Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang
Sejarah sebuah kota tidak hanya bisa ditelusuri dari perjuangan

masyarakatnya. Selain melalui kondisi geologi, masih banyak saksi bisu lainnya
yang bisa menceritakan perjalanan masa lalu sebuah kota, terutama ketika kota
tersebut memasuki masa jaya. Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam termasuk
salah satu wilayah di Indonesia yang paling beruntung karena masih memiliki
saksi sejarah masa lalunya yang bisa dibaca lewat bangunan-bangunan tua dengan
berbagai langgam arsitekturnya.
Sejarah memang penting bagi kehidupan manusia. Dari sejarahlah kita
dapat mengerti masa lalu yang berguna bagi masa yang akan datang. Kita akan
memperoleh kesempatan untuk belajar dari peninggalan masa lampau, dari
kegagalan dan keberhasilannya, dari baik dan buruknya modernitas kita saat ini
dan masa yang akan datang. Demikian pula sebaliknya, tanpa sejarah masa
lampau berarti kita kehilangan barang berharga yang sangat penting bagi masa
depan kehidupan kita. Sebagaimana dalam istilah Arab: Man laa tarikha lahuu
laa waqi` walaa mustaqbal lahu artinya Barangsiapa tidak punya sejarah maka
dia tidak memiliki masa kini dan masa depan.
Bangunan bersejarah adalah bangunan atau benda yang telah berusia lebih
dari 50 tahun dan mengandung nilai sejarah atau benda dan bangunan yang
mewakili gaya yang khas serta dianggap memiliki nilai sejarah. Namun sering
terjadi, pertimbangan ekonomis dan berdalih pada 'kebutuhan' masyarakat
perkotaan, bangunan-bangunan kuno tersebut musnah mengenaskan (Budihardjo,
1989). Selama dua dasawarsa terakhir ini, pandangan dan pengertian masyarakat
tentang sejarah dan warisan budaya lama telah banyak berubah. Dari konsep lama
yang hanya memandang dan memusatkan perhatian kepada benda sejarah dan
cagar alam ukuran besar dan tergolong skala dunia (The world heritage sites),
serta memiliki nilai tinggi dipandang dari segi keindahan estetika, segi arsitektur,
usia lama (kekunoan), langka dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Kemudian

orang mulai menyadari, betapapun kecil dan sederhananya benda warisan sejarah,
pada hakekatnya merupakan karya (produk) sejarah yang penting mewakili
jamannya, terlepas apakah tempat kedudukan cagar budaya tersebut terletak di
jalan desa atau kota yang terpencil.
Seiring perjalanan waktu, sejarah pun turut bergulir meniggalkan jejakjejaknya dalam berbagai perubahan yang memang tidak bisa dielakkan.
Berkenaan dengan hasil sejarah, manusia sebagai makhluk yang menyejarah
dihadapkan pada suatu tantangan menyelamatkan peninggalan sejarah atau
membiarkan saja sesuai dengan perubahan zaman.
Nanggroe Aceh Darussalam memiliki warisan budaya bangsa seperti
bangunan peninggalan sejarah dan purbakala berupa rumah adat, masjid kuno,
makam-makam kuno, benteng dan lain-lain. Kabupaten Aceh Besar merupakan
salah satu kota tua di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang kaya akan sejarah
dan situs-situs peninggalan masa lalu yang merupakan aset sangat berharga dan
sekaligus menjadi potensi dalam mempertahankan memori dan kenangan akan
kejayaan Aceh masa lalu. Dewasa ini berbagai peninggalan sejarah yang ada di
Aceh mengalami kerusakan bahkan kehancuran. Cukup banyak masjid kuno yang
dibangun pada abad ke-16 dihancurkan lalu diganti atau dibangun masjid yang
baru. Makam kuno dengan berbagai jenis bentuk dan tipe nisan yang berasal dari
abad ke-13 hingga akhir kerajaan Aceh banyak terbengkalai, sebagian dijadikan
batu pengasah oleh masyarakat setempat. Demikian juga Aceh yang dikenal
sebagai gudang naskah di Nusantara, kini sangat sulit untuk mendapatkannya,
apalagi ketika tsunami melanda Aceh tanggal 26 Desember 2004 kebanyakan
naskah kuno di Aceh telah lenyap. Masih banyak hal lain yang telah punah dan
berubah seperti bangunan bersejarah Balai Teuku Umar, rumah tempat tinggal C.
Snouck Hurgronje, Hotel Aceh dan lain sebagainya yang banyak tersebar di
berbagai daerah Aceh.
Harus menjadi kesadaran bahwa peninggalan sejarah di Aceh bukan hanya
berasal dari masa kejayaan Islam saja, namun peninggalan masa kolonialpun
banyak dijumpai. Bahkan sisa-sisa peninggalan Hindu, Budha dan prasejarahpun
ada di Aceh, namun sebagian besar telah mengalami kerusakan dan kehancuran
yang terjadi baik disengaja ataupun tidak.

Salah satu peninggalan sejarah purbakala yang masih dapat kita jumpai di
Kabupaten Aceh Besar adalah Kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri yang
terletak di Desa Indrapuri, sekitar 24 kilometer ke sebelah timur dari Kota Banda
Aceh. Kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri merupakan kawasan bersejarah
yang dilindungi Undang-undang Cagar Budaya dan dalam pengawasan Dinas
Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Propinsi NAD dan Sumatra Utara.
Benteng Indrapuri merupakan sebuah bekas bangunan pertahanan pada
masa lampau yang terletak tepat di bawah sebuah Masjid, yaitu Masjid Indrapuri
yang didirikan pada tahun 1635. Masjid Indrapuri ini selain sebagai tempat tinggal
Sultan Alaidddin Muhammad Daud Syah juga merupakan tempat penyimpanan
berbagai dokumen dan undang-undang Kerajaan Aceh pada zaman pemerintahan
Sultan Iskandar Muda (Lombard, 2006).
Mantan Kepala Desa Indrapuri, menuturkan bahwa Benteng dan Masjid
Indrapuri pada masa lalu merupakan pusat kegiatan yang berlatar belakang agama
Hindu. Dengan kata lain bahwa di masa lampau, masyarakat daerah Indrapuri
pernah tersentuh oleh budaya Hindu yang datang dari luar. Peninggalan Hindu ini
terlihat dari sisa-sisa bangunan dan dinding tembok keliling bujur sangkar yang
dibuat berundak serta bentuk oyif dan tumpal yang menonjol.
Berbicara mengenai Benteng dan Masjid Indrapuri tidak terlepas dari
sejarah masuknya pengaruh budaya Hindu sebagai pendirinya. Jauh sebelum
Kerajaan Aceh muncul, telah ada tempat-tempat dan kerajaan Hindu di daerah ini
dari Kerajaan Lamuri. Secara tipologis, bangunan ini kurang memperlihatkan
bentuk yang mendekati gaya-gaya arsitektur yang banyak mewarnai keadaan
suatu benteng pertahanan di Indonesia sebagaimana dengan benteng-benteng
pertahanan lain yang terdapat di daerah-daerah Ujung Pandang yang terkenal
dengan Benteng Ujung Pandang atau Fort Roterdam, Bengkulu (Benteng
Marlborough), Maluku (Benteng Duustede) dan lain-lain. Selain itu, biasanya
sebuah bangunan benteng pertahanan lazim disetiap sudutnya dibangun bastion
atau suatu bangunan yang berfungsi sebagai tempat pengintai dan pada sisisisinya terdapat belahan-belahan yang sengaja dibuat untuk meletakkan senjata
(misalnya meriam), serta lantai bagian dalam lebih rendah dari pada dinding.

Hasil kegiatan ekskavasi yang telah dilakukan baik di dalam maupun di


luar atau sekitar bangunan tersebut telah ditemukan beberapa data yang bersifat
artefaktual dalam bentuk fragmentalis. Temuan-temuan yang dimaksudkan adalah
fragmen-fragmen keramik asing Cina dan Eropa, fragmen botol tanah liat
(Stoneware) serta pecahan-pecahan botol kaca. Selain itu, bentuk bangunan yang
dibuat berundak serta pola hias oyif dan tumpul turut memberikan gambaran
tentang latar belakang pengadaannya, yakni bahwa bangunan dinding tembok
tersebut merupakan bekas bangunan peribadatan umat Hindu atau Candi. Hiasan
dan tumpal merupakan hiasan yang lazim mewarnai suatu bangunan candi sebagai
lambang kesuburan dan bangunan candi dibuat berundak adalah survival
kepercayaan dari Meru sebagai tempat bersemayamnya para Dewa, sehingga
Meru atau gunung merupakan tempat yang dianggap suci yang dilebur dalam
bentuk pembuatan candi.
Pada periode selanjutnya, lokasi di atas bekas bangunan Hindu tersebut
dialih fungsikan dengan mendirikan sebuah Masjid (Masjid indrapuri) yang
sampai sekarang masih berdiri utuh dan tetap difungsikan. Secara tipologis,
Masjid ini masih mengikuti pola bangunan yang berasal dari tradisi sebelumnya,
sebagaimana lazimnya dengan masjid-masjid kuno umumnya di Indonesia.
Benteng dan Masjid Indrapuri yang berdiri megah di Desa Indrapuri,
Kecamatan Indrapuri merupakan salah satu bangunan yang telah menjadi artefak
sejarah yang penting di belahan wilayah Aceh Besar, atau tepatnya menjadi bukti
penting bagi perkembangan Kabupaten Aceh Besar. Kondisi bangunan masjid kini
perlu mendapat perhatian lebih besar dari seluruh lapisan masyarakat agar lebih
terawat dan terjaga keasliannya.
Selain bersejarah, masjid ini juga memiliki gaya atau langgam arsitektur
yang menarik pada masanya. Secara fungsional, masjid hingga kini masih terus
dipakai dan dimanfaatkan untuk fasilitas ibadah umat Islam. Maka, sudah
selayaknya masjid ini dipelihara, dilindungi dan dilestarikan untuk pengetahuan,
pendidikan, kebudayaan dan kemaslahatan umat di masa kini dan yang akan
datang.
Memang disadari bahwa satu hal yang membedakan masjid dengan
bangunan cagar budaya lainnya seperti Candi atau Keraton adalah karakternya

yang menjadi `living monument`, yakni monumen yang hidup artinya terus
dipakai oleh masyarakat/umat sehingga terkadang perlu menyesuaikan dengan
dinamika dan perkembangannya. Persoalan yang terjadi adalah kadang kala
pergantian generasi yang memanfaatkan masjid memiliki perbedaaan wawasan,
sikap dan cara pandang dalam memberlakukan bangunan cagar budaya.
Beberapa hal yang telah dikemukakan tersebut, timbul pertanyaan;
mengapa banyak peninggalan sejarah di Aceh mengalami kerusakan bahkan
kehancuran. Apakah ini suatu pertanda bahwa kesadaran sejarah rakyat Aceh
sangat tipis atau ada faktor lain yang memungkinkan hal ini terjadi, seperti
kurangnya komitmen pemerintah terhadap peninggalan sejarah di Aceh atau
pengetahuan masyarakat tentang peninggalan sejarah amat dangkal. Mungkinkah
juga faktor sanksi hukum yang tidak pernah diperlakukan bagi orang-orang yang
merusak benda cagar budaya atau alasan lain seperti konflik Aceh yang berlarutlarut sehingga penanganan masalah peninggalan sejarah di Aceh terabaikan?
Bentuk bangunan rumah tinggal mengalami perubahan dari waktu ke
waktu. Bangunan-bangunan kuno makin lama makin kurang diminati kecuali oleh
beberapa orang yang memiliki apresiasi seni. Bangunan-bangunan kuno secara
fungsional dianggap kurang mendukung perkembangan aktivitas penghuninya.
Semakin lama bangun kuno semakin dianggap barang antik yang tinggi nilai
ekonomisnya tapi rendah nilai praktisnya. Apresiasi pemilik seperti ini akan
mendorong mereka untuk melepas kepemilikan rumah mereka (Mohammad,
1997:52).
Begitu pula dengan kondisi di Kawasan Bersejarah Benteng dan Masjid
Indrapuri. Seiring dengan perkembangan waktu, adanya bangunan-bangunan baru
yang semakin bertambah di kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri dapat
mengurangi nilai dari bangunan-bangunan kuno di kawasan tersebut akibat
semakin tingginya nilai ekonomis dan semakin rendahnya nilai praktis, sehingga
dapat mengurangi apresiasi terhadap Kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri yang
pada akhirnya dapat mencemari kelestarian dan bentuk asli bangunan dan
lingkungan. Oleh karena itu, untuk menyeimbangkan semua kepentingan di atas,
antara mempertahankan nilai ekonomis atau praktis, maka perlu dilakukan
evaluasi terhadap perubahan lingkungan dan bangunan kuno di Kawasan

Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri yang menyebabkan beberapa kerusakan


pada Benteng dan Masjid Indrapuri maupun bangunan rumah tradisional Aceh.
Pada akhirnya keberadaan bangunan-bangunan kuno tersebut perlu dilindungi dan
dilestarikan baik aspek bangunan maupun lingkungan sekitarnya. Kepada seluruh
lapisan masyarakat, sudah semestinya masjid dipelihara dan dijaga kelestariannya
baik menyangkut lokasi/tata letak, keaslian bentuk, arsitektur, ragam hiasan, dan
lingkungannya. Karena masjid merupakan aset berharga yang bukan hanya untuk
kepentingan aktifitas ibadah umat, namun juga sejarah khususnya perkembangan
Kabupaten Aceh Besar, serta bermanfaat untuk ilmu pengetahuan dan kebudayaan
di masa kini maupun masa yang akan datang.
Setiap wujud bangunan yang berasal dari masa lampau dapat memberikan
indikasi tentang periodisasi dan fungsinya melalui pendekatan bentuk (tipologis).
Dalam upaya mempertahankan bangunan bersejarah di Kabupaten Aceh Besar ini
sangat diperlukan kepedulian Pemerintah Kabupaten terhadap bangunan
bersejarah yang masih ada, di samping kurangnya kesadaran penduduk
masyarakat di sekitar bangunan akan pentingnya menjaga kelestarian bangunan
bersejarah di Desa Indrapuri tersebut.
2.

Identifikasi dan Pembatasan Masalah

1.2.1. Identifikasi masalah


Kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri merupakan suatu kawasan historis
memiliki bangunan peninggalan sejarah dan purbakala. Salah satu peninggalan
sejarah purbakala yang masih dapat kita jumpai di Desa Indrapuri adalah Benteng
dan Masjid Indrapuri yang berlatar belakang Hindu serta sisa-sisa permukiman
tradisional.
Adapun masalah yang terdapat pada Kawasan Bersejarah Benteng dan
Masjid Indrapuri adalah sebagai berikut :

Semakin berkurangnya rumah-rumah tradisional berbentuk rumah panggung


(rumoh Aceh).

Perubahan beberapa bangunan tradisional, dalam hal bentuk maupun bahan


bangunan yang digunakan serta perubahan fungsi dan timbulnya beberapa

bangunan baru sebagai dampak aktivitas perekonomian yang mempengaruhi


karakteristiknya sebagai kawasan bersejarah.

Perubahan lingkungan yang terjadi seiring dengan perubahan waktu


menyebabkan rendahnya nilai apresiasi masyarakat terhadap Kawasan
Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri.

Beberapa bangunan tradisional terlihat kurang terawat karena biaya


pemeliharaan bangunan sangat tergantung pada tingkat ekonomi masingmasing pemilik bangunan.

Secara fisik terjadi pengabaian bangunan kuno di Kawasan Bersejarah


Benteng dan Masjid Indrapuri yang menyebabkan bangunan-bangunan
tersebut tidak terawat.

1.2.2. Batasan area penelitian


Batas wilayah dalam studi penelitian Perubahan Kawasan Bersejarah
Benteng dan Masjid Indrapuri ini lebih berdasarkan pada batas fisik. Terletak di
Desa Indrapuri, Kecamatan Indrapuri. Kabupaten Aceh Besar. Batas-batas fisik
wilayah penelitian adalah sebagai berikut :

Utara

: Desa Lamlubok;

Selatan

: Sungai Krueng Aceh;

Barat

: Sungai Krueng Aceh; dan

Timur

: Desa Lheu Jeumpa.

Batasan area studi tersebut dipilih berdasarkan batas administrasi Desa


Indrapuri, agar mempermudah peneliti dalam mengambil data dan keterbatasan
waktu dan tenaga. Untuk lebih jelas lokasi wilayah studi, dapat dilihat pada
Gambar 1.1, 1.2, dan 1.3.

0545' LU

Lampuyang
0

10 Km

KEC. PULO ACEH

Durueng

KEC. BAITUSSALAM
KEC. DARUSSALAM

Krueng Raya

Lambada Lhok
Lambaro Angan

Lampanan
Leungah

BANDA ACEH

KEC. KUTA BARO


KEC. KR. BARONA
Cot IriJAYA

KEC. PEUKAN BADA

KEC. MESJID RAYA

Ke. Si
gli

Peukan Ateuk

KEC. INGIN JAYA


Peukan Bada
Lambaro
Montasik

KEC. DARUL IMARAH


Lampeuneurut

0530' LU

KEC. MONTASIK

Peukan Biluy

KEC. DARUL KAMAL

Lhoknga

KEC. LHOKNGA

Simpang Tiga

KEC. SEULIMEUM

li
Sig
Ke.

Sibreh

KEC. INDRAPURI
Samahani

KEC. SIMPANG TIGA


KEC. KUTA MALAKA

Leupang

Indrapuri

KEC. SUKA MAKMUR

KEC. LEMBAH SEULAWAH


Lampakuk
Seulimeum

Lamtamot

KABUPATEN
PIDIE

KEC. LEUPUNG

KEC. KUTA COT GLIE

JANTHO

KEC. LHOONG
0515' LU

Lhoong

Ke
.L

am
no
KEC. KOTA JANTO

Ke
.M
eula
boh

LEGENDA
Ibukota Provinsi

KABUPATEN ACEH JAYA

Ibukota Kabupaten
Ibukota Kecamatan
Batas Kabupaten / Kota
Batas Kecamatan
Jaringan Jalan
Garis Pantai

0500' LU

Garis Sungai
9500' BT

9515' BT

9530' BT

9545' BT

Gambar 1. 1Peta Kedudukan Kabupaten Aceh Besar Terhadap Propinsi Aceh

10

KECAMATAN MONTASIK

Ulee Oe

Jruek Bak Kreh


Lam Siot

Cot Kareung

Seuot Baroh
Grot Manyang
Garot Baro

Mon Alue

Riting Garot Blang

Lambunot

Cureh

Seulangai

Limo Lamlueng

Lampupok
Limo Mesjid
Baro
Lam Beutong
Lampupok Raya

Lingom

Seureumo
Meunara

KECAMATAN KUTA MALAKA

Aneuk Glee

Limo Blang

Ulee Kareung

Lam Ilie
Mesjid

Lam Ilie
Teungoh

Lam Lueng

Jruek Balee

Empee Ara

Mureu Ulee Titi


Lheue
Jeumpa

Lamlubok

Lam Ilie
Ganto

Meusale Lhok

Reukih
Keupula
Sinyeu

KECAMATAN KOTA CUT GLIE

Mureu Bueng Ue

Indrapuri
Pasar Indrapuri

Mureu Baro

Lampanah
Ranjo

Mureu Lam
Glumpang

Manggra

Sihom Cot
Lampanah
Teungoh
Lampanah Dayah

Reukin Dayah

Lampanah
Tunong

Sihom Lhok
Lampanah
Baroh
Krueng
Lam Kareung

Seuot Tunong

U
Skala :

KAB.
ACEH BARAT

KECAMATAN KOTA CUT GLIE

10

20

Keterangan :

30 Km

KAB. PI DIE

Batas Kecamatan
Batas Desa

BANDA ACEH

Jalan
Sungai
Wilayah Studi

Sumber : RTRW Aceh Besar Tahun 2006-20016

KAB. ACEH BARAT

Gambar 1. 2 Peta Kedudukan Kecamatan Indrapuri Terhadap Kabupaten Aceh Besar

11

Jl. Ind
rapuriMon ta

sik

Desa Lamlubok

Benteng dan
Masjid Indrapuri

Sungai
Krueng
Aceh

Desa Lheu Jeumpa


Ke B

and
a

Ace
h

U
Skala :
Jl. Ba
nda

Aceh

-Med

10

20

30 Km

an

Legenda :

Key plan :

Batas Desa
Batas Dusun
Jalan
Sungai
Persil bangunan
RTH

Sumber : Monografi Desa Tahun 2007

Ke M
eda
n

Gambar 1.3 Peta Wilayah Studi Kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri

12

3.

Rumusan Masalah

1.

Seberapa besar tingkat perubahan bangunan kuno dan lingkungan pada


Kawasan Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri?

2.

Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab perubahan bangunan kuno


dan lingkungan di Kawasan Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri?

4.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan
1.

Mengidentifikasi dan menganalisis tingkat perubahan bangunan kuno dan


lingkungan pada Kawasan Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri.

2.

Mengevaluasi faktor-faktor penyebab perubahan bangunan kuno dan


lingkungan di Kawasan Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri.

1.4.2. Manfaat penelitian


1.

Manfaat bagi peneliti diharapkan dapat menambah wawasan dan


pengetahuan mengenai kawasan bersejarah, sehingga diharapkan dapat
bermanfaat bagi peneliti ketika terjun ke masyarakat. Studi ini dapat pula
menjadi bahan masukan bagi peneliti lain.

2.

Manfaat bagi kalangan akademis, penelitian ini diharapkan dapat


memberikan masukan bagi faktor-faktor mengenai penyebab perubahan
kawasan bersejarah.

3.

Bagi kalangan Pemerintah Kota khususnya Dinas Tata Kota dan Dinas
Pariwisata dan Cagar Budaya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
menyusun atau menetapkan suatu kebijakan, khususnya yang terkait dengan
kawasan bersejarah

4.

Bagi pelaku pembanguanan dalam hal ini pihak pengembang, diharapakan


dapat menajdi bahan pertimbangan atau masukan mengenai alternatif
penanganan

suatu

kawasan

lingkungan,

yang

menunjukkan

bahwa

pembanguanan tidak selalu diikuti dengan perubahan, penghancuran, atau


bahkan penggusuran.

13

5.

Bagi kalangan umum baik masyarakat kawasan di wilayah penelitian


maupun warga masyarakat yang lain diharapkan studi ini dapat memberikan
gambaran mengenai kawasan bersejarah. Diharapkan pula dapat memberikan
masukan kepada masyarakat kawasan atau lingkungan terutama yang
memiliki atau memanfaatkan kawasan tersebut untuk melakukan kegiatannya.

5.

Pembatasan masalah
Pembatasan masalah dilakukan untuk menyamakan persepsi mengenai

substansi yang akan dibahas pada studi ini. Lingkup pembahasan dalam studi ini
terdiri dari :
1.

Tinjauan historis wilayah studi


Tinjauan historis dilakukan karena penelitian Perubahan Kawasan

Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri membahas mengenai upaya perubahanperubahan yang terjadi pada kawasan bersejarah, maka tinjauan lebih diutamakan
pada penelusuran sejarah perkembangan kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri
serta sejarah bangunan yang terdapat pada kawasan tersebut. Aspek tinjauan
historis wilayah studi dimasukkan dalam pembatasan materi karena sejarah
perkembangan kawasan, bangunan, serta lingkungan merupakan elemen yang
dapat secara langsung menunjukkan kesan bersejarah dari suatu kawasan.
Tinjauan historis wilayah studi menjadi salah satu dasar dalam mengidentifikasi
karakteristik wilayah studi karena potensial ditinjau dari aspek sejarah bangunan
serta mudah dalam menentukan faktor-faktor penyebab perubahan bangunan kuno
dan lingkungan di Kawasan Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri.
2.

Karakteristik kawasan bersejarah


Penelitian Kawasan Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri akan

membahas mengenai karakteristik kawasan bersejarah dan dapat menjadi kawasan


cagar budaya dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa pada kawasan tersebut
memiliki karakter kawasan yang unik, memiliki nilai historis tertentu serta
memiliki nilai kebudayaan tertentu yang layak untuk dilestarikan, sehingga
menjadi dasar dalam mengidentifikasi karakteristik kawasan bersejarah yang ada

14

pada kawasan penelitian. Dalam hal ini karakteristik kawasan terdiri dari karakter
fisik dan non-fisik.
3.

Pola penggunaan Lahan (Land Use)


Kajian pola penggunaan lahan (land use) dilakukan karena pola

penggunaan lahan merupakan unsur yang berpengaruh pada penyebab perubahan


lingkungan kawasan terutama dari segi bentuk fisik bangunan dan lingkungan
bersejarah. Tinjauan pola penggunaan lahan bertujuan mengetahui jenis kegiatan
yang ada diwilayah studi saat ini, sehingga dapat diketahui karakteristik wilayah
studi.
4.

Analisis intensitas bangunan


Analisis intensitas bangunan dipergunakan untuk mengidentifikasi

kesesuaian intensitas bangunan yang ada di lokasi penelitian dengan kebijakan


RTRW Aceh Besar Tahun 2006-2016. Metode yang dipergunakan adalah
evaluatif, yaitu mengidentifikasi kondisi eksisting intensitas bangunan sehingga
diperoleh prosentase intensitas masing-masing bangunan di lokasi penelitian.
Berdasarkan kondisi eksisting tersebut, kemudian dibandingkan dengan rencana
sesuai kebijakan yang ada.
5.

Analisis Sosial Budaya


Dalam analisis sosial budaya dilakukan terhadap sistem kepercayaan dan

religi yang dianut masyarakat di kawasan studi, unsur-unsur simbolik, serta


karakteristik kawasan yang khas yang timbul karenanya. Analisis sosial budaya
perlu dilakukan karena aspek sosial budaya merupakan faktor yang cukup penting
dalam mengetahui penyebab perubahan lingkungan dan bangunan pada kawasan
studi.
6.

Analisis tingkat perubahan bangunan kuno dan lingkungan


Dalam analisis tingkat perubahan bangunan kuno dan lingkungan

membahas seberapa besar tingkat perubahan baik bangunan kuno maupun


lingkungan pada kawasan studi dengan menggunakan beberapa kriteria yang telah
ditetapkan.

15

7.

Analisis elemen dasar citra kawasan


Analisis ini akan membahas elemen pembentuk citra kawasan yang

menurut Lynch (1969) dibagi dalam lima elemen dasar, yaitu elemen district
(kawasan), node (simpul), landmark (tengeran), path (jalur), dan elemen edge
(batas). Pembahasan mengenai elemen dasar citra kawasan dilakukan untuk
mengetahui apa saja potensi elemen citra Kawasan Bersejarah Benteng dan
Masjid Indrapuri, yang meliputi district, node, path, edge, serta landmark. Dalam
analisis elemen dasar citra kawasan ini menggunakan analisis before-after dimana
perubahan dan perkembangan citra kawasan pada kawasan studi dibagi dalam
empat zaman, yaitu masa Kerajaan Lamuri (1200-1513), masa Kerajaan Aceh
(1513-1636), masa Kerajaan Aceh (1636-1942), dan masa pasca Kerajaan Aceh
(1942-2007).
8.

Faktor-faktor penyebab perubahan bangunan kuno dan lingkungan


Pada tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi penyebab perubahan

bangunan kuno dan lingkungan terutama bangunan-bangunan kuno pada wilayah


studi. Beberapa variabel yang digunakan antara lain; Faktor fisik, yang terdiri
dari: (1) Usia bangunan, (2) Kurangnya perawatan, (3) Perubahan fungsi
bangunan. Faktor non fisik terdiri dari: (1) Ekonomi, (2) Politik, (3) Sosial
Budaya, (4) Status kepemilikan; dan (5) Selera pemilik.
9.

Analisis Sinkronik-Diakronik kawasan


Metode ini digunakan untuk mengetahui sejarah kawasan, yaitu metode

analisis

yang

menitikberatkan

pada

data-data

masa

lampau,

sehingga

perkembangan baik buruknya lingkungan pada kawasan akan terlihat seiring


dalam perkembangannya. Adapun data yang diperlukan berupa dokumen, peta,
buku-buku, informasi dengan teknik wawancara atau menggunakan fasilitas
internet. Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah bangunan dan
lingkungan sekitarnya yang ada di Kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri.

16

6.

Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka dapat dibuat

sebuah diagram kerangka pemikiran yang berisi mengenai latar belakang


pemikiran dalam studi Perubahan Kawasan Bersejarah Benteng dan Masjid
Indrapuri. Lebih jelas mengenai diagram kerangka pemikiran dapat dilihat pada
gambar 1.4:

17

Kawasan
Kawasan Masjid
Masjid dan
dan Benteng
Benteng Indrapuri
Indrapuri
merupakan
merupakan kawasan
kawasan bersejarah
bersejarah dengan
dengan
latar
latar belakang
belakang budaya
budaya Hindu
Hindu

Perkembangan
Perkembangan Kawasan
Kawasan Masjid
Masjid dan
dan
Benteng
Benteng Indrapuri
Indrapuri

Rusak
Rusak dan
dan kurang
kurang terawatnya
terawatnya
lingkungan
lingkungan dan
dan bangunan
bangunan
kuno/tradisional,
kuno/tradisional, karena:
karena:
Bangunan
Bangunan kuno
kuno yang
yang termakan
termakan
usia
usia
Terjadi
Terjadi pengabaian
pengabaian bangunan
bangunan
kuno
kuno

Rendahnya
Rendahnya nilai
nilai apresiasi
apresiasi
masyarakat
masyarakat terhadap
terhadap kawasan
kawasan
bersejarah,
bersejarah, karena:
karena:
Pertimbangan
Pertimbangan ekonomi
ekonomi
Pola
Pola pikir
pikir dan
dan pandangan
pandangan
masyarakat
masyarakat
Perkembangan
Perkembangan zaman
zaman

Terjadi
Terjadi perubahan
perubahan
lingkungan
lingkungan dan
dan bangunan
bangunan
kuno,
antara
kuno, antara lain:
lain:
Bentuk
Bentuk bangunan
bangunan
Fungsi
Fungsi bangunan
bangunan
Jumlah
Jumlah bangunan
bangunan
Pola
Pola guna
guna lahan
lahan

Penurunan
Penurunan citra
citra kawasan
kawasan

Diperlukan
Diperlukan kajian
kajian lebih
lebih lanjut
lanjut

Tingkat
Tingkat perubahan
perubahan bangunan
bangunan kuno
kuno dan
dan lingkungan
lingkungan
pada
pada Kawasan
Kawasan Benteng
Benteng dan
dan Masjid
Masjid Indrapuri
Indrapuri

Faktor-faktor
Faktor-faktor penyebab
penyebab perubahan
perubahan bangunan
bangunan kuno
kuno dan
dan
lingkungan
lingkungan di
di Kawasan
Kawasan
Benteng
Benteng dan
dan Masjid
Masjid Indrapuri
Indrapuri

Sumber: Hasil Pemikiran, 2007

Gambar 1.4 Kerangka pemikiran

18

7.

Sistematika Pembahasan
Adapun

sistematika

pembahasan

penelitian

Perubahan

Kawasan

Bersejarah Benteng dan Masjid Indrapuri adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan
Bab ini membahas tentang latar belakang Perubahan Kawasan Bersejarah

Benteng dan Masjid Indrapuri Aceh Besar, menjelaskan identifikasi masalah yang
berisi isu-isu pokok berkaitan dengan penyebab perubahan Kawasan Bersejarah
Benteng dan Masjid Indrapuri Aceh Besar, pembatasan masalah yang terdiri dari
batasan materi dan batasan wilayah, perumusan masalah yang akan dijawab
melalui langkah-langkah yang telah ditetapkan, tujuan dan manfaat, kerangka
pemikiran yang berisi mengenai langkah untuk menemukan faktor-faktor
penyebab perubahan bangunan kuno dan lingkungan pada Kawasan Bersejarah
Benteng dan Masjid Indrapuri Aceh Besar, serta sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka


Bab ini membahas tentang pengertian dan tinjauan tentang Kawasan

bersejarah, elemen citra kawasan, penyebab perubahan bangunan kuno dan


lingkungan, studi yang pernah dilakukan serta landasan-landasan teori lainnya
yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan laporan
ini.

Bab III Metode Penelitian


Bab ini membahas tentang uraian mengenai metode pencarian data (primer

dan sekunder), analisis data yang akan digunakan, variabel penelitian serta cara
pengambilan sempel. Komponen-komponen penyusun pada bab ini digunakan
untuk memperoleh data guna penyusunan studi ini.

Bab IV Hasil dan Pembahasan


Bab ini menjelaskan tentang analisis deskriptif karakteristik kawasan yang

meliputi karakteristik bangunan, lingkungan serta kondisi sosial budaya


masyarakat di wilayah studi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap selanjutnya
adalah melakukan analisis karakteristik kawasan, analisis tingkat perubahan
bangunan dan lingkugan, analisis citra kawasan, analisis faktor penyebab

19

perubahan bangunan dan lingkungan serta analisis perkembangan kawasan


dengan menggunakan pendekatan sinkronik-diakronik.

Bab V Kesimpulan dan Saran


Merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan mengenai kondisi,

perkembangan, hasil analisis dan rekomendasi dari keseluruhan proses penelitian


yang dilakukan di Kawasan Benteng dan Masjid Indrapuri.

Daftar Pustaka

20

BAB I...........................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1.

Latar Belakang.............................................................................................1

1.2.

Identifikasi dan Pembatasan Masalah..........................................................6


1.2.1.

Identifikasi masalah.........................................................................6

1.2.2.

Batasan area penelitian.....................................................................7

1.3.

Rumusan Masalah......................................................................................11

1.4.

Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................................11


1.4.1.

Tujuan.............................................................................................11

1.4.2.

Manfaat penelitian..........................................................................11

1.5.

Pembatasan masalah..................................................................................12

1.6.

Kerangka Pemikiran..................................................................................15

1.7.

Sistematika Pembahasan............................................................................17

Anda mungkin juga menyukai