Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(ISTI)
Pengukuran Konsumsi Energi
Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan erat dengan konsumsi
energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu
dengan pengukuran tekanan darah, aliran darah, komposisi kimia dalam darah, temperatur tubuh,
tingkat penguapan dan jumlah udara yang dikeluarkan oleh paru-paru. Dalam penentuan
konsumsi energi biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut jantung.
Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu
dengan kecepatan denyut jantung pada saat istirahat.
Untuk merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan heart rate
(denyut jantung), dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antara energy expediture dengan
kecepatan denyut jantung dengan menggunakan analisa regresi. Bentuk regresi hubungan energi
dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah regresi kuadratis dengan persamaan
sebagai berikut :
Dimana:
Y : Energi (kilokalori per menit)
X : Kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi, maka
konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam bentuk matematis sebagai
berikut :
KE = Et Ei
Dimana :
KE : Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (kilokalori/menit)
Et
Ei
Biokimia
Terdapat tiga tingkat energi fisiologi yang umum : Istirahat, limit kerja aerobik, dan kerja
anaerobik. Pada tahap istirahat pengeluaran energi diperlukan untuk mempertahankan kehidupan
tubuh yang disebut tingkat metabolisis basah. Hal tersebut mengukur perbandingan oksigen
yang masuk dalam paru-paru dengan karbondioksida yang keluar. Berat tubuh dan luas
permukaan adalah faktor penentu yang dinyatakan dalam kilokalori/area permukaan/jam. Ratarata manusia mempuanyai berat 65 kg dan mempunyai area permukaan 1,77 meter persegi
memerlukan energi sebesar 1 kilokalori/menit.
Kerja disebut aerobik bila suply oksigen pada otot sempurna, sistem akan kekurangan
oksigen dan kerja menjadi anaerobik. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisiologi yang dapat
ditingkatkan melalui latihan. Aktivitas dan tingkat energi dan Klasifikasi beban kerja dan reaksi
fisiologis terlihat pada tabel 1 dan 2.
2.5
7.5
10
60
75
100
125
150
0.2
0.5
1.5
Jalan
Kerja
Naik
(6.5kph)
berat
Pohon
DETAK
JANTUNG
(per menit)
OKSIGEN
(liter/menit)
Metabolis
Kerja ringan
me basah
Istirahat
Tidur
Duduk
Angkat roda
Membuat
100 kg
tungku
Mengendarai
Bekerja
Jalan
Mobil
ditambang
Bulan
di
Biokimia
Energy Expenditure
Detak Jantung
Energi
Kkal / menit
Kkal / 8jam
Detak / menit
Liter / menit
Undully Heavy
>12.5
>6000
>175
>2.5
Very Heavy
10.0 12.5
4800 6000
150 175
2.0 2.5
Heavy
7.5 10.0
3600 4800
125 150
1.5 2.0
Moderate
5.0 7.5
2400 3600
100 125
1.0 1.5
Light
2.5 5.0
1200 2400
60 100
0.5 1.0
Very Light
< 2.5
< 1200
< 60
< 0.5
Tingkat
Pekerjaan
Biokimia
(Fahrur-Rendi)
Biokimia
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di
bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena
kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut
marasmus), dan kekurangan kedua-duanya.
Marasmus
Marasmus merupakan keadaan kurus yang ekstrem, keadaan ini merupakan hasil akhir dari
keseimbangan energi negatif yang berkepanjangan, marasmus adalah gangguan gizi karena
kekurangan karbohidrat.
Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya, tinggal
b.
c.
d.
e.
Pada marasmus, bukan hanya cadangan lemak tubuh yang habis terkuras, namun otot juga
mengalami penciutan, dan seiring dengan perkembangan penyakit, protein dihati, jantung, dan
ginjal juga menghilang.
Biokimia
Asam-asam amino yang dibebaskan oleh katabolisme protein jaringan digunakan sebagai sumber
bahan bakar metabolik dan substrat glukoneogenesis untuk mempertahankan pasokan glukosa
dan sel darah merah. Akibat berkurangnya sisntesis protein, respon imun terganggu daan resiko
terjadinya infeksi meningkat. Terjadi gangguan proliferasi mukosa usus sehingga luas permukaan
penyerapan dimukosa usus berkurang, begitu juga penyerapan nutrien.
Kwashiorkor
Fungsi utama Protein adalah sebagai zat pembangun tubuh, artinya bahwa setiap sel
didalam tubuh tersusun atas protein. Suatu keadaan dimana terjadi kekurangan protein di dalam
tubuh menyebabkan kwashiorkor. Kwashiorkor ialah gangguan yang disebabkan oleh
kekurangan protein (Ratna Indrawati, 1994). Atau kwashiorkor ialah defisiensi protein yang
disertai defisiensi nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak
prasekolah (balita) (Ngastiyah, 1995).
Etiologi
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosio-ekonomi-budaya yang berperan terhadap kejadian
malnutrisi pada umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare
kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih (sindrom nefrotik), infeksi
menahun, luka bakar, penyakit hati.
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk, bilamana dietnya mengandung cukup
energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya
terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai
seluruh tubuh.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema adalah edema yang
jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema disebabkan oleh kurangnya protein,
sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi
plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita
kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium
berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi
protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah
sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya membutuhkan waktu
Biokimia
yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi pada ekstremitas bawah karena
pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik (Sadewa, 2008).
Mekanisme terjadinya Kwashiorkor
Malnutrisi merupakan kumpulan gejala (sindrom) yang terjadi oleh factor, yaitu : tubuh (host),
kuman penyebab (host), dan lingkungan (environment).Pada penurunan (defisiensi) protein
murni tidak terjadi proses pemecahan (katabolisme) jaringan yang sangat berlebih. Kelainan
yang mencolok adalah gangguan metabolic dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam
amino essential dalam serum (plasma darah) yang diperlukan untuk pembentukan sel (sintesis)
dan untuk proses metabolism tubuh. Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan
menyebabkan kurangnya produksi albumin (protein) hati, yang berakibat timbulnya
pembengkakan (edema). Gejala lain adalah pembengkakan pada hati. Mekanismenya adalah
terjadinya gangguan pembentukan beta-lipoprotein, yaitu suatu protein yang berfungsi
mengangkut lemak dalam darah, sehingga transport lemak dari hati ke jaringan terganggu,
akibatnya penimbunan lemak di hati (Kliegman. Behrman, 2000).
Berikut gejalanya:
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis,
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada penyakit
kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam,
c. Wajah membulat dan sembab,
d. Pandangan mata sayu,
Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi coklat kehitaman
dan terkelupas.
Pertumbuhan struktur dan Komposisi Kimia Organisme Manusia
Pertumbuhan dan Struktur Tubuh Manusia
Pertumbuhan tubuh
Biokimia
Fase pertumbuhan paling cepat terjadi di awal perkembangan, yaitu di masa kanak-kanak ,
diketahui pula adanya pertumbuhan kedua yang waktunya sangat pendek, pada saat mencapai
puber. Bersama dengan pertumbuhan, permukaan tubuh juga berubah. KLuas permukaan sering
digunakan dalam menghitung beberapa parameter kenormalan, seperti tingkat metabolism basal
dan filtrasi penyaringan glomerula ginjal
Berat organ-organ
Berhubungan dengan berbagai kontribusi organ-organ tersebut dalam metabolism dan
kerjasamanya antarorgan dalam metabolisme, terlihat pada tabel di bawah, berat kedua ginjal
pun masih sangat ringan bila disbanding dengan jantung.
Jaringan atau organ
Urat daging
Berat (Kg)
29,1
Jaringan lemak
12,6
18
Tulang
11,1
15,8
Darah
5,6
8,0
Kulit
4,8
6,9
Otak
1,7
2,4
Hati
1,6
2,3
1,27
1,8
Paru-paru
1,0
1,4
Jantung
0,33
0,47
Ginjal
0,27
0,38
Limpa
0,13
0,18
Cairan serebrospinal
0,13
0,18
Pankreas
0,10
0,14
Kelenjar saliva
0,05
0,07
Testis
0,03
0,04
Tiroid
0,03
0.04
Timus
0,016
0,02
Adrenal
0,007
0,01
Paratiroid
0,0004
0,0006
Biokimia
Pituitari
0,0003
0,0004
Persen
50
Oksigen
20
Hhidrogen
10
Nitrogen
8,5
Kalsium
4,0
Fosfor
2,5
Potasium/Kalium
1,0
Sulfur
0,8
Sodium/natrium
0,4
Klor
0,4
Magnesium
0,1
Besi
0,01
Mangan
0,001
Iodium
0,00005
Sumber: dicetak ulang dengan izin dari William , R. J (1942). A Textbook of biochemistry edisi
ke-2 New York: Van Nostrand
Biokimia
minggu)
0,3
(g/kg 5
1,5
3,5
70
35
160
160
830
690
600
berat badan)
Air (g/kg beat 880
badan)
Komposisi tubuh
tanpa lemak
Air (g/kg)
880
850
820
720
Total N (g/kg)
15
19
23
34
Na (meq/kg)
100
100
82
80
K (meq/kg)
43
50
53
69
Cl (meq/kg)
76
55
44
Ca (g/kg)
4,2
7,0
9,6
22,4
Mg (g/kg)
0,18
0,24
0,26
0,50
P (g/kg)
3,0
3,8
5,6
12,0
Fe (mg/kg)
58
74
94
74
Cu (mg/kg)
Zn (mg/kg)
20
20
20
Sumber: dicetak ulang dengan izin dari Widdowson, E (1965)
30
(DANI)
Terjadi Kehilangan Protein Tubuh Sebagai Respon terhadap Trauma dan Infeksi
Biokimia
Salah satu reaksi metabolisme untuk trauma seperti luka bakar, patah tungkai, atau
operasi adalah peningkatan katabolisme protein dalam tubuh. Contohnya pada luka bakar, terjadi
kehilangan protein ke dalam jaringan akibat kenaikan permeabilitas. Sebanyak 6-7% dari protein
tubuh total dapat hilang selama 10 hari. Bed rest berkepanjangan dapat menyebabkan banyak
kehilangan protein karena atrofi otot. Protein dikatabolisme secara normal, tetapi tanpa stimulus
dari luar, protein tidak akan digantikan. Protein yang hilang diganti selama pemulihan ketika ada
keseimbangan nitrogen positif. Sebuah diet normal cukup untuk mennggantikan kehilangan
protein pasca trauma dan infeksi.
Protein
Protein merupakan persenyawaan organik terbanyak dalam tubuh hewan berdasarkan bobot
kering. Protein adalah asam amino rantai panjang yang dirangkai dengan banyak ikatan yang
disebut ikatan peptida. Protein dibutuhkan untuk memperbaiki atau mempertahankan jaringan,
pertumbuhan, dan membentuk berbagai persenyawaan biologis aktif tertentu. Protein dapat juga
berfungsi sebagai sumber energi.
Protein mengandung karbon (50-55%), oksigen (22-26%), nitrogen (12-19% dengan
asumsi rata-rata 16%), hidrogen (6-8%), dan sulfur (0-2%). Protein bervariasi dalam komposisi
kimiawinya, ukuran, bentuk, sifat-sifat fisikanya, dan fungsi biologisnya. Namun demikian,
bilamana terhidrolisis, semua protein menghasilkan satu grup komponen organik yang sederhana
yang dinamai dengan asam amino. Dengan demikian, asam amino disebut juga sebagai dinding
pembangun atau building blocsk dari protein. Terdapat berbagai asam amino di alam namun
hanya 18 L-asam amino yang umumnya dijumpai dalam kebanyakan protein.
Struktur Protein
Protein merupakan makromolekul dengan struktur yang berbeda. Adanya ikatan-ikatan
kimia yang terbentuk antar gugus fungsional asam amino maka protein dapat membentuk
struktur primer, sekunder, tersier dan kuartener.
- Struktur primer adalah struktur dasar dari protein. Struktur primer protein menentukan
identitas, mengatur struktur sekunder, tersier, dan kuartener. Struktur primer protein dibentuk
oleh ikatan peptida yang menghubungkan asam amino penyusun protein.
Biokimia
- Struktur sekunder protein terbentuk oleh adanya ikatan hidrogen antar asam amino dalam rantai
protein sehingga strukturnya tidak lurus, melainkan bentuk coil. Ikatan hidrogen terutama terjadi
pada asam amino yang memiliki gugus hidroksil, amida dan fenol.
- Struktur tersier. Dengan adanya ikatan antar asam amino-ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik,
jembatan garam, interaksi elektrostatik dan jembatan sulfida pada struktur molekul protein
sehingga terbentuk struktur tersier.
- Struktur kuartener terbentuk oleh adanya interaksi antar beberapa rantai molekul protein yang
berbeda melalui ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, interaksi elektrostatik, dan jembatan
sulfida. Struktur kolagen dan insulin membentuk struktur kuartener.
Asam amino
Asam amino merupakan unit dasar struktur protein. Suatu asam amino alfa terdiri dari
gugus amino, gugus karboksil, atom H dan gugus R tertentu, yang semuanya terikat pada atom
karbon . Gugus R menyatakan rantai samping.
Biokimia
Struktur umum dari asam amino dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gugus karboksil dan gugus amin yang terikat pada karbon dapat mengionisasi. Gugus
karboksil dapat membentuk ion negatif yang bersifat asam sedangkan gugus amin bermuatan
positif yang bersifat basa. Dengan adanya dua gugus dengan muatan yang berbeda tersebut,
maka asam amino disebut amfoter, artinya dapat bersifat asam maupun basa. Sifat asam atau
basa ini dipengaruhi pH lingkungannya. Apabila asam amino dalam keadaan basa, maka asam
amino akan terdapat dalam bentuk (I) karena konsentrasi ion OH- yang tinggi mampu mengikat
ion-ion H+ yang tinggi mampu berikatan dengan ion COO- sehingga terbentuk gugus COOH
maka asam amino akan terdapat dalam bentuk (II).
(Poedjiadi, 1994)
Biokimia
Semua protein pada semua spesies mulai dari bakteri sampai manusia dibentuk dari 20
asam amino. Keanekaragaman fungsi yang diperantarai oleh protein dimungkinkan oleh
keragaman susunan yang dapat dibuat dari 20 jenis asam amino ini sebagai unsur pembangun
(Stryer, 2000).
Urutan asam amino sangat penting. Peranan urutan asam amino dapat terlihat sebagai
berikut : sangat membantu untuk menjelaskan mekanisme kerja protein, hubungan urutan asam
amino dan struktur 3 dimensi protein mengungkapkan hubungan antara pesan genetik DNA yang
menentukan fungsi biologis protein tersebut, perubahan urutan asam amino dapat mengakibatkan
gangguan fungsi protein dan menimbulkan penyakit, urutan asam amino dalam protein banyak
mengungkapkan proses sejarah evolusi (Ngili, 2009). Sebagai tambahan terhadap fungsi asam
amino sebagai komponen dasar protein, beberapa asam amino merupakan precursor (pendahulu
atau ujung tombak) atau menyediakan sebagian dari struktur metabolit lain. Metionin adalah
prekursor dari sistein dan sistin. Metionin juga menyediakan grup metil untuk kreatin, kolin, dan
berbagai senyawa lain. Fenilalanin, bilamana terhidroksilasi, membentuk tirosin yang mana
terlibat dalam pembentukan tiroksin, adrenalin, noradrenalin, dan pigmen-pigmen melanin.
Ketika urea terbentuk di dalam siklus urea, arginin menghasilkan ornitin. Bilamana
terkarboksilasi, histidin membentuk histamin. Triptofan merupakan prekursor dari serotonin dan
asam nikotinat.
Biokimia
Biokimia
Hidroksilin ( Hyl )D i g i n j a l , k e b a n y a k a n a s a
Biokimia
asam amino yaitu alanin, aspartat, dan glutamat, yang dianggap bener-bener dapat digantikan;
ketiganya disentesis dari zat-zat perentara metabolik yang umum (masing-masing piruvat,
oksaloasetat, dan alpa ketoglutarat). Asam-asam tertentu kebutuhannya dapat melebihi
kemampuan tubuh mensintesis asam amino tersebut.
Daftar Pustaka
Linder, Maria. C. 2010. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme.Jakarta: UI Press
Murray, Robert K.2009.Biokimia Harper.Edisi 27.Jakarta : EGC
Champe, Pamela C. Biokimia Ulasan Bergambar.2010.Edisi 3.Jakarta : EGC
http://arno.unimaas.nl/show.cgi?fid=4396
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31665/4/Chapter%20II.pdf