CASE OBSGYN Aline Monic
CASE OBSGYN Aline Monic
IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Suku Bangsa
II.
:
:
:
:
:
Ny. MN
32 tahun
Perempuan
Menikah
Jawa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Masuk RS
:
:
:
:
:
Islam
SMP
IRT
Semarang Ut
03.10.2014
ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 4 Oktober 2014 di Bangsal
Ginekologi Srikandi RSUD Kota Semarang pukul 14.30 WIB.
Keluhan Utama : - (kontrol ANC)
II.1.
Keluhan Tambahan : II.2.
Riwayat Penyakit Sekarang
II.3.
Pasien datang ke Poli Kandungan RSUD Kota Semarang pada
tanggal 2 Oktober 2014 dengan tujuan memeriksakan kehamilannya.
Pasien bercerita bahwa ia baru pertama kali memeriksakan
kehamilannya di Poli Kandungan RSUD Kota semarang. Sebelumnya,
pasien memeriksakan kehamilannya di beberapa dokter dan bidan.
Pasien mengatakan bahwa 7 tahun yg lalu sudah didiagnosa memiliki
mioma di rahimnya tapi tidak diberikan terapi apapun dan tidak
disarankan operasi karena tidak ada keluhan berarti yg dirasakan dan
ukurannya masih kecil, pasien tidak tahu ukuran pastinya. Saat kontrol,
dilakukan pemeriksaan USG dan hasilnya didapatkan mioma pasien
berukuran 14,7cm sehingga dokter menyarankan untuk dilakukan
operasi sectio caesaria dengan alasan usia kehamilan sudah cukup dan
adanya benjolan yang menutupi jalan lahir. Pada tanggal 4 Oktober
II.4.
II.5.
II.9.
II.10.
II.11.
II.6.
II.7.
II.8.
III.1.11.
KGB
retroaurikuler,
submandibula,
cervical,
dinamis
Palpasi : sterm fremitus kanan kiri sama kuat
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing
(-/-).
Jantung
-
sinistra
Auskultasi : bunyi Jantung I/II regular, murmur (-), gallop
III.1.14.
-
(-).
Abdomen :
Inspeksi : abdomen simetris , membuncit, tidak terdapat
jaringan parut, striae dan kelainan kulit , tidak terdapat
pelebaran vena
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), tidak teraba pembesaran
hepar dan lien, nyeri ketok sudut costovertebra (-/-).
III.1.15.
V.
RESUME
TINJAUAN PUSTAKA
MISSED ABORTUS
1.Pendahuluan
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum
kehamilan tersebut berusia 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.
Insiden abortus dipengarui oleh umur dan riwayat obstetric seperti seperti
kelahiran abnormal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan
anak memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 %
dari semua kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu. Namun, frekuensi
angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi lagi karena banyak kejadian yang
tidak dilaporkan. Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada usia
kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan karena kelainan pada
romosom.
2. Definisi Abortus
Abortus adalah Istilah untuk semua kehamilan yang berakhir sebelum periode
viabilitas janin, yaitu lahir sebelum berat janin 500 gr atau bila usia kehamilan
kurang dari 20 minggu.
3.Etiologi Abortus
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah.
Sebaliknya pada ke hamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam
keadaan masih hidup. Hal-hal yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi
sebagai berikut:
Abortus yang terjadi yang tidak dlalui oleh factor mekanis maupun factor
medisinalis semata-mata disebabkan oleh factor alamiah.
B.Abortus provokatus
Adalah abortus yang disengaja,baik dengan memakai alat-alat atau menggunakan
obat-obatan.
1.Abortus imminens
Abortus imminens ialah peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
2. Abortus insipiens
Abortus insipiens ialah peristiwa peradrahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal
ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi
dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan. Pada
kehamilan lebih dari 12minggu biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya peforasi pada
kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infus
oksitosin.
3. Abortus inkompletus
Abortus inkomplitus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Perdarahan pada abortus inkomplitus dapat
banyak sekali ,sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa
konsepsi dikeluarkan.
Pemeriksaan ginekologi :
Pemeriksaan dalam vagina dan inspekulo : didapatkan fluksus, ostium
uretra membuka teraba / terdapat jaringan. Korpur uterina lebih kecil usia
kehamilan
Pemeriksaan USG :
Tak ditemukan kantong gestasi maupun fetal plate intra uterine,
didapatkan gambaran massa echoic dikavum uteri.
Penanganan :
- Perbaikan keadaan umum terlebih dahulu bila terjadi syok
hipovolemik dengan pemberian cairan infus RL atau NaCl
- Pemeriksaan kadar Hb, untuk persiapan transfusi darah bila diperlukan
- Bila terjadi perdarahan yang banyak segera dilakukan tindakan
kuretase untuk mengeluarkan sisa hasil konsepsi sekaligus
menghentikan perdarahan.
- Injeksi methyl ergometrin 0,2 mg IM/IV
4.Abortus kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan
perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil
5.Missed abortion
Missed abortion ialah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga
pengaruh hormon progesteron. Pemakaian hormon progesteron pada abortus
imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
6.Abortus habitualis
Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut. Etiologinya
padadasarnya sama dengan etiologi abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik
yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Sistem TLX
inimerupakan cara untuk melindungi kehamilan.
7.Abortus infeksiosus, abortus septic
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedang abortus septik ialah
abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau
peritoneum.
Penyebab dari abortus ada beberapa factor seperti:
a.Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
. Kelainan kromosom
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat haid. Kecurigaan
tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan
bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis (Galli Mainini) atau
imunologik (Pregnosticon, Gravindex).Sebagai kemungkinan diagnosis yang lain
harus dipikirkan kehamilan ektopik terganggu, molahidatidosa, atau kehamilan
dengan kelainan pada serviks.Kehamilan ektopik terganggu dengan hematokel
retrouterina kadang sulit dibedakan dengan abortus dimana uterus posisi
retroversi. Pada keduanya ditemukan amenorea disertai perdarahan pervaginam,
rasa nyeri di perut bagian bawah, dan tumor dibelakang uterus. Tetapi keluhan
nyeri biasanya lebih hebat pada kehamilan ektopik. Apabila gejala-gejala
menunjukan kehamilan ektopik terganggu, dapat dilakukan kuldosintesis untuk
memastikan diagnosanya. Pada molahidatidosa uterus biasanya lebih besar dari
pada lamanya amenorea dan muntah lebih sering. Apabila ada kecurigaan
terhadap molahidatidosa, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Karsinoma
serviks uteri, polypus serviks dan sebagainya dapat menyertai kehamilan.
Perdarahan dari kelainan ini dapat menyerupai abortus. Pemeriksaan dengan
spekulum, pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat menentukan diagnosis dengan
pasti.
Dahulu diagnosis biasanya tidak dapat ditentukan dalam satu kali pemeriksaan, melainkan
memerlukan waktu pengamatan untuk menilai tanda-tanda tidak tumbuhnya atau bahkan
mengecilnya uterus yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala
subyektif kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi
bahkan mengecil, tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang.
Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan
besarnya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadangkadang disertai gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemerikaan
kearah ini perlu dilakukan
B.Penanganan Abortus
Penilaian awal Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan
penilaian dari :
1. Keadaan umum pasien
2. Tanda-tanda syok seperti pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 90
mmHg, nadi >112 x/menit
3. Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas
dalam cavum pelvis, pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu.
4. Tanda-tanda infeksi atau sepsis seperti demam tinggi, sekret berbau pervaginam, nyeri
perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang portio, dehidrasi, gelisah
atau pingsan.
Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana pada fasilitas
kesehatansetempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi)
prostaglandin atau sintetisnya untuk melakukan induksi pada missed abortion. Salah satu cara yang
banyak disebutkan adalah dengan pemberian mesoprostol secara sublingual sebanyak
400 mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak 6 jam.Dengan obat ini kan terjadi
pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi
ataupun kuretase dapat dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri. Kemungkinan penyulit
pada tindakan missed abortion ini lebih besar mengingat jaringan plasenta yang
menempel pada dinding kavum uterus biasanya sudah lebih kuat. Apabila terdapat
hipofibrinogenemia perlu disiapkan transfuse darah segar atau fibrinogen. Pasca tindakan jika perlu
dilakukan pemberian infus intravena cairan oksitosin dan pemberian antibiotika.
C.Komplikasi Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi,
dan syok.
Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perludiberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti.
Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas
dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
Infeksi
Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank arena
infeksi berat(syok endoseptik).
DAFTAR PUSTAKA
Wijanegara,Hidayat,dkk.
Pedoman Diagnosis & Terapi Obstetri & Ginekologi RSUP Dr. Hasan
SadikinBagian II Ginekologi
Bandung : Bagian Obstetri & Ginekologi FakultasKedokteran Universitas
Padjadjaran RSUP Dr. Hasan Sadikin, 1997.2. Prawirohardjo, Sarwono.
Ilmu kandungan
Editor : Hanifa Wiknjosastro, dkk. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2007.3. Wibowo, Budiono
Ilmu Kebidanan
Editor : Hanifa Wiknjosastro, dkk. Jakarta: Yayasan BinaPustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2002.4.Taber Ben-Zion,
Kedaruratan Obstetric dan Ginekologi,
EGC,Jakarta,1994