila
mesin telah mati. Dam
melakukan pengujian
untuk lokasi atau sampel
lain
Mengukur lebar celah (b),
mengamati jejak keausan,
dan membuat sketsa serta
deskripsi jejak tersebut

Mengatur skala lubang


intip pada posisi nol

Selesai

Daftar Pustaka
Callister, William D. 2007. Materials Science and Engineering An Introduction,
Modul Praktikum Desctructive Test (DT) 2014

ftkceria.com/2012/04/28/uji-keausan-wear/
https://www.google.com/search?
q=skema+mekanisme+keausan+adhesivekeausan.htm
http://www.substech.com/dokuwiki/doku.php?id=mechanisms_of_wear
http://www.flitalia.it/en/fl/manuale/en/trasm_0107.htm

Anda mungkin juga menyukai