Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 6 No.

1 Januari 2012: 38-47

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG DIABETES


DAN OBAT ANTIDIABETES ORAL
Yunita Nita, Ana Yuda, Gesnita Nugraheni
Departemen Farmasi Komunitas, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
Korespondensi: Yunita Nita S.Si., M.Pharm.
Departemen Farmasi Komunitas, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga,
Surabaya, 60286, email: yunitanita@ff.unair.ac.id

ABSTRACT
The objective of this work was to determine patient knowledge regarding diabetes mellitus
and oral antidiabetics drugs (OAD). Six pharmacies in Surabaya were chosen purposively in
August 2009. The sample was DM patients who obtained OAD with prescription. Interviews
were conducted using validated questionnaires. Result showed that 95.8% (69/72) of
patients knew the aim of DM therapy. More than 90% of patients knew that medicine,
exercise and diet are the therapy for DM. The correct time of taking the medication was
known by 57.9% (22), 43.3% (13) and 0% of patients who received 1, 2 and 3 OAD
respectively. A total of 64 patients received insulin secretagogues or sulfonylureas which
have side effects of hypoglycemia. Only 9.5% (6) of patients knew the definition of
hypoglycemia, and less than 21% of patients knew the signs of hypoglycemia. If forget to
take medication, 95.8% (69/72) of patients knew that the OAD should not be taken double.
To conclude, patients knowledge about diabetes and OAD must be improved.
Keywords: patients knowledge, diabetes, oral antidiabetics drug

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan pasien Diabetes Mellitus
tentang obat antidiabetes oral (OAD). Dilakukan di 7 apotek di Surabaya secara purposive
sampling pada bulan Agustus 2009. Sampel adalah pasien DM yang menebus OAD dengan
resep di apotek terpilih. Data diperoleh dari interview menggunakan daftar pertanyaan
terstruktur yang telah divalidasi. Diperoleh 72 pasien sebagai responden dari penelitian ini.
Dari hasil penelitian diperoleh 95,8% (69) responden mengetahui tujuan terapi DM. Lebih
dari 90% responden mengetahui bahwa OAD, olah raga dan pengaturan diet adalah terapi
untuk DM. Waktu yang benar dalam menggunakan obat diketahui oleh 57.9% (22), 43.3%
(13) dan 0% responden yang mendapat 1, 2 dan 3 OAD. Sejumlah 64 responden
memperoleh golongan insulin secretagogue atau sulfonylurea yang memiliki efek samping
hipoglikemia. Hanya 9.5% (6) responden yang mengetahui definisi hipoglikemia, dan kurang
dari 21% mengetahui tanda-tanda hipoglikemia. Sementara 70,8 % (51/72) mengetahui
bahwa apabila mereka mengalami lemas, berkeringat dan akan pingsan sebaiknya
mengkonsumsi gula. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pasien tentang DM dan OAD
masih harus ditingkatkan.
Kata kunci: pengetahuan pasien, diabetes, obat antidiabetes oral

38

Pengetahuan pasien tentang diabetes dan obat antidiabetes oral


(Yunita Nita, Ana Yuda, Gesnita Nugraheni)

PENDAHULUAN
Menurut hasil survei WHO, jumlah
penderita diabetes mellitus (DM) di
Indonesia menduduki ranking ke 4
terbesar di dunia. DM menyebabkan
5% kematian di dunia setiap tahunnya.
Diperkirakan kematian karena DM akan
meningkat sebanyak 50% sepuluh
tahun yang akan datang. Sebanyak
80% responden DM menderita DM tipe
2
dan
mereka
membutuhkan
pengobatan secara terus menerus
sepanjang hidupnya (1,2).
Diabetes
melitus
merupakan
kumpulan dari gangguan metabolik
yang dicirikan dengan hiperglikemia
yang disertai metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang abnormal yang
berujung pada berbagai komplikasi
kronik
termasuk
mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati (3).
Komplikasi tersebut dapat dihindari
atau ditunda dengan cara memperbaiki
kondisi hiperglikemia, hipertensi dan
dislipidemia. Penelitian multicentre
seperti the United Kingdom Prospective
Diabetes
Study
(UKPDS)
telah
menemukan bahwa kontrol ketat
terhadap kadar gula dan tekanan darah
pada pasien dengan DM tipe 2 yang
baru didiagnosa dapat menurunkan
kejadian komplikasi jangka panjang (35).
Pengetahuan yang baik terhadap
penyakit dan obat secara umum
berhubungan dengan outcome terapi
(6).
Pengetahuan
tentang
obat
diperlukan oleh pasien untuk dapat
menggunakan obat dengan benar,
dengan tujuan memperoleh terapi yang
maksimal dan efek samping obat yang
minimal (7,8). Untuk menghindari
terjadinya komplikasi dari penyakit juga
diperlukan
pengetahuan
tentang
penyakitnya. Pengetahuan (knowledge)
merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu.
Dari
pengalaman
dan

penelitian terbukti bahwa perilaku yang


didasari oleh pengetahuan akan lebih
bertahan lama daripada perilaku yang
tidak
didasari
pengetahuan
(9).
Bertolak dari uraian dan melihat fakta
yang ditemukan di atas, masalah yang
dikaji dalam penelitian ini adalah
bagaimana pengetahuan pasien DM
tentang DM dan OAD.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
observasional. Dilakukan di 7 apotek di
Surabaya. Sampel adalah pasien DM
yang menebus OAD dengan resep di
apotek terpilih di Surabaya. Pemilihan
sampel ditentukan secara purposive
sampling dengan kriteria inklusi
bersedia
untuk
menjadi
sampel
penelitian, menebus OAD dengan
resep dokter pada bulan Agustus 2009,
didiagnosa menderita DM oleh dokter,
berusia diatas 18 tahun. Sedangkan
kriteria eksklusi pasien adalah pasien
yang pertama kali menerima OAD
dengan resep dokter.
Variabel
penelitian
meliputi:
karakteristik responden, pengetahuan
responden tentang penyakit DM
meliputi definisi, penyebab, gejala,
komplikasi, monitoring, faktor resiko
dan bagaimana menghindari penyakit
DM, pengetahuan responden terhadap
penggunaan OAD meliputi tujuan
terapi, nama obat, jumlah obat yang
diminum, frekuensi penggunaan obat,
waktu minum obat, efek samping yang
penting untuk diketahui sehubungan
dengan obat yang diminum dan cara
untuk
mengatasi
efek
samping
tersebut, dan apa yang harus dilakukan
bila lupa minum obat.
Data diperoleh melalui interview
menggunakan
daftar
pertanyaan
kombinasi terbuka dan tertutup. Data
diolah dan dianalisis secara deskriptif.
Disajikan dalam bentuk distribusi
frekuensi (tabel atau grafik). Skor bagi
39

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 6 No.1 Januari 2012: 38-47

jawaban benar adalah 1, sedangkan


skor bagi jawaban yang salah dan tidak
tahu adalah 0. Untuk responden yang
memperoleh lebih dari satu OAD, skor
1 diberikan apabila dapat menjawab
dengan benar untuk semua OAD.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daftar pertanyaan diuji coba pada
orang yang memiliki karakteristik sama
dengan responden dan pada beberapa
ahli yang berpengalaman. Daftar
pertanyaan mengalami perubahan
sebanyak 4 kali berdasarkan hasil uji
coba sebagai bagian dari proses
validasi instrumen. Pengujian validitas
yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah validitas isi (content validity) dan
validitas muka (face validity) (10).

Sampel yang terkumpul berjumlah


72 orang dengan rincian seperti yang
tercantum dalam Tabel 1. Jumlah
pasien DM yang memperoleh OAD
dengan resep dokter di apotek yang
tidak melayani ASKES dan tidak
berlokasi di Rumah Sakit sangat
sedikit, sehingga dipilih 3 apotek.
Pasien yang memperoleh OAD dengan
resep
dokter
sangat
sedikit
dibandingkan seluruh total resep di
apotek. Hal ini bertolak belakang
dengan data penderita diabetes
Indonesia yang menduduki peringkat
ke 4 di dunia (1). Salah satu
penyebabnya adalah karena banyak
pasien DM yang memperoleh OAD
tanpa menggunakan resep dokter.
Jumlah resep OAD lebih tinggi pada
apotek A dan B dimana kedua apotek
tersebut melayani pasien ASKES.

Tabel 1. Jumlah Responden


No
Kode Apotek
Kriteria Apotek
1
A
Melayani ASKES, tidak berada di Rumah Sakit
2
B
Melayani ASKES, tidak berada di Rumah Sakit
3
C
Tidak melayani ASKES, berada di Rumah Sakit
4
D
Tidak melayani ASKES, berada di Rumah Sakit
5
E
Tidak melayani ASKES, tidak berada di Rumah
Sakit
6
F
Tidak melayani ASKES, tidak berada di Rumah
Sakit
7
G
Tidak melayani ASKES, tidak berada di Rumah
Sakit
TOTAL
Responden sebagian besar (40,2%)
berusia
antara
50-59
tahun.
Perempuan
sebanyak
69,4%,
sementara laki-laki 30,6%. Sedangkan
untuk distribusi tingkat pendidikan
hampir merata yaitu 19,4% lulusan SD
atau tidak lulus SD, 22,2% adalah
lulusan SMP, sementara 26,4% adalah
lulusan SMA dan 26,4% adalah lulusan
Perguruan Tinggi (Tabel 2).
Dari Tabel 3 tampak bahwa 44,4%
responden telah menderita DM sejak 15 tahun. Sebagian besar responden,
yaitu 72,2% memeriksakan dirinya
40

Jumlah
18
13
12
6
8
7
8
72

secara rutin ke dokter 1 kali dalam 1


bulan. Hal ini kemungkinan terjadi
karena sebagian besar responden
adalah pasien ASKES dimana untuk
mendapatkan obat di apotek ASKES
pasien harus mendapatkan resep dari
dokter ASKES terlebih dahulu.
Penyuluhan telah diterima oleh
62,5% responden sehingga mereka
telah mendapatkan informasi tentang
DM. Tetapi dalam hal ini tidak diketahui
sampai sejauh mana informasi tersebut
diterima oleh responden. Penyuluhan
tentang DM tersebut diperoleh dari

Pengetahuan pasien tentang diabetes dan obat antidiabetes oral


(Yunita Nita, Ana Yuda, Gesnita Nugraheni)

rumah sakit (7), dokter (5), mahasiswa


Unair (2), poli gizi (2), talkshow radio
(1), dan puskesmas (1). Sejumlah
55,6% responden memiliki berat badan
normal sedangkan 30,6% termasuk
Tabel 2. Data Demografi Responden
Parameter
Umur (tahun):
30-39
40-49
50-59
60-69
70
Jenis Kelamin:
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan:
SD dan tidak tamat SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi

kategori overweight (kelebihan berat


badan) dan 4,2% termasuk kategori
obese. Kelebihan berat badan dan
obesitas merupakan salah satu faktor
risiko dari DM (11).

2
12
29
21
7

2,7%
16,6%
40,2%
29,2%
9,7%

22
52

30,6%
69,4%

14
16
19
19

19,4%
22,2%
26,4%
26,4%

Tabel. 3. Data Responden yang Berhubungan dengan Penyakit DM


N
%
Lama Menderita DM
< 1 tahun
9
12,5%
1 5 tahun
32
44,4%
6 10 tahun
14
19,4%
> 10 tahun
17
23,6%
Frekuensi ke Dokter
Sebulan sekali
52
72,2%
Dua bulan sekali
5
6,9%
Tiga bulan sekali
4
5,6%
Enam bulan sekali
2
2,8%
Tidak teratur
5
6,9%
Jenis Dokter
Dokter Umum
33
45,8%
Dokter Spesialis
23
31,9%
Penyuluhan tentang DM
Mendapat
45
62,5%
Tidak Mendapat
20
27,8%
BMI
Starvation (<15)
0
0,0%
Underweight (15-18,5)
3
4,2%
Normal (18,5-25)
40
55,6%
Overweight (25-30)
22
30,6%
Obese (30-40)
3
4,2%
41

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 6 No.1 Januari 2012: 38-47

Pengetahuan tentang Diabetes


Responden diberi pertanyaan yang
meliputi tujuh aspek untuk melihat
pengetahuan mereka tentang DM
(tabel 4). Diperoleh data bahwa 88,9%
mengetahui bahwa responden DM
memiliki kadar gula darah tinggi.
Diagnosis DM dapat ditegakkan atas
dasar pemeriksaan kadar glukosa
darah dan tidak dapat ditegakkan atas
dasar adanya glukosuria (12).
Pemantauan DM secara terencana
meliputi pemeriksaan jasmani dan
pemeriksaan penunjang yang meliputi
pemeriksaan kadar glukosa darah,
pemeriksaan
A1C,
pemantauan
glukosa darah mandiri (PGDM),
pemeriksaan
glukosa
urin,
dan
penentuan benda keton. Pemeriksaan
glukosa urin memberikan penilaian
yang tidak langsung dan hanya
digunakan pada pasien yang tidak
dapat memeriksa kadar glukosa darah.
Hasil pemeriksaan sangat tergantung
pada fungsi ginjal dan tidak dapat
digunakan untuk menilai keberhasilan

terapi (12). Sejumlah 86,1% responden


mengetahui bahwa pemeriksaan kadar
gula darah merupakan metode untuk
pemantauan DM, sedangkan 81,9%
responden mengetahui bahwa kadar
gula urin dapat digunakan untuk
pemantauan DM.
Studi
Diabetes
Control
and
Complications
Trial
(DCCT)
menunjukkan bahwa penjagaan atau
kontrol terhadap kadar gula darah
mendekati
normal
dapat
memperlambat onset dan progress
perusakan mata, ginjal, dan saraf oleh
diabetes. Berdasarkan DCCT, kontrol
gula darah secara intensif menurunkan
resiko terjadinya komplikasi terhadap
mata sebanyak 76%, ginjal sebanyak
50%, dan saraf sebanyak 60% (13).
Penelitian lain menyebutkan bahwa
kontrol gula darah secara intensif
menurunkan resiko kejadian penyakit
kardiovaskular apapun sebanyak 42%,
dan serangan jantung yang tidak fatal,
stroke,
atau
kematian
terkait
kardiovaskular sebanyak 57% (14).

Tabel 4. Pengetahuan pasien tentang Diabetes


Pertanyaan
Jawaban Benar
Apa yang dimaksud dengan
diabetes
Kadar gula darah tinggi
Metode pemantauan diabetes
Mengecek kadar gula darah
Mengecek kadar gula urin
Komplikasi pada diabetes
Jantung
Luka pada kaki
Ginjal
Mata
Neuropathy (syaraf)
Pemantauan komplikasi diabetes
Pemeriksaan mata
Pemeriksaan kaki
Pemeriksaan urin (untuk
mikroalbumin)
Pemeriksaan tekanan darah
Pemeriksaan lemak darah (lipid)
42

Jawaban Salah atau


Tidak Tahu

64 (88,9%)

8 (11,1%)

61 (86,1%)
59 (81,9%)

9 (12,5%)
13 (81,1%)

63 (87,5%)
65 (90,3%)
57 (59,2%)
66 (91,7%)
48 (66,7%)

9 (12,5%)
7 (9,7%)
15 (20,8%)
6 (8,3%)
24 (33,3%)

56 (77,8%)
48 (66,7%)
49 (68,1%)

16 (22,2%)
24 (33,3%)
23 (31,9%)

55 (76,4%)
59 (81,9%)

17 (23,6%)
13 (18,1%)

Pengetahuan pasien tentang diabetes dan obat antidiabetes oral


(Yunita Nita, Ana Yuda, Gesnita Nugraheni)

Gambar 1 menunjukkan diagram


skor
total
pengetahuan
tentang
diabetes. Nilai mean adalah 10,4
sedangkan nilai median dan nilai

modus adalah 12. Jumlah total


pertanyaan adalah 13 buah, sehingga
nilai minimal yang dapat diperoleh
adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 13.

Gambar 1. Distribusi Skor Pengetahuan Responden tentang Diabetes


Keterangan: Jumlah total pertanyaan dalam kuesioner = 13,
Nilai min = 0, Nilai maks = 13

Pengetahuan tentang Obat Anti


Diabetes (OAD)
Pengetahuan responden tentang
OAD ditampilkan pada tabel 5 yang
meliputi empat aspek dari OAD.
Pengetahuan responden tentang tujuan
terapi OAD cukup baik dimana 95,8%
mengetahui bahwa tujuannya adalah
untuk menurunkan kadar gula dalam
darah.
Tetapi,
terdapat
30,6%
responden yang berpikir bahwa terapi
OAD dapat menyembuhkan DM (Tabel
5). DM adalah penyakit metabolik yang
berlangsung
seumur
hidup.
Pemahaman yang benar tentang tujuan
terapi DM akan membantu pasien
dalam mengatur harapannya terhadap
pengobatan penyakitnya. Dari Tabel 5
diperoleh data bahwa lebih dari 90%
responden mengetahui bahwa OAD,
olah raga dan diet adalah terapi untuk
DM. Sementara hanya 23,6% tidak
mengetahui bahwa insulin adalah
bagian dari terapi untuk DM. Cukup

banyak responden DM (77,8%) yang


mengetahui bahwa terapi DM harus
dilanjutkan selama seumur hidup.
Responden
telah
memiliki
pengetahuan yang baik dalam hal
tindakan yang harus dilakukan apabila
mereka lupa minum obat. Yaitu tidak
minum obat dua kali lebih banyak dari
takaran yang seharusnya dan tetap
minum obat seperti biasa. Dari seluruh
pasien yang menjadi responden
penelitian ini, 38 orang memperoleh 1
macam OAD (Tabel 6), sementara 30
orang mendapat 2 macam OAD (Tabel
7) dan 4 orang mendapat 3 macam
OAD (Tabel 8). Pengetahuan tentang
nama OAD yang dikonsumsi cukup
rendah. Hal ini harus ditingkatkan untuk
menghindari
terjadinya
kesalahan
dalam penggunaan obat. Kesadaran
dan pengetahuan pasien tentang obat
seharusnya dimulai dari mengenali
nama OAD yang secara rutin mereka
gunakan.
43

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 6 No.1 Januari 2012: 38-47

Tabel 5. Pengetahuan tentang OAD

Tujuan terapi diabetes


Menurunkan kadar gula dalam
darah
Menyembuhkan diabetes
Terapi untuk diabetes
Suntik insulin
Oral anti diabetes (OAD)
Olah raga
Pengaturan diet
Selama terapi, penggunaan obat
diabetes
Dapat dihentikan saat itu juga
Dapat dihentikan saat merasa lebih
baik
Dilanjutkan selama seumur hidup
Apabila lupa minum obat dan ingat
pada waktu minum obat berikutnya,
apa yang anda lakukan
Minum obat seperti biasa
Minum obat dua kali lebih banyak

Jawaban Benar

Jawaban Salah
atau Tidak Tahu

69 (95,8%)

3 (4,2%)

50 (69,4%)

22 (30,6%)

55 (76,4%)
67 (93,1%)
69 (95,8%)
70 (97,2%)

17 (23,6%)
5 (6,9%)
3 94,2%)
2 (2,8%)

55 (76,4%)
44 (61,1%)

17 (23,6%)
28 (38,9%)

56 (77,8%)

16 (22,2%)

70 (97,2%)
69 (95,8%)

2 (2,8%)
3 (4,2%)

Tabel 6. Pengetahuan tentang obat yang diperoleh


pada pasien yang memperoleh 1 macam OAD (N=38)
Pertanyaan
Jawaban Benar
Jawaban Salah
Atau Tidak Tahu
Nama obat diabetes yang
23 (60,5%)
15 (39,5%)
dikonsumsi
Waktu yang benar untuk
27 (81,1%)
11 (28,9%)
mengkonsumsi obat
Saat minum obat diabetes
22 (57,9%)
16 (42,1%)
yang benar

Tabel 7. Pengetahuan tentang Obat yang Diperoleh


pada Pasien yang Memperoleh 2 macam OAD (N=30)
Pertanyaan
Jawaban Benar
Jawaban Benar
untuk 2 OAD
untuk 1 OAD
Nama obat diabetes yang
15 (50%)
7 (23,3%)
dikonsumsi
Waktu yang benar untuk
21 (70%)
5 (16,7%)
mengkonsumsi obat
diabetes
Saat minum obat diabetes
13 (43,3%)
13 (43,3%)
yang benar
44

Jawaban Salah
atau Tidak Tahu
8 (26,7%)
4 (13,3%)

4 (13,3%)

Pengetahuan pasien tentang diabetes dan obat antidiabetes oral


(Yunita Nita, Ana Yuda, Gesnita Nugraheni)

Waktu
yang
benar
untuk
mengkonsumsi OAD (pagi, siang, sore
atau malam hari) diketahui oleh lebih
dari 50% responden.
Sementara
pengetahuan tentang saat minum OAD
yang benar (sebelum, saat atau

sesudah makan) cukup rendah dan


harus ditingkatkan. Beberapa OAD
absorbsinya dipengaruhi oleh makanan
sehingga saat minum yang benar perlu
diketahui oleh pasien.

Tabel 8. Pengetahuan tentang Obat yang Diperoleh


pada Pasien yang Memperoleh 3 macam OAD (N=4)
Pertanyaan
Jawaban
Jawaban
Jawaban
Benar
Benar
Benar
untuk 3
untuk 2
Untuk 1
OAD
OAD
OAD
Nama obat diabetes yang
0 (0%)
2 (50%0
1 (25%)
dikonsumsi
Waktu yang benar untuk
2 (50%)
2 (50%)
0 (0%)
mengkonsumsi obat
diabetes
Saat minum obat diabetes
0 (0%)
2 (50%)
2 (50%)
yang benar

Jawaban
Salah
atau Tidak
Tahu
1 (25%)
0 (0%)

0 (0%)

Tabel 9. Pengetahuan tentang Hipoglikemia

Yang dimaksud dengan


hipoglikemia
Kadar gula darah rendah
Kadar gula darah tinggi
Yang dimaksud dengan gejala
hipoglikemia
Lemas
Berkeringat
Pingsan
Cara mengatasi gejala lemas,
berkeringat, pingsan
Makan gula (minum air gula)
Minum obat
Suntik insulin
Hipoglikemia adalah efek samping
dari OAD golongan sulfonilurea dan
short-acting insulin secretagogues (15).
Sangat penting bagi pasien untuk
mengetahui tanda-tanda hipoglikemia
dan
bagaimana
cara
untuk
mengatasinya.

Jawaban Benar

Jawaban Salah
atau Tidak Tahu

7 (9,7%)
7 (9,7%)

65 (90,3%)
65 (90,3%)

15 (20,8%)
12 (16,7%)
9 (12,5%)

57 (79,2%)
60 (83,3%)
63 (87,5%)

51 (70,8%)
42 (58,3%)
35 (48,6%)

21 (29,2%)
30 (41,7%)
37 (51,4%)

Gambar 2 menunjukkan diagram


skor total pengetahuan tentang OAD.
Nilai mean adalah 13,54 sedangkan
nilai median adalah 13,50 dan nilai
modus adalah 13.
Jumlah total
pertanyaan adalah 22 buah, sehingga
nilai minimal yang dapat diperoleh
adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 22.
45

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 6 No.1 Januari 2012: 38-47

Gambar 2. Distribusi Skor Pengetahuan Responden tentang OAD


Keterangan: Jumlah total pertanyaan dalam kuesioner = 22
Nilai min = 0, Nilai maks = 22

Hepler and Strand pada tahun 1990


merumuskan
paradigma
Asuhan
Kefarmasian (Pharmaceutical Care)
yaitu the responsible provision of drug
therapy for the purpose of achieving
definite outcomes that improve a
patients quality of life (16).
Apoteker diharapkan memberikan
asuhan
kefarmasian
untuk
meningkatkan
derajat
kesehatan
pasien. Kegiatan asuhan kefarmasian
meliputi pengamatan gejala pasien,
konseling terhadap pasien sehubungan
dengan obat-obatan yang digunakan,
penyelesaian masalah terkait obat,
fasilitasi komunikasi dengan dokter,
dan pemberian intervensi terhadap
pasien apabila diperlukan. Asuhan
kefarmasian adalah sebuah konsep
apoteker berusaha mencapai terapi
obat yang maksimal, meminimalkan
masalah
terkait
obat,
dan
meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dalam kaitannya dengan pasien DM,
asuhan kefarmasian di apotek telah
terbukti memberikan outcome klinik
yang positif (17-20). Pasien DM di
komunitas secara teratur mengunjungi
dokter dan kemudian apotek untuk
46

mendapatkan obatnya dengan resep.


Apoteker
di
apotek
memiliki
kesempatan untuk bertemu dan
memberikan
asuhan
kefarmasian
terhadap penggunaan obat pada
pasien DM di komunitas khususnya
dalam memberikan informasi dan
konseling tentang penggunaan obat.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan
bahwa
pengetahuan
pasien tentang penyakit diabetes baik,
sedangkan
pengetahuan
pasien
tentang obat antidiabetes oral (OAD),
yaitu nama OAD yang dikonsumsi,
waktu yang benar saat minum OAD
dan tanda-tanda hipoglikemia serta
cara
mengatasinya
perlu
untuk
ditingkatkan.
Farmasis
dapat
meningkatkan
perannya
dalam
memberikan informasi obat pada
pasien DM.
DAFTAR PUSTAKA
1.

WHO. Diabetes Fact Sheet No 312:


World Health Organization; 2008.

Pengetahuan pasien tentang diabetes dan obat antidiabetes oral


(Yunita Nita, Ana Yuda, Gesnita Nugraheni)

2.

Campbell RK, Martin TM. The Chronic


Burden of Diabetes. American Journal
of Managed Care 2009; 15: S248S254.
3. Campbell RK, White JR. More Choices
than Ever Before: Emerging Therapies
for Type 2 Diabetes. The Diabetes
Educator 2008; 34(3): 518-534.
4. UKPDS Group. Intensive BloodGlucose Control with Sulphonylureas
or Insulin Compared with Conventional
Treatment and Risk of Complications
in Patients with Type 2 Diabetes
(UKPDS 33). Lancet 1998; 352: 837853.
5. UKPDS Group. Effect of Intensive
Blood-Glucose Control with Metformin
on Complications in Overweight
Patients with Type 2 Diabetes
(UKPDS 34). Lancet 1998; 352(9131):
854-865.
6. Ambigapathy R, Ambigapathy S, Ling
HM. A Knowledge, Attitude and
Practice (KAP) Study of Diabetes
Mellitus Among Patients Attending
Klinik Kesihatan Seri Manjung. NCD
Malaysia 2003; 2(2): 6-16.
7. Armor BL, Britton ML, Dennis VC,
Letassy NA. A Review of Pharmacist
Contributions to Diabetes Care in the
United States. Journal of Pharmacy
Practice 2010; 23: 250-264.
8. Mitchell B, Armour C, Lee M, Song YJ,
Stewart K, Peterson G, Hughes J,
Smith L, Krass I. Diabetes Medication
Assistance Service: The Pharmacists
Role in Supporting Patient SelfManagement of Type 2 Diabetes
(T2DM) in Australia. Patient Education
and Counseling 2011; 83: 288-294.
9. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta; 2007.
10. Portney LG, Watkins MP. Foundations
of Clinical Research: Applications to
nd
Practice. 2 Ed. New Jersey: Prentice
Health; 2000.
11. Levy SB, Cohen H. Screening,
Diagnosis, and Pharmacotherapy for
Type 2 Diabetes Mellitus. Journal of
Pharmacy Practice 2003;16:127-137.
12. PB Perkeni. Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Melitus

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB


Perkeni; 2006.
The
Diabetes
Control
and
Complications Trial/Epidemiology of
Diabetes
Interventions
and
Complications (DCCT/EDIC) Study
Research Group. Intensive Diabetes
Treatment
and
Cardiovascular
Disease in Patients with Type 1
Diabetes. The New England Journal of
Medicine 2005; 353(25): 2643-2653.
Martin, CL, Albers, J, Herman, WH,
Cleary, P, Waberski, B, Greene, DA,
Stevens,
MJ,
Feldman,
EL.
Neuropathy Among the Diabetes
Control and Complications Trial Cohort
8 Years After Trial Completion.
Diabetes Care 2006; 29(2): 340-344.
DiPiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke
GR,
Wells
BG,
Posey
LM.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach. 7th ed. New York: McGraw
Hill; 2008.
Hepler CD, Strand LM. Opportunities
and Responsibilities in Pharmaceutical
Care. American Journal of Hospital
Pharmacy 1990; 47: 533-543.
Fornos JA, Andres F, Andres JC. A
Pharmacotherapy Follow-up Program
in Patients with Type-2 Diabetes in
Community Pharmacy in Spain.
Pharmacy World & Science 2006; 28:
65-72.
Clifford RM, Davis WA, Batty KT,
Davis TME. Effect of Pharmaceutical
Care Program on Vascular Risk
Factors in Type 2 Diabetes: The
Fremantle Diabetes Study. Diabetes
Care 2005; 28(4): 771-776.
Wermeille J, Bennie M, Brown I,
McKnight J. Pharmaceutical Care
Model for Patients with Type-2
Diabetes:
Integration
of
the
Community Pharmacist into the
Diabetes Team - A Pilot Study.
Pharmacy World & Science 2004; 26
(1): 18-25.
Lamberts EJF, Bouvy ML, Hulten RP.
The
Role
of
the
Community
Pharmacist in Fulfilling Information
Needs of Patients Starting Oral
Antidiabetics. Research in Social and
Administrative Pharmacy 2010; 6: 354364.
47

Anda mungkin juga menyukai