KELAS A REGULER
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1004205072
1104205023
1104205028
1104205041
1104205072
1104205107
Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
Tahun Ajaran 2013
3. Orientasi
Menurut Dwijendra (2008 : 6) dalam tata nilai arsitektur tradisional bali untuk mencapai
keselarasan antara bhuana agung dan bhuana alit berdasarkan pada tata nilai hulu-teben. Konsep
ini memiliki orientasi-orientasi sebagai berikut :
a. Orientasi dengan konsep sumbu ritual kangin-kauh.
- Kangin (matahari terbit) - luan, nilai utama.
- Kauh (matahari terbenam) - teba, nilai nista.
b. Orientasi dengan konsep sumbu bumi atau natural kaja-kelod.
- Kaja (kearah gunung) - luan, nilai utama.
- Kelod (kearah laut) - teba, nilai nista.
c. Orientasi dengan konsep akasa-pertiwi, atas-bawah.
- Alam atas - Akasa, purusa.
-Alam bawah - Pertiwi, pradana.
Konsep akasa-pertiwi yang diterapkan dalam pola ruang kosong dalam perumahan atau
lingkungan bali dikenal dengan natah.
4. Sanga Mandala
Konsep tata ruang sanga mandala juga merupakan konsep yang lahir dari sembilan
manifestasi Tuhan yaitu dewata nawa sanga yang menyebar di delapan arah mata angin ditambah
satu ditengah untuk menjaga keseimbangan alma semesta.
Konsep sanga mandala digunakan sebagai acuan untuk melakukan zonasi kegiatan dan
tata letak bangunan tradisional bali.
Utamaning
Nista
(III)
Utamaning
Madya
(II)
Utamaning
utama
(I)
Madyaning
nista
(VI)
Madyaning
madya
(V)
Madyaning
Utama
(IV)
Nistaning
Nista
(IX)
Nistaning
madya
(VIII)
Nistaning
Utama
(VII)
I : mrajan, sumur
II : mrajan, sumur, meten
III : mrajan, sumur, penunggun karang
IV : bale dangin
V : natah, pengijeng
VI : bale dauh, penunggung karang
VII : kebun
VIII : bale delod, dapur, jineng
IX : bada, dapur, jineng, sumur
Arsitektur bangunan gedung non tradisional Bali harus dapat menampilkan gaya arsitektur
tradisioal Bali dengan menetapkan prinsip-prinsip arsitektur tradisional Bali yang selaras, seimbang
dan terpadu dengan lingkungan setempat.
Prinsip-prinsip arsitektur tradisional Bali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pembangunan bangunan gedung dengan fungsi khusus yang karena kekhususannya tidak mungkin
menerapkan prinsip-prinsip arsitektur tradisional Bali, dapat menampilkan gaya arsitektur lain
dengan persetujuan Gubernur setelah mendapat rekomendasi DPRD.
Berdasarkan penerapan teori ini akan memberikan cara untuk mengadopsi teori filosofi arsitektur
tradisional bali yang telah digunakan pada masa lalu, filosofi arsitektur tradisional bali dapat digunakan
sebagai acuan utama dalam pelaksanaan pembangunan pada arsitektur masa kini yang kemudian dapat
dilakukan pemngembangan dan modifikasi namun tetap memiliki prinsip utama yang berdasarkan pada
filosofi arsitektur tradisional bali.
2. Teori Ornamen dan Dekorasi sebagai ragam hias arsitektur
Menurut dinas tata kota dan bangunan kota Denpasar (2008 : 19) Ornamen dan dekorasi sebagai
ragam hias arsitektur menjadi isu yang sangat penting dalam arsitektur modern khususnya aliran
fungsionalisme dan rasionalisme sebagai bagian arsitektur kontemporer, sedangkan dalam ATB sangat
sarat dengan ornamen dan dekorasi sebagai ungkapan makna/ simbol dan jati diri. Berbagai hal ikhwal
kehadiran dan pandangan yang oposisi biner terhadap kehadiran ornamen dan dekorasi ini perlu diketahui
untuk menentukan suatu formulasi yang berimbang antara rasionalitas dan rasa dalam melakukan
reformasi. Termasuk didalmanya membahas bagaimana menyikapi dan memperlakukann ornamen dan
dekorasi secar aproporsinal, sehingga makna atau simbol dan jati diri ATB masih tetap tampil didalam era
kesejagatan. Teori ini dapat dilihat penerapannya pada hukum yang ada berdasarkan pada peraturan
daerah provinsi bali nomor 5 tahun 2005 bab III pasal 7 ayat 1 dan ayat 2 yang berbunyi.
(1)
(2)
Persyaratan penampilan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menerapkan
norma-norma pembangunan tradisional Bali dan/atau memperhatikan bentuk dan karakteristik
Arsitektur Tradisional Bali yang berlaku umum atau arsitektur dan lingkungan setempat yang khas
dimasing-masing kabupaten/Kota
Adanya teori ini akan memberikan pengaruh kepada arsitektur masa kini untuk tetap
menggunakan dekorasi berupa ragam hias pada bangunan-bangunan arsitektur masa kini dengan tujuan
untuk tetap melestarikan budaya yang telah ada dan tetap menunjukkan jati diri, keberadaan teori ini akan
memberikan kelangsungan kepada kebudayaan arsitektur tradisional bali.
1. Teori regionalisme
Menurut pemerintah kota Denpasar (2010) metode merancang dengan menggunakan
beberapa elemen arsitektur masa lalu kepada arsitektur masa kini. Pendekatan regionalisme
secara garis besar memiliki beberapa pilihan yaitu :
a. Menyatukan elemen arsitektur masa lalu pada arsitektur masa kini sehingga mampu
menghasilkan bentukan yang menyatu dan harmonis.
b. Menempelkan elemen-elemen arsitektur masa lalu pada arsitektur masa kini.
c. Menerapkan konsep arsitektur masa lalu pada arsitektur masa kini.
Penerapan teori diatas bisa dilakukan pada arsitektur tradisional bali, sesuai dengan teori
tersebut bahwa kita dapat mengadopsi prinsip dan ragam hias sebagai elemen pembentuk
arsitektur masa kini yang berasal dari arsitektur tradisional bali. Hasil adopsi tersebut masih
dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan arsitektur masa kini seperti pada penggunaan
bahan-bahan yang bisa digantikan dengan bahan temuan baru, pengaplikasian elemen-elemen
ragam hias pada bangunan sebagai pengindah dan lain-lain. Sekalipun terdapat beberapa
modifikasi dari arsitektur tradisional bali yang digunakan pada arsitektur masa kini namun
modifikasi tersebut tidak diperkenankan untuk melenceng dari prinsip utama yang telah
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin. 2008. Arsitektur Rumah Tradisional Bali. Udayana University
Press. Bali.
Dinas Tata Kota dan Bangunan Kota Denpasar. 2008. Bunga Rampai Semiloka Denpasar
Budaya dan Arsitektur. Dinas Tata Kota dan Bangunan Kota Denpasar. Bali
Pemerintah Kota Denpasar. Buku Panduan Semiloka Arsitektur Gedung di Kota Denapasar.
Pemerintah Kota Denpasar. Bali