Glaukoma Kongenital Libre
Glaukoma Kongenital Libre
GLAUKOMAKONGENITAL
Oleh:
Jemmyariesandy(06700055)
Indahregina(07700145)
Pembimbing
dr.BagasKumoro,Sp.M
dr.LutfiZein,Sp.M
dr.IwanDewanto,Sp.M
DisusunUntukMelaksanakanTugasKepaniteraanKlinik
diSMFIlmuKesehatanMataRSDdr.SoebandiJember
RUMAHSAKITDAERAHDR.SOEBANDI
FAKULTASKEDOKTERAN
2012
KATAPENGANTAR
Jember,desember2012
Penyusun
DAFTARISI
HALAMANJUDUL...............................................................................................................................i
DAFTARISI.........................................................................................................................................ii
KATAPENGANTAR........................................................................................................................iii
BAB1.PENDAHULUAN..............................................................................................................1
BABII.TINJAUANPUSTAKA......................................................................................................3
2.1Definisidanklasifikasi.........................................................................................3
2.2Anatomimata.............................................................................................................5
2.3Anatomidansudutfiltrasi.................................................................................7
2.4Fisiologihumorakuos.........................................................................................8
2.5Epidemiologi.............................................................................................................9
2.6Etiologi......................................................................................................................10
2.7Faktorresiko.........................................................................................................10
2.8Manifestasiklinisdandiagnosis................................................................11
2.9Gejalaklinis...........................................................................................................17
2.10Patofisiologi.......................................................................................................18
2.11Diagnosisbanding..........................................................................................21
2.12Pemeriksaanpenunjang............................................................................22
2.13Penatalaksanaan............................................................................................22
2.14Prognosisdanfollowup............................................................................23
2.15Komplikasi........................................................................................................24
BABIII.KESIMPULAN...........................................................................................................25
DAFTARPUSTAKA.................................................................................................................26
Bab1
Pendahuluan
Glukoma berasal dari bahasa yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan
kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma mengakibatkan lapang pandang
seseorang menghilang, dengan atau tanpa gejala. Hal ini disebabkan oleh factor kongenital atau
didapat setelah dilahirkan (acquired)
Ketua jabatan oftalmology, pusat pengajian sains pengobatan, hospital university sains
Malaysia (HUSM), Dr. Mohtar Ibrahim berkata, glaukoma kongenital ini biasanya melibatkan
kecacatan pada humor aqueous. Menurut beliau, glukoma acquired terbagi dalam 2 bagian, yaitu
primer dan sekunder.
Glaukoma adalah neuropatik optic yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang (relative)
tinggi , yang ditandai oleh kelainan lapang pandang yang khas dan atrofi papil saraf optic. Pada
keadaan ini TIO tidak harus selalu (absolute) tinggi, tettapi TIO relative tinggi untuk individu tersebut.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan peringkat kedua di Indonesia setelah katarak. Kebutaan
yang terjadi pada glaukoma bersifat menetap, tidak sepeti katarak yang bias dipulihkan dengan
pembedahan.
Glaukoma kongenital adalah gleukoma yang paling sering terjadi pada anak dan merupakan
penyebab penting pada anak. Glukoma kongenital terjadi karena saluran pembuangan tidak terbentuk
dengan baik atau bahkan tidak terbentuk sama sekali. Glaukoma kongenital terbagi menjadi dua,
yaitu :
tipe infantile
Tanda dan gejala klinis glaukoma kongenital ini mencakup 3 tanda klasik berupa:
1. epifora,
2. fotofobia
3. dan blefarospasme
pemeriksaan klinis pada glaukoma kongenital akut sebaiknya dilakukan pada anastesi umum.
Pemeriksaan tersebut berupa pemeriksaan mata luar, tajam penglihatan, tonometry, gonioskopi,
oftalmoskopi dan ultrasonografi.
Glaukoma kongenital primer, dihitung kira-kira 50-70% dari glaukoma kongenital, terjadi
kurang pada glaukoma dewasa primer dan jarang terjadi ( 1 dalam 10.000 kelahiran)
Glaukoma kongenital terjadi sejak lahir, atau pada tahun pertama setelah lahir. Kelainan ini
terjadi karena terhentinya pertumbuhna struktur sudut iridokorneal sejak dalam kandungan kira-kira
saat jani berumur 7bulan. Komplikasi glaukoma yang tidak terdiagnosis bisa kelemahan penglihatan
seanjang hidup. Prognosis buruk terjadi pada bayi dengan peningkatan TIO dan kekeruhan kornea
saat lahir. Pada kasus yang tidak diobati, kebutaan timbul dini.
Bab2
Tinjauan pustaka
2.1 Definisi dan Klasifikasi
Glaukoma merupakan kelompok penyakit yang biasanya memilik satu gambaran berupa
kerusakan nervus optikus yang bersifat progresif yang disebabkan karena peningkatan tekanan
intraokuler. Sebagai akibatnya akan terjadi gangguan lapang pandang dan kebutaan.
Glaukoma biasanya menimbulkan gangguan pada lapang pandang perifer pada tahap awal
dan kemudian akang mengganggu penglihatan sentral. Glaukoma ini dapat tidak bergejala karena
kerusakan terjadi lambat dan tersamar. Glaukoma dapat diobati jika dapat terdeteksi secara dini.
Berdasarkan gangguan aliran humor aqueous, galukoma diklasifikasikan menjadi glaukoma
sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Sedangkan berdasarkan adanya keadaan lain yang
berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler, glaukoma dibedakan menjadi glaukoma
primer dan sekunder. a
Glaukoma kongenital adalah suatu glaukoma yang terjadi pada bayi atau anak-anak , terjadi
akibat penutupan bawaan dari sudut iridokorneal oleh suatu membrane yang dapat menghambat
aliran dari humor aqueous sehingga dapat meningkatkan tekanan intra okuler. Kondisi ini progresif
dan biasanya bilateral dan dapat merusak saraf optic.
Glaukoma kongenital primer atau infantile terjadi saat lahir atau dalam tahun pertama
kehidupan. Kondisi ini terjadi karena abnormalitas pada perkembangan anterior chamber angle yang
menghambat aliran aqueous pada ketiadaan anomaly sistemik atau malformasi ocular lainnya.
Glaukoma infantile sekunder berhubungan dengan inflamasi, neoplastic, hamartomatus, metabolic,
atau abnormalitas congenital lainnya. Glaukoma juvenile primer disadari kemudian pada masa
kanak-kanak (umumnya setelah umur 3 tahun) atau pada awal masa dewasa.
Glaukoma kongenital dapat dibagi menjadi :
1. Glaukoma kongenital primer, yang menunjukkan kelainan perkembangan terbatas pada
sudut kamera anterior.
2. Anomaly perkembangan segmen anterior, pada sindrom axenfeld, anomaly peter, dan
sindrom Reiger. Disini perkembangan iris dan kornea juga abnormal.
3. Berbagai kelainan lain, termasuk aniridia, sindrom sturge weber, neurofibromatosis, dan
rubella kongenital. Pada keadaan ini , anomaly perkembangan pada sudut disertai dengan
kelainan ocular dan ekstraokular lain. b
3. Aniridia
Aniridia disebabkan oleh kelainan pada gen PAX6 pada kromosom 11. Gambaran khasnya
adalah iris tidak berkembang ( vestigial ). Dapat ditemukan deformitas mata yang lain, misalnya
katarak kongenital, distrofi kornea, dan hypoplasia fovea. Penglihatan biasanya buruk. Timbul
sebelum masa remaja. Dapat ditemukan sporadic dan biasanya berhubungan dengan tumor
Wilms
Apabila terapi medis tidak efektif, goniotomi atau trabekulektomi kadang-kadang dapat
menormalkan tekanan intraocular. Sering diperlukan tindakan operasi filtrasi, tetapi prognosis
penglihatan jangka panjang buruk. a
2. Rongga mata
Merupakan suatau rongga yang dibatasi oleh dinding dan terbentuk sebagai piramida
kwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian besar dari rongga ini
diisi oleh lemak, yang merupakan bantalan dari bola mata dan alat tubuh yang berada
didalamnya seperti: urat saraf, otot-otot penggerak bola mata, kelenjar air mata, pembuluh
darah.
3. Bola mata
Menurut fungsinya maka bagian-bagian ini dapat dikelompokkan menjadi :
Dinding bola mata yang terdiri dari : sclera dan kornea. Kornea kecuali sebagai
dinding.
Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan fungsinya masingmasing.
Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari forniks konjungtiva kedalam
rongga hidung. b
10
Ligamentum ini berasal dari dataran depan iris menuju ke depan trabekula.
Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, homogen, elastis dan seluruhnya diliputi oleh
endotel. Keseluruhannya merupakan sponge yang tembus pandang, sehingga bila ada darah didalam
kanalis schlem, dapat terlihat dari luar.
Kanalis schlem merupakan kapiler yang dimodofikasi, yang mengelilingi kornea.
Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel, diameternya 0,5mm. pada dinding sebelah dalam, terdapat
lubang-lubang sehingga terdapat hubungan langsung anatar trabekula dan kanalis schlem. Dari
kanalis schlem keluar saluran kolektor 20-30 buah, yang menuju ke plexus vena didalam jaringan
schlera dan episklera dan vena Ciliaris anterior di badan siliar. b
11
cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi dan protein , urea, dan
glukosa yang lebih rendah.
Humor aqueous diproduksi oleh korpus siliaris. Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di stroma
procesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan procesus sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk
ke kamera posterios, humor aqueous mengalir melalui pupil ke kamera anterior lalu kejalinan
terbekula disudut kamera anterior. selama periode ini, terjadi pertukaran differential komponenkomponen dengan darah di iris. Peradangan atau trauma intraokuler dapat menyebabkan peningkatan
konsentrasi protein. Hal ini disebut humor aqueous plasmoid dan sangat mirip dengan serum darah.
Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastic yang dibungkus oleh
sel-sel trabekula yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori semaking mengecil
sewaktu mendekati kanalis schlemm. Kontraksi otot ciliaris melalui insersinya kedalam jalinan
trabekula memperbesar ukuran pori-pori dijalinan tersebut sehingga kecepatan drainase humor
aqueous juga meningkat. Aliran humor aqueous kedalam kanalis schlemm bergantung pada
pembentukan saluran-saluran transeluler siklik di lapisan endotel.saluran efferens dari kanalis
schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aquous) menyalurkan cairan kedalam system
vena. Sejumlah kecil humor aqueous keluar dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela
sclera ( aliran uveo scleral ). c
2.5 Epidemiologi
Glaukoma pada anak bersifat heterogen. Galukoma kongenital primer,
dihitung kira-kira 50%-70% dari glaukoma kongenital, terjadi kurang daripada
glaukoma dewasa primer dan jarang terjadi (1 dalam 10.000 kelahiran). Dari kasus
glaukoma pediatric, 60% didiagnosa pada umur 6 bulan dan 80% dalam tahun
pertama kehidupan. Perkiraan 65% pasien adlah laki-laki dan terjadi bilateral dalam
70% kasus.
Meskipun ada dugaan tentang adanya suatu autosomal dominan inheritan,
kebanyakan pasien memperlihatkan pola resesif dengan penetran variabel atau
inkomplit, dan kemungkinan multifaktorial inheritan. Beberapa tipe glaukoma juvenil
yang mempunyai pola autosomal dominan inheritan dikelompokkan pada kromosom
IQ 21 - 31. Beberapa kasus glaukoma kongenital primer dihubungkan dengan
penyusunan kembali pola kromosom. Awal kekacauan ini bervariasi. Sebelum adanya
terapi operasi yang efektif, kasus terburuk dengan penyakit ini hampir selalu
menyebabkan kebutaan.
12
Beberapa pasien dengan glaukoma kongenital, infantil atau juvenil kemungkinan jga
menderita Axenfeld, Rieger Syndrom, Aniridia, atau kekacauan multi sistemik
genetik. Semua pasien glaukoma anak dan pasien dewasa yang menderita glaukoma
pada masa anak-anak harus dievaluasi oleh seorang ahli genetik untuk tujuan
konseling. b,c
2.6 Etiologi
Kelainan ini akibat terdapatnya membran kongenital yang menutupi sudut
bilik mata pada saat perkembangan bola mata, kelainan pembentukan kanal schlemm
dan saluran keluar cairan mata yang tidak sempurna terbentuk. Glaukoma kongenital
juga berhubungan dengan penyakit kongenital lainnya. Seperti
Weber
syndrome,
neurofibromatosis,
Lowe
syndrome,
includingSturgePierre
Robin
13
Gambar 4. Aliran cairan bilik mata (dikutip dari Textbook: Handbook of Glaucoma.
Martin Dunitz)
Epifora
Fotofobia
Blefarospasme,
14
Gambar 1. Buphtalmos
Gambar 2. Epifora
2. Tajam penglihatan
Tajam penglihatan dapat berkurang karena atrofi nervus optikus,
kekeruhan kornea, astigmat, ambliopia, katarak, dislokasi lensa, atau
ablasio retina. Ambliopia dapat disebabkan oleh kekeruhan kornea atau
kesalahan refraktif. Pembesaran mata dapat menyebabkan terjadinya
myopia,
dimana
robekan
pada
membrane
Descemet
dapat
3. Tonometri
Tonometri merupakan pemeriksaan untuk menentukan tekanan bola
mata seseorang berdasarkan fungsinya dimana tekanan bola mata
merupakan keadaan mempertahankan mata bulat sehingga tekanan
15
bola mata yang normal tidak akan memberikan kerusakan saraf optik
atau yang terlihat sebagai kerusakan dalam bentuk kerusakan
glaukoma pada papil saraf optik. Batas tekanan bola mata tidak sama
pada setiap individu, karena dapat saja tekanan ukuran tertentu
memberikan kerusakan pada papil saraf optik pada orang tertentu.
Untuk hal demikian yang dapat kita temukan kemungkinan tekanan
tertentu memberian kerusakan. Dengan tonometer Schiotz tekanan
bola mata penderita diukur. Pengukuran IOP pada beberapa bayi
berumur dibawah 6 bulan dapat dilakukan tanpa menggunakan anestesi
umum atau sedative, yaitu dengan melakukan pengukuran ketika bayi
itu tidur atau makan. Bagaimana evaluasi yang kritis pada bayi
memerlukan pemeriksaan dalam anestesi. Banyak bahan anestesi
umum atau sedative yang dapat menurunkan IOP, kecuali ketamin
yang menaikkan IOP. Sebagai tambahan , bayi dapat mengalami
dehidrasi dalam persiapan untuk anestesi umum, yang juga
menurunkan IOP. Semkain dalam anestesi, semakin turun IOP. Nilai
normal IOP pada bayi dalam anestesi sekitar 10-15 mmHG, tergantung
dari tonometernya.
Dikenal 4 bentuk cara pengukuran tekanan bola mata:
16
4. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu metode pemeriksaan sudut untuk mengetahui
sudut drainase mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada
sudut bilik mata seperti benda asing. Tes ini penting untuk menentukan
apakah sudut terbuka, tertutup, atau sempit dan menyingkirkan
penyebab lain yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.
Pada gonioskopi dipergunakan goniolens dengan suatu sistem prisma
dan penyinaran yang dapat menunjukkan keadaan sudut bilik mata.
Gonioskopi sebaiknya dilakukan dalam anestesi. Pada galukoma
kongenital primer, bilik anteriornya dalam dengan struktur iris yang
normal, insersi iris yang tinggi dan datar, kehilangan sudut, hipoplasia
iris perifer, penebalan uveal trabekula meshwork. Sudut biasanya
terbuka, dengan insersi yang tinggi dari akar iris seperti garis yang
berlekuk sebagai hasil dari jaringan yang abnormal dengan penampilan
yang berlekuk sebgai hasil dari jaringan yang abnormal dengan
penampilan yang berkilauan. Jaringan ini menahan iris perifer anterior.
Sudut ini biasanya avaskular, tapi putaran pembuluh dari lingkaran
arteri mayor dapat dilihat di atas akar iris.
Dapat dinilai besar dan terbukanya sudut:
17
5. Oftalmoskopi
Pemeriksaan ke dalam mata dengan memakai alat yang dinamakan
oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat dilihat saraf optik didalam
matadan akan dapat ditentukan apakah tekanan bola mata telah
mengganggu saraf optik. Sarafoptik dapat dilihat secara langsung.
Warna
serta
bentuk
dari
mangkok
saraf
optik
pun
dapat
Sarafoptik bergaung
6. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat berguna dalam pemantauan progresivitas
galukoma dengan merekam peningkatan panjang axial. Peningkatan
panjang axial dapat reversibel seiring penurunan IOP, tapi pembesaran
kornea tidak dapat menurun seiring penurunan IOP.
18
optikus,
tetapi
pola
kelainan
lapangan
pandang,
sifat
8. Tes Provokasi
Tes provokasi : dilakukan pada keadaan yang meragukan.
1) Tes minum air : penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan
selama 24 jam. Kemudian disuruh minum 1 L air dalam 5 menit.
Lalu tekanan intraokuler diukur setiap 15 menit selama 1,5 jam.
Kenaikkan tensi 8 mmHg atau lebih, dianggap mengidap
glaukoma.
2) Pressure congestion test : pasang tensimeter pada ketinggian 50
60 mmHg, selama 1 menit. Kemudian ukur tensi intraokulernya.
Kenaian 9 mmHg atau lebih mencurigakan, sedang bila lebih dari
11 mmHg pasti patologis.
3) Kombinasi tes air minum dengan pressure congestion test :
setengah jam setelah tes minum air dilakukan pressure congestion
test. Kenaikan 11 mmHg mencurigakan, sedangkan kenaikan 39
mmHg atau lebih pasti patologis.
4) Tes steroid : diteteskan larutan dexamethasone 3 4 dd gtt 1,
selama 2 minggu.
5) Kenaikan tensi intraoluler 8 mmHg menunjukkan glaukoma. a,b,c,d
19
20
2.10 Patofisiologi
Glaukoma jenis ini terjadi sejak lahir, atau pada tahun pertama setelah lahir.
Kelainan ini terjadi karena terhentinya pertumbuhan struktur sudut iridokorneal
sejak dalam kandungan kira-kira saat janin berumur 7 bulan. Pada glaukoma ini,
sejak lahir penderita memiliki bola mata yang besar yang disebut buftalmos.
Buftalmos disebabkan oleh kenaikan TIO saat masih dalam kandungan dan
mendesak dinding bola mata bayi yang masih lentur, akibatnya sklera menipis dan
kornea akan membesar dan keruh. Bayi akan takut melihat cahaya karena kornea
yang keruh akan memecah sinar yang datang sehingga bayi merasa silau. Bayi
cenderung rewel, karena peningkatan TIO menyebabkan rasa tegang dan sakit
pada mata.
Karena penemuan gambaran histopatologis pada glaukoma infantile bervariasi, banyak teori
yang telah dikemukakan, yang dibagi dalam 2 kelompok utama. Beberapa peneliti
mengemukakan bahwa elainan pada sel atau membrane trabecular meshwork merupakan
mekanisme patologi primer. Kelainan ini digambarkan sebagai salah satu anomaly impermeable
trabecular meshwork atau suatu membrane yang menutupi trabekula meshwork. Peneliti lain
menegaskan suatu kelainan segmen anterior yang lebih meluas. Termasuk kelainan insersi
muskulus siliaris.
21
Meskipun kecepata mekanisme dari glaukoma infantile primer tetap tidak terbukti, terdapat
sedikit keraguan bahwasanya penyakit ini memperlihatkan kelainan perkembangan pada periode
embrional akhir. b
Mikroptalmos
Aniridia
Neurofibromatosis
Marfan syndrome
Homocystiuria
Weril-Marchesani syndrome
Terutama pada Struge Wbere Syndrome dan Neurofibromatosis yang melibatkan kelopak mata
bagian atas berhubungan dengan peningkatan resiko glukoma. Beberapa kondisi ini memiliki
gambaran yang sama seperti yang ditemukan pada glaukoma primer, dan pada keadaan lain,
glukoma bersifat sekunder.
Glaukoma sekunder mungkin berkembang pada bayi dan anak-anak, disebabkan beberapa penyebab
seperti yang terjadi pada orang dewasa : trauma, inflamasi, retinopati, atau prematuritas dengan
glaukoma tertutup sekunder, dan glaukoma sekunder akibat tumor intraokuler.
22
Oculodentodigital dysplasia
Cockayne syndrome
Corneal plana
Iridoschisis
Megalocornea
Microcoria
Microcornea
Microphthalmos
Retinopathy of prematurity
Sclerocornea b,c,d
Konjungtivitis
Pembesaran kornea
X-linked megalokornea
Myopia tinggi
Eksoftalmos
Kekeruhan kornea
Keratomalasia
24
2.13 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk mempertahankan tajam penglihatan . peninggian tekanan bola mata
yang menetap akan menjurus kea rah rusaknya N.Optikus dan perubahan-perubahan permanent dari
kornea yang akan mengganggu penglihatan. Pengontrolan tekanan bola mata adalah tujuan utama
dari pengobatan. Bayi atau anak yang dicurigai mempunyai glaukoama kongenital harus dilakukan
pemeriksaan sesegera mungking dengan nakrose, terhadap besarnya kornea, tkeanan bola mata,
cup/disk ratio dari N>Optikus, dan sudut COA dengan gonioskopi
Pengobatan glaukoma kongenital primer yang essensial adalah pembedahan. goniotomi
direkomendasikan pada anak lebih kecil dari 2-3 tahun dengan kornea jernih. Trabekulektomi
direkomendasikan anak lebih dari 2-3 tahun dan pada semua umur dengan kornea berkabut yang
menghalangi visualisasi adekuat. Jika kedua cara ini gagal, kombinasikan trabekulektomi dengan
trabekulektomi dan antimetabolik, atau dapat dicoba glaucoma valve-shunt. Jika cara ini juga gagal,
dapat dilakukan cyclodestruktif dengan laser.
Pembedahan lebih dipilih karena masalah pada penggunaan obat, kurangnya pengetahuan tentang
kumulatif dan efek sistemik obat pada bayi, respon yang jelek dari obat- obat seperti antagonis beda
adrenergic atau carbonic anhydrase inhibitor dapat digunakan dahulu sebelum pembedahan untuk
mengontrol IOP dan menjernihkan kornea yang berkabut. Obat-obat ini harus digunakan dengan
hati-hati dan dosis menurut berat badan anak untuk mencegah efek samping obat seperti apneu dan
hipotensi. Pembedahan mempunyai angka kesuksesan yang tinggi dan rendahnya insiden
komplikasi.
25
Pembedahan secepat mungkin itu penting. Kenaikan IOP yang lama akan menyebabkan kerusakan
yang berat. Dengan pembedahan yang tepat dan cepat dapat menungkatkan peluang keberhasilan
menurunkan IOP sebelum tekanan yang tinggi menimbulkan tekanan yang permanen dan adhesi
trabekula. Pembedahan dianjurkan secepat mungkin setelah diagnose ditegakkan dan sering
dilakukan pada hari kedua atau ketiga pada pasien baru lahir dengan glaukoma.
Goniotomi dan trabekulektomi sebaiknya dilakukan oleh ahli bedah berpengalaman saja. Keduanya
memerlukan tekhnik yang tepat supaya berhasil dan mengurangi komplikasi. Operasi yang pertama
mempunyai peluang sukses yang besar. Jika terjadi komplikasi, seperti hemoragi dan bilik sempit ,
kesempatan untuk mengobati anak dapat hilang.G,H,I
26
2.15 Komplikasi
Komplikasi glaukoma yang tidak terdiagnosis bisa kelemahan penglihatan
sepanjang hidup. Komplikasi serius akibat intervensi operasi meliputi hifema, infeksi,
kerusakan lensa dan uveitis. Perubahan cup serat optik merupakan indikator utama
keberhasilan terapi. Bahkan setelah tekanan intraokular dapat dikontrol, kurang lebih
50% anak tidak mencapai visus lebih dari 20/50. Pengurangan tajam penglihatan bisa
dihasilkan dari edema kornea yang menetap, nistagmus, ambliopia atau kelainan
refraksi yang luas.M,N,O
Komplikasi dari pnyakit glaukoma kongenital dan gejala sisa yang
ditimbulkan antara lain seperti: kebutaan yang berat, fotophobia, hiperlakrimasi,
telakanan intraokular yang meningkat, blefarospasme, ambliopia (mata malas), ablatio
retina, astigmatisme (kornea yang iregular) dan dislokasi lensa.P,Q,R
KESIMPULAN
Glaukoma adalah neuropati optic yang disebabkan oleh tekanan intraokuler (TIO)
yang (relative) tinggi, yang ditandai oleh kelainan lapangan pandang yang khas dan
atrofi papil saraf optic. Glaukoma kongenital adalah glaukoma yang pasling sering
terjadi pada anak dan merupakan penyebab penting kebutaan pada anak. Glaukoma
kongenital terjadi karena saluran pembuangan yang tidak terbentuk dengan baik atau
bahkan tidak terbentuk sama sekali.glaukoma kongenital dibagi menjadi dua :
Tipe infantile
Tipe yang berhubungan dengan kelainan kongenital lainnya.
Tanda dan gejala linis glaukoma kongenital ini mencakup 3 tanda klasik berupa :
Epifora,
Fotofobia,
27
Dan blepharospasme
Pemeriksaan klinis pada kongenital akut sebaiknya dilakukan dalam anasthesi
umum.
Pemeriksaan tersebut berupa pemeriksaan mata luar, tajam penglihatan, tonometry,
gonioskopi, oftalmoskopi, ultrasonografi, pemeriksaan lapang pandang, dan test
provokasi.
Komplikasi glaukoma yang tidak terdiagnosis bisa kelemahan penglihatan
sepanjang hidup. Komplikasi serius akibat intervensi operasi meliputi hifema, infeksi,
kerusakan lensa, dan uveitis. Komplikasi dari penyakit glaukoma kongenital dan
gejala sisa yang ditimbulkan antara lain seperti :
kebutaan yang berat
fotofobia
hiperlakrimasi
tekanan intraokuler yang meningkat
blefarospasme
amblyopia (mata malas )
ablasio retina
astigmatisme dan dislokasi lensa.
Prognosis glaukoma kongenital adalah baik bila ditangani lebih awal. Prognosis
paing baik terlihat pada bayi dengan operasi trabekulodisgenesis antara umur 2 bulan
umur 8bulan. Prognosis buruk terjadi pada bayi dengan peningkatan TIO dan
kekeruhan kornea saat lahir. Pada kasus yang tidak diobati, kebutaan timbul dini.
DAFTARPUSTAKA
a) IlyasS.Glaukoma,dalam:PenuntunIlmuPenyakitMata.EdisiII.PenerbitFK
UI,Jakarta,2001.
b) Glaucoma. In : Basic and Clinical Science Course. Last Major Revision 200
2001. Section 10. American Academy of Ophthalmology, The Eye M.D
Association.UnitedStatesofAmerica.
c) Wijana N. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan III. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia,Jakarta,1983.
28
d) Vaughan DG, Asbury. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Penerbit Widya Medika,
Jakarta,2000.
e) http://www.emedicinehealth.com/script/main/art.asp?articlekey=59087&pf
=3&page=1
f) http://www.glaucoma
association.com/nqcontent.cfm?a_id=1706&lang=am&tt=article
g) http://emedicine.medscape.com/article/1206081overview
h) http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=gene&part=glc
i) http://www.rcophth.ac.uk/docs/publications/paedpatient
information/CongenitalGlaucomaLeaflet.pdf
j) http://www.webmd.com/parenting/baby/primarycongenitalglaucoma
k) http://www.cipladoc.com/html/ophthalmology/publications/quickcards/QC
5.pdf
l) http://webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/cases/42PrimaryCongenital
GlaucomaInfantileGlaucoma.htm
m) http://www.childrensglaucoma.com/_articles/Pri_Cong_Glau.pdf
n) http://medicaldictionary.thefreedictionary.com/glaucoma
o) GlaucomaHereditaryFRenPro3563.pdf
p) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6399/1/10E00177.pdf
q) http://www.djo.harvard.edu/site.php?url=/patients/pi/416
r) http://www.formulamedical.com/topics/Head&Neck/glaucoma%20congenit
al.htm
s) http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3038500/?report=article
29