Anda di halaman 1dari 44

WRAP UP

SKENARIO 2
SAKIT PADA TELINGA

BLOK PANCA INDERA


Kelompok : A-1

Ketua

: Lia taradipa

(1102012143)

Sekretaris

: Hanida Rahmah

(1102012105)

Anggota

: Caesaredo Derza Polasa

(1102011062)

Aguswan Purwendo

(1102012010)

Astari Ferlisa

(1102012030)

Aulia Shabrina Syukharial

(1102012034)

Martha fitri alextina tatodi

(1102012154)

Hendra Hermadin Rasad

(1102012112)

Eva Rosalina

(1102012078)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


2014-2015

SKENARIO 2

SAKIT PADA TELINGA


Seorang anak usia 3 tahun pilek batuk dan demam sudah 3 hari yang lalu. Keluhan telinganya kanan sakit,
mengeluarkan sedikit cairan seperti air susu dan bercampur sedikit warna merah seperti darah. Lalu
dibawa ibunya ke UGD. Setelah liang telinga dibersihkan, diperiksa kendang telinga tampak merah dan
mengeluarkan cairan. Ibu pasien bertanya pada dokter, apakah penyakit anaknya bisa sembuh.

PERTANYAAN
1

1. Dari mana asal cairan yang keluar?


2. Adakah perbedaan warna sekret yang keluar? Dan apakah mengarah ke diagnosis?
3. Mengapa telinganya mengeluarkan darah?
4. Kenapa kendang telinganya tampak merah?
5. Apa kemungkinan penyebab keadaan pasien?
6. Apa hubungan pilek dengan keluhan sekarang?
7. Apakah dapat mengganggu pendengaran atau keseimbangan?
8. Bagaimanakah cara menjaga kebersihan telinga secara islami?
9. Apakah jika membran timpani rusak bisa pulih kembali?
10. Bagaimana cara mencegah penyakit tersebut?
11. Bagaimana tatalaksananya?
12. Pemeriksaan apa yang dilakukan dokter untuk menentukan diagnosis?
13. Apakah diagnosis dan diagnosis banding untuk kasus diatas?
JAWAB

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dari sekresi mukosa, hasil reaksi inflamasi


Karena perforasi
Karena perforasi
Karena inflamasi
Infeksi dan non infeksi
Karena hidung dan telinga dihubungkan oleh tuba eustachius dan epitem mukosanya
sama, jadi infeksinya bisa menjalar
7. Bisa, pendengaran tergantung kalu hantaran getaran terganggu,keseimbanagan bisa
terganggu kalau menyebar sampai endolimpf
8. Berwudhu, jangan digunakan untuk mendengar hal yang tidak baik
9. Ya, bisa regenerasi
10. Orangtua rajin membersihkan telinga anak dengan cottonbud khusus, obati secara tuntas
apabila ada ISPA
11. Antibiotik topikal, antivirus
12. Dengan menggunakan garpu tala
13. Diagnosis : Otitis media akut
Diagnosis banding : otitis media kronis

HIPOTESIS
2

Infeksi pernafasan atas (ISPA) yang disebabkan oleh bakteri, virus dll dapat menginvasi telinga
lewat tuba eustachius. Bakteri atau virus yang dapat mencapai telinga dapat menyebabkan reaksi
inflamasi sehingga menyebabkan keluarnya sekret, perforasi dan menyebabkan kendang telinga
merah sehingga dapat mengganggu hantaran getaran yang masuk ke dalam telinga. Dapat diobati
dengan menggunakan antibiotik, antivirus. Dan dapat dicegah dengan membersihkan telinga
secara rutin dan memelihara telinga sesuai dengan cara islami.

SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Telinga


1.1 Anatomi Makroskopis Telinga
1.2 Anatomi Mikroskopis Telinga
2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi pendengaran dan keseimbangan
3. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Pendengaran
3.1 Definisi gangguan pendengaran
3.2 Klasifikasi dan etiologi gangguan pendengaran
4. Memahami dan Menjelaskan Otitis Media Akut
4.1 Definisi Otitis Media Akut
4.2 Etiologi Otitis Media Akut
4.3 Epidemiologi Otitis Media Akut
4.4 Klasifikasi Otitis Media Akut
4.5 Patofisiologi Otitis Media Akut
4.6 Manifestasi klinis Otitis Media Akut
4.7 Diagnosis dan diagnosis banding Otitis Media Akut
4.8 Tatalaksana dan pemeriksaan Otitis Media Akut
4.9 Komplikasi Otitis Media Akut
4.10 Prognosis Otitis Media Akut
5. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan dan deteksi dini Otitis Media Akut
6. Memahami dan Menjelaskan promosi kesehatan Otitis Media Akut
7. Memahami dan Menjelaskan Cara Menjaga Telinga dan Pendengaran dari Sudut Pandang
Islam

1.

Memahami dan Menjelaskan Anatomi Telinga

1.1

Anatomi Makroskopis Telinga


4

Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

1. Telinga luar

Telinga luar terdiri atas:


Auricular (daun telinga)
Auricular mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpilkan getaran
udara.Auricular terdiri atas lempeng tulang rawan elastic tipis yang ditutupi
kulit.Auricular mempunyai otot intrinsic dan ekstrinsik, keduanya disarafi oleh n.
facialis.
Meatus acusticus externus
5

Adalah tabung berkelok yang menghubungkan auricular dengan membrane


timpani.Tabung ini berfungsi menghantarkan gelombang suara dari auricular ke
membrane timpani. Pada orang dewasa panjangnya lebih kurang 1 inci (2,5 cm).
Rangka 1/3 bagian luar meatus adalah cartilage elastic dan 2/3 bagian dalam adalah
tulang yang dibentuk oleh lempeng timpani.Meatus dilapisi oleh kulit dan 1/3 bagian
luarnya mempunyai rambut, kelenjar sebasea dan glandula ceruminosa.
Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari nervus auricular
temporalis dan ramus auricularis nervus vagus.Aliran limfe menuju nodi parotidei
superfisialis, mastoidei dan cervicales superfisialis.
Membrana timpani

2. Telinga tengah
Adalah ruang berisi udara didalam pars petrosa ossis temporalis yang dilapisi oleh
membrane mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi
meneruskan getaran membrane timpani ke perilympha telinga dalam. Telinga tengah
mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding posterior, dinding lateral dan dinding
medial.
Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang disebut tegmen timpani yang
merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan cavum
timpani dari meniges dan lobus temporalis otak di dalam fossa crania media.
Lantai dibentuk oleh lempeng tipis tulang.Lempeng ini memisahkan cavum timpani
dari bulbus superior vena jugularis interna.
Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang memisahkan
cavum timpani dari arteri carotis interna.Pada bagian atas dinding anterior terdapat muara
dari dua buah saluran.
Dibagian atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum.Dibawah ini terdapat
penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit, kecil disebut pyramis.Dari puncak pyramis
ini dibetuk tendo muskulus stapedius.
Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membrane timpani.Dinding medial
dibentuk oleh dinding lateral telinga dala. Bagian terbesar dari dinding terdapat
penonjolan bulat (promontorium) yang disebabkan oleh lengkung pertama cochlea yang
ada dibawahnya.
6

Ossicula Auditus
a. Malleus
Adalah pendengaran terbesar dan terdiri dari caput, collum dan processus longum/
manubrium, sebuah processus anterior dan processus lateralis.
b. Incus
Mempunyai corpus yang besar dan 2 crus yaitu crus longum, yang berjalan ke bawah
di belakang dan sejajar dengan manubrium mallei; dan crus breve, menonjol ke
belakang dan dilekatkan pada dinding posterior cavum timpani oleh sebuah
ligamentum.
c. Stapes
Mempunyai caput, collum, 2 lengan dan sebuah basis.

Otot-otot Ossicula
a. Muskulus Tensor Tympani
- Origo = cartilago tuba auditiva dan dinding tulang salurannya sendiri.
- Insertio = pada manubrium mallei.
- Persarafan = sebuah cabang dari nervus yang menuju M. pterygoideus medialis
(cabang dari divisi mandibularis nervus trigeminus).
- Fungsi = secara refeleks meredam getaran malleus dengan lebih menegangkan
membrane tympani.
b. Muskulus Stapedius
- Origo = dnding dalam pyramis yang berongga.
- Insertio = pada bagian belakang collum stapedis.
- Persarafan = nervus fasialis yang terletak dibelakang pyramis.
- Fungsi = secara reflex meredam getaran stapes dengan menaikkan collumnya.
Tuba Auditiva
Terbentang dari dinding anterior cavum tympani ke bawah, depan dan medial sampai
nasopharing. 1/3 bagian posterior adalah tulang dan 2/3 bagian anterior adalah
cartilage.Tuba berhubungan dengan nasopharing dengan bejalan melalui pinggir atas M.
constrictor pharinges superior.Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara di dalam
cavum tympani dngan nasopharing.
Antrum Mastoideum
Terletak dibelakang cavum tympani di dalam pars petrosa ossis temporalis dan
berhubungan dengan telinga tengah melalui aditus.
- Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi aditus ad antrum.
- Dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan cerebellum.
7

Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum suprameatus.


Dinding medial berhubungan dengan canalis semisirkularis posterior.
Dinding superior berhubungan dengan meninges pada f ossa crania media dan lobus
temporalis cerebri.
- Dinding inferior berlubang-lubang, menghubungkan antrum dengan cellulae
mastodeae.
Cellulae Mastoideae
Adalah suatu seri rongga yang saling berhubungan di dalam processus mastoideus, yang
diatas berhubungan dengan antrum dan cavum tympani.Rongga ini dilapisi oleh
membrane mucosa.
Nervus fasialis
Pada dinding medial telinga tengah membesar membentuk ganglion geniculatum.
Cabang-cabang penting pars intrapetrosa nervus fasialis yaitu nervus petrosus major,
saraf ke M. stapedius dan chorda tympani.
Nervus Tympanicus
Berasal dari nervus glossopharingeus dan berjalan melalui dasar cavum tympani dan pada
permukaan promontorium.Lalu bercabang-cabang membentuk plexus tympanicus
(mempersarafi lapisan cavum tympani dan mempercabangkan nervus petrosus minor).

3. Telinga dalam
- Labyrinthus Osseus
Terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. Vestibulum
Merupakan bagian tengah labyrinthus osseus, terletak posterior terhadap cochlea dan
anterior terhadap canalis semisirkularis.Di dalam vestibulum terdapat sacculus dan
utriculus labyrintus membranaceus.
2. Canalis semisirkularis
Ketiga canalis semisirkularis superior, posterior dan lateral bermuara ke bagian
posterior vestibulum. Didalam canalis terdapat ductus semisirkularis.
3. Cochlea
Berbentuk seperti rumah siput dan bermuara ke dalam bagian anterior
vestibulum.Umumnya terdiri dari 1 pilar sentral, modiolus cochlea dan modiolus ini

dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak 2 putaran.Modiolus mempunyai


basis yang lebar, terletak pada dasar meatus acusticus internus.

- Labyrinthus Membranaceus
Terletak didalam labyrinthus osseus dan berisi endolympha dan dikelilingi oleh
perilympha. Labyrinthus ini terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat didalam
vestibulum osseus; 3 ductus semisirkularis, yang teletak didalam canalis semisirkularis
osseus; dan ductus cochlearis, yang terletak didalam cochlea.
1. Utriculus
Adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada dan dihubungkan tidak
langsung dengan sacculus dn ductus endolymphaticus oleh ductus utriculosaccularis.
2. Sacculus
Berbentuk bulat dan berhubungan dengan uticulus. Ductus endolymphaticus setelah
bergabung dengan ductus utriculosaccularis akan berakhir didalam kantung buntu
kecil yaitu saccus endolymphaticus.
3. Ductus Semisirkularis
Diameternya lebih kecil dari canalisnya.Ketiganya tersusun tegak lurus satu dengan
lainnya.
4. Ductus Cochlearis
Berbentuk segitiga pada potongan melintang dan berhubungan dengan sacculus
melalui ductus reunions.

Perdarahan
9

Telinga dalam memperoleh perdarahan dari a. auditori interna (a. labirintin) yang
berasal dari a. serebelli inferior anterior atau langsung dari a. basilaris yang merupakan
suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis. Setelah memasuki
meatus akustikus internus, arteri ini bercabang 3 yaitu :
1. Arteri vestibularis anterior yang mendarahi makula utrikuli, sebagian makula sakuli,
krista ampularis, kanalis semisirkularis superior dan lateral serta sebagian dari utrikulus
dan sakulus.
2. Arteri vestibulokoklearis, mendarahi makula sakuli, kanalis semisirkularis posterior,
bagian inferior utrikulus dan sakulus serta putaran basal dari koklea.
3. Arteri koklearis yang memasuki modiolus dan menjadi pembuluh-pembuluh arteri
spiral yang mendarahi organ Corti, skala vestibuli, skala timpani sebelum berakhir pada
stria vaskularis.
Aliran vena pada telinga dalam melalui 3 jalur utama. Vena auditori interna mendarahi putaran
tengah dan apikal koklea. Vena akuaduktus koklearis mendarahi putaran basiler koklea, sakulus
dan utrikulus dan berakhir pada sinus petrosus inferior. Vena akuaduktus vestibularis mendarahi
kanalis semisirkularis sampai utrikulus. Vena ini mengikuti duktus endolimfatikus dan masuk ke
sinus
1.2

Anatomi Mikroskopis Telinga

Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar (meatus accus-ticus
externus) dan gendang telinga (membran timpani)
Daun telinga /aurikula disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit tipis yang
melekat erat pada tulang rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat beberapa lembar otot lurik yang
pada manusia rudimenter (sisa perkembangan), akan tetapi pada binatang yang lebih rendah yang
mampu menggerakan daun telinganya, otot lurik ini lebih menonjol. Liang telinga luar
merupakan suatu saluran yang terbentang dari daun telinga melintasi tulang timpani hingga
permukaan luar membran timpani. Bagian permukaannya mengandung tulang rawan elastin dan
ditutupi oleh kulit yang mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar
keringat yang dikenal sebagai glandula seruminosa.. Sekret kelenjar sebacea bersama sekret
kelenjar serumen merupakan komponen penyusun
serumen.
Telinga Tengah
Membran timfani terdiri dari bagian :
Pars flaccida (membran sharpnell) terdapat 2
lapis yaitu
Lapisan luar : lanjutan kulit liang
telinga, epitel squamosa
Lapisan dalam: sel kubis bersilia

10

Pars tensa (lamina propia) terdapat 3 lapis :


Lapisan luar : lanjutan kulit liang telinga, epitel squamosa
Lapisan tengah : serat kolagen dan sedikit serat elastin
Lapisan dalam : sel kubus bersilia

Tuba
auditiva
(Eustachius)

menghubungkan rongga timpani dengan nasofarings lumennya gepeng, dengan dinding medial
dan lateral bagian tulang rawan
biasanya
saling
berhadapan
menutup
lumen.
Epitelnya
bervariasi dari epitel bertingkat,
selapis silindris bersilia dengan sel
goblet dekat farings. Dengan
menelan dinding tuba saling
terpisah sehingga lumen terbuka
dan udara dapat masuk ke rongga
telinga tengah. Dengan demikian
tekanan udara pada kedua sisi
membran
timpani
menjadi
seimbang.
Di bagian dalam rongga telinga
tengah terdapat 3 jenis tulang
pendengaran yaitu tulang maleus,
inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang.
Tulang maleus melekat pada membran timpani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada
11

ligamen tipis di atap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah oval
(fenestra ovalis) pada dinding dalam. Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang
pendengaran. Otot tensor timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya berjalan
mula-mula ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk
melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang
maleus. Tendo otot stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding
posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi
protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.
Telinga Dalam
Labirin bertulang atau labyrinthus osseus cochlearis berputar mengelilingi sumbu pusat tulang
spongiosa disebut modiolus. Di dalam modiolus terdapat ganglion spirale, yang terdiri dari
banyak aferen bipolar. Dendrit dari neuron bipolar ini menjulur dan menyarafi sel rambut yang
terletak di aparatus pendengeran yaitu Organ Corti.
Labirin bertulang telinga dalam dibagi menjadi dua rongga utama oleh lamina spiralis dan
membran basilar. Kanal koklea dibagi menjadi skala timpani sebelah bawah dan skala vestibuli
di atas. Skala timpani dan skala vestibuli berhubungan di apeks koklea melalui sebuah lubang
kecil yaitu helicotrema. Membarana Reissner (vestibularis) memisahkan skala vestibuli dan skala
media. Sel-sel sensorik untuk deteksi suara terletak di organ corti, yang terletak di atas membran
basilar skala media. Membrana tectoria menutupi sel-sel di organum spirale.

ORGAN CORTI
Organ Corti terdiri atas sel-sel penyokong dan sel-sel rambut. Sel-sel yang terdapat di organ
Corti adalah
1. Sel tiang dalam merupakan sel berbentuk kerucut yang ramping dengan bagian basal yang
lebar mengandung inti, berdiri di atas membran basilaris serta bagian leher sempit dan agak
melebar di bagian apeks.
2. Sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam hanya lebih panjang.
Di antara sel tiang dalam dan luar terdapat terowongan dalam.
3. Sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada membrana basilaris.
Bagian puncaknya berbentuk mangkuk untuk menopang bagaian basal sel rambut luar yang
mengandung serat-serat saraf aferen dan eferen pada bagian basalnya yang melintas di antara selsel falangs dalam untuk menuju ke sel-sel rambut luar. Sel-sel falangs luar dan sel rambut luar
terdapat dalam suatu ruang yaitu terowongan Nuel. Ruang ini akan berhubungan dengan
terowongan dalam.

12

4. Sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam. Seperti sel falangs luar sel
ini juga menyanggah sel rambut dalam.
5. Sel batas membatasi sisi dalam organ corti
6. Sel Hansen membatasi sisi luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris terletak antara sel
falangs luar dengan sel-sel Claudius yang berbentuk kuboid. Sel-sel Claudius terletak di atas selsel Boettcher yang berbentuk kuboid rendah. Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu
membran yaitu membrana tektoria yang merupakan suatu lembaran pita materi gelatinosa.
Dalam keadaan hidup membran ini menyandar di atas stereosilia sel-sel rambut.
Labyrinth Membranosa merupakan kantong-kantong dan saluran yang terdapat di dalam
labyrinth osea, berisi cairan endolymph. Labyrinth membranosa terdiri dari labyrinth vestibularis
dan labyrinth cochlearis.
Labyrinth vestibularis terdiri dai dua kantong yaitu utriculus dan sacculus dan tiga buah ductus
semicircularis. Pada dinding lateral utriculus terdpat penebalan horizontal berbentuk oval disebut
macula utriculi. Pada dinding medial sacculus terdapat penebalan vertikal disebut macula
sacculi. Ductus semicircularis membranosa yang pangkalnya melebar disebut ampulla
membranosa. Pada dasra masing-masing ampulla terdapat crista ampullaris berupa penebalan
transversal.

Aparatus Vestibular :
Terdiri dari utikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis. Organ-organ yang sensitif ini berespons
terhadap percepatan linier atau angular atau gerkan kepala. Input sensorik dari aparatus
vestibular melalui jalur persarafan mengaktifkan otot-otot rangka tertentu untuk mengoreksi
keseimbangan, dan mengembalikan tubuh ke posisi yang normal.

13

2.

Memahami dan Menjelaskan Fisiologi pendengaran dan keseimbangan


A. Fisiologi Pendengaran

Mendengar merupakan persepsi neural dari energi suara. Mendengar memiliki dua aspek
yaitu identifikasi suara dan lokalisasi suara.

Gelombang Suara dan Respons Telinga


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/51/1405_Sound_Waves_and_the_Ear.jpg
14

Fungsi Telinga Luar

Telinga luar yang terdiri dari auricula (pinna), external auditory meatus (meatus acusticus
externus), dan membran tympani. Pinna akan mengumpulkan gelombang suara dan
menghubungkanya dengan meatus acusticus externus. Pinna juga berfungsi untuk mengetahui
penentuan arah suara yang berasal dari depan atau dari belakang. Meatus acusticus externus
dilindungi oleh rambut-rambut halus dan terdapat modifikasi kelenjar keringat yang
memproduksi serumen atau lilin (earwax). Secara bersama-sama rambut dan serumen akan
mencegah masuknya partikel-partikel mengganggu seperti debu agar tidak sampai ke membrana
tympani dan telinga dalam (Sherwood, 2010).

Transmisi Suara

Sebagai respon terhadap perubahan tekanan yang dihasilkan oleh gelombang suara di
permukaan luarnya, membran timpani bergerak keluar masuk. Membran timpani berfungsi
sebagai resonator yang menghasilkan ulang getaran dari sumber suara dan akan berhenti bergetas
hampir segera setelah suara berhenti. Gerakan membran timpani disalurkan ke manubrium
malleus (Ganong, 2008).
Ujung tangkai malleus melekat dibagian tengah membran timpani, dan tempat perlekatan ini
akan konstan tertarik oleh muskulus tensor tympani, yang menyebabkan membran tympani tetap
tegang. Keadaan ini menyebabkan getaran pada setiap bagian membran timpani akan dikirim ke
tulang-tulang pendengaran, hal ini tidak dapat terjdai jika membran tersebut longgar. Malleus
terikat pada incus oleh ligamen yang kecil sehingga ketika malleus bergerak incus juga ikut
bergerak. Ujung yang berlawanan dari incus akan berartikulasi dengan batang stapes, dan bidang
depan dari stapes terletak berhadapan dengan membran labyrith cochlea pada muara fenestra
ovalis (Guyton, 2008).

Transmisi Suara Melalui Tulang Pendengaran

Malleus bergoyang yang kemudian menyalurkan getararan manubrium ke incus, incus


bergerak sedemikian rupa sehingga getaran diteruskan ke bagian kepala stapes. Pergerakan
kepala stapes menyebabkan lempeng kakinya bergerak maju mundur seperti pintu berengsel di
tepi posterior fenestra ovalis. Dengan demikian, tulang-tulang pendengaran berfungsi sebagai
pengungkit (Ganong, 2008).
Sistem pengungkit tersebut mengurangi jarak antar tulang dan meningkatkan tenaga 1,3 kali
lebih kuat. Luas permukaan membran timpani (55 milimeter persegi) yang jauh lebih besar dari
luas lempeng kaki stapes (3,2 milimeter persegi) menyebabkan penekanan total yang Universitas
Sumatera Utaralebih kuat yang diberikan pada cairan koklea (Guyton, 2008; Ganong, 2008).

Anatomi dan fungsi koklea

Koklea adalah sistem tuba yang melingkar-lingkar yang teridiri dari tiga tuba yang saling
bersisian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Skala vestibuli dan skala media
dipisahkan satu sama lain oleh membran reissner yang disebut juga membran vestibular.
Diantara skala timpani dan skala media dipisahkan oleh membran basilar.
Pada permukaan membran basilar tersebut terletak organ corti, yang mengandung
serangkaian sel yang sensitif secara elektromagnetik, yaitu sel-sel rambut. Sel-sel ini merupakan
organ reseptif terakhir yang membangkitkan impuls saraf sebagai respon terhadap getaran suara
(Guyton, 2008).
15

Skala vestibuli dan skala timpani mengandung perilymph dan berhubungan satu sama lain di
apeks koklea melalui lubang kecil yang disebut helikotrema (Ganong, 2008). Skala media atau
disebut juga duktus koklearis mengandung cairan yang berbeda yaitu endolymph (Sherwood,
2010).
Perilymph merupakan cairan dengan komposisi ion yang serupa dengan komposisi cairan
ekstrasel di tempat lain tetapi kandungan proteinya sangat rendah. Sedangkan endolymph
memiliki komposisi kalium yang lebih tinggi dan natrium yang rendah (Junqueira & Carneiro,
2007).

Transmisi Gelombang suara di koklea

Ketika kaki stapes menekan fenestra ovalis, getaran suara memasuki skala vestibuli. Bidang
stapes akan menyebabkan perylimph pada skala vestibuli bergetar hingga sampai helikotrema
lalu kemudian menuju fenestra rotundum. Fenestra ovale dan fenestra rotundum ikut bergerak ke
dalam dan ke luar sesuai dengan arah getaran suara (Guyton, 2008; Sherwood, 2010).
Tujuan utama dari gelombang suara yang masuk ke fenestra ovale adalah untuk menggerakan
membran basilar pada skala media (Guyton, 2008). Gelombang tekanan pada skala vestibuli
akan di transfer ke skala media melalu membran reissner yang tipis dan kemudian akan ditranfer
ke membran basiler pada skala media dan kemudian akan di transfer ke skala timpani yang akan
menyebabkan foramen rotundum bergerak masuk dan keluar. Transmisi dari tekanan ke
membran basiler akan membuat membran basilar bergerak ke atas dan ke bawah, atau bergetar
secara sinkron dengan tekanan suara (Sherwood, 2010).

Fungsi Organ Corti

Organ corti merupakan organ reseptor yang membangkitkan impuls saraf sebagai respon
terhadap getaran membran basilar. Reseptor pada organ corti merupakan tipe sel saraf yang
khusus yang disebut dengan sel rambut yang terdiri dari sel rambut interna dan sel rambut
eksterna. Rambut-rambut ini tertanam pada permukaan lapisan gel dari membran tektorial.
Bagian dasar dan samping sel rambut bersinaps dengan jaringan ujung saraf koklearis. Serabut
saraf yang dirangsang oleh sel rambut akan menuju ganglion spiralis corti, yang terletak pada
modiolus koklea. Neuron ganglion spiralis akan mengirimkan akson ke dalam nervus koklearis
dan kemudian kedalam sistem saraf pusat pada tingkat medula spinalis bagian atas (Guyton,
2008).

Fungsi sel rambut dalam dan luar

Fungsi sel rambut dalam lebih banyak berperan dalam mekanisme pendengaran. Sekitar 90%
saraf auditorik dihantarkan melalui sel-sel rambut bagian dalam (Guyton, 2008). Rambut dalam
menransfer getaran suara menjadi impuls elektrik yang akan disampaikan ke kortex serebri.
Stereocillia dari rambut-rambut tesusun mulai dari tinggi ke rendah dan diikat oleh filamen
penghubung yang merupakan CAMs (Cell Adhesion Mollecule). Ketika membrana basiler
bergerak ke atas, stereocillia akan bergerak ke arah yang paling tinggi dan akan menarik filamen
penghubung. Kemudian, akan terjadi pembukaan kanal kation. Kalium-kalium yang berasal dari
endolymph akan masuk dan akan terjadi depolarisasi. Ketika membrana basilaris bergerak ke
bawah maka akan terjadi hal yang sebaliknya. Kanal ion akan tertutup dan terjadi hiperpolarisasi.
Gerakan membrana basiler yang bergerak ke atas dan ke bawah secara sinkron akan
menyebabkan terjadinya depolarisasi dan hiperpolarisasi secara bergantian yang akan
16

menyebabkan terangsangnya ujung-ujung saraf koklea yang bersinaps di sel-sel rambut


(Sherwood, 2010; Guyton, 2008).
Rambut luar akan secara aktif dan cepat mengubah panjangnya sebagai respon pada
membran potensial, yang dikenal dengan elektromotility. Rambut luar akan memendek ketika
depolarisasi dan akan memanjang ketika hiperpolarisasi. Dengan demikian, rambut luar akan
meningkatkan respon rambut dalam dan membuatnya lebih sensitif (Sherwood, 2010).

Jaras Persarafan pendengaran

Gambar 2.6 dibawah ini menggambarkan jaras pendengaran utama. Jaras ini menunjukan bahwa
nervus cochlearis (cochlear nerve) memasuki Jaras persarafan pendengaran nukleus koklearis
dorsalis dan ventralis berjalan terus hingga nukleus olivarius superior yang selanjutkan akan
berakhir di korteks auditorik pada girus superior lobus temporalis (Guyton, 2008).

17

Jaras Neural Aferen Pendengaran


http://www.musicearth.name/wp-content/uploads/2011/02/afferent-auditory-pathways.jpg

18

Jaras Neural Eferen Pendengaran


http://www.musicearth.name/wp-content/uploads/2011/02/efferent-auditory-pathways.jpg

Menentukan kekerasan suara

Kekerasan suara dapat ditentukan dengan 3 cara yaitu (Guyton, 2008):


a. Ketika suara semakin keras, amplitudo getaran membran basilar dan sel-sel rambut juga
meningkat, sehingga sel-sel rambut mengeksitasi ujung saraf dengan lebih cepat.
b. Ketika amplitudo getaran meningkat, semakin banyak sel-sel rambut yang terangsang
sehingga terjadi transmisi melalui banyak serabut saraf.
c. Sel-sel rambut luar tidak terangsang secara bermakna sampai getaran membran basiler
mencapai intensitas yang tinggi, dan perangsangan ini tam,paknya mengabarkan pada
sistem saraf bahwa suara tersebut sangat keras

19

B. Fisiologi Keseimbangan
Komponen telinga yang memilik fungsi keseimbangan adalah aparatus vestibularis. Aparatus
vestibularaisterdiri dari dua struktur, yaitu kanalis semisirkularis dan organ otolit- utrikulus dan
sakulus.
Struktur yang terdapat di aparatus vestibularis memiliki struktur yang sama dengan koklea,
seperti adanya endolimfe yang dikelilingi oleh perilimfe. Terdapat juga sel-sel rambut yang
berespon oleh gerakan-gerakan spesifik endollimfe. Tidak seperti organ pendengaran, sebagian
informasi yang dihasilkan sisem vestibularis tidak mencapai tingkat kesadaran.

http://media-3.web.britannica.com/eb-media/86/4086-004-EA855487.jpg

Kanalis Semisirkularis

Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler atau rotasional kepala,
seperti berjungkir balik, memutar kepala, atau berhenti memutar. Terdapat tiga kanalis
semisirkularis yang secara tiga dimensi tersusun dalam bidang yang saling tegak lurus. Sel-sel
rambut reseptif di setiap kanalis semisirkularis terletak di atas suatu bubungan (ridge) yang
terletak di ampula. Rambut-rambut terbenam pada lapisan gelatinosa, yang disebut sebagai
kupula (Sherwood, 2010).
Kupula menonjol ke dalam endolimfe di dalam ampula. Kupula dapat bergoyang sesuai
dengan arah gerakan cairan. Akselerasi atau deselerasi selama rotasi kepala ke segala arah
menyebabkan pergerakan endolmfe. Pergerakan endolimfe dapat terjadi pada satu kanalis karena
adanya perbedaan dimensi pada ketiga kanalis tersebut. Pada saat kepala mulai bergerak, cairan
dalam kanalis, yang mula-mula diam tak bergerak, ikut bergerak berlawanan arah rotasi tetapi
tertinggal di belakang karena adanya kelembaman (suatu benda akan tetap diam atau teptap
bergerak kecuali ada gerakan dari luaryang bekerja padanya). Gerakan cairan tersebut
20

menyebabkan kupula condong kearah berlawanan dengna arah gerak kepala, membengkokkan
rambut-rambut sensorikyang terbenam di dalamnya. Jika gerakan berlanjut, cairan endolimfe
juga akan tetap bergerak bersama kepala dan rambut sensorik akan kembali ke posisi semula.
Sewaktu kepala berhenti bergerak, endolimfe melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi
sementara kepala melambat untuk berhenti. Akibatnya, kupula dan rambut-rambutnya secara
sementara membengkok sesuai arah rotasi semula, yaitu berlawanan dengan arah mereka
membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut-rambut
kembali tegak(Sherwood, 2010).
Sel rambut vestibularis terdiri dari dua puluh sampai lima puluh stereosilia, yaitu mikrovilus
yang diperkuat oleh aktin, taut silium, kinosilium. Ketika stereosilia membengkok ke arah
kinosilium, terjadi depolarisasi. Sel-sel rambut membentuk sinaps zat perantara kimiawi dengan
ujung-ujung terminal neuron aferen yang akson-aksonnya menyatu dengan akson struktur
vestibularis untuk membentuk saraf vestibulokoklearis (Sherwood, 2010).
Depolarisasi sel-sel rambut meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi,
sedangkanhiperpolarisasi menurunkan potensial aksi (Sherwood, 2010).

Organ Otolit

Organ otolit memberikan informasi mengenai posisi kepala relatif terhadap gravitasi dan
mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan linier. Utrikulus dan sakulus adalah struktur
seperti kanung yang terletak di dalam rongga tulang yang terdapat di antara kanils semisirkularis
dan koklea. Rambut-rambut padasel-sel rambut organ reseptif menonjol ke dalam lembaran suatu
gelatinosa, yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan
perubahan potensial. Terdapat Kristal-kristal kalsium karbonat-otolit (batu telinga) yang
terbenam dalam gelatinosa sehingga lapisan tersebut lebih berat dan lembam. Ketika seseorang
berada dalam posisi tegak, rambut-rambut dalam utrikulus berorientasi vertical dan sakulus
secara horizontal (Sherwood, 2010).
Massa gelatinosa mengandung otolit berubah posisi dan dapat membengkokkan rambutrambut. Sebagai contoh, rambut-rambut utrikulus dapat berubah posisi akibat setiap perubahan
dalam gerakan linier horizontal (misalkan bergerak lurus ke depan,ke belakang, atau ke
samping). Ketika seseorang berjalan ke depan, bagian atas membrane otolit yang berat mulamula tertinggal di belakang endolimfe dan sel-sel rambut karena inersianya lebih besar. Dengan
demikian, rambut menekuk kebelakang, dalam arah yang berlawanan dengan arah gerakan
kepala yang ke depan. Jika kecepatan berjalan dipertahankan, lapisan gelatinosa degera
menyusul dan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kepala sehingga rambut-rambt tidak
lagi menekuk. Ketika orang tersebut berhenti berjalan, lapisan otolit secara singkat terus
bergerak ke depan ketika kepala melambat dan berhenti, membengkokkan rambut-rambut ke
arah depan. Dengan demikian, sel-sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi
linier horizontal tetapi tidak memberikan informasi mengenai gerakan lurus yang berjalan
konstan. Ketika kepala digerakan ke semua arah selain vertical, rambut-rambut membengkok
sesuai arah gerakan kepala karena gaya gravitasi yang mendesak bagian atas lapisan geatinosa
yang berat. Dalam utrikulus tiap-tiap telinga, sebagian berkas sel rambut diorientasikan untuk
mengalami depolarisasi dan sebagian lagi mengalami hiperpolarisasi ketika kepala berada dalam
segala posisi selain tegak lurus (Sherwood, 2010).

21

Sakulus memiliki fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali bahwa ia berespons secara selektif
terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal dan terhadap akselerasi linier vertikal
seperti loncat-loncat dan saat berada di elevator (Sherwood, 2010).

http://www.neuroanatomy.wisc.edu/virtualbrain/Images/13E.jpg

Jaras Saraf

Neuron yang mempersarafi Krista dan macula di tiapsisi terletak pada ganglion vestibularis. Tiap
n.vestibularis berakhir di nucleus 4-bagian ipsilateral dan di lobus flokulonodularis serebelum.
Serat dari kanalis semisirkularis terutama berakhir di bagian superior dan medial nucleus
vestibularis dan sebagian besar menuju nuclei yang mengatur gerakan bola mata. Serat dari
utrikulus dan sakulus berakhir terutama di bagian lateral (Deiters nucleus), yang menuju
medulla spinalis. Serat ini juga berakhir dinucleus descendens, yang berproyeksi ke serebelum
dan formasio retikularis. Nuklei vestibularis juga berproyeksi ke thalamus dan dari sini menuju
ke kedua bagian korteks somatosensorik (Ganong, 2008). Informasi vestibuler diintegrasikan
dengan masukandari permukaan kulit, mata, sendi, dan otot untuk (Ganong, 2008):
a. Mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan
b. Mengontrol otot mata eksternal sehingga mata tetap terfiksasi ke titik yangsama
walaupun kepala bergerak
c. Mempersepsikan gerakan dan orientasi.

22

Jaras Neural Vestibuler


http://what-when-how.com/wp-content/uploads/2012/04/tmp15F78.jpg

23

3.

Memahami dan Menjelaskan Gangguan Pendengaran

3.1

Definisi gangguan pendengaran


Gangguan pendengaran merupakan ketidak mampuan secara parsial atau total untuk
mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga.
Gangguan pendengaran dapat disebabkan rusaknya salah satu atau beberapa bagian dari
telinga luar, tengah atau dalam. Gangguan pendengaran harus didiagnosis oleh ahli audiologi
atau spesialis THT. Audiologi memiliki makna serupa dengan otologi, yakni pengetahuan
tentang penyakit telinga. Untuk menentukan tipe dan tingkat kerusakannya, ahli audiologi
atau spesialis THT akan menguji pendengaran pasien tersebut. Catatan mengenai ketajaman
pendengaran terhadap berbagai nada (dinyatakan dalam bentuk grafik garis) akan tergambar
pada sebuah audiogram.

Etiologi
Faktor genetik
Faktor didapat, misalnya akibat terjadi infeksi, neonatal hiperbilirubinemia (terjadi pada bayi
yang baru lahir), masalah perinatal (prematuritas, anoksia berat), konsumsi obat ototoksik
(beberapa golongan antibiotika), terjadi trauma (fraktur tulang temporal, pendarahan pada telinga
tengah atau koklea, dislokasi osikular, dan trauma suara), dan neoplasma (misalnya, tumor pada
telinga tengah).
3.2
Klasifikasi dan etiologi gangguan pendengaran
Empat tipe gangguan pendengaran, yakni:

Gangguan pendengaran sensorineural merupakan jenis gangguan pendengaran yang


disebabkan oleh hilangnya atau rusaknya sel saraf (sel rambut) di dalam koklea atau
rumah siput dan biasanya bersifat permanen. Gangguan pendengaran sensorineural
disebut juga tuli saraf. Untuk gangguan pendengaran ringan hingga berat dapat diatasi
dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah. Sedangkan, untuk gangguan
pendengaran berat atau parah sering dapat diatasi dengan implan rumah siput.
Gangguan pendengaran konduktif, yang menunjukkan adanya masalah di telinga luar
atau tengah yang menyebabkan tidak terhantarnya bunyi dengan tepat ke telinga dalam.
Dalam beberapa kejadian, gangguan pendengaran jenis ini biasanya bersifat sementara.
Pengobatan atau bedah, alat bantu dengar maupun implan telinga tengah dapat membantu
mengatasi gangguan pendengaran jenis ini tergantung pada penyebab khusus masalah
pendengaran tersebut.
Gangguan pendengaran campuran, yang merupakan gabungan pendengaran sensorineural
dan konduktif. Pilihan penanganan untuk mengatasi gangguan pendengaran jenis ini
dapat dengan melakukan pengobatan, bedah, alat bantu dengar atau implan pendengaran
telinga tengah.
Gangguan pendengaran saraf merupakan gangguan pendengaran yang diakibatkan tidak
adanya atau rusaknya saraf pendengaran. Hal tersebut dapat terjadi jika saraf auditori
tidak dapat mengirim sinyal ke otak. Gangguan pendengaran jenis ini biasanya parah dan
permanen. Dalam banyak kejadian, implan Batang Otak Auditory (ABI) dapat menjadi
pilihan.
24

Penyakit-penyakit yang Menyebabkan Gangguan Pendengaran:


1. Tinnitus
Definisi:Tinnitus (telinga mendenging) adalah suara gaduh berasal di dalam telinga
melebihi lingkungan sekitar. Tinnitus adalah sebuah gejala dan bukan suatu penyakit
tertentu. Sangat sering terjadi-10 sampai 15% orang mengalami beberapa tingkat tinnitus.
Etiologi :Lebih dari 75% masalah yang berhubungan dengan telinga termasuk tinnitus
sebagai sebuah gejala, termasuk luka dari suara gaduh atau ledakan, infeksi telinga, saluran
telinga yang tersumbat atau pipa Eustachian, otosclerosis (salah satu jenis kehilangan
pendengaran), tumor telinga bagian dalam, dan penyakit meniere. Obat-obatan tertentu
(seperti antibiotik aminoglikosid dan aspirin dosis tinggi) juga bisa menyebabkan tinnitus.
Tinnitus juga bisa terjadi dengan gangguan dari luar telinga, termasuk anemia, jantung dan
gangguan pembuluh darah seperti hipertensi dan arterisclerosis, kelenjar tiroid jinak
(hypothyroidism), dan luka kepala. Tinnitus yang hanya pada salah satu telinga atau
berdenyut adalah tanda yang lebih serius. Suara bergetar bisa dihasilkan dari tumor
tertentu, arteri tersumbat, sebuah pembengkakan pembuluh darah, atau gangguan pembuluh
darah lainnya.
Gejala:Suara gaduh yang terdengar oleh orang yang menderita tinnitus bisa jadi
berdengung, berdering, meraung, bersiul, atau suara berdesis. Beberapa orang mendengar
suara yang rumit yang naik turun setiap waktu. Suara ini lebih jelas di lingkungan yang
sunyi dan ketika seseorang tidak konsentrasi pada hal tertentu. Maka, tinnitus cenderung
lebih mengganggu orang ketika mereka berusaha untuk tidur. Bagaimanapun, pengalaman
tinnitus adalah sangat individual ; beberapa orang sangat terganggu dengan gejalagejalanya, dan orang yang lainnya sungguh dapat bertahan.
Diagnosa: Karena seseorang yang menderita tinnitus biasanya kehilangan pendengaran,
melalui test pendengaran dilakukan sebaik mungkin sebagaimana magnetic resonance
imaging (MRI) pada kepala dan computed tomography (CT) pada tulang rawan (tulang
tengkorak yang mengandung bagian pada saluran telinga, telinga bagian tengah, dan telinga
bagian dalam).
Pengobatan:Upaya untuk mendeteksi dan mengobati penyebab gangguan tinnitus
seringkali tidak berhasil. Berbagai teknik bisa membantu meredam tinnitus, meskipun
kemampuan untuk meredam hal itu berbeda dari orang ke orang. Seringkali alat Bantu
dengar membantu menahan tinnitus. Banyak orang menemukan keringanan dengan
memainkan musik merdu untuk menyembunyikan tinnitus. Beberapa orang menggunakan
topeng tinnitus, sebuah alat yang dikenakan seperti Alat Bantu Dengar yang menghasilkan
tingkat tetap pada suara netral. Untuk orang yang sangat tuli, sebuah cochlear yang ditanam
dalam telinga bisa mengurangi tinnitus.
2. Otosklerosis
25

Definisi:Otosklerosis adalah suatu penyakit dimana tulang-tulang di sekitar telinga tengah


dan telinga dalam tumbuh secara berlebihan sehingga menghalangi pergerakan tulang
stapes (tulang telinga tengah yang menempel pada telinga dalam), akibatnya tulang stapes
tidak dapat menghantarkan suara sebagaimana mestinya. Penyakit ini biasanya mulai
timbul pada akhir masa remaja atau dewasa awal.
Etiologi
Otosklerosis merupakan suatu penyakit keturunan dan merupakan penyebab tersering dari
tuli konduktif progresif pada dewasa yang gendang telinganya normal.

Jika pertumbuhan berlebih ini menjepit dan menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf
yang menghubungkan telinga dalam dengan otak, maka bisa terjadi tuli sensorineural.
Gejala:Tuli dan telinga berdenging (tinnitus).
Diagnosa:

Untuk mengetahui beratnya ketulian pemeriksaan audiometri/audiologi.


CT scan/rontgen kepala: membedakan otosklerosis dg penyebab ketulian
lainnya.

Pengobatan:Pengangkatan tulang stapes dan menggantinya dengan tulang buatan bisa


mengembalikan pendengaran penderita. Ada 2 pilihan prosedur, yaitu:

Stapedektomi (pengangkatan tulang stapes dan penggantian dengan protese)


Stapedotomi (pembuatan lubang pada tulang stapes untuk memasukkan protese).
Jika penderita enggan menjalani pembedahan, bisa digunakan alat bantu dengar.
3. Ketulian Mendadak
Definisi: Ketulian Mendadak adalah kehilangan pendengaran yang berat, biasanya hanya
menyerang 1 telinga, yang terjadi selama beberapa jam atau kurang.
Etiologi: Ketulian mendadak biasanya disebabkan oleh penyakit virus, seperti:
- Gondongan
- Campak
- Influenza
- Cacar air
- Mononukleosis infeksiosa.
Kadang aktivitas yang berat (misalnya angkat besi) bisa menekan dan menyebabkan
kerusakan pada telinga dalam sehingga terjadi ketulian mendadak dan vertigo (perasaan
berputar). Ketulian mendadak juga bisa terjadi akibat suara ledakan yang hebat.
Gejala

26

Biasanya ketulian bersifat berat tetapi sebagian besar penderita mengalami penyembuhan
total dalam waktu 10-14 hari dan hanya sebagian kecil yang mengalami penyembuhan
parsial.
Ketulian mendadak bisa disertai oleh tinnitus (telinga berdenging) dan vertigo.
Vertigo biasanya menghilang dalam waktu beberapa hari tetapi tinnitus seringkali
menetap.
Diagnosa: Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Pengobatan: Belum ada pengobatan yang memuaskan. Biasanya diberikan corticosteroid
per-oral (melalui mulut) dan penderita dianjurkan untuk menjalani tirah baring.

4. Berkurangnya Pendengaran Akibat Kegaduhan


Definisi: Berkurangnya Pendengaran Akibat Kegaduhan adalah penurunan fungsi
pendengaran yang terjadi setelah telinga menerima suara-suara yang berisik/gaduh.
Etiologi

Suara bising, misalnya yang berasal dari alat-alat tukang kayu, gergaji, mesin besar,
tembakan atau pesawat terbang bisa menyebabkan ketulian dengan cara merusak sel-sel
rambut penerima pendengaran di telinga dalam. Penyebab lainnya adalah pemakaian
headphone dan berdiri di dekat speakers (pengeras suara).

Kepekaan terhadap suara bising pada setiap orang berbeda-beda, tetapi hampir setiap
orang akan mengalami ketulian jika telinganya terpapar oleh bising dalam waktu cukup
lama. Setiap bunyi dengan kekuatan diatas 85 dB bisa menyebabkan kerusakan. Ledakan
juga bisa menyebabkan ketulian yang sama (trauma akustik).
Gejala: Penurunan fungsi pendengaran yang terjadi biasanya bersifat menetap dan disertai
dengan telinga berdenging (tinnitus).
Diagnosa: Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Pengobatan: Penderita yang mengalami penurunan fungsi pendengaran yang berat biasanya
akan memerlukan alat bantu dengar.
Pencegahan : Hindari suara-suara yang bising/gaduh. Gunakan pelindung telinga (misalnya
menggunakan plastik yang dimasukkan ke saluran telinga atau penutup telinga yang
mengandung gliserin).

5. Berkurangnya Pendengaran Akibat Pertambahan Usia


Definisi: penurunan fungsi pendengaran sensorineural yg terjadi sebagai bagian dari proses
penuaan
yg
normal.

27

Etiologi: Penurunan fungsi pendengaran ini merupakan bagian dari proses penuaan.
Lebih sering terjadi pada pria dan penurunan fungsi pendengarannya lebih berat.
Gejala
Fungsi pendengaran mulai menurun setelah usia 20 tahun, yang pertama kali terkena
adalah nada-nada tinggi dan kemudian disusul dengan nada-nada rendah.
Beratnya penurunan fungsi pendengaran bervariasi; beberapa orang hampir tuli total pada
usia 60 tahun, sedangkan yang lainnya pada usia 90 tahun memiliki pendengaran yang
masih berfungsi dengan baik.

Diagnosa: Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.


Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang dapat mencegah atau memperbaiki penurunan fungsi
pendengaran akibat penuaan.
Untuk mengatasinya, penderita bisa belajar membaca isyarat bibir, isyarat tubuh atau
menggunakan alat bantu dengar.
6. Kerusakan Telinga Akibat Obat-obatan
Beberapa
diuretik
Aspirin
- kuinin

obat,
antibiotik
(terutama
asam
dan
zat-zat
yang

seperti:
tertentu
etakrinat
dan
furosemid)
menyerupai
Aspirin
(salisilat)

bisa menyebabkan kerusakan pada telinga. Obat-obat tertentu menyebabkan gangguan


pendengaran dan keseimbangan, tetapi sebagian besar obat lebih banyak menyebabkan
gangguan pendengaran. Hampir seluruh obat tersebut dibuang dari tubuh melalui ginjal.
Karena itu setiap kelainan fungsi ginjal akan meningkatkan kemungkinan penimbunan obat
di dalam darah dan mencapai kadar yang bisa menyebabkan kerusakan.
Dari semua jenis antibiotik, neomisin memiliki efek yang paling berbahaya terhadap
pendengaran, diikuti oleh kanamisin dan amikasin. Viomisin, gentamisin dan tobramisin
bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Antibiotik streptomisin lebih banyak
mempengaruhi keseimbangan. Vertigo (perasaan berputar) dan gangguan keseimbangan
akibat streptomisin cenderung bersifat sementara. Tetapi kadang bisa terjadi sindroma
Dandy, dimana gangguan keseimbangan bersifat menetap dan berat sehingga penderita
mengalami
kesulitan
jika
berjalan
dalam
ruangan
yang
gelap.
Jika diberikan suntikan asam etakrinat dan furosemid kepada penderita gagal ginjal yang
juga menjalani pengobatan dengan antibiotik, akan terjadi tuli permanen atau tuli
sementara. Aspirin dalam dosis yang sangat tinggi yang digunakan dalam jangka panjang
bisa menyebabkan tuli dan tinnitus (telinga berdenging), yang biasanya bersifat sementara.
Kuinin
bisa
menyebabkan
tuli
permanen.

28

Jika terjadi perforasi gendang telinga, obat-obat yang bisa menyebabkan kerusakan telinga
tidak dioleskan/diteteskan langsung ke dalam telinga karena bisa diserap ke dalam cairan di
telinga
dalam.

Antibiotik yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran tidak diberikan kepada:


- wanita hamil
- usia lanjut
-orang yang sebelumnya telah menderita ketulian.
Kepekaan setiap orang terhadap obat-obat tersebut bervarisi, tetapi biasanya ketulian bisa
dihindari jika kadar obat dalam darah berada dalam kisaran yang dianjurkan. Karena itu
biasanya dilakukan pemantauan terhadap kadar obat dalam darah. Jika memungkinkan,
sebelum dan selama menjalani pengobatan dilakukan tes pendengaran.
Biasanya tanda awal dari kerusakan adalah ketidakmampuan untuk mendengarkan suara
dengan nada tinggi. Bisa terjadi tinnitus (telinga berdenging) atau vertigo.
4.

Memahami dan Menjelaskan Otitis Media Akut

4.1 Definisi Otitis Media Akut


Otitis Media Akut merupakan peradangan sebagian/seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid yang terjadi secara akut.(Soepardi, 2009)
4.2 Etiologi Otitis Media Akut
Etiologi dari OMA biasanya disebabkan faktor pertahanan tubuh yang kurang baik dan sumbatan
tuba eustachius. Pada anak-anak biasanya dipicu oleh kondisi ISPA yang menginfeksi secara
ascendant pada tuba eustachius anak-anak yang pendek, lebar dan horizontal.
Bakteri penyebabnya dapat berupa Streptococcus hemoliticus, Staphilococcus aureus,
pneumococcus, Haemophillus influenza (banyak di anak-anak < 5 tahun), Escherecia coli,
Streptococcus anhemoliticus, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa. (Soepardi, 2009)
Virus penyebab dapat berupa RSV, Influenza, Adenvirus, (30-40%) dan para influenza,
Rhinovirus dan enterovirus (10-15%) (repository.usu.ac.id)
4.3 Epidemiologi Otitis Media Akut
revalensi OMA di tiap-tiap negara bervariasi, berkisar antara 2,3 - 20%. Berbagai studi
epidemiologi di Amerika Serikat (AS), dilaporkan prevalensi terjadinya OMA sekitar 17-20%
pada 2 tahun kehidupan. Studi epidemiologi untuk OMA di negara-negara berkembang sangat
jarang. Di Thailand, Prasansuk dikutip dari Bermen. melaporkan bahwa prevalensi OMA pada
anak-anak yang berumur kurang dari 16 tahun pada tahun 1986 sampai 1991 sebesar 0,8%. Di
Nigeria, Amusa, Ijadunola dan Onayade14 melaporkan bahwa prevalensi OMA pada anak-anak
di bawah 12 tahun pada tahun 2005 sebesar 11,8 %.1-5,14 Berdasarkan penelitian pada tahun
29

1993 sampai 1996 pada beberapa provinsi di Indonesia didapatkan prevalensi penyakit telinga
tengah populasi segala umur di Indonesia sebesar 3,9 %. Di Indonesia belum ada data nasional
baku yang melaporkan angka kejadian OMA. (lib.ui.ac.id)
4.4 Klasifikasi Otitis Media Akut

30

(Soepardi,2009)

4.5

Patofisiologi

Otitis

Media

Akut

Faktor pencetus terjadinya OMA dapat didahului oleh terjadinya infeksi saluran
pernapasan atas yang berulang disertai dengan gangguan pertahanan tubuh oleh silia dari mukosa
tuba eusthachii,enzim dan antibodi yang menimbulkan tekanan negative sehingga terjadi invasi
bakteri dari mukosa nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba eusthachii dan menetapdi
dalam telinga tengah menjadi otitis media akut.
Ada 5 stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan pada perubahan mukosa telinga
tengah, yaitu :
1. Stadium Oklusi
Ditandai dengan gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan negative telinga
tengah. Kadang- kadang membrane timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi
mungkin telah terjadi tetapi sulit dideteksi.
2. Stadium Hiperemis
Tamapak pembuluh darah yang melebar di sebagian atau seluruh membrane timpani
disertai oedem. Sekret yang mulai terbentuk masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar dinilai.
3. Stadium Supurasi

31

Oedem yang hebat pada mukosa telinga tengah disertai dengan hancurnya sel epitel
superficial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani menyebabkan membrane
timpani menonjol kea rah liang telinga luar. Gejala klinis pasien Nampak terasa sakit, nadi,
demam, serta rasa nyeri pada telinga bertambah hebat. Pada keadaan lebih lanjut, dapat terjadi
iskemia akibat tekanan eksudat purulent yang makin bertambah, tromboflebitis pada vena-vena
kecil bahkan hingga nekrosis mukosa dan submukosa.
4. Stadium Perforasi
Rupturnya membrane timpani sehingga nanah keluar dari telinga tengah ke liang telinga
luar. Kadang pengeluaran secret bersifat pulsasi. Stadium ini sering diakibatkan oleh
terlambatnya pemberian antibiotika dan tingginya virulensi kuman.
5. Stadium Resolusi
Ditandai oleh membrane timpani yang berangsur normal hingga perforasi membrane timpani
menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Hal ini terjadi jika membrane timpani masih
utuh, daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah.
4.6 Manifestasi klinis Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan
sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa.
Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat,
tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative pada telinga
tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami perforasi.
Otorrhea,
bila
terjadi
rupture
membrane
tymphani
Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
4.7 Diagnosis dan diagnosis banding Otitis Media Akut
Menurut Kerschner, kriteria diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut, yaitu:
1. Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut.
2. Ditemukan adanya tanda efusi. Efusi merupakan pengumpulan cairan di telinga tengah. Efusi
dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti menggembungnya membran
timpani atau bulging, terbatas atau tidak ada gerakan pada membran timpani, terdapat bayangan
cairan di belakang membran timpani, dan terdapat cairan yang keluar dari telinga.
3. Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah
satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan atau erythema pada membran timpani, nyeri
telinga atau otalgia yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.

32

Menurut Rubin et al. (2008), keparahan OMA dibagi kepada dua kategori, yaitu ringan-sedang,
dan berat. Kriteria diagnosis ringan-sedang adalah terdapat cairan di telinga tengah, mobilitas
membran timpani yang menurun, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani,
membengkak pada membran timpani, dan otore yang purulen. Selain itu, juga terdapat tanda dan
gejala inflamasi pada telinga tengah, seperti demam, otalgia, gangguan pendengaran, tinitus,
vertigo dan kemerahan pada membran timpani. Tahap berat meliputi semua kriteria tersebut,
dengan tambahan ditandai dengan demam melebihi 39,0C, dan disertai dengan otalgia yang
bersifat sedang sampai berat.
Perbedaan Otitis Media Akut dengan Efusi Timpani
Gejala dan tanda
Otitis Media Akut
Nyeri telinga (otalgia), menarik
telinga (tugging)
Inflamasi akut, demam
Efusi telinga tengah
Membran
timpani
membengkak
(bulging), rasa penuh di telinga
Gerakan membran timpani berkurang
atau tidak ada
Warna membran timpani abnormal
seperti menjadi putih, kuning, dan
biru
Gangguan pendengaran
Otore purulen akut
Kemerahan
membran
timpani,
erythema

Otitis
Efusi
-

+
+
+/-

+
-

+
+
+

+
-

Media

dengan

4.8 Tatalaksana dan pemeriksaan Otitis Media Akut


Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal
ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan
lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan pengobatan pada otitis media adalah untuk
menghindari komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang mungkin terjadi, mengobati gejala,
memperbaiki fungsi tuba Eustachius, menghindari perforasi membran timpani, dan memperbaiki
sistem imum lokal dan sistemik.
Pada stadium oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius
sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 %
dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun atau HCl efedrin 1 % dalam larutan
fisiologis untuk anak yang berumur atas 12 tahun pada orang dewasa. Sumber infeksi harus
diobati dengan pemberian antibiotik.
33

Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Dianjurkan
pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan
kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin
intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis
terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan
minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi tehadap penisilin, diberikan eritromisin. Pada anak,
diberikan ampisilin 50-100 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam empat dosis, amoksisilin atau
eritromisin masing-masing 50 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3 dosis.
Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan
miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi
ruptur.
Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut atau
pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear toilet) H2O2 3% selama 3 sampai dengan 5 hari serta
antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan
menutup kembali dalam 7 sampai dengan 10 hari.
Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan
perforasi menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya sekret mengalir di liang telinga luar
melalui perforasi di membran timpani. Antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila
keadaan ini berterusan, mungkin telah terjadi mastoiditis.
Sekitar 80% kasus OMA sembuh dalam 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Observasi dapat
dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala tidak membaik dalam dua sampai tiga hari, atau ada
perburukan gejala. Menurut American Academy of Pediatrics (2004) mengkategorikan OMA
yang dapat diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:
Usia
Diagnosis pasti (certain)
Diagnosis
meragukan
(uncertain)
Kurang dari 6 bulan
Antibiotik
Antibiotik
6 bulan sampai 2 tahun
Antibiotik
Antibiotik jika gejala
berat, observasi jika gejala
ringan
2 tahun ke atas
Antibiotik jika gejala Observasi
berat, observasi jika gejala
ringan
Menurut American Academic of Pediatric (2004), amoksisilin merupakan first-line terapi dengan
pemberian 80mg/kgBB/hari sebagai terapi antibiotik awal selama lima hari. Amoksisilin efektif
terhadap Streptococcus penumoniae. Jika pasien alergi ringan terhadap amoksisilin, dapat
diberikan sefalosporin seperti cefdinir. Second-line terapi seperti amoksisilin-klavulanat efektif
terhadap Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis, termasuk Streptococcus
penumoniae
Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA rekuren, seperti
miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan adenoidektomi.
1. Miringotomi
34

Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, supaya terjadi drainase
sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya adalah harus dilakukan secara dapat
dilihat langsung, anak harus tenang sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi
miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior. Bila terapi yang diberikan sudah adekuat,
miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus di telinga tengah. Indikasi
miringostomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam, komplikasi OMA seperti
paresis nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi
merupakan terapi third-line pada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi
antibiotik pada satu episode OMA. Salah satu tindakan miringotomi atau timpanosintesis
dijalankan terhadap anak OMA yang respon kurang memuaskan terhadap terapi second-line,
untuk menidentifikasi mikroorganisme melalui kultur.
2. Timpanosintesis
Menurut Bluestone (1996) dalam Titisari (2005), timpanosintesis merupakan pungsi pada
membran timpani, dengan analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan pemeriksaan.
Indikasi timpanosintesis adalah terapi antibiotik tidak memuaskan, terdapat komplikasi supuratif,
pada bayi baru lahir atau pasien yang sistem imun tubuh rendah. Menurut Buchman (2003), pipa
timpanostomi dapat menurun morbiditas OMA seperti otalgia, efusi telinga tengah, gangguan
pendengaran secara signifikan dibanding dengan plasebo dalam tiga penelitian prospertif,
randomized trial yang telah dijalankan.
3. Adenoidektomi
Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media dengan efusi dan OMA
rekuren, pada anak yang pernah menjalankan miringotomi dan insersi tuba timpanosintesis,
tetapi hasil masih tidak memuaskan. Pada anak kecil dengan OMA rekuren yang tidak pernah
didahului dengan insersi tuba, tidak dianjurkan adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi
jalan napas dan rinosinusitis rekuren
4.9 Komplikasi Otitis Media Akut
- infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
- labirinitis (infeksi pada canalis semisirkularis)
- tuli
- peradangan selaput otak (meningitis)
- abses otak
4.10 Prognosis Otitis Media Akut
Apabila ditangani dengan cepat prognosis akan baik.
5. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan dan deteksi dini Otitis Media Akut

35

Terdapat beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya OMA. Mencegah ISPA pada bayi dan
anak-anak, menangani ISPA dengan pengobatan adekuat, menganjurkan pemberian ASI minimal
enam bulan, menghindarkan pajanan terhadap lingkungan merokok, dan lain-lain.
Pemeriksaan Fungsi Telinga
Pemeriksaan Pendengaran
Untuk memeriksa pendengaran, dilakukan pemeriksaan hantaran melalui udara dan melalui
tulang dengan memakai garpu tala dan audiometer nada murni.
Kelainan hantaran melalui udara menyebabkan tuli konduktifberarti ada kelainan di
telinga luar atau telinga tengah, seperti atresia liang telinga, eksositosis liang telinga, serumen,
sumbatan tuba Eustachius, serta radang liang telinga tengah. Kelainan di telinga dalam
menyebabkan tuli sensorineural koklea atau retrokoklea.
Secara fisiologik, telinga dapat mendengar nada antara 20-18.000 Hz. Untuk pendengaran
sehari-hari yang paling efektif antara 500-2.000 Hz. Oleh karena itu, untuk memeriksa
pendengaran dipakai garpu tala 512, 1024, dan 2048 Hz. Penggunaan ketiga garpu tala ini
penting untuk pemeriksaan secara kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini terganggu, penderita
akan sadar adanya gangguan pendengaran. Bila tidak mungkin menggunakan ketiga garpu tala
ini, maka diambil 512 Hz karena penggunaan garpu tala ini tidak terlalu dipengaruhi suara bising
di sekitarnya.
Pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif dengan mempergunakan garpu tala
dan kuantitatif dengan mempergunakan audiometer.
a. Tes Penala
Pemeriksaan ini merupakan tes kualitatif. Terdapat berbagai macam tes penala, seperti tes
Rinne, tes Weber, tes Schwabach, tes Bing, dan tes Stenger.

Tes Rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui
tulang pada telinga yang diperiksa. Penala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus
mastoid; setelah tidak terdengar, penala diletakkan di depan telinga kira-kira 2 cm.
Bila masih terdengar disebut Rinne positif; bila tidak terdengar disebut Rinne negatif.

Tes Weber ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri
dengan telinga kanan. Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah
kepala (di verteks, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri, atau di dagu).
Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber
36

lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi
terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.

Tes Schwabach ialah tes yang membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa
dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Penala digetarkan, tangaki penala
diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai
penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang
pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach
memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara
sebaliknya, yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila
pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien
dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut Schwabach sama dengan
pemeriksa.

Tes Bing (tes oklusi): Tragus telinga yang diperiksa ditekan sampai menutup liang
telinga, sehingga terdapat tuli konduktif kira-kira 30 dB. Penala digetarkan dan
diletakkan pada pertengahan kepada (seperti pada tes Weber). Bila terdapat lateralisasi
ke telinga yang ditutup, berarti telinga tersebut normal. Bila bunyi pada telinga yang
ditutup tidak bertambah keras, berarti telinga tersebut menderita tuli konduktif.

Tes Stenger ialah tes yang digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau
pura-pura tuli. Cara pemeriksaan menggunakan prinsip masking. Misalnya pada seorang
yang berpura-pura tuli pada telinga kiri. Dua buah penala yang identik digetarkan dan
masing-masing diletakkan di depan telinga kiri dan kanan, dengan cara tidak kelihatan
oleh yang diperiksa. Penala pertama digetarkan dan diletakkan di depan telinga kanan
(yang normal) sehingga jelas terdengar. Kemudian, penala yang kedua digetarkan lebih
keras dan diletakkan di depan telinga kiri (yang pura-pura tuli). Apabila kedua telinga
normal karena efek masking, hanya telinga kiri yang mendengar bunyi; jadi telinga
kanan tidak akan mendengar bunyi. Tetapi, apabila telinga kiri tuli, telinga kanan akan
tetap mendengar bunyi.

37

Tes Rinne
Positif

Tes Weber
Tidak

Tes Schwabach
Diagnosis
ada Sama
dengan Normal

lateralisasi

b.
Negatif

pemeriksa

Lateralisasi

Tes

ke Memanjang

Tuli konduktif

telinga yang sakit


Positif

Lateralisasi
telinga

ke Memendek

Tuli

yang

sensorineural

sehat
Catatan: Pada tuli konduktif <30 dB, Rinne bisa masih positif
Berbisik
Pemeriksaan ini bersifat semi-kuantitatif, menentukan derajat ketulian secara kasar. Hal
yang perlu diperhatikan ialah ruangan cukup tenang, dengan panjang minimal 6 meter. Nilai
normal tes berbisik: 5/6 6/6.
c. Audiometri
Menguji kinerja pendengaran dari membran timpani sampai otak. Caranya dengan
memberikan nada murni, baik melalui earphone (direct to ear) ataupun speaker (free field
test) dan meminta respon balik dari pasien apakah bunyi terdengar atau tidak. Tesnya tidak
menyakitkan, namun agak subyektif dan memerlukan respon aktif dari pasien. Cukup sulit
dilakukan, khususnya pada anak-anak. Untuk anak-anak, biasanya dilakukan Play
Audiometri, yaitu uji pendengaran dengan bermain dan diperlukan audiologist yang
berpengalaman

untuk

mendapatkan

hasil

yang

baik.

Biasanya

untuk

menguji

kemajuan/kemunduran fungsi pendengaran, terutama pada pasien gangguan pendengaran.


Pemeriksan Audiologi Khusus
Digunakan untuk membedakan tuli koklea dan tuli retrokoklea , terdiri dari
1. Audiometri khusus
Hal yang perlu dipahami :
o Rekrutmen : suatu fenonema , terjadinya peningkatan sensibilitas pendengaran
yang berlebihan diatas ambang dengar . Khas pada tuli koklea Ket : pada pasien
38

tuli koklea ,pasien ini dapat membedakan bunyi 1 dB , sedangkan orang normal
baru dapat membedakan bunyi setelah 5 dB .pada orangtua bila mendengar suara
berlahan ia tidak dapat mendengar tapi jika mendengar suara keras dirasikannya
nyeri pada telinga.
o Kelelahan : merupakan adaptasi abnormal . Khas pada tuli retrocokhlear, saraf
pendenaran akan merasa lelah jika dirangsang terus menerus dan akan kembali
pulih jika beristirahat.
Jenis pemeriksaan :
o TES SISI ( short increment sensitivity indek ) Untuk memeriksa tuli koklea
dengan memanfaatkan fenonema rekrutmen
o Tes ABLB ( alternate binaural loudness balance)
Cara : diberikan intensitas bunyi tertentu pada frekuensi yang sama pada kedua
telinga, sampai kedua telinga mencapai persepsi yang sama, yangdisebut balance
negatif , bila balans tercapai terdapat rekuretmen positif .
o tes kelelahan ( tone decay )
o Audiometri tutur
Pada pemeriksaan ini digunakan kata - kata yang telah disusun oleh silabus
.pasien diminta untuk mengulangi kata - kata yang didengar melalui kaset tape
recorder,

pada

tipe

koklea

pasien

sulit

membedakan

bunyi

S,R,N,C,H,CH.sedangkan pada tuli retrokoklear lebih sulit lagi.


o Audiometri bekessy
pemeriksaan adalah dengan menggunakan nada terputus - putus dan terus
menerus , bila ada suara masuk pasien memencet tombol
Hasil :
o Tipe I : normal
Nada terputus dan terus menerus ( continue berimpit )
o Tipe II : tuli perseptif koklea Nada terputus dan terus - menerus berimpit hanya
frekuensi 1000Hz
o Tipe III
: tuli perseptif retrokohlea

Nada terputus dan terus - menerus

berpisah.
2. Audiometri Objektif
Pada pemeriksaan ini pasien tidak harus bereaksi . Jenis audiometri objektif :
-

Audiometri impedansi

39

Pada pemeriksaan ini diperiksa kelenturan membran timpani dengan tekanan tertentu
pada meatus acusticus externus .jika lesi dikoklea ambang rangsang refleks stapedius
-

menurun , sedanhkan pada lesi si retrocoklear ambang itu naik.


Elektrokokleografi

Evoked response audiometry Dikenal dengan BERA ( brainstem evoke pesponse audiometri)
yaitu suatu pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi N.VIII. Prinsip : menilai
perubahan potensial listrik diotak setelah perangsangan sensorik berupa bunyi . Pemeriksaan ini
bermanfaat terutama pada keadaan yang tidak mungkin dilakukan pemerikasaan pendengaran
biasa seperti pada bayi, anak dengan gangguan sifat dan tingkah laku , intelegensi rendah , cacat
ganda dan kesadaran menurun
6. Memahami dan Menjelaskan promosi kesehatan Otitis Media Akut
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya OMA pada anak antara
lain:

Pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan anak-anak

Pemberian ASI minimal selama enam bulan

Hindari pemberian susu botol ketika anak dalam keadaan berbaring

Hindari pajanan terhadap asap rokok


7. Memahami dan Menjelaskan Cara Menjaga Telinga dan Pendengaran dari Sudut
Pandang Islam
Pendengaran adalah benteng pertahanan kedua dari segi bahayanya setelah lisan. Yaitu,yang
kedua dalam mempengaruhi hati dan menguasainya. Oleh karena itu,Al-Haris AlMuhasibi berkata,"tidak ada luka yang lebih berbahaya bagi seorang hamba setelah lisannya
selain pendengarannya,karena pendengaran itu utusan yang lebih cepat pada hati dan lebih
mudah jatuh kedalam fitnah.
Pendengan hati terhadap kebenaran itu ada 3 macam, ketiganya ada dalam Al-Quran :

MENDENGARKAN UNTUK MENGETAHUI.

Derajat ini muncul ketika seseorang hanya menggunakan indera pendengaran. Sebagaimana
yang diberitakan oleh Al-Qur'an ketika menceritakan tentang jin-jin yang beriman, mereka
berkata,"Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur'an yang menakjubkan". (QS.Al-Jin
[72]:1)

MEMPERDENGARKAN UNTUK MEMAHAMI.

Adapun memperdengarkan untuk memahami dalam menafikan orang yang suka berpaling dan
lalai, sebagaimana firman Allah, "Maka sungguh,engkau tidak akan sanggup menjadikan orang-

40

orang yang mati itu dapat mendengar dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar
seruan, apabila mereka berpaling kebelakang. (Ar-Rum [20]:52).
Demikian juga firman Allah,"Sungguh Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dia
kehendaki dan engkau (Muhammad) tidak akan sanggup menjadikan orang yang didalam kubur
dapat mendengar". (Al-Fathir [35]:22)
Kekhususan ini adalah untuk memperdengarkan pemahaman dan pengetahuan. Demikian juga
firman Allah,"Dan sekiranya Allah mengetahui ada kebaikan pada mereka,tentu dia jadikan
mereka dapat mendengar. Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar,niscaya mereka
berpaling,sedang mereka memalingkan diri".(Al-Anfal [8]:23)
Dengan kata lain,jika seandainya Allah mengetahui orang-orang kafir itu terdapat penerimaan
dan
ketundukan,tentu
Allah
akan
menjadikan
mereka
dapat
memahami.
Jika tidak,berarti mereka telah mendengar dengan pendengaran pengetahuan. Seandainya Allah
menjadikan mereka dapat memahami,niscaya mereka tidak akan tunduk dan tidak mengambil
manfaat dari apa yang dipahaminya. Karena didalam hati mereka terdapat faktor yang menolak
dan menghalang-halangi mereka untuk mengambil manfaat dari apa yang mereka dengar

MENDENGARKAN
PANGGILAN.

UNTUK

MENERIMA

DAN

MEMENUHI

Adapun mendengarkan untuk menerima dan memenuhi panggilan,dalam firman Allah yang
menceritakan tentang hamba-hamba-Nya yang beriman,mereka berkata, "kami mendengar, dan
kami taat". (QS.An-Nur [24]:51)
Inilah bentuk mendengarkan untuk menerima dan memenuhi panggilan yang berbuah ketaatan.
Mendengarkan untuk menerima dan memenuhi panggilan ini mencakup 2 macam
sebelumnya,yaitu mendengarkan untuk mengetahui dan memperdengarkan untuk memahami.
Mendengarkan untuk mengetahui sedikitpun tidak berguna,karena binatang juga mendengar
sebagaimana orang kafir dapat mendengar. Mendengarkan untuk memahami juga,sedikitpun
tidak berguna,karena orang-orang yang hatinya membatu juga dapat memahami,tapi mereka
tidak mengamalkan.
Adapun mendengarkan untuk menerima dan memenuhi panggilan saja yang dapat memberatkan
timbangan amal kebaikan anda dan menunjukkan pada kehidupan hati anda serta beredarnya
denyutan didalamnya.
Mendengarkan untuk menerima dan memenuhi panggilan ini akan hadir ketika perkataan yang
didengar itu bertemu dengan sekejap kekhusyukan,atau ketika dalam kondisi bertaubat, atau
ketika merasa terpukul dengan dosanya,atau hanya dengan pertolongan Allah yang tersembunyi,
atau juga dengan kelembutan yang jelas,dengan sebab ataupun tanpa sebab.
41

Ketika itulah,anda akan dapati pori-pori hati terbuka,sehingga terjadilah pengaruh yang luar
biasa dan kondisi hati menjadi berubah seluruhnya,dari hati yang mati menuju hati yang hidup,
dari hati yang rapuh menuju hati yang kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke- 23. Jakarta: EGC.
42

Guyton, A.C., & Hall, J.E., 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC.
Vernacchio, L., Lesko, S.M., Vezina, R.M., Corwin, M.J., Hunt, C.E., Hoffman, H.J., Mitchell,
A.A., 2004. Racial/Ethnic Disparities in the Diagnosis of Otitis Media in Infancy. Int. J. Pediatr.
Otorhinolaryngol. 68: 795-804.
Zakzuok, S.M., Jamal, T.S., Daghistani, K.J., 2002. Epidermiology of Acute Otitis Media Among
Saudi Children. Int. J. Pediatr. Otorhinolaryngol. 62: 219-222.
Junqueira, L.C., Carneiro, J., 2007. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. Edisi ke-10. Jakarta: EGC.
Sherwood, L., 2010. Human Physiology from Cells to System. 7th edition. Canada: Brooks/Cole.
Soepardi, Efiaty Arsyad, et al. 2009. TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA & LEHER.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Berman, S., 1995. Otitis Media in Children. N Engl J Med 332 (23): 1560-1565.
Commisso, R., Romero-Orellano, F., Montanaro, P.B., Romero-Moroni, F., Romero-Diaz, R.,
2000. Acute Otitis Media: Bacteriology and Bacterial Resistance in 205 Pediatric Patients. Int. J.
Pediatr. Otorhinolaryngol. 56: 23-31.
Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R.D., 2007. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi, E.A., ed.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 64-86.

43

Anda mungkin juga menyukai