Belajar Dari Pembelaan Australia
Belajar Dari Pembelaan Australia
Memang ada anggapan bahwa pembelaan Australia ini terkait dengan politik
dalam negeri. Menlu Bishop kini sedang mengincar jabatan Perdana Menteri, jadi
pembelaannya itu dapat dijadikan materi kampanye pemilu guna menarik simpati
rakyat.
Tetapi anggapan ini tidak terlalu berdasar. Tampaknya Australia memang
ingin berbuat maksimal melindungi warganya yang berada di ujung kematian. Meski
Sukumaran dan Chan merupakan warga keturunan India dan Cina, tetapi pemerintah
memandang keduanya punya hak sama untuk dibela sebagaimana warganegara
Australia asli pada umumnya.
Upaya Australia ini juga mendapat dukungan dari pegiat HAM dalam negeri.
Seorang anggota Komnas HAM mengatakan, apa yang diperjuangkan Pemerintah
Australia hal wajar dan seharusnya demikian. Sebab dalam kacamata HAM
internasional, hukuman mati tidak perlu ada lagi, kecuali untuk tiga kejahatan serius,
yaitu kejahatan kemanusiaan, genosida dan terorisme.
Komnas HAM menekankan, kejahatan narkoba dalam pandangan hukum
internasional tidak tergolong extraordinary crime sebagaimana ketiga kejahatan
serius di atas. Ia hanya kriminalitas biasa. Jadi hukumannya pun mestinya biasa-biasa
saja, dalam arti tidak sampai hukuman mati.
Memang sekiranya kejahatan narkotika di Indonesia tidak terlalu parah,
barangkali upaya Australia atau pihak mana saja masih patut ditindaklanjuti dengan
mengurungkan eksekusi. Apalagi semua terpidana mati, yang telah maupun belum
dieksekusi, rata-rata sudah berubah dan bertaubat dari kejahatannya. Artinya ketika
eksekusi dilakukan, hakikatnya pemerintah mengeksekusi orang yang sudah
bertaubat. Ibu Sukumaran dari India juga memangis-nangis meminta anaknya
diselamatkan, biar dihukum seumur hidup ia rela, asal jangan mati.
Tetapi kejahatan narkotika di negeri ini sudah darurat, jadi hukumannya pun
serba darurat, seperti halnya darurat perang. Pemerintah memang benar-benar dalam
pilihan sulit. Dengan hukuman mati pun kejahatan yang satu ini belum tentu
berkurang. Setiap hari kita masih saja menemui berita kejahatan ini dalam berbagai
bentuk dan modusnya, seolah tiada ada matinya. Banyak yang terperosok dalam
kejahatan ini karena desakan ekonomi.
Tidak Maksimal
Berbagai usaha yang dilakukan Australia di atas hampir pasti gagal, karena
Presiden Jokowi telah menegaskan tidak akan memberi grasi kepada terpidana mati
narkoba yang sudah diputus pengadilan. Lagi pula kalau lobi-lobi Australia itu
dikabulkan, kita jadi tidak konsisten, sebab eksekusi terhadap warganegara asing
seperti Belanda, Brazil dan Vietnam sudah terlaksana bulan lalu.
Patut diambil pelajaran adalah gigihnya usaha Australia. Mereka tak hanya
menggunakan kekuatan dalam negeri, juga negeri-negeri lain, bahkan PBB juga
dilibatkan. Sangat berbeda ketika banyak waganegara Indonesia yang selama ini
dihukum mati di negara lain, katakanlah Malaysia dan Arab Saudi, nyaris kita hanya
berjuang sendiri.