Dialah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) untuk menguji dan
menzahirkan keadaan kamu: Siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya; dan Dia
Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha Pengampun, (bagi orang-orang yang
bertaubat). (QS: Al-Mulk:2)
Ruang lingkup 'ibadah di dalam Islam amat luas sekali. Ianya merangkumi setiap kegiatan
kehidupan manusia. Setiap apa yang dilakukan baik yang bersangkut dengan individu
maupun dengan masyarakat adalah 'ibadah menurut Islam selagi mana ia memenuhi syarat
syarat tertentu.
Syarat syarat tersebut adalah seperti berikut:
1. Amalan yang dikerjakan itu hendaklah diakui Islam, bersesuaian dengan hukum hukum
syara' dan tidak bercanggah dengan hukum hukum tersebut. Adapun 'amalan 'amalan yang
diingkari oleh Islam dan ada hubungan dengan yang haram dan ma'siyah, maka tidaklah
sekali kali ia dijadikan 'amalan 'ibadah.
2. 'Amalan tersebut dilakukan dengan niat yang baik bagi tujuan untuk memelihara
kehormatan diri, menyenangkan keluarga nya, memberi manfa'at kepada umat seluruhnya
dan bagi mema'murkan bumi sebagaimana yang dianjurkan oleh Allah
3. Amalan tersebut mestilah dibuat dengan seelok eloknya bagi menepati apa yang ditetapkan
oleh Rasulullah s.a.w yang mafhumnya: "Bahawa Allah suka apabila seseorang dari kamu
membuat sesuatu kerja dengan memperelokkan kerjanya." (Muslim)
4. Ketika membuat 'amalan tersebut hendaklah sentiasa menurut hukum hukum syara' dan
ketentuan batasnya, tidak menzalimi orang lain, tidak khianat, tidak menipu dan tidak
menindas atau merampas hak orang.
5. Tidak mencuaikan 'ibadah 'ibadah khusus seperti salat, zakat dan sebagainya dalam
melaksanakan 'ibadah 'ibadah umum. Firman Allah yang mafhumnya:
Oleh itu ruang lingkup ibadah dalam Islam sangat luas. Ia adalah seluas tempoh hidup
seseorang Muslim dan kesanggupan serta kekuatannya untuk melakukan apa saja amal yang
diredhai oleh Allah dalam tempo tersebut.
D. Tujuan Ibadah
Manusia, bahkan seluruh mahluk yang berkehendak dan berperasaan, adalah hamba-hamba
Allah. Hamba sebagaimana yang dikemukakan diatas adalah mahluk yang dimiliki.
Kepemilikan Allah atas hamba-Nya adalah kepemilikan mutklak dan sempurna, oleh karena
itu mahluk tidak dapat berdiri sendiri dalam kehidupan dan aktivitasnya kecuali dalam hal
yang oleh Alah swt. Telah dianugerahkan untuk dimiliki mahluk-Nya seperti kebebasan
memilih walaupun kebebasan itu tidak mengurangi kepemilikan Allah. Atas dasar
kepemilikan mutak Allah itu, lahir kewajiban menerima semua ketetapan-Nya, serta menaati
seluruh perintah dan larangan-Nya.[5]
Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian mati tanpa
pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadahhal ini dapat
difahami dari firman Allah swt. :
maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya kami menciptakan kamu secara mainmain (saja), da bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepad kami.(QS al-Muminun:115)
Karena Allah maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar manusia terjaga
hidupnya, bertaqwa, diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia diberi kewajiban ibadah
agar menusia itu mencapai taqwa.[6]
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat penyusun simpulkan bahwa :
Ibadah adalah ketundukan yang tidak terbatas bagi pemilik keagungan yang tidak terbatas
pula. Dalam Islam perhubungan dapat dilakukan oleh seorang hamba dengan Allah secara
langsung. 'Ibadah di dalam Islam tidak berhajat adanya orang tengah sebagaimana yang
terdapat pada setengah setengah agama lain. Begitu juga tidak terdapat dalam Islam tokoh
tokoh tertentu yang menubuhkan suatu lapisan tertentu yang dikenali dengan nama tokoh
tokoh agama yang menjadi orang orang perantaraan antara orang ramai dengan Allah.
Secara garis besar iadah dibagi menjadi dua:
Ibadah murni (mahdhah), adalah suatu rngkaian aktivitas ibadah yang ditetapkan Allah Swt.
Dan bentuk aktivitas tersebut telah dicontohkan oleh Rasul-Nya, serta terlaksana atau
tidaknya sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran teologis dari masing-masing individu.
Ibadah Ghairu Mahdhah, yakni sikap gerak-gerik, tingkah laku dan perbuatan yang
mempunyai tiga tanda yaitu: pertama, niat yang ikhas sebagai titik tolak, kedua keridhoan
Allah sebagai titik tujuan, dan ketiga, amal shaleh sebagai garis amal.
Ruang lingkup 'ibadah di dalam Islam amat luas sekali. Ianya merangkumi setiap kegiatan
kehidupan manusia. Setiap apa yang dilakukan baik yang bersangkut dengan individu
maupun dengan masyarakat adalah 'ibadah menurut Islam selagi mana ia memenuhi syarat
syarat tertentu.
Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian mati tanpa
pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah. Karena Allah
maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar manusia terjaga hidupnya, bertaqwa,
diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia diberi kewajiban ibadah agar menusia itu
mencapai taqwa.
PENUTUP
Demikianlah makalah sederhana ini kami buat. Namun demikian, kami sebagai penyusun
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami mohon maaf apabila masih
banyak ditemui kesalahan, itu datangnya dari kealpaan kami. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat kami harapkan dari pembaca semua. Terutama dari Bapak Baeti Rohman M. Ag.,
selaku pembimbing kami dan teman-teman pada umumnya.
Akhirnya, marilah kita kembalikan semua urusan kepada-Nya. Billahit taufiq wal hidayah
war ridho wal inayah.
DAFTAR PUSTAKA
Syarifudin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet. Ke-2.
Syihab, M. Quraisy, M. Quraisy Syihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda
Ketahui, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), Cet. Ke-1.
Al manar, Abduh, Ibadah Dan Syariah, (Surabaya: PT. pamator, 1999), Cet. Ke-1
Daradjat, Zakiyah, Ilmu Fiqih, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), Cet. Ke-1.
Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. Ke-2.
[1] Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet. Ke-2, hal. 17.
[2] M. Quraisy Syihab, M. QURAISY SYIHAB MENJAWAB 1001 SOAL KEISLAMAN
YANG PATUT ANDA KETAHUI, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), Cet. Ke-1, Hal. 3.
[3] Abduh Al manar, IBADAH DA SYARIAH, (Surabaya: PT. pamator, 1999), Cet. Ke-1,
Hal. 82.
[4] Dr. Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. Ke-2,
Hal. 67.
[5] M. Quraisy Syihab, M. QURAISY SYIHAB MENJAWAB 1001 SOAL KEISLAMAN
YANG PATUT ANDA KETAHUI, Hal.6.
[6] Zakiyah Daradjat, ILMU FIQIH, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), Cet. Ke-1,
Hal. 5.
http://wildaznov11.blogspot.com/2009/06/ibadah.html