KIMIA ANALISA
Oleh :
Rezki adidarma
Kelompok IV ( Empat )
Jurusan Ilmu Kelautan
Mengetahui :
Asisten Kelompok III
Koordinatorat Kelautan dan Perikanan
Universitas Syiah Kuala,
MODUL I
ANALISA NATRIUM TETRABORAT (BORAK) DALAM PRODUK MAKANAN
DAN PERIKANAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Produk pangan dewasa ini semakin baragam bentuknya, baik itu dari segi jenisnya
maupun dari segi rasa dan cara pengolahannya. Namun seiring dengan semakin pesatnya
teknik pengolahan pangan, penambahan bahan-bahan aditif pada produk pangan sulit
untuk dihindari. akibatnya keamanan pangan telah menjadi dasar pemilihan suatu produk
pangan yang akan dikonsumsi. Keamanan pangan merupakan hal yang sedang banyak
dipelajari, karena manusia semakin sadar akan pentingnya sumber makanan dan
kandungan yang ada di dalam makanannya. Hal ini terjadi karena danya kemajuan ilmu
pengetahuan serta kemajuan teknologi, sehingga diperlukan suatu cara untuk mengawasi
keamanan pangan.
Dalam proses keamanan pangan, dikenal pula usaha untuk menjaga daya tahan
suatu bahan sehingga banyaklah muncul bahan-bahan pengawet yang bertujuan untuk
memperpanjang masa simpan suatu bahan pangan. Namun dalam praktiknya di
masyarakat, masih banyak yang belum memahami perbedaan penggunaan bahan
pengawet untuk bahan-bahan pangan dan yang non pangan. Formalin merupakan salah
satu pengawet non pangan yang sekarang banyak digunakan untuk mengawetkan
makanan. Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air.
Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara
20% - 40%. Formalin memiliki kemampuan yang sangat baik ketika mengawetkan
makanan, namun walau daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang digunakan
pada makanan.
1.2.
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati dan mempelajari ciri-ciri dari
produk makanan dan perikanan yang mengandung borak.
1.3.
Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui ciri ciri produk makanan
dan perikanan yang mengandung formalin dan dapat meminimalikan dampak negative
yang terjadi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
secara besar-
besaran melalui oksidasi methanol, formaldehida tidak dapat disimpan dalam bentuk
bebasnya, karena mudahnya senyawanya ini berpolimerisasi. Formaldehida sering dibuat
dalam larutan 37% yang dimanakan formalin. Larutan ini berguna sebagai disinfdetan
dan pengawet. Namun kebanyakkan formaldehida dimanfaatkan dalam industry plastic.
Formaldehida dicurigai sebagai karsinigen, sehingga penangannya harus hati-hati
( Harorld, 1983)
BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1.
3.2.
Cara Kerja
a. Analisa Kualitatif Natrium Tetraborak (Boraks)
Uji positif dengan kunyit
- Dibuat larutan kunyit dengan melarutkan serbuk kunyit ke dalam 2ml
air
- Dimasukkan 2ml air kedalam tabung reaksi dan ditambahkan boraks
secukupnya
- Dimasukkan 1ml larutan kunyit dan dilihat perubahan yang terjadi
- Dicacatat hasilnya
Uji positif dengan pereaksi kimia
Uji sampel
- Dimasukkan sampel yang telah dihancurkan dan diduga berisi boraks
kedalam tabung reaksi dan diuji dengan larutan kunyit
- Dibandingkan perubahan warna yang terjadi
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
A. Dilihat secara fisik
Jika kita lihat secara fisik bakso atau somai yang mengandung boraks
tersebut kenyal, bau menyengat, warna cerah dan lebih mengkilat.
B. Dilihat secara kimia
a. Analisa kualitatif Natrium tetraborat(boraks)
Uji positif dengan larutan kunyit
- Larutan kunyit + Boraks warna merah kecoklatan
Uji positif dengan pereaksi kimia
- H2SO4 + boraks + methanol nyala hijau
Uji sampel
dan semua sampel yang di uji sama sekali tidak ada terdapat boraks di dalamnya karena
semua hasil pngujian menunjukkan hasil yang negative pada pengujiannya.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat kita simpulkan dimana produk yang menggunakan atau
mengandung formalin (borak) bisa kita lihat dari tampilan yang memiliki warna lebih
cerah, mengkilat, baunya yang menyengat dan bentuknya yang kenyal. Sedangkan secara
kimia bisa kita uji dengan larutan kunyit yang bahan nya mudah didapat dan murah.
Dari hasil praktikum kami, semua sampel yang kami uji negatif menggunakan borak
karena pada proses pnegujian menunjukkan uji negative.
5.2. Saran
Pada praktikum selanjutnya agar dilakukan juga proses pemberian formalin oleh
praktikan sendiri, sebelum kita mengamati residu yang ingin diuji sehingga kita dapat
mengetahui bahan pangan mana yang banyak atau tidak menyerap formalin secara
menyeluruh.
MODUL II
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
(ANALISA ZAT WARNA BUNGA DENGAN WARNA MENCOLOK)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari metode kromatografi lapis
Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui zat warna dan senyawaan apa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen
campuran dimana cuplikan berkesetimbangan diantara dua fasa, fasa gerak yang
membawa cuplikan dan fasa diam yang menahan cuplikan secara selektif. Bila fasa gerak
berupa gas, disebut kromatografi gas. Sebaliknya kalau fasa gerak berrupa zat cair,
disebut kromatografi cair. Kromatografi gas dan cair yang sedang terkenal adalah Gas
Liquid Chromatography (GLC). Kedua kromatografi ini menggunakan zat cair sebagai
fasa diam. Selain untuk pemisahan, kromatografi juga berguna untuk analisis kualitatif
atau analisis kuantitatif yang cepat (beberapa menit) dan memerlukan sedikit cuplikan
(beberapa microliter)( Hendayana, 1994).
Kromatografi partisi dilakukan degan melekatkan salah satu dari pelarut yang tak
bercampur ( fase diam ) pada penyangga dan kemudian melewatkan pelarut
bersinggungan dan dengan demikian memungkinkan terjadinya ekstraksi berulang-ulang
secara terus-menerus. Kromatografi partisi dapat kita bagi menjadi dua jenis dasar,
bergantung pasa cara kita melekatkan fase diam pada penyangga ( Johnson, 1978 ).
Kromatografi adalah suatu metode analitik untuk pemurnian dan pemisahan
senyawa-senyawa organic dan anorganik. Metode ini berguna untu fraksionasi campurann
kompleks dan pemisahan untuk senyawa-senyawa yang sejenis. Pada tahun 1941 Martin
dan Synge mengembangkan kromatografi pertisi sedangkang Gordon menemukan
kromatografi kertas. Kromatografi pertisi terutama dilakukan pada kromatografi kertas
( Khopkar,2007).
BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1.
saring, pipet tetes, gelas kimia, sarung tangan latex dan masker. Sedangkan bahan-bahan
yang kami gunakan adalah Bunga kembang sepatu, bunga mawar, bunga kamboja,
butanol, asam asetat, HCL pekat, metanol, dan aquadest.
3.2.
Cara Kerja
- Disediakan chamber yang berisi pengelusi Butanol : Asam Asetat : Air (4:1:5)
- Diekstrak sampel bunga menggunakan sedikit metanol ditambah HCL pekat
-
(99:1)
Ditotolkan ekstrak sampel pada kertas saring
KLT dimasukkan ke dalam chamber
Dibiaskan pelarut sampai pada garis atas
Dikeluarkan KLT dari chamber lalu dimasukkan ke dalam chamber yang berisi
10
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Pengamatan
a. Ketika sampel di ekstrak :
Kembang kertas merah +
Kembang sepatu ungu +
Bunga tahi ayam
+
etanol
etanol
etanol
4.2.
Warna Merah
Warna ungu
Warna kuning
0,167 cm
0,1167 cm
0,0833 cm
Pembahasan
Pada praktikum yang kami lakukan tentang KLT (Kromatofrafi Lapis Tipis), kami
telah dapat menganalisa zat warna pada bunga. Sampel yang kami gunakan adalah bunga
kembang sepatuungu , kembang kertas merah, dan bunga tahi ayam. Dimana KLT
berperan sebagai fase stasioner (fase diam) sedangkan pelarut (ekstrak sampel) sebagai
fase mobil (fase gerak).
Molekul zat warna merupakan gabungan dari zat organik yang tidak jenuh,
kromofor sebagai pembawa warna dan aussokrom sebagai pengikat antara warna dengan
serat. Klorofil menghasilkan warna hijau, diperoleh dari daun dan Antosianin penyebab
warna merah, orange, ungu, dan biru banyak terdapat pada bunga dan buah-buahan,
seperti bunga yang telah kita uji seperti kembang kertas merah yang menyebabkan warna
merah, pada kembang sepatu ungu menyebabkan warna ungu dan bunga tahi ayam
menyebabkan warna kuning.
Dari hasil pengamatan yang kita peroleh terlihat jelas bahwa pelarutnya bergerak
ke atas hingga garis terakhir pada KLT sehingga dapat di hitung jarak noda dan jarak
pelarut dengan demikian dapat di hitung referensi senyawanya (Rf) pada sampel yang
diuji. Walaupun jarak yang terjadi sangat sedikit ini disebabkan metode yang di gunakan
ada kesalahan dan kertas saring yang digunakan bukan kertas saring yang tidak bagus
itulah sebabnya hasil dari Rf nya sangat rendah.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
11
Dari praktikum ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa dengan melakukan
praktikum tentang KLT praktikan lebih mengerti tentang KLT. Dengan adanya analisis
metode kromatografi kertas kita dapat mengetahui senyawaan dan zat warna yang
terkandung dalam sampel yang kita uji dan dapat dapat kita ketahui nilai Rf dari sampel
tersebut.
5.2. Saran
Semoga untuk praktikum selanjutnya bisa melakukan pengambilan data yang lebih
akurat.
MODUL III
ACIDIMETRI DAN ALKALIMETRI
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kesetimbangan asam basa merupakan topic yang luar biasa pentingnya dalam
seluruh ilmu kimia dan bidang lain, yang memanfaatkan kimia. Contohnya titrasi asam
basa sangat berguna dalam dunia kefarmasian terutama untuk reaksi reaksi dalam
pembuatan obat. Oleh karena itu asidimetri / alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari.
Metode analisis dengan volumetric ataupun titrimetri menggunakan prinsip asam basa
adalah asidimetri / alkalimetri. Proses ini digunakan dalam perhitungan untuk
menentukan kadar suatu zat berdasarkan perhitungan volume dengan larutan standar yang
telah diketahui kadarnya dengan tepat. Dalam percobaan ini yang dilakukan adalah titrasi
asam yaitu menentukan konsentrasi larutan asam asetat dan
1.2.
Na2 CO 3 .
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari metode acidimetri dan
alkalimetri untuk analisis kuantitatif beberapa senyawaan kimia dalam aditif pada
makanan.
1.3.
Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui dan memahami prinsip titrasi
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam praktik labolatorium, orang lazim menyiapkan dan menstandarisasi suatu
larutan dari asam dan satu larutan dari basa. Kedua larutan ini selanjutnya dapat
digunakan untuk menganalisis sampel-sampel asam dan basa yang tidak diketahiu.
Karena larutan asam lebih mudah dipertahankan dari pada larutan basa. Berbagai macam
zat asam dan basa, baik anorganik maupun organic, dapat ditentukan dengan titrasi asambasa. Terdapat juga banyak contoh dimana analit dapat diubah secara kimia menjadi suatu
asam dan basa dan kemudian ditentukan dengan titrasi (Underwood, 1999).
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu
digunakan pengamatan dengan indicator bila pH pada titik ekivelen antara 4-10.
Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam dan basa lemah jika
pentitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih
4
besar dari 10
secara drastic bila volume titrannya mencapai titik ekivalen. Kecuraman perubahan pH
untuk tiga asam yang berbeda terlihat ( Khopkar,2007 ).
Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuntitatif yang biasa digunakan
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran
volume memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan
analisa volumetric. Analisa titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia
analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikiometri dari reaksi-reaksi kimia.
Analisa cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti : aA+tThasil dengan
keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. pereaksi T,
disebut tiran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam
bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan
disebut larutan standard an konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses ditambahkan.
Maka dikatakan bahwa titik ekivalen tiran telah tercapai
(http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi).
14
BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1. Alat dan Bahan
Alat-alat kami gunakan dalam praktikum kali ini adalah erlenmeyer, pipet tetes,
gelas kimia, sarung tangan latex, dan masker. Bahan-bahannya adalah soda, cuka,
phenolphtalein. HCl 0,1 N, methyl orange atau methyl red, NaOH dan aquadest.
3.2. Cara Kerja
15
16
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Uji positif alkalimetri :
- HCl 0,1N + pp +NaOH 0.1N + 5 tetes metal red warna merah
Uji positif acidimetri :
- NaOH 0,1N + HCl 0,1N warna ungu
- HCl + indicator pp warna ungu + NaOH larutan tidak berwarna
Penentuan kadar Na2CO3 dalam soda
- Soda + aquadest + 2 tetes pp larutan kekuningan + HCl larutan
kuning.
Penentuan asam asetat dalam cuka.
- Cuka + aquadest + 2 tetes metal orange larutan ungu + 25 tetes NaOH
larutan pink
4.2. Pembahasan
Dimana dalam praktikum ini pertama kami melakukan uji positif asidimetri dengan
menggunakan HCl 0,1N + pp +NaOH 0,1N yang menghasilkan warna merah. Indikator
yang digunakan adalah PP. Karena asam klorida merupakan asam lemah, sehingga bila
dititrasi dengan basa kuat , maka pH akhir >7. Hal ini berarti titik ekivalen berada dalam
suasana basa. Indikator PP sendiri memiliki range Ph 8-9,6.
Selanjutnya uji positif alkalimetri dengan uji NaOH 0,1N + methyl orange + HCl
0,1N yang menghasilkan warna kuning ke orange-orange. Indikator yang di gunakan
adalah methyl orange, karena titrasi ini dilakukan untuk asam kuat dan basa lemah,
sehingga kemungkinan pH <7. Trayek atau range pH untuk metil orange adalah 3,1 4,8.
Kemudian pada uji penentuan kadar Na2CO3 dalam soda yaitu dengan uji soda 20
ml + mehyl orange 2 tetes pp + HCl 0,1N tidak membentuk endapan (eror) di
karenakan secara oleh penanbahan indicator dan pelarut yang tidak sesuai dan alat yang
tidak steril karena di gunakan bergantian. Begitu juga dengan uji penentuan asam asetat
dalam cuka.
Dan pratikum ini terjadi kesalahan penuntun yang mengakibatkan adanya
kesalahan pada saat penambahan larutan dan indikator yang mengakibatkan hasil yang
didapatkan tidak sesuai dengan teori yang ada.
BAB V
PENUTUP
17
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah penentuan kadar basa dapat ditentukan
dengan meggunakan konsentrasi larutan asam dan sebaliknya, proses titrasi yang terjadi
merupakan proses menetralkan asam basa yang ada pada suatu larutan, adanya titik
ekivalen atau titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna indikator.
Indikator yang digunakan dalam uji positif alkalimetri adalah methyl orange dan methyl
red.
5.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan hanya lengkapi alat praktikum agar kami dapat lebih
mengenal alat-alat dan fungsi yang di gunakan serta membantu dalam proses praktikum
acidimetric dan alkalimetri.
18
MODUL IV
ANALISA KUALITATIF KATION/ANION
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimisi komponenkomponen suatu senyawa. Langkah identifikasi dikenal sebagai analisis kualitatif
sedangkan langkah estimasinya adalah analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berkaitan
dengan identifikasi zat-zat kimia, mengenali unsur atau senyawa apa yang ada dalam
suatu sampel. Analisis kuantitatif berkaitan dengan penentapan berapa banyak suatu zat
tertentu yang terkandunng dalam sutu sampel.
Analisis kualitatif terdapat dua aspek penting yaitu, identifikasi dan pemisahan,
aspek ini didasari oleh kelarutan, keasaman, kebasaan, pembentukan senyawa kompleks,
oksidasi-reduksi, sifat penguapan dan ekstraksi. Analisi kualitatif biasanya diguakan
dalam identifikasi kation dan anion dengan melakukan uji sesifik. Uji spesifik dilakukan
dengan penambahan reagen ( pereaksi ) tertentu yang akan memberikan larutan atau
endapan warna yang merupakan karakteristik ( khas ) untuk ion-ion tertentu.
Berdasarkan hal tersebut maka percobaan identifikasi kation dan anion ini dilakukan.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari metode analisa kualitatif
kation anion yang terdapat dalam suatu sampel uji (analat).
1.3. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui unsur - unsur yang termasuk
golongan kation dan anion.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisa
kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat.
Urusannya adalah unsure atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel atau
contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak
suatu zat tertentu yang ada dalam sampel atau contoh ( Underwood, 1999).
Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu
unsure kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah
satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsure unsure serta ion
ionnya dalam larutan. Dalam metode analisa kualitatif kita menggunakan beberapa
pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui
jenis anion / kation suatu larutan (Shvehla, 1995 ).
Regensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi karbon yang paling umum
adalah asam khlorida, hydrogen sulfide, ammonium sulfide, dan ammonium karbonat.
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia reagensia
dalam anion tidak sitematik kation. Namun skema yang digunakan bukanlah skema yang
kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan. Analisis kualitatif
menggunakan 2 macam uji, yaitu reaksi kering dan raksi basah ( Haryadi, 1990 ).
20
BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, penjepit tabung, pipet tetes, gelas
kimia, sarung tangan latex dan masker. Bahan-bahannya adalah CuSO 4, Pb (NO3)2 0,1N,
HCl 6N, (NH4)2SO4 0,1N, BaCl2 0,1N.
3.2. Cara Kerja
a. Reaksi pengujian kation Cu2+
- Larutan CuSO4 0,1N dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan sedikit larutan amonia
- Dilihat perubahan yang terjadi
b. Reaksi pengujian kation Pb2+
- Larutan Pb(NO3)2 0,1N dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan HCl 6 N kemudian dipanaskan
- Digunakan penjepit tabung
- Diamati endapan yang terbentuk setelah larutan dingin
c. Reaksi pengujian anion Cl- Dimasukkan NaCL 0,1N ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan HNO3 0,1N
- Diamati perubahan yang terjadi
d. Reaksi pengujian anion NH4+
- Larutan NH4OH encer diuji uapnya dengan indikator universal
- Sampel yang mengandung NH3 seperti halnya air kolam ikan diuji
kandungan NH3nya dengan menambahkan larutan NaOH atau KOH ke dalam
-
larutan
Lalu dipanaskan
Uap yang terbentuk diuji pHnya menggunakan indikator universal
21
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Reaksi pengujian kation Cu2+
CuSO4 0,1 N + Larutan Amonia larutan biru
Reaksi pengujian kation Pb2+
Pb(NO3)2 + HCl 6 N Kemudian dipanaskan Menghasilkan endapan putih
dan diatasnya larutan yang tidak berwarna.
Reaksi pengujian anion ClNaCl 0,1 N + HNO3 0,1 N Larutan putih keruh dan membentuk endapan
garam.
Reaksi pengujian anion NH4+
Amonia + H2O ( tertutup rapat ) pH = 10 ( reaksi positif )
Amonia + H2O (tidak tertutup rapat ) pH = 11 ( reaksi positif )
Urine ( tertutup rapat ) pH = 6
Urine ( tidak tertutup rapat ) pH = 7
4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan analisa kualitatif anion / kation terhadap
2+
Cu ,
2
2+
22
5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah kita lakukan dapat kita ambil kesimpulan dengan adanya
analisis kualitatif memudahkan praktikan untuk mengetahui anion / kation apa yang
terkandung dalam suatu zat, setiap kation memiliki perubahan hasil yang beda sesuai
dengan golongannya masing masing.
5.2. Saran
Saran untuk praktikum ini adalah diharapkan alat alat laboratorium yang
memadai untuk semua praktikan, agar semua praktikan dapat mengerti secara detail
proses reaksi yang terjadi.
23
MODUL V
ANALISA KUALITATIF ION CL- DENGAN METODE MOHR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dialam khlorida ditemukan dalam keadaan bersenyawa terutama dengan natrium
sebagai garam ( NaCL ). Khlorida digunakan secara luas dalam pembuatan banyak
produk sehari hari. Khlorida digunakan untuk menghasilkan air minum yang aman
hamper diseluruh dunia. Khlorida juga digunakan secara besar besaran pada proses
pembuatan kertas, zat pewarna, tekstil, produk olahan minyak bumi, obat obatan,
antiseptic, insektisida, makanan, pelarut, cat, plastic, dan banyak produk lainnya.
Kebanyakan khlorida diproduksi untuk digunakan dalam pembuatan senyawa klorin
untuk sanitasi, pemutihan kertas desinfektan, dan proses tekstil.
Kerugiandari penggunaan senyawa khlorida dapat mengiritasi sistem pernafasan,
dalam bentuk gas dapat mengiritasi, lapisan lendir, dan dalam bentuk cair bisa membakar
kulit. Baunya dapat dideteksi pada konsentrasi 3,5 ppm dan pada konsentrasi 1000 ppm
dapat berakibat fatal setelah terhisap dalam dalam.
1.2.
Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari metode analisis kualitatif
Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui kelebihan metode Mohr dari
24
Cl .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromide dalam
suasana netral dengan larutan standar
K 2 CHO 4 sebagai
indicator. Tirtasi dengan cara ini harus dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis,
pH 6,5-9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromatdan dalam
suasana basa akan terbebtuk endapan perak hidroksida ( Khopkar, 2007 ).
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi
basah. Reaksi kering digunakan pada zat padat dan reaksi basah digunakan dalam larutan
(Haryadi,1990 ).
Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah
dengan volumetric ( titrasi ). Volumetric ( titrasi ) merupakan cara penentuan kadar suatu
zat dalam larutannya didasarkan pada pengukuran volumenya.
Berdasarkan pada jenis rreaksinya, volumetric dibedakan atas:
1. Asidimetri dan alkalimetri
2. Oksidimetri
3. Argentometri
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak.
Jadi argentometri merupakansalah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu
larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion
+
Ag . Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang dibubuhi indicator dicampur
AgNO
( 3) . Dengan mengukur volume larutan
+
Ag dapat tepat diendapkan, kadar
25
26
BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, penjepit tabung, pipet tetes, gelas
kimia, sarung tangan latex dan masker. Bahan-bahan yang digunakan adalah AgNO 3,
K2CrO4, NaCl.
3.1. Cara Kerja
a. Standarisasi AgNO3
- Diambil AgNO3 sebanyak 4,25 g diencerkan ke dalam labu ukur 250 mL
- Diambil NaCl sebanyak 7 g dikeringkan pada oven dengan suhu 110oC
selama satu jam dan didinginkan dalam desikator
- Diambil 0,2 g NaCl kering dan dilarutkan dalam 100 mL air
- Diambil 20 mL larutan NaCl ditambahkan 5 tetes K2CrO4
- Dititrasi dengan AgNO3 0,1N hingga terbentuk endapan
- Dihitung pembakaran AgNO3
b. Penentuan Ion Klorida dalam garam dapur
- Diambil 6 g garam dapur dilarutkan dengan aquadest menggunakan labu
-
ukur 100 mL
Diambil sebanyak 20 mL dan diteteskan K2Cr2O7 sebanyak 5 tetes
Dititrasi dengan perak nitrat 0,1N
Diamati endapan yang terbentuk
27
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
NaCI + aquadest larutan garam ( tidak berwarna) + k2CrO4 larutan berwarna
kuning + AgNo3 larutan berwarna kuning pudar ( endapan ).
4.2. Pembahasan
Pertama larutan garam dapur di titrasi dengan menggunakan larutan AgNO3,
perubahan yang terjadi menghasilkan larutan berwarna kuning dan endapan putih susu
kemudian berubah menjadi kuning hingga berubah menjadi endapan, yang di sebabkan
ion cI- sudah habis berikatan sehingga tinggal Ag+ dan akhirnya terbentuk endapan .
tappi pada percobaan ini tidak terbentuk larutan yang berwarna merah, hal ini di sebabkan
adanya prosedur yang salah pada saat dilakukannya percobaan di atas.
28
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah larutan AgNO3 mengalami perubahan
menjadi warna putih susu kemudian berubah menjadi kuning itu di sebabkan karna ion cI sudah habis berikatan sehingga tinggal Ag+ dan akhirnya terbentuk endapan .
tapi warna larutan tidak berubah menjadi merah, ini di sebabkan adanya kesalahan pada
saat dilakukan percobaan.
5.2. Saran
Semoga praktikum kedepan peralatannya lebih memadai. Amin
29
DAFTAR PUSTAKA
30
LAMPIRAN I
MODUL III
Cara menghitung kadar :
BE = Na2CO3
Mr = ?
BE =
Mr
H yang di lepasditerima
106
2
= 53
b
b
( 20 ml x 0,120 x 53 x 5 ) x 100
= 26,5 %
b
v
x 0,1 x 53
( 20 ml0,24
) x 100
= 265%
l =
20 Ml
1000
==
x
20
= 1000 x = 400
x==
400
1000
= 0,4
(23)2 = 46
12 = 12
31
(16)3 = 106
=
106
2
= 53
1000 mg
100
mg sampel =
x
2 ml
100 x = 2000
x = 20
b
b
=(
( 25 ml x 0,140x 60 x 10 ) x 100
= 37,5 %
BE :
2000 mg
100
mg sampel =
x
2 ml
100 x = 4000
4000
100
x=
x=4
b
v
( 25 ml x0,50,1 x 60 ) x 100
= 300%
l =
25 Ml
100
==
x
20
32
100 x = 50
x==
50
100
= 0,5
LAMPIRAN II
Na+
Na+
33
Efek boraks bagi tubuh manusia adalah bagi kesehatan tubuh,contohnya organ
hati,otak dan testis.Jika di lihat dalam jangka Panjang juga berpengaruh pada
kematian dan kanker.
3. Apa yang di maksud dengan zat warna ?
Zat warna adalah zat yang mengubah warna cahaya tampak sebagai akibat
proses absorpsi selektif terhadap panjang gelombang pada kisaran tertentu.
4. Sebutkan contoh-contoh zat warna berserta asalnya ?
Pewarna alami contoh klorofil dari zat hijau daun dan Mioglobin dari zat
warna pada daging.
Pewarna buatan contoh sirup,saus,bakpau,warna pada kain dan lain-lain.
5. Apa yang di maksud dengan Tritasi ?
Tritasi adalah Suatu metode analisis kuantitatif untuk menentukan larutan lain
yang telah di standarisasi atau larutan yang konsentrasinya telah diketahui.
6. Kenapa dalam pengujian sangat sulit membuat titik ekivalen dan titik akhir sama ?
Karena reaksi tidak berlangsung secara sempurna dan secara stoikiometri
Reaksi tidak berjalan cepat dan reversible
Reaksi tidak kuantitatif
Tidak ada petunjuk reaksi akhir (indikator) baik secara langsung maupun secara
tidak langsung
Titik ekivalen,reaksi tidak dapat di ketahui titik akhirnya dengan tajam
34