karies aktif 46,5% dengan indeks rata-rata DMF-T masih tinggi yaitu 4,8. Indeks DMF-T
masyarakat provinsi NAD juga masih pada kategori sedang, yaitu 4,3. Berbagai indikator dan
target telah ditentukan WHO, antara lain anak umur 5 tahun 90% bebas karies, anak umur 12
tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan gigi (indeks DMF-T) sebesar 1 (satu) gigi;
penduduk umur 18 tahun bebas gigi yang dicabut (komponen M = 0); penduduk umur 35-44
tahun memiliki minimal 20 gigi berfungsi sebesar 90%,dan penduduk umur 35-44 tanpa gigi
(edentulous ) 2%; penduduk umur 65 tahun ke atas masih mempunyai gigi berfungsi sebesar
75% dan penduduk tanpa gigi 5%.
Hasil Karakteristik survei kesehatan, Prevalensi karies gigi pada balita usia 3-5 tahun
sebesar 81,7%. Prevalensi tertinggi terdapat pada balita perempuan (58,2%) dan balita berusia 4
tahun (59,7%). Prevalensi karies gigi menurut kelompok usianya, usia 3 tahun (60%), usia 4
tahun (85%), dan usia 5 tahun (86,4%) (Suryawati,dkk, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Taverud (2009) menunjukkan bahwa prevalensi karies
gigi pada anak sangat bervariasi jika didasarkan atas golongan umur dimana anak berusia 1 tahun
sebesar 5%, anak usia 2 tahun sebesar 10%, anak, usia 3 tahun sebesar 40%, anak usia 4 tahun
sebesar 55%, dan anak usia 5 tahun sebesar 75%. Dengan demikian golongan umur balita
merupakan golongan rawan terjadinya karies gigi.
Pengetahuan ibu terhadap kebersihan gigi dan mulut akan menuntaskan status kesehatan
gigi anak kelak. Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari pertumbuhan seorang
anak, orang tua khususnya ibu harus mengetahui cara merawat gigi anaknya tersebut, dan juga
harus mengajari anaknya cara merawat gigi yang baik dan benar. Walaupun masih memiliki gigi
susu, seorang anak harus mendapatkan perhatian yang serius dari orang tua, karena gigi susu
akan mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen anak. Akan tetapi banyak orang tua yang
beranggapan bahwa gigi susu hanya sementara dan akan diganti oleh gigi tetap, sehingga mereka
sering menganggapi bahwa kerusakan pada gigi susu yang disebabkan oleh oral higiene yang
buruk bukan merupakan suatu masalah. (Gultom, 2009). Persatuan dokter gigi Australia pernah
mengungkapkan bahwa: kesehatan gigi geligi anak adalah tanggung jawab ibunya. Hal ini
dapat dipahami karena umumnya yang paling dekat dengan anak sejak usia menyusui adalah
ibunya. (Machfoedz, 2008).
Rampan karies adalah istilah yang di gunakan untuk mengambarkan suatu keadaan
sebahagian besar atau semua gigi susu yang mengalami kerusakan (karies) secara luas dan
berkembang dengan cepat. Walaupun karies ini erat kaitannya dengan pemberian susu/cairan
manis lainnya dengan menggunakan botol secara berkepanjangan (mahafudo, 2008), pada
umumnya susu botol diberikan pada balita sepanjang hari sejak anak bermain sampai tidur, efek
dan tindakan ini adalah bila di gigi anak sudah bererupsi pada bulan ke -6 sehingga insiden
rampan karies ini bias sangat tinggi terjadi pad anak. (Afnilina, 2006)
Berdasarkan pemeriksaan pendahuluan yang di lakukan penulis pada balita di TK CUT
MEUTIA Banda Aceh bahwa, dari 18 balita yang di lakukan pengamatan, terdapat 12 balita
yang mengalami kerusakan gigi (rampan karies) dan 6 balita yang memiliki gigi sehat. Hal ini
menunjukkan bahwa masih kurang pengetahuan ibu terhadap kerusakan gigi anak ( Rampan
Karies). Oleh karena itu penulis ingin mengetahui pengetahuan Ibu tentang rampan karies di TK
Cut Meutia Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah yang akan dikaji adalah,
Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Rampan Karies Pada Balita di TK Cut Meutia
Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh tahun2011.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang
Rampan Karies Pada Balita di TK Cut Meutia Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh Tahun
2011.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan Ibu tentang rampan karies pada balita di TK Cut Meutia
Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh Tahun 2011.
b. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya rampan karies pada balita di TK Cut Meutia
kecamatan Baiturrahman Banda Aceh tahun 2011.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan ilmu pengetahuan peneliti untuk meningkatkan diri dan disiplin ilmu
terutama yang menyangkut dengan kesehatan gigi.
2. Bagi Akademi
Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan referensi atau di kajikan dipustaka bagi
mahasiswa jurusan kesehatan gigi poltekkes kemenkes NAD.
3. Bagi Lokasi Penelitian
Hasil penelitian ini sebagai masukan atau bahan informasi tentang status kesehatan gigi dan
mulut pada balita di TK Cut Meutia Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh Tahun 2011.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Secara umum pengertian pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007), adalah hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
b. Memahami (Comprehensian)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c.
Applikasi (Application).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi yang real (sebenarnya).
d.
Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen,
tetapi masih ada di dalam suatu struktur organisasi tersebut,dan masih ada kaitan nya satu sama
lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau objek.
3. Pengetahuan Orangtua
Pengetahuan orangtua terurama seorang ibu terhadap bagaimana menjaga kesehatan
gigi dan mulut sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung
kebersihan gigi dan mulut anak, sehingga kesehatan gigi dan mulut anak dapat baik.
Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya
kelak. Seorang ibu memerlukan peran penting dalam keluarga, baik sebagai seorang istri,
maupun sebagai seorang ibu dari anak-anaknya. Figur pertama yang dikenal anak begitu dia lahir
adalah ibu, Oleh karena itu perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh sianak. Namun,
pengetahuan saja tidak cukup, perlu di ikuti dengan sikap dan tindakan yang tepat. (Gultom,
2009).
Sebagai orangtua terutama seorang ibu seharusnya memiliki pengetahuan
mengenai pendidikan kesehatan gigi yang baik terutama di dalam pemeliharaan kesehatan gigi
anak, pada anak-anak yang mempunyai kebiasaan meminum susu atau minuman manis lainnya,
secara berkepanjangan dan diikuti dengan kebersihan rongga mulut yang jelek, ini akan
mendukung terjadinya karies pada anak. penyikatan gigi merupakan tindakan yang paling mudah
di lakukan setiap harinya dengan tujuan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Dan untuk
mendapatkan hasil yang optimal harus diperhatikan frekuensi penyikat gigi. peranan orangtua
hendaknya ditingkatkan dalam membiasakan menyikat gigi anak secara teratur guna
menghindarkan kerusakan gigi anak dan penyakit mulut.
Kesehatan gigi susu sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan gigi tetap.
Oleh karena itu, peran serta orangtua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberi
pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak kelak dapat
memelihara kebersihan gigi dan mulut. (Gultom, 2009).
B. Rampant Karies
1. Pengertian Rampant Karies
Rampan karies adalah istilah yang di gunakan untuk menggambarkan terjadinya
kerusakan yang sangat cepat pada beberapa gigi yang sering melibatkan permukaan gigi yang
biasanya relative bebas karies. Karies rampan terutama terdapat pada gigi- geligi sulung anak
yang terus-menerus menghisap botol yang berisikan gula atau dicelupkan dahulu ke dalam
larutan gula( Kidd BGM Smith, 2002). Apabila rampan karies dibiarkan proses karies ini dapat
cepat meluas mengenai seluruh gigi sehingga keadaan menjadi lebih parah dengan akibat lanjut
yaitu pulpa nekrosis dan kelainan jaringan periapikal serta kerusakan pada gigi permanen, Pada
saat itu penderita akan kesulitan makan dan akan mempengaruhi kesehatan umum. Rampant
karies juga bisa muncul pada gigi permanen pada usia remaja, karena seringnya mereka
mengkonsumsi snack-snack yang bersifat kariogenik juga minuman yang manis diantara waktu
makan. Rampant karies pada orang dewasa ditandai dengan karies pada bukal dan lingual dari
premolar dan molar dan juga proximal dan labial karies di insisiv Rahang bawah (Paradipta,
2009).
2. Gambaran Klinis Rampan Karies
Gambaran klinis dari Rampan karies mempunyai pola dan tipe yang khusus. Gambaran
pola kariesnya terlihat jelas, dengan lesi terutama pada bagian labial gigi insisif atas, dan atau
pada palatal molar atas. Tipe kariesnya sejalan dengan lengkung gusi gigi insisif rahang atas.
Proses kariesnya cenderung aktif, gigi lainnya akan terpengaruh sejalan dengan erupsinya yaitu
akan mengenai molar kesatu rahang atas, kaninus rahang bawah dan molar kedua, namun jarang
mengenai insisif rahang bawah, hal ini mungkin terjadi karena posisinya yang terlindung oleh
lidah (Paradipta, 2009).
3. Faktor Penyebab Terjadinya Rampan Karies
Penyebab utama dari Rampan Karies adalah penggunaan botol susu dalam waktu yang
berkepanjangan.Susu akan berada di dalam mulut dalam jangka waktu yang lama dan akan
terjadi fermentasi. Sehingga menyebabkan gigi akan mudah terkena infeksi. Pemberian ASI
dengan periode yang lama, memakai dot kosong yang dicelupkan ke dalam madu, sirup atau gula
juga dapat menyebabkan rampan karies. Sayangnya sebagian besar anak-anak yang menderita
rampan karies tidak sesegera mungkin diatasi. Karena orang tua baru akan memberi
perhatian,apabila telah ada keluhan dari sang anak. Kebanyakan dari mereka berfikiran bahwa
gigi susu yang terinfeksi akan mengalami pergantian oleh gigi tetap. Sehingga perawatan
terhadap gigi susu seringkali terabaikan ( Mamimendy, 2010).
Adapun faktor lainnya yang dapat menyebabkan Rampan karies yaitu :
a. Faktor predisposisi yaitu terjadinya rampant karies karena mengkonsumsi gula, Berkurangnya
saliva, Adanya streptokokus mutans dalam tingkat yang infeksius, Perubahan fisiologi dalam
rongga mulut misalnya karena kebiasaan oral hygiene yang buruk.
b. Faktor herediter, orang tua yang peka terhadap karies, hal ini disebabkan karena dalam keluarga
mempunyai pola kebiasaan makan yang sama dan pemeliharaan kesehatan gigi yang sama pula.
c. Faktor sistemik, misalnya penderita diabetes mellitus.
d. Seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat terutama di
antara waktu makan, waktu makan merupakan faktor yang dihubungkan dengan perkembangan
rampan karies.
4.
berlangsung sangat cepat dan menyebar dari satu gigi ke gigi seri rahang lainnya, pada gigi seri
rahang bawah jarang terjadi karena gigi-gigi itu terlindung oleh saliva ketika anak menghisap
susu dari botol (Afrilina, 2006). Dan bila di tinjau dari dari faktor pathogenesis bahwa posisi
tidur, dengan dot botol dalam rongga mulut maka cairan manis akan membasahi permukaan gigi
sulung terutama insisif, molar atas dan molar bawah, pada keaadaan tersebut jumlah aliran saliva
menurun dan kualitas saliva mengental sehingga efek pembersihan saliva berkurang, lingkungan
demikian akan meningkatkan kualitas bakteri kariogenik, hasil fermentasi antara sukrosa dan
bakteri menurunkan ph saliva sehingga lingkungan rongga mulut menjadi asam permukaan gigi
yang terkena akan mengalami demineralisasi dan akhirnya karies (Kidd Edwina).
5. Pencegahan Rampan Karies
Tindakan pencegahan terhadap rampan karies harus dilakukan, karena semakin parah
karies maka semakin kompleks pula perawatan yang harus dilakukan. Ada beberapa cara untuk
mencegah terjadinya rampan karies, meliputi :
a.
Berikan nasihat pada orang tua anak agar membuat anak merasa tenang dan nyaman saat tidur,
menyebabkan kerusakan gigi. Biasakan anak menghisap dot botol yang berisi air.
Jangan menambahkan gula yang berlebihan dalam makanan anak
Gunakan kain kasa yang dibasahi air atau kain tipis untuk membersihkan gigi dan gusi anak
setelah makan atau minum yang mengandung gula atau karbohidrat. Ini akan membantu
menghilangkan plak bakteri dan gula yang tumbuh dalam gigi dan gusi.
g. Jika air minum yang diminum setiap harinya tidak mengandung fluoride, maka suplemen
fluoride atau perawatn fluoride seperti topikal aplikasi dan fissure sealant dapat diberikan.
h.
Ajarkan kepada anak untuk membiasakan minum menggunakan gelas atau cangkir menjelang
umurnya 1 tahun. Anak sebaiknya berhenti minum menggunakan dot botol setelah umurnya 1
tahun.
i. Berikan nasihat pada orang tua anak untuk segera mengunjungi dokter gigi, apabila tampak
tanda kemerahan dan bengkak pada mulut anak atau bercak/spot hitam pada gigi anak (Paradipta,
2009).
6. Perawatan Rampan Karies
Pada kasus rampan karies dapat di lakukan beberapa perawatan sebagai berikut :
a. Relief of pain (menghilangkan rasa sakit)
Tindakan yang di lakukan adalah trepanasi apabila di jumpai ganggren pulpa atau abses,
kemudian berikan obat- obatan melalui oral (antibiotic,analgetik)
b. Menghentikan proses karies
Tiap kavitas meskipun kecil mempunyai jaringan nekrotik, setelah rasa sakit hilang kavitas
c.
dipreparasi untuk membuang semua jaringan yang nekrotik sehingga proses karies terhenti.
Anjuran untuk melakukan diet kontrol dan jelaskan mengenai DHE dan oral hygene. Lakukan
Pertumbuhan gigi susu dimulai sejak janin dalam kandungan usia 8 minggu kehamilan ibu,
gigi susu pertama kali tumbuh pada bayi berusia lebih dari 6 bulan sejak ia lahir, gigi tumbuh
secara berurutan yang dimulai dengan gigi seri pertama bawah, kemudian diikuti dengan gigi seri
pertama atas, selanjutnya gigi seri kedua atas dan bawah akan tumbuh pada usia 1 tahun, pada
usia 18 bulan akan tumbuh gigi geraham pertama atas dan bawah yang akan diikuti dengan
tumbuhnya gigi taring. Pada usia 2 tahun tumbuh gigi geraham kedua atas dan bawah. Gigi
mencapai tumbuh sempurna pada saat anak berusia 2 tahun (Afrilina,2006).
Diet yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi, tetapi
perkembangan gigi geligi tampaknya lebih banyak di pengaruhi oleh gangguan keseimbangan
kalsium dan fosfor di dalam aliran darah, panas badan yang tinggi atau infeksi usus dapat
mengganggu keseimbangan mineral dan lebih banyak mempengaruhi struktur gigi geligi janin
dibanding gangguan nutrisi ibu (Narendra, 2002).
3. Tahap-Tahap Pertumbuhan Gigi
Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari pertumbuhan seseorang anak, tahaptahap penting tumbuh gigi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Gigi geligi
6,5
8
18
14
24
6
7
16
10
20
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. KERANGKA KONSEP
Orangtua terutama seorang ibu harus memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
kesehatan gigi yang baik terutama di dalam pemeliharaan kesehatan gigi anaknya, pada anakanak yang mempunyai kebiasaan meminum susu atau minuman manis lainnya, secara
berkepanjangan dan diikuti dengan kebersihan rongga mulut yang jelek, ini akan mendukung
terjadinya karies pada anak (Gultom, 2009). Rampan karies adalah nama yang di berikan kepada
kerusakan yang meliputi beberapa gigi yang cepat sekali terjadinya, seringkali meliputi
permukaan gigi yang biasanya bebas karies. Menyebar luas dan bahkan dapat menyebabkan
terkena pulpa (Kidd Edwina).
Berdasarkan konsep pemikiran di atas dapat di buat skema penelitian sebagai
berikut :
Pengetahuan Ibu dan Rampan karies
B. Variabel Penelitian
1. Pengetahuan Ibu.
2. Rampan karies.
C. Definisi Operasional
No
1
Variabel
Pengetahuan ibu
Definisi Operasional
Cara Ukur
Kuisio
Rampan karies
2
-Chek
-Diagn
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskiptif, yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang
rampan karies pada balita di TK Cut Meutia Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh Tahun 2011.
Alat diagnosa : untuk memeriksa karies gigi yang terdiri dari sonde, pinset, kaca mulut
b. Kuesioner : untuk mengetahui pengatahuan ibutentang rampan karies pada anak balita
c. Lembaran chek list : untuk mencatat gigi yang karies.
E. Cara Mengumpulkan Data
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langsung dengan melakukan
pemeriksaan gigi pada anak balita dan mewawancarai orang tua atau ibu balita dengan kuisioner
yang sudah di sediakan dan data sekunder mengenai jumlah balita di TK CUT MEUTIA Banda
Aceh Tahun 2011.
F. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data berhasil di kumpulkan langkah selanjutnya yang di lakukan adalah mengolah
data sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh data tersebut. Proses pengolahan data di lakukan
dengan menggunakan beberapa tahap sebagai berikut:
a. Editing
Pada tahap ini data dikumpulkan dan diperiksa kembali apakah sudah lengkap
jawabannya atau tidak, memeriksa nama dan identitas responden, data yang di berikan
berkesinambungan atau tidak dalam arti tidak ditemukan data yang bertentangan satu dengan
yang lain.
b. Coding
Yaitu dengan melakukan pengkodean data dengan angka atau kode tertentu sehingga
lebih mudah dan sederhana.
c.Tabulating
Pada tahap ini data di kelompokkan ke dalam table tertentu menurut sifat yang dimiliki
sesuai tujuan penelitian .
G. Analisis Data
Data yang didapat dari hasil kuisioner secara deskriptif dengan menghitung persentase setiap
variabel.
H. Penyajian Data
Data hasil penelitian dari tiap-tiap variabel di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan juga menggun nakan tabel silang.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 sampai dengan 20 juli tahun 2011 di TK Cut
Meutia Banda Aceh Tahun 2011. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh anak balita yang ada
dikelas B inti di TK Cut Meutia Banda Aceh sebanyak 53 orang dan diikut sertakan ibu balita
sebagai responden. Pengumpulan data di peroleh dari pemeriksaan status rampan karies pada
anak balita dan kuisioner yang di berikan pada 53 ibu balita.
1. Data Umum
a. Jeniskelamin
Tabel I
Distribusi frekuensi Responden anak balita berdasarkan jenis kelamin di TK Cut Meutia
Banda Aceh
No
JenisKelamin
Frekuensi
%
1 Laki- laki
27
51 %
2 Perempuan
26
49 %
Total
53
100 %
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa anak balita berjenis kelamin laki- laki
sebanyak 27 orang (51%) dan balita perempuan sebanyak 26 orang (49%).
b. Umur
Tabel 2
Distribusi frekuensi Responden anak balita berdasarkan umur di TK Cut Meutia
Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh
No
1
2
Umur
4 Tahun
5 Tahun
Total
Frekuensi
21
32
53
%
40%
60%
100%
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa anak balita yang berumur 4 tahun
sebanyak 21 orang (40%), dan balita yang berumur 5 tahun sebanyak 32 orang (60%).
1. Data khusus
a. Rampan Karies
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Anak Balita Berdasarkan Ada atau Tidaknya Rampan
Karies di TK Cut Meutia Keucamatan baiturrahman Banda Aceh Tahun 2011
No
RampanKaries
Frekuensi
%
1 Ada
42
79%
2 Tidak Ada
11
21%
Jumlah
53
100%
Berdasarkan tabel 3 dapat di lihat bahwa dari 53 responden yang mengalami rampan
karies 79%, sedangkan yang tidak mengalami rampan karies 21%.
b. Pengetahuan Ibu
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang Rampan Karies
Pada Balita di TK Cut Meutia Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh Tahun 2011
No
1
2
Pengetahuan Ibu
Baik
Kurangbaik
Total
Frekuensi
17
36
53
%
32 %
68 %
100 %
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu dalam katagori baik berjumlah
17 orang (32%), Sedangkan yang katagori kurang baik 36 orang (68%).
Pengetahuan Ibu Tentang Rampan Karies Pada Balita
Tabel 5
Tabel Rata- rata Pengetahuan Ibu Tentang Rampan Karies Pada Balita di Tk Cut Meutia Kecamatan
Baiturrahman Banda Aceh Tahun 2011
No
Pengetahuan Ibu
Frekuensi
Rata- rata
Kategori
1
Baik
980
2
Kurang Baik
1650
49,62
Kurang baik
Total
2630
Berdasarkan tabel diatas dapat di lihat bahwa tingkat pengetahuan ibu di TK Cut Meutia Banda
Aceh rata rata kurang baik yaitu 49,62.
2. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata rata pengetahuan ibu di TK Cut Meutia
Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh termasuk katagori kurang baik yaitu 49,62 dan 42 balita
yang mengalami rampan karies. Menurut penulis, rendahnya pengetahuan ibu di karenakan ibu
tidak memperdulikan kesehatan gigi anaknya karna ibu beranggapan gigi anak akan terganti
setelah mengalami kerusakan, tetapi banyak ibu tidak mengetahui dampak dari kerusakan gigi
anak, yang akan menyebabkan anak susah makan, susah tidur karena giginya sakit. Hal ini di
karenakan rampan karies rawan terjadi pada anak balita. Menurut Nelson (2002), kebanyakan
ibu tidak menyadari pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut anak, ibu baru akan memberi
perhatian apabila telah ada keluhan dari sang anak. Pengetahuan ibu dalam peningkatan
kebersihan gigi dan mulut harus di wujudkan melalui kesadaran yang tinggi dari ibu dan anak.
Segala sesuatu hal harus ada kesinambungan antara pengetahuan dan sikap yang di cerminkan
dalam bentuk perbuatan, sebab sering kali ibu memperlihatkan sesuatu yang bertentangan
dengan pengetahuan dan sikapnya. Pengetahuan sangat berkaitan dengan pengalaman, kesadaran
dan informasi yang di terima terutama tentang kebersihan gigi dan mulut. Pengetahuan yang
tinggi merupakan hasil tau dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu atau indera penglihatan (Notoadmojo, 2003).
Pentingnya menjaga kebersihan gigi anak usia dini agar terhindar dari rampan karies,karena
rampan karies sangat sering terjadi pada balita terlebih yang mengkonsumsi susu botol dalam
jangka waktu yang lama, posisi anak tidur dengan botol/dot dalam rongga mulut maka cairan
manis akan membasahi permukaan gigi sulung pada keadaan tersebut jumlah aliran saliva
menurun dan kualitas saliva mengental sehingga efek pembersihan saliva berkurang, lingkungan
demikian akan meningkatkan kualitas kariogenik, hasil fermentasi antara sukrosa dan bakteri
menurunkan PH saliva sehingga gigi mengalami demineralasasi email dan akhirnya menjadi
karies (Afrilina, 2006).
Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu sangat mempengaruhi
terjadinya rampan karies pada balita, Pengetahuan orangtua terurama seorang ibu terhadap
bagaimana menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting dalam mendasari terbentuknya
perilaku yang mendukung kebersihan gigi dan mulut anak, sehingga kesehatan gigi dan mulut
anak dapat baik. Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status
kesehatan gigi anaknya kelak. Figur pertama yang dikenal anak begitu dia lahir adalah ibu, Oleh
karena itu perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh sianak. Namun, pengetahuan saja tidak
cukup, perlu di ikuti dengan sikap dan tindakan yang tepat. (Gultom, 2009)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari 53 balita,42 orang ( 79%) yang mengalami rampan karies dan 11 orang (21%) yang
tidak mengalami rampan karies.
2. Pengetahuan ibu dengan katagori kurang baik berjumlah 36 orang (68%) sedangkan yang
katagoribaikhanya 17 orang (32%).
B. Saran
1. Disarankan kepada orang tua (ibu) untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut anak terutama rampan karies pada anak balita sehingga dapat
2.
DAFTAR PUSTAKA
Afrilina, G,2006. 75 Masalah Gigi Anak Dan Solusinya, Gramedia; Jakarta
Anonym, 2009.gigi kurang bersih picu terjadinya karies.http://www.lifestyle.okezone.com/read/2008/
gigi-kurang -bersih picu-terjadinya-karies. Html
Child
development, 2009.
mainmenu35.html
Pertumbuhan
gigi,
http://www.bayisehat.com/child-development-
Depkes,1995. Tata kerja pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas, Jakarta
, 2009. Undang-undang kesehatan, Jakarta.
Gultom, M, 2010. Pengetahuan Sikap Dan Tindakan ibu-ibu Rumah Tanggal.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/Chapter I.pdf.html
Jelsoft, 2004. Merangkai meningkatkan kesehatan gigi dan mulut melalui pelayanan, pencegahan,
untuk pendidikan, http://www.google.com
Kidd Edwina,1991. Dasar-dasar karies, EGC ; Jakarta
Mamimendy, 2010. Rampant karies, http://mamymendy.Blogspot.com
Machfoedz I, 2008. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-Anak dan Ibu Hamil, Jakarta.
Mahafudo, 2008. Penangganan Karies. http://www.google.com
Narendra, M.sularyo, dkk, 2002. tumbuh kembang anak dan remaja,kesehatan gigi anak dan
jaringan sekitarnya,sagang seto, Jakarta
Notoadmodjo,S.1993. Pendidikan kesehatan Dan ilmu Perilaku Kesehatan, Yogyakarta.
Paradipta, A,2009. Karies botol (bottle milk caries).
http://www.health.com/ency/68/445/main.html
Suwelo, I.S.,1992. Karies Gigi Pada Anak dengan Berbagai Faktor Etiologi, EGC, Jakarta.
Sari, C, 2008. Balita Dan Gigi, http://www.google.com
Sutadi,H, 2002.penanggulangan rampan karies serta keluhan pada anak.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/indek php.html
Suryawati,dkk, 2009. Prevalensi karies pada anak balita.
http://tantursyah.blokspot.com