SKENARIO 2
SAKIT PADA TELINGA
Ketua
: Lia taradipa
(1102012143)
Sekretaris
: Hanida Rahmah
(1102012105)
Anggota
(1102011062)
Aguswan Purwendo
(1102012010)
Astari Ferlisa
(1102012030)
(1102012034)
(1102012154)
(1102012112)
Eva Rosalina
(1102012078)
SKENARIO 2
PERTANYAAN
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
HIPOTESIS
2
Infeksi pernafasan atas (ISPA) yang disebabkan oleh bakteri, virus dll dapat menginvasi telinga
lewat tuba eustachius. Bakteri atau virus yang dapat mencapai telinga dapat menyebabkan reaksi
inflamasi sehingga menyebabkan keluarnya sekret, perforasi dan menyebabkan kendang telinga
merah sehingga dapat mengganggu hantaran getaran yang masuk ke dalam telinga. Dapat diobati
dengan menggunakan antibiotik, antivirus. Dan dapat dicegah dengan membersihkan telinga
secara rutin dan memelihara telinga sesuai dengan cara islami.
SASARAN BELAJAR
1.
1.1
Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
1. Telinga luar
2. Telinga tengah
Adalah ruang berisi udara didalam pars petrosa ossis temporalis yang dilapisi oleh
membrane mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi
meneruskan getaran membrane timpani ke perilympha telinga dalam. Telinga tengah
mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding posterior, dinding lateral dan dinding
medial.
Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang disebut tegmen timpani yang
merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan cavum
timpani dari meniges dan lobus temporalis otak di dalam fossa crania media.
Lantai dibentuk oleh lempeng tipis tulang.Lempeng ini memisahkan cavum timpani
dari bulbus superior vena jugularis interna.
Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang memisahkan
cavum timpani dari arteri carotis interna.Pada bagian atas dinding anterior terdapat muara
dari dua buah saluran.
Dibagian atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum.Dibawah ini terdapat
penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit, kecil disebut pyramis.Dari puncak pyramis
ini dibetuk tendo muskulus stapedius.
Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membrane timpani.Dinding medial
dibentuk oleh dinding lateral telinga dala. Bagian terbesar dari dinding terdapat
penonjolan bulat (promontorium) yang disebabkan oleh lengkung pertama cochlea yang
ada dibawahnya.
6
Ossicula Auditus
a. Malleus
Adalah pendengaran terbesar dan terdiri dari caput, collum dan processus longum/
manubrium, sebuah processus anterior dan processus lateralis.
b. Incus
Mempunyai corpus yang besar dan 2 crus yaitu crus longum, yang berjalan ke bawah
di belakang dan sejajar dengan manubrium mallei; dan crus breve, menonjol ke
belakang dan dilekatkan pada dinding posterior cavum timpani oleh sebuah
ligamentum.
c. Stapes
Mempunyai caput, collum, 2 lengan dan sebuah basis.
Otot-otot Ossicula
a. Muskulus Tensor Tympani
- Origo = cartilago tuba auditiva dan dinding tulang salurannya sendiri.
- Insertio = pada manubrium mallei.
- Persarafan = sebuah cabang dari nervus yang menuju M. pterygoideus medialis
(cabang dari divisi mandibularis nervus trigeminus).
- Fungsi = secara refeleks meredam getaran malleus dengan lebih menegangkan
membrane tympani.
b. Muskulus Stapedius
- Origo = dnding dalam pyramis yang berongga.
- Insertio = pada bagian belakang collum stapedis.
- Persarafan = nervus fasialis yang terletak dibelakang pyramis.
- Fungsi = secara reflex meredam getaran stapes dengan menaikkan collumnya.
Tuba Auditiva
Terbentang dari dinding anterior cavum tympani ke bawah, depan dan medial sampai
nasopharing. 1/3 bagian posterior adalah tulang dan 2/3 bagian anterior adalah
cartilage.Tuba berhubungan dengan nasopharing dengan bejalan melalui pinggir atas M.
constrictor pharinges superior.Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara di dalam
cavum tympani dngan nasopharing.
Antrum Mastoideum
Terletak dibelakang cavum tympani di dalam pars petrosa ossis temporalis dan
berhubungan dengan telinga tengah melalui aditus.
- Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi aditus ad antrum.
- Dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan cerebellum.
7
3. Telinga dalam
- Labyrinthus Osseus
Terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. Vestibulum
Merupakan bagian tengah labyrinthus osseus, terletak posterior terhadap cochlea dan
anterior terhadap canalis semisirkularis.Di dalam vestibulum terdapat sacculus dan
utriculus labyrintus membranaceus.
2. Canalis semisirkularis
Ketiga canalis semisirkularis superior, posterior dan lateral bermuara ke bagian
posterior vestibulum. Didalam canalis terdapat ductus semisirkularis.
3. Cochlea
Berbentuk seperti rumah siput dan bermuara ke dalam bagian anterior
vestibulum.Umumnya terdiri dari 1 pilar sentral, modiolus cochlea dan modiolus ini
- Labyrinthus Membranaceus
Terletak didalam labyrinthus osseus dan berisi endolympha dan dikelilingi oleh
perilympha. Labyrinthus ini terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat didalam
vestibulum osseus; 3 ductus semisirkularis, yang teletak didalam canalis semisirkularis
osseus; dan ductus cochlearis, yang terletak didalam cochlea.
1. Utriculus
Adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada dan dihubungkan tidak
langsung dengan sacculus dn ductus endolymphaticus oleh ductus utriculosaccularis.
2. Sacculus
Berbentuk bulat dan berhubungan dengan uticulus. Ductus endolymphaticus setelah
bergabung dengan ductus utriculosaccularis akan berakhir didalam kantung buntu
kecil yaitu saccus endolymphaticus.
3. Ductus Semisirkularis
Diameternya lebih kecil dari canalisnya.Ketiganya tersusun tegak lurus satu dengan
lainnya.
4. Ductus Cochlearis
Berbentuk segitiga pada potongan melintang dan berhubungan dengan sacculus
melalui ductus reunions.
Perdarahan
9
Telinga dalam memperoleh perdarahan dari a. auditori interna (a. labirintin) yang
berasal dari a. serebelli inferior anterior atau langsung dari a. basilaris yang merupakan
suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis. Setelah memasuki
meatus akustikus internus, arteri ini bercabang 3 yaitu :
1. Arteri vestibularis anterior yang mendarahi makula utrikuli, sebagian makula sakuli,
krista ampularis, kanalis semisirkularis superior dan lateral serta sebagian dari utrikulus
dan sakulus.
2. Arteri vestibulokoklearis, mendarahi makula sakuli, kanalis semisirkularis posterior,
bagian inferior utrikulus dan sakulus serta putaran basal dari koklea.
3. Arteri koklearis yang memasuki modiolus dan menjadi pembuluh-pembuluh arteri
spiral yang mendarahi organ Corti, skala vestibuli, skala timpani sebelum berakhir pada
stria vaskularis.
Aliran vena pada telinga dalam melalui 3 jalur utama. Vena auditori interna mendarahi putaran
tengah dan apikal koklea. Vena akuaduktus koklearis mendarahi putaran basiler koklea, sakulus
dan utrikulus dan berakhir pada sinus petrosus inferior. Vena akuaduktus vestibularis mendarahi
kanalis semisirkularis sampai utrikulus. Vena ini mengikuti duktus endolimfatikus dan masuk ke
sinus
1.2
Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar (meatus accus-ticus
externus) dan gendang telinga (membran timpani)
Daun telinga /aurikula disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit tipis yang
melekat erat pada tulang rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat beberapa lembar otot lurik yang
pada manusia rudimenter (sisa perkembangan), akan tetapi pada binatang yang lebih rendah yang
mampu menggerakan daun telinganya, otot lurik ini lebih menonjol. Liang telinga luar
merupakan suatu saluran yang terbentang dari daun telinga melintasi tulang timpani hingga
permukaan luar membran timpani. Bagian permukaannya mengandung tulang rawan elastin dan
ditutupi oleh kulit yang mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar
keringat yang dikenal sebagai glandula seruminosa.. Sekret kelenjar sebacea bersama sekret
kelenjar serumen merupakan komponen penyusun
serumen.
Telinga Tengah
Membran timfani terdiri dari bagian :
Pars flaccida (membran sharpnell) terdapat 2
lapis yaitu
Lapisan luar : lanjutan kulit liang
telinga, epitel squamosa
Lapisan dalam: sel kubis bersilia
10
Tuba
auditiva
(Eustachius)
menghubungkan rongga timpani dengan nasofarings lumennya gepeng, dengan dinding medial
dan lateral bagian tulang rawan
biasanya
saling
berhadapan
menutup
lumen.
Epitelnya
bervariasi dari epitel bertingkat,
selapis silindris bersilia dengan sel
goblet dekat farings. Dengan
menelan dinding tuba saling
terpisah sehingga lumen terbuka
dan udara dapat masuk ke rongga
telinga tengah. Dengan demikian
tekanan udara pada kedua sisi
membran
timpani
menjadi
seimbang.
Di bagian dalam rongga telinga
tengah terdapat 3 jenis tulang
pendengaran yaitu tulang maleus,
inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang.
Tulang maleus melekat pada membran timpani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada
11
ligamen tipis di atap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah oval
(fenestra ovalis) pada dinding dalam. Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang
pendengaran. Otot tensor timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya berjalan
mula-mula ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk
melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang
maleus. Tendo otot stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding
posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi
protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.
Telinga Dalam
Labirin bertulang atau labyrinthus osseus cochlearis berputar mengelilingi sumbu pusat tulang
spongiosa disebut modiolus. Di dalam modiolus terdapat ganglion spirale, yang terdiri dari
banyak aferen bipolar. Dendrit dari neuron bipolar ini menjulur dan menyarafi sel rambut yang
terletak di aparatus pendengeran yaitu Organ Corti.
Labirin bertulang telinga dalam dibagi menjadi dua rongga utama oleh lamina spiralis dan
membran basilar. Kanal koklea dibagi menjadi skala timpani sebelah bawah dan skala vestibuli
di atas. Skala timpani dan skala vestibuli berhubungan di apeks koklea melalui sebuah lubang
kecil yaitu helicotrema. Membarana Reissner (vestibularis) memisahkan skala vestibuli dan skala
media. Sel-sel sensorik untuk deteksi suara terletak di organ corti, yang terletak di atas membran
basilar skala media. Membrana tectoria menutupi sel-sel di organum spirale.
ORGAN CORTI
Organ Corti terdiri atas sel-sel penyokong dan sel-sel rambut. Sel-sel yang terdapat di organ
Corti adalah
1. Sel tiang dalam merupakan sel berbentuk kerucut yang ramping dengan bagian basal yang
lebar mengandung inti, berdiri di atas membran basilaris serta bagian leher sempit dan agak
melebar di bagian apeks.
2. Sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam hanya lebih panjang.
Di antara sel tiang dalam dan luar terdapat terowongan dalam.
3. Sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada membrana basilaris.
Bagian puncaknya berbentuk mangkuk untuk menopang bagaian basal sel rambut luar yang
mengandung serat-serat saraf aferen dan eferen pada bagian basalnya yang melintas di antara selsel falangs dalam untuk menuju ke sel-sel rambut luar. Sel-sel falangs luar dan sel rambut luar
terdapat dalam suatu ruang yaitu terowongan Nuel. Ruang ini akan berhubungan dengan
terowongan dalam.
12
4. Sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam. Seperti sel falangs luar sel
ini juga menyanggah sel rambut dalam.
5. Sel batas membatasi sisi dalam organ corti
6. Sel Hansen membatasi sisi luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris terletak antara sel
falangs luar dengan sel-sel Claudius yang berbentuk kuboid. Sel-sel Claudius terletak di atas selsel Boettcher yang berbentuk kuboid rendah. Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu
membran yaitu membrana tektoria yang merupakan suatu lembaran pita materi gelatinosa.
Dalam keadaan hidup membran ini menyandar di atas stereosilia sel-sel rambut.
Labyrinth Membranosa merupakan kantong-kantong dan saluran yang terdapat di dalam
labyrinth osea, berisi cairan endolymph. Labyrinth membranosa terdiri dari labyrinth vestibularis
dan labyrinth cochlearis.
Labyrinth vestibularis terdiri dai dua kantong yaitu utriculus dan sacculus dan tiga buah ductus
semicircularis. Pada dinding lateral utriculus terdpat penebalan horizontal berbentuk oval disebut
macula utriculi. Pada dinding medial sacculus terdapat penebalan vertikal disebut macula
sacculi. Ductus semicircularis membranosa yang pangkalnya melebar disebut ampulla
membranosa. Pada dasra masing-masing ampulla terdapat crista ampullaris berupa penebalan
transversal.
Aparatus Vestibular :
Terdiri dari utikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis. Organ-organ yang sensitif ini berespons
terhadap percepatan linier atau angular atau gerkan kepala. Input sensorik dari aparatus
vestibular melalui jalur persarafan mengaktifkan otot-otot rangka tertentu untuk mengoreksi
keseimbangan, dan mengembalikan tubuh ke posisi yang normal.
13
2.
Mendengar merupakan persepsi neural dari energi suara. Mendengar memiliki dua aspek
yaitu identifikasi suara dan lokalisasi suara.
Telinga luar yang terdiri dari auricula (pinna), external auditory meatus (meatus acusticus
externus), dan membran tympani. Pinna akan mengumpulkan gelombang suara dan
menghubungkanya dengan meatus acusticus externus. Pinna juga berfungsi untuk mengetahui
penentuan arah suara yang berasal dari depan atau dari belakang. Meatus acusticus externus
dilindungi oleh rambut-rambut halus dan terdapat modifikasi kelenjar keringat yang
memproduksi serumen atau lilin (earwax). Secara bersama-sama rambut dan serumen akan
mencegah masuknya partikel-partikel mengganggu seperti debu agar tidak sampai ke membrana
tympani dan telinga dalam (Sherwood, 2010).
Transmisi Suara
Sebagai respon terhadap perubahan tekanan yang dihasilkan oleh gelombang suara di
permukaan luarnya, membran timpani bergerak keluar masuk. Membran timpani berfungsi
sebagai resonator yang menghasilkan ulang getaran dari sumber suara dan akan berhenti bergetas
hampir segera setelah suara berhenti. Gerakan membran timpani disalurkan ke manubrium
malleus (Ganong, 2008).
Ujung tangkai malleus melekat dibagian tengah membran timpani, dan tempat perlekatan ini
akan konstan tertarik oleh muskulus tensor tympani, yang menyebabkan membran tympani tetap
tegang. Keadaan ini menyebabkan getaran pada setiap bagian membran timpani akan dikirim ke
tulang-tulang pendengaran, hal ini tidak dapat terjdai jika membran tersebut longgar. Malleus
terikat pada incus oleh ligamen yang kecil sehingga ketika malleus bergerak incus juga ikut
bergerak. Ujung yang berlawanan dari incus akan berartikulasi dengan batang stapes, dan bidang
depan dari stapes terletak berhadapan dengan membran labyrith cochlea pada muara fenestra
ovalis (Guyton, 2008).
Koklea adalah sistem tuba yang melingkar-lingkar yang teridiri dari tiga tuba yang saling
bersisian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Skala vestibuli dan skala media
dipisahkan satu sama lain oleh membran reissner yang disebut juga membran vestibular.
Diantara skala timpani dan skala media dipisahkan oleh membran basilar.
Pada permukaan membran basilar tersebut terletak organ corti, yang mengandung
serangkaian sel yang sensitif secara elektromagnetik, yaitu sel-sel rambut. Sel-sel ini merupakan
organ reseptif terakhir yang membangkitkan impuls saraf sebagai respon terhadap getaran suara
(Guyton, 2008).
15
Skala vestibuli dan skala timpani mengandung perilymph dan berhubungan satu sama lain di
apeks koklea melalui lubang kecil yang disebut helikotrema (Ganong, 2008). Skala media atau
disebut juga duktus koklearis mengandung cairan yang berbeda yaitu endolymph (Sherwood,
2010).
Perilymph merupakan cairan dengan komposisi ion yang serupa dengan komposisi cairan
ekstrasel di tempat lain tetapi kandungan proteinya sangat rendah. Sedangkan endolymph
memiliki komposisi kalium yang lebih tinggi dan natrium yang rendah (Junqueira & Carneiro,
2007).
Ketika kaki stapes menekan fenestra ovalis, getaran suara memasuki skala vestibuli. Bidang
stapes akan menyebabkan perylimph pada skala vestibuli bergetar hingga sampai helikotrema
lalu kemudian menuju fenestra rotundum. Fenestra ovale dan fenestra rotundum ikut bergerak ke
dalam dan ke luar sesuai dengan arah getaran suara (Guyton, 2008; Sherwood, 2010).
Tujuan utama dari gelombang suara yang masuk ke fenestra ovale adalah untuk menggerakan
membran basilar pada skala media (Guyton, 2008). Gelombang tekanan pada skala vestibuli
akan di transfer ke skala media melalu membran reissner yang tipis dan kemudian akan ditranfer
ke membran basiler pada skala media dan kemudian akan di transfer ke skala timpani yang akan
menyebabkan foramen rotundum bergerak masuk dan keluar. Transmisi dari tekanan ke
membran basiler akan membuat membran basilar bergerak ke atas dan ke bawah, atau bergetar
secara sinkron dengan tekanan suara (Sherwood, 2010).
Organ corti merupakan organ reseptor yang membangkitkan impuls saraf sebagai respon
terhadap getaran membran basilar. Reseptor pada organ corti merupakan tipe sel saraf yang
khusus yang disebut dengan sel rambut yang terdiri dari sel rambut interna dan sel rambut
eksterna. Rambut-rambut ini tertanam pada permukaan lapisan gel dari membran tektorial.
Bagian dasar dan samping sel rambut bersinaps dengan jaringan ujung saraf koklearis. Serabut
saraf yang dirangsang oleh sel rambut akan menuju ganglion spiralis corti, yang terletak pada
modiolus koklea. Neuron ganglion spiralis akan mengirimkan akson ke dalam nervus koklearis
dan kemudian kedalam sistem saraf pusat pada tingkat medula spinalis bagian atas (Guyton,
2008).
Fungsi sel rambut dalam lebih banyak berperan dalam mekanisme pendengaran. Sekitar 90%
saraf auditorik dihantarkan melalui sel-sel rambut bagian dalam (Guyton, 2008). Rambut dalam
menransfer getaran suara menjadi impuls elektrik yang akan disampaikan ke kortex serebri.
Stereocillia dari rambut-rambut tesusun mulai dari tinggi ke rendah dan diikat oleh filamen
penghubung yang merupakan CAMs (Cell Adhesion Mollecule). Ketika membrana basiler
bergerak ke atas, stereocillia akan bergerak ke arah yang paling tinggi dan akan menarik filamen
penghubung. Kemudian, akan terjadi pembukaan kanal kation. Kalium-kalium yang berasal dari
endolymph akan masuk dan akan terjadi depolarisasi. Ketika membrana basilaris bergerak ke
bawah maka akan terjadi hal yang sebaliknya. Kanal ion akan tertutup dan terjadi hiperpolarisasi.
Gerakan membrana basiler yang bergerak ke atas dan ke bawah secara sinkron akan
menyebabkan terjadinya depolarisasi dan hiperpolarisasi secara bergantian yang akan
16
Gambar 2.6 dibawah ini menggambarkan jaras pendengaran utama. Jaras ini menunjukan bahwa
nervus cochlearis (cochlear nerve) memasuki Jaras persarafan pendengaran nukleus koklearis
dorsalis dan ventralis berjalan terus hingga nukleus olivarius superior yang selanjutkan akan
berakhir di korteks auditorik pada girus superior lobus temporalis (Guyton, 2008).
17
18
19
B. Fisiologi Keseimbangan
Komponen telinga yang memilik fungsi keseimbangan adalah aparatus vestibularis. Aparatus
vestibularaisterdiri dari dua struktur, yaitu kanalis semisirkularis dan organ otolit- utrikulus dan
sakulus.
Struktur yang terdapat di aparatus vestibularis memiliki struktur yang sama dengan koklea,
seperti adanya endolimfe yang dikelilingi oleh perilimfe. Terdapat juga sel-sel rambut yang
berespon oleh gerakan-gerakan spesifik endollimfe. Tidak seperti organ pendengaran, sebagian
informasi yang dihasilkan sisem vestibularis tidak mencapai tingkat kesadaran.
http://media-3.web.britannica.com/eb-media/86/4086-004-EA855487.jpg
Kanalis Semisirkularis
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler atau rotasional kepala,
seperti berjungkir balik, memutar kepala, atau berhenti memutar. Terdapat tiga kanalis
semisirkularis yang secara tiga dimensi tersusun dalam bidang yang saling tegak lurus. Sel-sel
rambut reseptif di setiap kanalis semisirkularis terletak di atas suatu bubungan (ridge) yang
terletak di ampula. Rambut-rambut terbenam pada lapisan gelatinosa, yang disebut sebagai
kupula (Sherwood, 2010).
Kupula menonjol ke dalam endolimfe di dalam ampula. Kupula dapat bergoyang sesuai
dengan arah gerakan cairan. Akselerasi atau deselerasi selama rotasi kepala ke segala arah
menyebabkan pergerakan endolmfe. Pergerakan endolimfe dapat terjadi pada satu kanalis karena
adanya perbedaan dimensi pada ketiga kanalis tersebut. Pada saat kepala mulai bergerak, cairan
dalam kanalis, yang mula-mula diam tak bergerak, ikut bergerak berlawanan arah rotasi tetapi
tertinggal di belakang karena adanya kelembaman (suatu benda akan tetap diam atau teptap
bergerak kecuali ada gerakan dari luaryang bekerja padanya). Gerakan cairan tersebut
20
menyebabkan kupula condong kearah berlawanan dengna arah gerak kepala, membengkokkan
rambut-rambut sensorikyang terbenam di dalamnya. Jika gerakan berlanjut, cairan endolimfe
juga akan tetap bergerak bersama kepala dan rambut sensorik akan kembali ke posisi semula.
Sewaktu kepala berhenti bergerak, endolimfe melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi
sementara kepala melambat untuk berhenti. Akibatnya, kupula dan rambut-rambutnya secara
sementara membengkok sesuai arah rotasi semula, yaitu berlawanan dengan arah mereka
membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut-rambut
kembali tegak(Sherwood, 2010).
Sel rambut vestibularis terdiri dari dua puluh sampai lima puluh stereosilia, yaitu mikrovilus
yang diperkuat oleh aktin, taut silium, kinosilium. Ketika stereosilia membengkok ke arah
kinosilium, terjadi depolarisasi. Sel-sel rambut membentuk sinaps zat perantara kimiawi dengan
ujung-ujung terminal neuron aferen yang akson-aksonnya menyatu dengan akson struktur
vestibularis untuk membentuk saraf vestibulokoklearis (Sherwood, 2010).
Depolarisasi sel-sel rambut meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi,
sedangkanhiperpolarisasi menurunkan potensial aksi (Sherwood, 2010).
Organ Otolit
Organ otolit memberikan informasi mengenai posisi kepala relatif terhadap gravitasi dan
mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan linier. Utrikulus dan sakulus adalah struktur
seperti kanung yang terletak di dalam rongga tulang yang terdapat di antara kanils semisirkularis
dan koklea. Rambut-rambut padasel-sel rambut organ reseptif menonjol ke dalam lembaran suatu
gelatinosa, yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan
perubahan potensial. Terdapat Kristal-kristal kalsium karbonat-otolit (batu telinga) yang
terbenam dalam gelatinosa sehingga lapisan tersebut lebih berat dan lembam. Ketika seseorang
berada dalam posisi tegak, rambut-rambut dalam utrikulus berorientasi vertical dan sakulus
secara horizontal (Sherwood, 2010).
Massa gelatinosa mengandung otolit berubah posisi dan dapat membengkokkan rambutrambut. Sebagai contoh, rambut-rambut utrikulus dapat berubah posisi akibat setiap perubahan
dalam gerakan linier horizontal (misalkan bergerak lurus ke depan,ke belakang, atau ke
samping). Ketika seseorang berjalan ke depan, bagian atas membrane otolit yang berat mulamula tertinggal di belakang endolimfe dan sel-sel rambut karena inersianya lebih besar. Dengan
demikian, rambut menekuk kebelakang, dalam arah yang berlawanan dengan arah gerakan
kepala yang ke depan. Jika kecepatan berjalan dipertahankan, lapisan gelatinosa degera
menyusul dan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kepala sehingga rambut-rambt tidak
lagi menekuk. Ketika orang tersebut berhenti berjalan, lapisan otolit secara singkat terus
bergerak ke depan ketika kepala melambat dan berhenti, membengkokkan rambut-rambut ke
arah depan. Dengan demikian, sel-sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi
linier horizontal tetapi tidak memberikan informasi mengenai gerakan lurus yang berjalan
konstan. Ketika kepala digerakan ke semua arah selain vertical, rambut-rambut membengkok
sesuai arah gerakan kepala karena gaya gravitasi yang mendesak bagian atas lapisan geatinosa
yang berat. Dalam utrikulus tiap-tiap telinga, sebagian berkas sel rambut diorientasikan untuk
mengalami depolarisasi dan sebagian lagi mengalami hiperpolarisasi ketika kepala berada dalam
segala posisi selain tegak lurus (Sherwood, 2010).
21
Sakulus memiliki fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali bahwa ia berespons secara selektif
terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal dan terhadap akselerasi linier vertikal
seperti loncat-loncat dan saat berada di elevator (Sherwood, 2010).
http://www.neuroanatomy.wisc.edu/virtualbrain/Images/13E.jpg
Jaras Saraf
Neuron yang mempersarafi Krista dan macula di tiapsisi terletak pada ganglion vestibularis. Tiap
n.vestibularis berakhir di nucleus 4-bagian ipsilateral dan di lobus flokulonodularis serebelum.
Serat dari kanalis semisirkularis terutama berakhir di bagian superior dan medial nucleus
vestibularis dan sebagian besar menuju nuclei yang mengatur gerakan bola mata. Serat dari
utrikulus dan sakulus berakhir terutama di bagian lateral (Deiters nucleus), yang menuju
medulla spinalis. Serat ini juga berakhir dinucleus descendens, yang berproyeksi ke serebelum
dan formasio retikularis. Nuklei vestibularis juga berproyeksi ke thalamus dan dari sini menuju
ke kedua bagian korteks somatosensorik (Ganong, 2008). Informasi vestibuler diintegrasikan
dengan masukandari permukaan kulit, mata, sendi, dan otot untuk (Ganong, 2008):
a. Mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan
b. Mengontrol otot mata eksternal sehingga mata tetap terfiksasi ke titik yangsama
walaupun kepala bergerak
c. Mempersepsikan gerakan dan orientasi.
22
23
3.
3.1
Etiologi
Faktor genetik
Faktor didapat, misalnya akibat terjadi infeksi, neonatal hiperbilirubinemia (terjadi pada bayi
yang baru lahir), masalah perinatal (prematuritas, anoksia berat), konsumsi obat ototoksik
(beberapa golongan antibiotika), terjadi trauma (fraktur tulang temporal, pendarahan pada telinga
tengah atau koklea, dislokasi osikular, dan trauma suara), dan neoplasma (misalnya, tumor pada
telinga tengah).
3.2
Klasifikasi dan etiologi gangguan pendengaran
Empat tipe gangguan pendengaran, yakni:
Jika pertumbuhan berlebih ini menjepit dan menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf
yang menghubungkan telinga dalam dengan otak, maka bisa terjadi tuli sensorineural.
Gejala:Tuli dan telinga berdenging (tinnitus).
Diagnosa:
26
Biasanya ketulian bersifat berat tetapi sebagian besar penderita mengalami penyembuhan
total dalam waktu 10-14 hari dan hanya sebagian kecil yang mengalami penyembuhan
parsial.
Ketulian mendadak bisa disertai oleh tinnitus (telinga berdenging) dan vertigo.
Vertigo biasanya menghilang dalam waktu beberapa hari tetapi tinnitus seringkali
menetap.
Diagnosa: Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Pengobatan: Belum ada pengobatan yang memuaskan. Biasanya diberikan corticosteroid
per-oral (melalui mulut) dan penderita dianjurkan untuk menjalani tirah baring.
Suara bising, misalnya yang berasal dari alat-alat tukang kayu, gergaji, mesin besar,
tembakan atau pesawat terbang bisa menyebabkan ketulian dengan cara merusak sel-sel
rambut penerima pendengaran di telinga dalam. Penyebab lainnya adalah pemakaian
headphone dan berdiri di dekat speakers (pengeras suara).
Kepekaan terhadap suara bising pada setiap orang berbeda-beda, tetapi hampir setiap
orang akan mengalami ketulian jika telinganya terpapar oleh bising dalam waktu cukup
lama. Setiap bunyi dengan kekuatan diatas 85 dB bisa menyebabkan kerusakan. Ledakan
juga bisa menyebabkan ketulian yang sama (trauma akustik).
Gejala: Penurunan fungsi pendengaran yang terjadi biasanya bersifat menetap dan disertai
dengan telinga berdenging (tinnitus).
Diagnosa: Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Pengobatan: Penderita yang mengalami penurunan fungsi pendengaran yang berat biasanya
akan memerlukan alat bantu dengar.
Pencegahan : Hindari suara-suara yang bising/gaduh. Gunakan pelindung telinga (misalnya
menggunakan plastik yang dimasukkan ke saluran telinga atau penutup telinga yang
mengandung gliserin).
27
Etiologi: Penurunan fungsi pendengaran ini merupakan bagian dari proses penuaan.
Lebih sering terjadi pada pria dan penurunan fungsi pendengarannya lebih berat.
Gejala
Fungsi pendengaran mulai menurun setelah usia 20 tahun, yang pertama kali terkena
adalah nada-nada tinggi dan kemudian disusul dengan nada-nada rendah.
Beratnya penurunan fungsi pendengaran bervariasi; beberapa orang hampir tuli total pada
usia 60 tahun, sedangkan yang lainnya pada usia 90 tahun memiliki pendengaran yang
masih berfungsi dengan baik.
obat,
antibiotik
(terutama
asam
dan
zat-zat
yang
seperti:
tertentu
etakrinat
dan
furosemid)
menyerupai
Aspirin
(salisilat)
28
Jika terjadi perforasi gendang telinga, obat-obat yang bisa menyebabkan kerusakan telinga
tidak dioleskan/diteteskan langsung ke dalam telinga karena bisa diserap ke dalam cairan di
telinga
dalam.
1993 sampai 1996 pada beberapa provinsi di Indonesia didapatkan prevalensi penyakit telinga
tengah populasi segala umur di Indonesia sebesar 3,9 %. Di Indonesia belum ada data nasional
baku yang melaporkan angka kejadian OMA. (lib.ui.ac.id)
4.4 Klasifikasi Otitis Media Akut
30
(Soepardi,2009)
4.5
Patofisiologi
Otitis
Media
Akut
Faktor pencetus terjadinya OMA dapat didahului oleh terjadinya infeksi saluran
pernapasan atas yang berulang disertai dengan gangguan pertahanan tubuh oleh silia dari mukosa
tuba eusthachii,enzim dan antibodi yang menimbulkan tekanan negative sehingga terjadi invasi
bakteri dari mukosa nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba eusthachii dan menetapdi
dalam telinga tengah menjadi otitis media akut.
Ada 5 stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan pada perubahan mukosa telinga
tengah, yaitu :
1. Stadium Oklusi
Ditandai dengan gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan negative telinga
tengah. Kadang- kadang membrane timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi
mungkin telah terjadi tetapi sulit dideteksi.
2. Stadium Hiperemis
Tamapak pembuluh darah yang melebar di sebagian atau seluruh membrane timpani
disertai oedem. Sekret yang mulai terbentuk masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar dinilai.
3. Stadium Supurasi
31
Oedem yang hebat pada mukosa telinga tengah disertai dengan hancurnya sel epitel
superficial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani menyebabkan membrane
timpani menonjol kea rah liang telinga luar. Gejala klinis pasien Nampak terasa sakit, nadi,
demam, serta rasa nyeri pada telinga bertambah hebat. Pada keadaan lebih lanjut, dapat terjadi
iskemia akibat tekanan eksudat purulent yang makin bertambah, tromboflebitis pada vena-vena
kecil bahkan hingga nekrosis mukosa dan submukosa.
4. Stadium Perforasi
Rupturnya membrane timpani sehingga nanah keluar dari telinga tengah ke liang telinga
luar. Kadang pengeluaran secret bersifat pulsasi. Stadium ini sering diakibatkan oleh
terlambatnya pemberian antibiotika dan tingginya virulensi kuman.
5. Stadium Resolusi
Ditandai oleh membrane timpani yang berangsur normal hingga perforasi membrane timpani
menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Hal ini terjadi jika membrane timpani masih
utuh, daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah.
4.6 Manifestasi klinis Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan
sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa.
Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat,
tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative pada telinga
tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami perforasi.
Otorrhea,
bila
terjadi
rupture
membrane
tymphani
Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
4.7 Diagnosis dan diagnosis banding Otitis Media Akut
Menurut Kerschner, kriteria diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut, yaitu:
1. Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut.
2. Ditemukan adanya tanda efusi. Efusi merupakan pengumpulan cairan di telinga tengah. Efusi
dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti menggembungnya membran
timpani atau bulging, terbatas atau tidak ada gerakan pada membran timpani, terdapat bayangan
cairan di belakang membran timpani, dan terdapat cairan yang keluar dari telinga.
3. Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah
satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan atau erythema pada membran timpani, nyeri
telinga atau otalgia yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.
32
Menurut Rubin et al. (2008), keparahan OMA dibagi kepada dua kategori, yaitu ringan-sedang,
dan berat. Kriteria diagnosis ringan-sedang adalah terdapat cairan di telinga tengah, mobilitas
membran timpani yang menurun, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani,
membengkak pada membran timpani, dan otore yang purulen. Selain itu, juga terdapat tanda dan
gejala inflamasi pada telinga tengah, seperti demam, otalgia, gangguan pendengaran, tinitus,
vertigo dan kemerahan pada membran timpani. Tahap berat meliputi semua kriteria tersebut,
dengan tambahan ditandai dengan demam melebihi 39,0C, dan disertai dengan otalgia yang
bersifat sedang sampai berat.
Perbedaan Otitis Media Akut dengan Efusi Timpani
Gejala dan tanda
Otitis Media Akut
Nyeri telinga (otalgia), menarik
telinga (tugging)
Inflamasi akut, demam
Efusi telinga tengah
Membran
timpani
membengkak
(bulging), rasa penuh di telinga
Gerakan membran timpani berkurang
atau tidak ada
Warna membran timpani abnormal
seperti menjadi putih, kuning, dan
biru
Gangguan pendengaran
Otore purulen akut
Kemerahan
membran
timpani,
erythema
Otitis
Efusi
-
+
+
+/-
+
-
+
+
+
+
-
Media
dengan
Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Dianjurkan
pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan
kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin
intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis
terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan
minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi tehadap penisilin, diberikan eritromisin. Pada anak,
diberikan ampisilin 50-100 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam empat dosis, amoksisilin atau
eritromisin masing-masing 50 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3 dosis.
Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan
miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi
ruptur.
Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut atau
pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear toilet) H2O2 3% selama 3 sampai dengan 5 hari serta
antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan
menutup kembali dalam 7 sampai dengan 10 hari.
Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan
perforasi menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya sekret mengalir di liang telinga luar
melalui perforasi di membran timpani. Antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila
keadaan ini berterusan, mungkin telah terjadi mastoiditis.
Sekitar 80% kasus OMA sembuh dalam 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Observasi dapat
dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala tidak membaik dalam dua sampai tiga hari, atau ada
perburukan gejala. Menurut American Academy of Pediatrics (2004) mengkategorikan OMA
yang dapat diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:
Usia
Diagnosis pasti (certain)
Diagnosis
meragukan
(uncertain)
Kurang dari 6 bulan
Antibiotik
Antibiotik
6 bulan sampai 2 tahun
Antibiotik
Antibiotik jika gejala
berat, observasi jika gejala
ringan
2 tahun ke atas
Antibiotik jika gejala Observasi
berat, observasi jika gejala
ringan
Menurut American Academic of Pediatric (2004), amoksisilin merupakan first-line terapi dengan
pemberian 80mg/kgBB/hari sebagai terapi antibiotik awal selama lima hari. Amoksisilin efektif
terhadap Streptococcus penumoniae. Jika pasien alergi ringan terhadap amoksisilin, dapat
diberikan sefalosporin seperti cefdinir. Second-line terapi seperti amoksisilin-klavulanat efektif
terhadap Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis, termasuk Streptococcus
penumoniae
Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA rekuren, seperti
miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan adenoidektomi.
1. Miringotomi
34
Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, supaya terjadi drainase
sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya adalah harus dilakukan secara dapat
dilihat langsung, anak harus tenang sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi
miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior. Bila terapi yang diberikan sudah adekuat,
miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus di telinga tengah. Indikasi
miringostomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam, komplikasi OMA seperti
paresis nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi
merupakan terapi third-line pada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi
antibiotik pada satu episode OMA. Salah satu tindakan miringotomi atau timpanosintesis
dijalankan terhadap anak OMA yang respon kurang memuaskan terhadap terapi second-line,
untuk menidentifikasi mikroorganisme melalui kultur.
2. Timpanosintesis
Menurut Bluestone (1996) dalam Titisari (2005), timpanosintesis merupakan pungsi pada
membran timpani, dengan analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan pemeriksaan.
Indikasi timpanosintesis adalah terapi antibiotik tidak memuaskan, terdapat komplikasi supuratif,
pada bayi baru lahir atau pasien yang sistem imun tubuh rendah. Menurut Buchman (2003), pipa
timpanostomi dapat menurun morbiditas OMA seperti otalgia, efusi telinga tengah, gangguan
pendengaran secara signifikan dibanding dengan plasebo dalam tiga penelitian prospertif,
randomized trial yang telah dijalankan.
3. Adenoidektomi
Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media dengan efusi dan OMA
rekuren, pada anak yang pernah menjalankan miringotomi dan insersi tuba timpanosintesis,
tetapi hasil masih tidak memuaskan. Pada anak kecil dengan OMA rekuren yang tidak pernah
didahului dengan insersi tuba, tidak dianjurkan adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi
jalan napas dan rinosinusitis rekuren
4.9 Komplikasi Otitis Media Akut
- infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
- labirinitis (infeksi pada canalis semisirkularis)
- tuli
- peradangan selaput otak (meningitis)
- abses otak
4.10 Prognosis Otitis Media Akut
Apabila ditangani dengan cepat prognosis akan baik.
5. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan dan deteksi dini Otitis Media Akut
35
Terdapat beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya OMA. Mencegah ISPA pada bayi dan
anak-anak, menangani ISPA dengan pengobatan adekuat, menganjurkan pemberian ASI minimal
enam bulan, menghindarkan pajanan terhadap lingkungan merokok, dan lain-lain.
Pemeriksaan Fungsi Telinga
Pemeriksaan Pendengaran
Untuk memeriksa pendengaran, dilakukan pemeriksaan hantaran melalui udara dan melalui
tulang dengan memakai garpu tala dan audiometer nada murni.
Kelainan hantaran melalui udara menyebabkan tuli konduktifberarti ada kelainan di
telinga luar atau telinga tengah, seperti atresia liang telinga, eksositosis liang telinga, serumen,
sumbatan tuba Eustachius, serta radang liang telinga tengah. Kelainan di telinga dalam
menyebabkan tuli sensorineural koklea atau retrokoklea.
Secara fisiologik, telinga dapat mendengar nada antara 20-18.000 Hz. Untuk pendengaran
sehari-hari yang paling efektif antara 500-2.000 Hz. Oleh karena itu, untuk memeriksa
pendengaran dipakai garpu tala 512, 1024, dan 2048 Hz. Penggunaan ketiga garpu tala ini
penting untuk pemeriksaan secara kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini terganggu, penderita
akan sadar adanya gangguan pendengaran. Bila tidak mungkin menggunakan ketiga garpu tala
ini, maka diambil 512 Hz karena penggunaan garpu tala ini tidak terlalu dipengaruhi suara bising
di sekitarnya.
Pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif dengan mempergunakan garpu tala
dan kuantitatif dengan mempergunakan audiometer.
a. Tes Penala
Pemeriksaan ini merupakan tes kualitatif. Terdapat berbagai macam tes penala, seperti tes
Rinne, tes Weber, tes Schwabach, tes Bing, dan tes Stenger.
Tes Rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui
tulang pada telinga yang diperiksa. Penala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus
mastoid; setelah tidak terdengar, penala diletakkan di depan telinga kira-kira 2 cm.
Bila masih terdengar disebut Rinne positif; bila tidak terdengar disebut Rinne negatif.
Tes Weber ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri
dengan telinga kanan. Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah
kepala (di verteks, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri, atau di dagu).
Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber
36
lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi
terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.
Tes Schwabach ialah tes yang membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa
dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Penala digetarkan, tangaki penala
diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai
penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang
pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach
memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara
sebaliknya, yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila
pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien
dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut Schwabach sama dengan
pemeriksa.
Tes Bing (tes oklusi): Tragus telinga yang diperiksa ditekan sampai menutup liang
telinga, sehingga terdapat tuli konduktif kira-kira 30 dB. Penala digetarkan dan
diletakkan pada pertengahan kepada (seperti pada tes Weber). Bila terdapat lateralisasi
ke telinga yang ditutup, berarti telinga tersebut normal. Bila bunyi pada telinga yang
ditutup tidak bertambah keras, berarti telinga tersebut menderita tuli konduktif.
Tes Stenger ialah tes yang digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau
pura-pura tuli. Cara pemeriksaan menggunakan prinsip masking. Misalnya pada seorang
yang berpura-pura tuli pada telinga kiri. Dua buah penala yang identik digetarkan dan
masing-masing diletakkan di depan telinga kiri dan kanan, dengan cara tidak kelihatan
oleh yang diperiksa. Penala pertama digetarkan dan diletakkan di depan telinga kanan
(yang normal) sehingga jelas terdengar. Kemudian, penala yang kedua digetarkan lebih
keras dan diletakkan di depan telinga kiri (yang pura-pura tuli). Apabila kedua telinga
normal karena efek masking, hanya telinga kiri yang mendengar bunyi; jadi telinga
kanan tidak akan mendengar bunyi. Tetapi, apabila telinga kiri tuli, telinga kanan akan
tetap mendengar bunyi.
37
Tes Rinne
Positif
Tes Weber
Tidak
Tes Schwabach
Diagnosis
ada Sama
dengan Normal
lateralisasi
b.
Negatif
pemeriksa
Lateralisasi
Tes
ke Memanjang
Tuli konduktif
Lateralisasi
telinga
ke Memendek
Tuli
yang
sensorineural
sehat
Catatan: Pada tuli konduktif <30 dB, Rinne bisa masih positif
Berbisik
Pemeriksaan ini bersifat semi-kuantitatif, menentukan derajat ketulian secara kasar. Hal
yang perlu diperhatikan ialah ruangan cukup tenang, dengan panjang minimal 6 meter. Nilai
normal tes berbisik: 5/6 6/6.
c. Audiometri
Menguji kinerja pendengaran dari membran timpani sampai otak. Caranya dengan
memberikan nada murni, baik melalui earphone (direct to ear) ataupun speaker (free field
test) dan meminta respon balik dari pasien apakah bunyi terdengar atau tidak. Tesnya tidak
menyakitkan, namun agak subyektif dan memerlukan respon aktif dari pasien. Cukup sulit
dilakukan, khususnya pada anak-anak. Untuk anak-anak, biasanya dilakukan Play
Audiometri, yaitu uji pendengaran dengan bermain dan diperlukan audiologist yang
berpengalaman
untuk
mendapatkan
hasil
yang
baik.
Biasanya
untuk
menguji
tuli koklea ,pasien ini dapat membedakan bunyi 1 dB , sedangkan orang normal
baru dapat membedakan bunyi setelah 5 dB .pada orangtua bila mendengar suara
berlahan ia tidak dapat mendengar tapi jika mendengar suara keras dirasikannya
nyeri pada telinga.
o Kelelahan : merupakan adaptasi abnormal . Khas pada tuli retrocokhlear, saraf
pendenaran akan merasa lelah jika dirangsang terus menerus dan akan kembali
pulih jika beristirahat.
Jenis pemeriksaan :
o TES SISI ( short increment sensitivity indek ) Untuk memeriksa tuli koklea
dengan memanfaatkan fenonema rekrutmen
o Tes ABLB ( alternate binaural loudness balance)
Cara : diberikan intensitas bunyi tertentu pada frekuensi yang sama pada kedua
telinga, sampai kedua telinga mencapai persepsi yang sama, yangdisebut balance
negatif , bila balans tercapai terdapat rekuretmen positif .
o tes kelelahan ( tone decay )
o Audiometri tutur
Pada pemeriksaan ini digunakan kata - kata yang telah disusun oleh silabus
.pasien diminta untuk mengulangi kata - kata yang didengar melalui kaset tape
recorder,
pada
tipe
koklea
pasien
sulit
membedakan
bunyi
berpisah.
2. Audiometri Objektif
Pada pemeriksaan ini pasien tidak harus bereaksi . Jenis audiometri objektif :
-
Audiometri impedansi
39
Pada pemeriksaan ini diperiksa kelenturan membran timpani dengan tekanan tertentu
pada meatus acusticus externus .jika lesi dikoklea ambang rangsang refleks stapedius
-
Evoked response audiometry Dikenal dengan BERA ( brainstem evoke pesponse audiometri)
yaitu suatu pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi N.VIII. Prinsip : menilai
perubahan potensial listrik diotak setelah perangsangan sensorik berupa bunyi . Pemeriksaan ini
bermanfaat terutama pada keadaan yang tidak mungkin dilakukan pemerikasaan pendengaran
biasa seperti pada bayi, anak dengan gangguan sifat dan tingkah laku , intelegensi rendah , cacat
ganda dan kesadaran menurun
6. Memahami dan Menjelaskan promosi kesehatan Otitis Media Akut
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya OMA pada anak antara
lain:
Derajat ini muncul ketika seseorang hanya menggunakan indera pendengaran. Sebagaimana
yang diberitakan oleh Al-Qur'an ketika menceritakan tentang jin-jin yang beriman, mereka
berkata,"Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur'an yang menakjubkan". (QS.Al-Jin
[72]:1)
Adapun memperdengarkan untuk memahami dalam menafikan orang yang suka berpaling dan
lalai, sebagaimana firman Allah, "Maka sungguh,engkau tidak akan sanggup menjadikan orang-
40
orang yang mati itu dapat mendengar dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar
seruan, apabila mereka berpaling kebelakang. (Ar-Rum [20]:52).
Demikian juga firman Allah,"Sungguh Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dia
kehendaki dan engkau (Muhammad) tidak akan sanggup menjadikan orang yang didalam kubur
dapat mendengar". (Al-Fathir [35]:22)
Kekhususan ini adalah untuk memperdengarkan pemahaman dan pengetahuan. Demikian juga
firman Allah,"Dan sekiranya Allah mengetahui ada kebaikan pada mereka,tentu dia jadikan
mereka dapat mendengar. Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar,niscaya mereka
berpaling,sedang mereka memalingkan diri".(Al-Anfal [8]:23)
Dengan kata lain,jika seandainya Allah mengetahui orang-orang kafir itu terdapat penerimaan
dan
ketundukan,tentu
Allah
akan
menjadikan
mereka
dapat
memahami.
Jika tidak,berarti mereka telah mendengar dengan pendengaran pengetahuan. Seandainya Allah
menjadikan mereka dapat memahami,niscaya mereka tidak akan tunduk dan tidak mengambil
manfaat dari apa yang dipahaminya. Karena didalam hati mereka terdapat faktor yang menolak
dan menghalang-halangi mereka untuk mengambil manfaat dari apa yang mereka dengar
MENDENGARKAN
PANGGILAN.
UNTUK
MENERIMA
DAN
MEMENUHI
Adapun mendengarkan untuk menerima dan memenuhi panggilan,dalam firman Allah yang
menceritakan tentang hamba-hamba-Nya yang beriman,mereka berkata, "kami mendengar, dan
kami taat". (QS.An-Nur [24]:51)
Inilah bentuk mendengarkan untuk menerima dan memenuhi panggilan yang berbuah ketaatan.
Mendengarkan untuk menerima dan memenuhi panggilan ini mencakup 2 macam
sebelumnya,yaitu mendengarkan untuk mengetahui dan memperdengarkan untuk memahami.
Mendengarkan untuk mengetahui sedikitpun tidak berguna,karena binatang juga mendengar
sebagaimana orang kafir dapat mendengar. Mendengarkan untuk memahami juga,sedikitpun
tidak berguna,karena orang-orang yang hatinya membatu juga dapat memahami,tapi mereka
tidak mengamalkan.
Adapun mendengarkan untuk menerima dan memenuhi panggilan saja yang dapat memberatkan
timbangan amal kebaikan anda dan menunjukkan pada kehidupan hati anda serta beredarnya
denyutan didalamnya.
Mendengarkan untuk menerima dan memenuhi panggilan ini akan hadir ketika perkataan yang
didengar itu bertemu dengan sekejap kekhusyukan,atau ketika dalam kondisi bertaubat, atau
ketika merasa terpukul dengan dosanya,atau hanya dengan pertolongan Allah yang tersembunyi,
atau juga dengan kelembutan yang jelas,dengan sebab ataupun tanpa sebab.
41
Ketika itulah,anda akan dapati pori-pori hati terbuka,sehingga terjadilah pengaruh yang luar
biasa dan kondisi hati menjadi berubah seluruhnya,dari hati yang mati menuju hati yang hidup,
dari hati yang rapuh menuju hati yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W.F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke- 23. Jakarta: EGC.
42
Guyton, A.C., & Hall, J.E., 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC.
Vernacchio, L., Lesko, S.M., Vezina, R.M., Corwin, M.J., Hunt, C.E., Hoffman, H.J., Mitchell,
A.A., 2004. Racial/Ethnic Disparities in the Diagnosis of Otitis Media in Infancy. Int. J. Pediatr.
Otorhinolaryngol. 68: 795-804.
Zakzuok, S.M., Jamal, T.S., Daghistani, K.J., 2002. Epidermiology of Acute Otitis Media Among
Saudi Children. Int. J. Pediatr. Otorhinolaryngol. 62: 219-222.
Junqueira, L.C., Carneiro, J., 2007. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. Edisi ke-10. Jakarta: EGC.
Sherwood, L., 2010. Human Physiology from Cells to System. 7th edition. Canada: Brooks/Cole.
Soepardi, Efiaty Arsyad, et al. 2009. TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA & LEHER.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Berman, S., 1995. Otitis Media in Children. N Engl J Med 332 (23): 1560-1565.
Commisso, R., Romero-Orellano, F., Montanaro, P.B., Romero-Moroni, F., Romero-Diaz, R.,
2000. Acute Otitis Media: Bacteriology and Bacterial Resistance in 205 Pediatric Patients. Int. J.
Pediatr. Otorhinolaryngol. 56: 23-31.
Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R.D., 2007. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi, E.A., ed.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 64-86.
43