Dwiprahasto (2004) menyebutkan bahwa ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya medical error, antara lain:
a.
b.
c.
kualitas, hasil pelayanan kefarmasian. Dalam aplikasi praktek pelayanan kefarmasian untuk
keselamatan pasien terutama medication error adalah menurunkan risiko dan promosi
penggunaan obat yang aman.
Penggunaan obat rasional merupakan hal utama dari pelayanan kefarmasian. Dalam
mewujudkan pengobatan rasional, keselamatan pasien menjadi masalah yang perlu di perhatikan.
Dari data-data yang termuat dalam bab terdahulu disebutkan sejumlah pasien mengalami cedera
atau mengalami insiden pada saat memperoleh layanan kesehatan, khususnya terkait penggunaan
obat yang dikenal dengan medication error. Di rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan
lainnya, kejadian medication error dapat dicegah jika melibatkan pelayanan farmasi klinik dari
apoteker yang sudah terlatih.
Medikasi error paling banyak terjadi pada saat dispensing, berikut beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk meminimalkan medikasi error pada saat dispensing:
1. Pastikan entry identitas pasien yang tepat dari resep. Kesalahan transkripsi (misalnya,
kelalaian, ketidakakuratan) 15% dari semua errors. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan
secara konsisten menggunakan metode yang dapat diandalkan untuk memverifikasi identitas
pasien saat memasuki resep ke dalam komputer. Strategi ini membantu mencegah kesalahan
pengobatan karena suara-sama, mirip nama. Proses ini juga berguna untuk memiliki
informasi tentang pasien, seperti usia pasien, alergi, obat-obatan secara bersamaan,
kontraindikasi, duplikasi terapi, dan sejenisnya.
2. Konfirmasikan bahwa resep benar dan lengkap. Apoteker sering kali "menebak-nebak" dari
resep yang sulit terbaca terbaca atau resep yang ambigu, singkatan tidak standar, akronim,
desimal. Hal ini sering dikaitkan dengan obat errors.
mengklarifikasi ketidakpastian atau keraguan tentang resep kepada pemberi resep yaitu
kepada dokter yang bersangkutan. Klarifikasi yang diperoleh dari dokter harus segera
didokumentasikan.
3. Hati-hati dengan
obat
yang
mirip
dari
nama
dan
cara
pembacaannya.
Nama obat yang sama atau mirip berkontribusi untuk satu dari tiga kesalahan pengobatan.
Sebagai contoh, obat baru dengan nama yang mirip dengan obat sebelumnya salah
diinterpretasikan sebagai obat lama yang lebih familiar. Kesalahan tersebut dapat dikurangi
pasien selama konseling daripada mengirimkannya kepada pasien dalam kantong tertutup.
Proses ini akan memberikan kesempatan bagi pasien untuk melihat pengobatan dan
mengajukan pertanyaan. Konseling juga harus mencakup petunjuk tentang cara meminum
obat yang tepat administrasi. Banyak kesalahan dispensing yang dikaitkan dengan kesalahan
penggunaan. Mendidik pasien tentang penggunaan yang aman dan efektif turut membantu
keterlibatan pasien dalam perawatan kesehatan mereka, yang kemungkinan akan
mengurangi kesalahan medis.
PENCEGAHAN KESALAHAN OBAT
Mendorong standarisasi proses untuk mencegah aspek rawan kesalahan pengadaan obat,
keamanan penggunaan obat dan untuk dapat meminimalkan potensi kesalahan manusia
Mempromosikan / mendorong penggunaan yang aman dan pemahaman teknologi dalam
potensial
Mendidik konsumen dan pasien tentang strategi untuk mencegah kesalahan pengobatan
PERAN APOTEKER
Peran apoteker dalam mewujudkan keselamatan pasien meliputi dua aspek yaitu aspek
manajemen dan aspek klinik. Aspek manajemen meliputi pemilihan perbekalan farmasi,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, alur pelayanan, sistem pengendalian
(misalnya memanfaatkan IT). Sedangkan aspek klinik meliputi skrining permintaan obat (resep
atau bebas), penyiapan obat dan obat khusus, penyerahan dan pemberian informasi obat,
konseling, monitoring dan evaluasi. Kegiatan farmasi klinik sangat diperlukan terutama pada
pasien yang menerima pengobatan dengan risiko tinggi. Keterlibatan apoteker dalam tim
pelayanan kesehatan perlu didukung mengingat keberadaannya melalui kegiatan farmasi klinik
terbukti memiliki konstribusi besar dalam menurunkan insiden/kesalahan.
Apoteker harus berperan di semua tahapan proses yang meliputi :
1.
Pemilihan
Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, risiko insiden/error dapat diturunkan dengan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
obat , tepat dosis,tepat label obat (aturan pakai), dan tepat rute pemberian.
Monitoring dan Evaluasi
Apoteker harus melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui efek terapi,
mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien. Hasil monitoring dan
evaluasi didokumentasikan dan ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan dan mencegah
pengulangan kesalahan.
Apoteker wajib melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya dalam bidang dispensing
dan dalam ruang perawatan pasien.
a. Bertanya kepada tenaga kesehatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengobatan yang
sedang dijalaninya misalnya untuk apa obat tersebut digunakan, bagaimana aturan pakainya,
sampai kapan obat dipakai.
b. Bisa juga dengan melihat informasi obat atau penyakitnya melalui internet sehingga
pengetahuan pasien pun tentang penyakit dan obatnya dapat bertambah.
Mengatur pembuatan kemasan obat agar tidak terlalu mirip dan dapat dibedakan secara
DAFTAR PUSTAKA
Dwiprahasto, I. 2004. Medical Error di Rumah Sakit dan Upaya untuk Meminimalkan Risiko.
Clinical Epidemiology & Biostatics Unit Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Tanggung Jawab Apoteker terhadap Keselamatan Pasien
(Patient Safety). Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan RI. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Tanggung Jawab Apoteker terhadap Keselamatan Pasien
(Patient Safety). Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan RI: Jakarta. )
Siregar. Charles. 2006. Farmasi Klinik teori dan penerapan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta. Hlm 380- 416
Nair,
Rama
P.,
et.
al,
2010,
10
Strategies
for
Minimizing
Dispensing
Errors,