Makalah HYPOTALAMUS
Makalah HYPOTALAMUS
PENDAHULUAN
Konsep emosi mencakup perasaan emosional subyektif dan suasana hati (misalnya marah,
takut, kegemberiaan) plus respon fisik nyata yang berkaitan dengan persaan persaan tersebut.
Emosi mempunyai komponen mental dan fisik. Ia melimbatkan kognisi, kesadaran akan sensasi
dan biasanya penyebabnya; afek, perasaan itu sendiri; konasi, desakan bertindak; dan
perubahan fisik seperti hipertensi, takikardia dan berkeringat. Hypothalamus dan sistem limbik
berhubungan erat dengan ekspresi emosi dan pembentukan emosi.
PEMBAHASAN
1. Hypothalamus
Hypothalamus merupakan bagian ujung anterior diechephalon yang terletak dibawah sulcus
hypothamalus dan di depan nuclei interpedunculares.1
Hipothalamus terletak tepat di bawah talamus dan dibatasi oleh sulcus hipothalamus.
Hipothalamus berlokasi di dasar diencephalon dan sebagian dinding lateral ventrikel III.
Hipotalamus meluas ke bawah sebagai kelenjar hipofise yang terletak di dalam sela tursika os
sfenoid. Hipothalamus ini berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf
otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah laku dan emosi.1
Bagian anterior hipothalamus adalah suatu substansi yang disebut substansi abu abu atau
substansi grisea yang menyelubungi kiasma optik, yang merupakan persilangan dari saraf optik.
Sedangkan bagian tengah hipothalamus terdiri dari infundibulum (berbentuk batang) kelenjar
hipofisis posterior tempat melekatnya kelenjar hipofisis.1
Hipothalamus adalah daerah otak yang paling jelas terlibat dalam pengaturan langsung
lingkungan internal. Contoh : jika kita merasa lapar, hipothalamus yang berfungsi sebagai
pemberitahu jika kita membutuhkan makan, maka dicetuskan rasa lapar. Daerah daerah lain di
otak, misalnya korteks cerebrum, bekerja secara lebih tidak langsung untuk mengatur lingkungan
internal. Contoh : jika kita merasa lapar, daerah korteks cerebrum yang akan memberitahu kita
apa yang harus kita lakukan, lapar harus makan. Bahkan aktivitas perilaku volunter ini sangat
dipengaruhi oleh hipotalamus, yang sebagai bagian dari sistem limbik, berfungsi bersama
korteks untuk mengontrol emosi dan perilaku yang termotivasi.1,2
Hubungan dengan hypophysis
Ada hubungan saraf antara hypothalamus dan lobus posterior hypophysis serta hubungan
vaskular di antara hypothalamus dan lobus anterior. Secara embriologi hypophysis posterior
muncul sebagian evaginasi lantai ventriculus tertius. Sebagian besarnya dibentuk dari ujung
akson dari bada sel di dalam nuclei supraopticus dan paraventriculares serta berjalan ke
hypophysis posterior melalui tractus hipothalamohypophysialis. Pembuluh darah porta
hypophysialis membentuk hubungan vaskular langsung antara hypothalamus dan hypophysis
anterior. Ranting arteri dan arteria carotis dan circulus Willis membentuk jalinan kapiler
fenestrasi yang dinamai plexus primer pada permukaan ventral hypothalamus. Gelung kapiler
juga menembus eminentia medialis. Eminentia medialis didefinisikan sebagai bagian
hypothalamus ventralis, tempat muncul pembuluh darah porta. Daerah ini di luar sawar darahotak. Gelung kapiler juga menembus eminentia medialis. Kapiler mendrainase ke dalam
pembuluh porta sinusoid hypophysialis yang membawa darah menuruni infundibulum
hypophysis ke kapiler hypophysis anterior. Sistem ini dimulai dan berakhir di dalam kapiler
tanpa menuju jantung, sehingga suatu sistem porta sejati.1,2
Hubungan Aferen dan eferen hipothalamus
Kebanyakan serabut ini tak bermielin. Banyak yang menghubungkan hypothalamus ke sistem
limbik. Juga ada hubungan penting antara hypothalamus dan nuclei di dalam tegmentum
mesencephali, pons dan rhombencephalon.1
Neuron pensekresi norepinefrin bersama badan selnya di dalam rhombencephalon berakhir di
dalam banyak bagian hypothalamus berbeda. Neuron paraventricularis yang mungkin mensekresi
oksitosin dan vasopresin kemudian diproyeksikan ke rhombencephalon dan medula spinalis.
Neuron yang mensekresi epinefrin mempunyai badan selnya di dalam hypothalamus ventralis.
Ada sistem neuron pensekresi dopamin intrahypothalamus, yang mempunyai badan selnyaa di
dalam nucleus arcuata dan berakhir pada atau dekat kapiler yang membentuk pembuluh darah
porta di dalam eminentia medialis. Neuron yang mensekresi serotonin diproyeksikan ke
hypothalamus dari nuclei raphae.2
Fungsi hipothalamus
Fungsi
Regulasi suhu
Aferen Dari
Area Intergasi
Hypothalamus anterior,
hypothalamus.
hypothalamus posterior,
berespon terhadap dingin.
Kontrol neuroendokrin
Katekolamin
posterior
Vasopresin
Osmoreseptor, reseptor
volume, lainnya
paraventriculares
paraventriculares
mungkin lainnya.
area berdekatan
Oksitosin
Hormon
Nuclei paraventriculares
Hormon
perangsang
raba
di
diketahui
menghambat sekresi)
Nucleus paraventriculares,
nucleusarcuata
Lapar
lapar
lateral,
juga
komponen limbik
Perilaku seks
ventralis
ditambah
cortex
Reaksi pertahanan
Ketakutan, kemarahan
melalui
hypothalamus
serabut Nuclei suprachiasmaticus
retinohypothalamicus
Table 1.1. fungsi hipotalamus
Gambar 2.1 Sistem Limbik, terdiri dari beberapa komponen, seperti talamus, gyrus cinguli
fornix, amygdala, dan hipokampus.
(sumber http://hil4ry.files.wordpress.com/2007/07/brain_headborder.jpg)
Sistem limbik terdiri dari sekelompok struktur dalam cerebrum dan diensefalon yang terlibat
dalam aktivitas emosional dan terutama aktivitas perilaku tidak sadar (involuntar).
Bagian bagian dari sistem limbik :2
1)
2)
forniks dan area septum pada bagian frontal otak dekat bagian radiks bulbus
olfaktorius adalah sub-kortikal sistem limbik
3)
kolosum ke bagian medial hemisferum serebri dalam girus singulata, dan akhirnya berjalan di
belakang korpus kolosum dan ke bawah menuju permukaan ventromedial lobus temporalis ke
girus parahipokampal dan unkus. Lalu pada permukaan medial dan ventral dari setiap
hemisferum serebri ada sebuah cincin, terutama merupakan paleokorteks, yang mengelilingi
sekelompok struktur dalam yang sangat berkaitan dengan prilaku dan emosi. Sebaliknya, cincin
korteks ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi dua arah dan merupakan tali penghubung
antara neokorteks dan struktur limbik yang lebih rendah.2
Histologi
Cortex limbik merupakan bagian cortex cerebri tertua secara filogenetik. Secara histologi ia
dibentuk dari jenis primitif jaringan cortex yang dinamai alcortex (yang mengelilingi hilus
hemispherium) dan cincin kedua dai jenis cortex transisional yang dinamai juxtallocortex di
antara allocortex dan bagian hemispherium cerebri lain. Jaringan cortext bagian hemispherium
cerebri lain. Jaringan cortex bagian non-limbik lain dari hemispherium dinamai neocortex dan
merupakan jenis yang berkembang paling tinggi. Luas sebenarnya area allocortex dan
juxtallocortex telah berubah sedikit sewaktu mammalia berkembang, tetapi daerah ini telah
dibelakangi oleh pertumbuhan neocortex yang besar sekali, yang mencapai perkembangan
terbesar dalam manusia.2,3
Hubungan Aferen dan Eferen
Fornix menghubungkan hippocampus dengan corpus mamillare, yang kemudian berhubungan
dengan nuclei anteriores thalami oleh fasciculus mamillothalamicus. Nuclei anteriores thalami
diproyeksikan ke cprtex cinguli dan dari cortex cinguli ada hubungan ke hippocampus, yang
melengkapi suatu sirkuit tertutup yang rumit ini. Sirkuit ini mula-mula digambarkan oleh Papez
dan telah dinamai sirkuit Papez.2
Hubungan antara struktur dan fungsi
Dari sifat sistem limbik, salah satunya tak adanya hubungan di antaranya dan neocortex. Nauta
secara tepat mengatakan bahwa neocortex duduk mengangkangi sistem limbik seperti seorang
penunggang seekor kuda tanpa kendali. Sebenarnya ada sedikit hubungan dan dari sudut
pandang fungsional, aktivitas neocortex memodifikasi perilaku emosi dan sebalikya. Tetapi salah
satu sifat emosi bahwa ia tak dapat dihidupkan dan dimatikan semaunya.2
Sifat lain sirkuit limbik adalah pelepasan listrik susulannya yang lama setelah perangsangan. Hal
ini bisa menjelaskan sebagian fakta bahwa umumnya respon emosi memanjang ketimbang
menghilang dan lebih lama daripada rangsangan yang memulainya.2
Fungsi Limbik
Percobaan rangsangan dan ablasi menunjukkan bahwa di samping perannya dalam penciuman,
sistem limbik berhubungan dengan perilaku makan. Bersama dengan hypothalamus, ia juga
berhubungan dengan perilaku seks, emosi kemarahan dan ketakutan serta ketakutan.2
3. Saraf Otonom
Penataan sistem saraf otonom, seperti sistem saraf somatik, merupakan pentaan lengkung refleks.
Implus yang dimulai dari reseptor visera dihantarkan melalui jalur aferen otonom ke sistem saraf
pusat, diintergasikan di situ dalam berbagai tingkat, dan diteruskan melalui jaras eferen ke
efektor visela. Pengaturan ini perlu ditekankan karena komponen-komponen aferen yang
berperan penting sering diabaikan.3
Susunan anatomik persarafan otonom
Bagian motorik perifer sistem saraf otonom terdiri atas neuron preganglionik dan
pascaganglionik. Badan sel neuron preganglionik terletak di kolumna grisea intermediolateral
(eferen visera) medula spinalis atau di nukleus motorik homologus saraf-saraf otak. Aksonaksonnya sebagian besar merupakan serat penghantar lambat B mielin. Akson-akson itu
bersinaps di badan sel neuron pascaganlionik yang terletak di luar sistem saraf pusat setiap akson
preganglionik terbagi menjadi sekitar 8-9 neuron pascaganglionik. Dengan demikian, persarafan
otonom bersifat difus. Akson neuron pascaganglionik, yang sebagian besar merupakan serat C
tak bermielin, berakhir di efektor visera.3
Secara anatomik, persarafan otonom dibagi menjadi 2 komponen : divisi simpatis dan
parasimpatis sistem saraf otonom. Banyak ahli fisiologi menambahkan sistem saraf enterik
sebagia bagian ketiga.3
Pusat parasimpatis
ketakutan serta bisa timbul bla sistem vasodilator simpatis kolinergik diaktivasi. Telah diklaim
bahwa ada pusat hypothalamus terpisah bagi pengendalian sekresi epinefrin dan neropinefrin.
Sekresi diferensial satu katekolamin medulla adrenalis ini atau lainnya timbul dalam keadaan
tertentu, tetapi kecil peningkatan selektif.2,3
Divisi Simpatis
Akson neuron preganglionik simpatis meninggalkan medulla spinalis bersama radiks ventralis
saraf torakal pertama sampai saraf spinal lumbal ketiga atau keempat. Akson-akson ini berjalan
melalui ramil komunikans putih ke rantai ganglion simpatis paravertebra, dan sebagian besar
beraj]khir di badan sel neuron pascaganglionik. Akson sebagian neuron pascaganglionik berjalan
ke visera dalam berbagai saraf simpatis. Sebagaian lain masuk kembali ke dalam saraf spinal
melalui ramus komunikans kelabu dari rantai ganglion dan disebarkan ke efektor otonom di
daerah yang dipersarafi oleh saraf-saraf spinal tersebut. Saraf simpatis pascaganglionik untuk
kepala berasal dari ganglia superior, media dan stelata di perluasan kranial rantai ganglion
simpatis dan berjalan ke efektor bersama pembuluh darah. Sebagian neuron preganglionik
berjalan melalui rantai ganglion paravertebra dan berakhir pada neuron pascaganglionik yang
terletak di ganglion kolateral dekat visera tersebut. Sebagian uterus dan saluran kelamin pria
dipersarafi oleh suatu sistem khusus, neuron noradrenegrik pendek dengan badan sel di ganglion
yang terletak pada atau dekat organ tersebut, sedangkan serat preganglionik untuk neuron
pascaganglionik ini kemungkinan berjalan sampai ke organnya.3
Transmisi di Ganglion Simpatis
Setidaknya pada binatang percobaan, respons yang terbentuk di neuron pascaganglionik oleh
perangsangan neuron preganglionik mencangkup bukan saja depolarisasi cepat (ESPS cepat)
yang membangkitkan potensial aksi tetapi juga potesial postsinaptik inhibisi yang beralngsung
lama (IPSP lambat), ptensial postsinaptik eksitasi yang berlangsung lama (EPSP lambat) serta
EPSP lambat ikutan. EPSP lambat ikutan tersebut berlangsung sangat lama, beberapa menit,
bukan milidetik. Respon lambat ini tampaknya mengubah dan mengantur transmsi melalui
ganglio simpatis. Depolarisasi awal ditimbulkan oleh asetilkolin melalui reseptro nikotinik. IPSP
lambat mungkin ditimbulkan oleh dopamin, yang dihasilkan oleh intereneuron di dalam
ganglion. Interneuron ini dirangsang oleh penggiatan suatu reseptor muskarinik M 1. Interneuron
yang mensekresikan dopamin merupakan sel-sel kecil yang berfluoresensi kuat (sel-sel SIF) di
ganglion. Pembentukan IPSP lambat tampaknya tidak diperantarai oleh AMP siklik, sehingga
diduga bahwa suatu reseptor D2 berperan. EPSP lambat ditimbulkan oleh asetilkolin yang bekerja
pada reseptor muskarinik di membran neuron pascaganglionik. EPSP lambat ikutan ditimbulkan
oleh GnRH atau suatu peptida yang sangat mirip dengannya.4,5
Transmisi kimiawi di hubungan otonom
Transmisi pada hubungan simpatik antara neuron pre dan pascaganglionik serta antara neuron
pascaganglionik dan efektor otonom diperantarai secara kimiawi. Transmiter utama yang
berperan adalah asetilkolin dan norepinefrin , meskipun dopamin juga disekresikan oleh
interneuron di ganglion simpatis, dan GnRH disekresikan oleh sebagian neuron preganglionik.
GnRH memerantai respons eksitasi lambat. Selain itu, terdapat kontransmiter di neuron otonom,
dan VIP dilepaskan bersama astetilkolin, sedangkan ATP dan neuropeptida Y bersama
neropinerfin. VIP menimbulkan bronkodilatasi, dan mungkin terdapat sistem saraf nonadrenergik
nonkolinegrik yang mensekresi VIP yang terpisah dan mempersarafi otot polos bronkus.4,5
Ketakutan dan kemarahan
Ketakutan dan kemarahan dalam sejumlah cara berhubungan erat dengan emosi. Manifestasi luar
ketakutan, melarikan diri atau reaksi penghindaran pada hewan merupakan respon autonom
seperti berkeringat dan dilatasi pupil, gemetar ketakutan dan memalingkan kepalanya dari sisi ke
sisi lain untuk melepaskan diri. Reaksi menyerang, berkelahi atau kemarahan pada kucing
disertai dengan berdesis, menyembur, mengeram, piloereksi, dilatasi pupil serta mencakar dan
menggigit yang terarah baik. Kedua reaksi dan kadang-kadang campuran keduanya dapat
dihasilkan oleh rangsangan hypothalamus. Bila seekor hewan terancam, maka biasanya ia
berusaha melarikan diri. Jika terkepung, seekor hewan bertempur. Sehingga reaksi ketakutan dan
kemarahan mungkin berhubungan dengan respon perlindungan naluriah terhadap ancaman di
dalam lingkungan.5
Divisi kimia sistem saraf otonom
Berdasarkan mediator kimiawi yang dilepaskan, sistem saraf otonom dapat dibagimenjadi divisi
kolinegrik dan noradrenegerik. Neuron-neuron yang bersifat kolinergik adalah :5
1. Semua neuron preganglionik.
2. Neuron pascaganglionik parasimpatis secara anatomik.
Secara umum, berbagai fungsi yang ditimbulkan oleh kegiatan sistem saraf otonom divisi
kolinergik adalah yang berkaitan dengan aspek-aspek vegetatif kehidupan sehari-hari. Misalnya,
kegiatan kolinergik membantu pencernaan dan absorpsi makanan dengan meningkatkan kegiatan
otot usus halus, meningkatkan sekresi lambung dan merelaksasi sfinkter pilorus. Karena itu, dan
untuk membedakan dengan efek katabolik noradrenergik, divisi kolinergik kadang-kadang
dinamakan sistem saraf anabolik.6
Fungsi VIP yang dilepaskan dari neuron-neuron pascaganglionik kolinergik tidak jelas, tetapi
terdapat bukti bahwa VIP mempermudah kerja asetilkolin postsinaptik. Karena VIP merupakan
vasodilator, maka mungkin juga meningkatkan aliran darah di organ-organ sasaran.6
Lepas muatan noraderenergik
Divisi noradrenergik melepaskan implus sebagai suatu unit dalam keadaan darurat. Pengaruh
pelepasan implus ini sangat berarti dalam menyiapkan individu mengatasi keadaan darurat,
meskipun penting menghindari pemikiran yang salah yang berkaitan dengan pernyataan bahwa
sistem ini melepaskan impuls untuk melaksanakan hal itu. Misalnya, kegiatan noradrenergik
menimbulkan relaksasi akomodasi dan menyebabkan dilatasi pupil (membiarkan lebih banyak
cahaya masuk ke dalam mata), mempercepat denyut jantung, dan meningkatkan tekanan darah
(memungkinkan perfusi lebih baik pada organ vital dan otot), serta menyempitkan pembuluh
darah kulit(yang membatasi perdarahan pada luka). Kegiatan noradrenergik juga menurunkan
ambang di formasi retikular (meningkatkan kewaspadaan) dan meningkatkan kadar glukosa
plasma serta asam lemak bebas (memberikan lebih banyak energi). Berdasarkan berbagai
pengaruh tersebut, Cannon menamakan kegiatan sistem saraf noradrenergik yang dipicu oleh
keadaan darurat itu sebagai persiapan untuk lari atau melawan.6
Penekanan pada lepas muatan masal pada situasi stres sebaiknya tidak merancukan kenyataan
bahwa serat sraf otonom noradrenegrik juga melayani berbagai fungsi lain. Misalnya, kegiatan
tonik noradrenergik pada arterila mempertahankan tekanan arteri, dan variasi pada kegiatan tonik
ini merupakan mekanisme yang mempengaruhi pengaturan umpan balik sinus karotis terhadap
tekanan darah. Di samping itu, lepas muatan simpatis menurun pada hewan yang puasa dan
meningkat bila hewan puasa itu diberi makan kembali. Perubhan-perubahan ini dapat
menerangkan penurunan tekanan darah dan kecepatan metabolisme yang disebabkan oleh puasa
serta perubahan yang berlawanan akibat pemberian makanan.6
Hormon gonad tampak mempengaruhi perilaku agresif. Pada hewan jantan, agresi. Pada hewan
jantan, agresi menurun oleh kastrasi dan ditingkatkan oleh endrogen. Ia juga dipersiapkan oleh
faktor sosial; ia lebih menonjol dalam jantan yang hidup bersama betina dan meningkat sewaktuwaktu sesuatu yang asing dimasukkan ke dalam wilayah hewan.7
Mula-mula dianggap bahwa serangan kemarahan dalam hewan dengan lesi diencephalon dan
prosencephalon hanya menunjukkan manifestasi fisik motorik kemarahan, sehingga reaksi ini
dinamai pura-pura marah. Sekarang tampak hal ini tak tepat. Walaupun serangan kemarahan
dalam hewan dengan lesi diencephalon diinduksi oleh rangsangan ringan, namun biasanya ia
diarahkan dengan ketepatan besar pada sumber iritasi. Lebih lanjut, rangsangan hypothalamus
yang menimbulkan reaksi ketakutan-kemarahan jelas tak memuaskan hewan, karena ia menjadi
persiapan ('conditioned') melawan tempat percobaan dilakukan dan mencoba menghindari
rangkaian percobaan. Ia dapat mudah diajarkan menekan tuas atau melakukan sejumlah lainnya
yang bertindak mencegah rangsangan hypothalamus yang menimbulkan manifestasi ketakutan
atau kemarahan. Sulit (jika bukan tak mungkin) melakukan respon refleks bersyarat
('conditioned reflex') oleh rangsangan sistem motorik murni dan juga sulit jika rangsangan yang
tidak dipersiapkan tidak membangkitkan perasaan menyenangkan. Fakta bahwa rangsangan
hypothalamus suatu rangsangan kuat tak dipersiapkan bagi pembentukan respon penghindaran
dipersiapkan dan fakta bahwa respon penghindaran sangat menetap, menunjukkan bahwa
rangsangan tak menyenangkan. Sehingga ada sedikit keraguan bahwa serangan kemarahan
mencakup manifestasi mental maupun fisik kemarahan dan istilah pura-pura marah harus
dibuang.7
KESIMPULAN
Emosi yang di rasakan oleh seseorang, entah itu rasa takut, senang, sedih, dan perubahan
fisik seperti hipertensi, takikardia dan berkeringat memiliki hubungan dengan Hypothalamus dan
sistem limbic yang berhubungan erat dengan ekspresi emosi dan pembentukan emosi.
DAFTAR PUSTAKA
3.
4.
5.
6.
Jungueira LC, Carnero J. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Jakarta : EGC, 2007
Lauralee S. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta : EGC, 2011
Lauralee S. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC, 2001
Muray KR, Granner KD, Rodwell WV. Biokimia Harper. Edisi 27. Jakarta : EGC,
2009
7. Jack de Groot. Neuroanatomi korelatif (correlative neuroanatomy). Edisi 24. Jakarta :
EGC, 2002