Anda di halaman 1dari 16

I.

IDENTITAS PASIEN

Nama
Usia
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Suku Bangsa
II.

:
:
:
:
:

Ny. MN
32 tahun
Perempuan
Menikah
Jawa

Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Masuk RS

:
:
:
:
:

Islam
SMP
IRT
Semarang Ut
03.10.2014

ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 4 Oktober 2014 di Bangsal
Ginekologi Srikandi RSUD Kota Semarang pukul 14.30 WIB.
Keluhan Utama : - (kontrol ANC)
II.1.
Keluhan Tambahan : II.2.
Riwayat Penyakit Sekarang
II.3.
Pasien datang ke Poli Kandungan RSUD Kota Semarang pada
tanggal 2 Oktober 2014 dengan tujuan memeriksakan kehamilannya.
Pasien bercerita bahwa ia baru pertama kali memeriksakan
kehamilannya di Poli Kandungan RSUD Kota semarang. Sebelumnya,
pasien memeriksakan kehamilannya di beberapa dokter dan bidan.
Pasien mengatakan bahwa 7 tahun yg lalu sudah didiagnosa memiliki
mioma di rahimnya tapi tidak diberikan terapi apapun dan tidak
disarankan operasi karena tidak ada keluhan berarti yg dirasakan dan
ukurannya masih kecil, pasien tidak tahu ukuran pastinya. Saat kontrol,
dilakukan pemeriksaan USG dan hasilnya didapatkan mioma pasien
berukuran 14,7cm sehingga dokter menyarankan untuk dilakukan
operasi sectio caesaria dengan alasan usia kehamilan sudah cukup dan
adanya benjolan yang menutupi jalan lahir. Pada tanggal 4 Oktober

II.4.

2014, dilakukan operasi.


Riwayat Haid
II.4.1. Menarche : 14 tahun
II.4.2. Lama Menstruasi : 7 hari
II.4.3. Siklus Menstruasi : 28 hari

II.5.

II.4.4. HPHT : 25 Des 2013


II.4.5. HPL : 1 Oktober 2014
Riwayat Pernikahan : menikah 1 kali, usia istri saat menikah 27

II.9.

tahun, usia suami saat menikah 32 tahun, lama pernikahan 5 tahun.


Riwayat Obstetri : G1P0A0
II.6.1. Hamil ini.
Riwayat ANC : ANC 5 kali di dokter, suntik TT (+) 2x, USG 5 kali.
Riwayat KB : tidak pernah memakai KB.
Riwayat Ginekologi : riwayat mioma (+) 7 tahun yg lalu terapi (-),

II.10.

kista (-), abortus (-)


Riwayat Penyakit Dahulu : riwayat hipertensi, diabetes, asma, alergi,

II.11.

penyakit jantung dan riwayat operasi disangkal.


Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada keluarga yang mengalami hal

II.6.

II.7.
II.8.

serupa dengan pasien. Riwayat hipertensi, diabetes, asma, alergi,


penyakit jantung dalam keluarga disangkal.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
III.1.
III.1.1. KU/Kesadaran : tampak baik/composmentis.
III.1.2. Keadaan gizi : baik.
III.1.3. Tanda vital :
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 82 kali/menit
- Penafasan : 23 kali/menit
- Suhu : 36,7oC.
III.1.4. BB/TB : 83 kg/154 cm.
III.1.5. Kepala : normosefal, tidak teraba benjolan.
III.1.6. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat,
isokor, reflex cahaya (+/+).
III.1.7. Telinga : normotia, sekret (-/-), serumen (-/-).
III.1.8. Hidung : bentuk normal, sekret (-/-).
III.1.9. Mulut dan Tenggorok :
- Bibir : tidak sianosis
- Lidah : tidak kotor
- Uvula : di tengah
- Tonsil : ukuran T1/T1, tenag, tidak hiperemis
- Faring : tidak hiperemis.
III.1.10. Leher : trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak membesar.

III.1.11.

KGB

retroaurikuler,

submandibula,

cervical,

supraclavicula, aksila, inguinal tidak teraba membesar.


III.1.12. Payudara
: simetris kanan dan kiri, areola mammae
tidak retraksi, tampak hiperpigmentasi pada areola mammae,
tidak teraba massa, tanda radang (-), nyeri tekan (-).
III.1.13. Thoraks :
Paru
- Inspeksi : retraksi (-), bentuk simetris pada saat statis dan
-

dinamis
Palpasi : sterm fremitus kanan kiri sama kuat
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing
(-/-).

Jantung
-

Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis


Palpasi : ictus cordis teraba, ICS V linea midclavicula
sinistra
Perkusi :
Batas kiri : ICS V, linea midclavicula sinistra
Batas kanan : sejajar ICS V,linea midsternal dekstra
Batas pinggang jantung : di ICS III linea parasternal

sinistra
Auskultasi : bunyi Jantung I/II regular, murmur (-), gallop

III.1.14.
-

(-).
Abdomen :
Inspeksi : abdomen simetris , membuncit, tidak terdapat
jaringan parut, striae dan kelainan kulit , tidak terdapat

pelebaran vena
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), tidak teraba pembesaran
hepar dan lien, nyeri ketok sudut costovertebra (-/-).

III.1.15.

Anus dan genitalia : tidak tampak adanya kelainan pada

anus dan genitalia.


III.1.16. Ekstremitas : akral teraba hangat, tidak ada edema, tidak
ada deformitas.
III.1.17. Neurologis
: tidak tampak adanya defisit neurologis.
Status Obstetri
III.2.
TFU
:
36cm
DJJ
:
140x/menit
HIS
:
Leopold :
preskep U puki
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG tanggal 2 Oktober 2014

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 3 Oktober 2014


-

Hemoglobin : 11,6 g/dL


Hematokrit : 37 %
Leukosit : 9,9 ribu/uL
Trombosit : 323 mmk/uL
HBsAg : negatif.
CT/BT : 7 menit 15 detik / 1 menit 30 detik
GDS : 74 mg/dl
Ureum : 10,9 mg/dl
Creatinin : 0,7 mg/dl
SGOT : 39 U/L
SGPT : 20 U/L
Natrium : 138,0 mmol/L
Kalium : 4,10 mmol/L
Kalsium : 1,25 mmol/L

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 4 Oktober 2014


-

V.

Hemoglobin : 14,2 g/dL


Hematokrit : 41,9 %
Leukosit : 21,4 ribu/uL
Trombosit : 369x103/uL
HBsAg : negatif.

RESUME

Telah diperiksa pasien perempuan berusia 32 tahun dengan tujuan


memeriksakan kehamilannya. Pasien bercerita bahwa ia baru pertama kali
memeriksakan kehamilannya di Poli Kandungan RSUD Kota semarang.
Sebelumnya, pasien memeriksakan kehamilannya di beberapa dokter dan
bidan. Pasien mengatakan bahwa 7 tahun yg lalu sudah didiagnosa memiliki
mioma di rahimnya tapi tidak diberikan terapi apapun dan tidak disarankan
operasi karena tidak ada keluhan berarti yg dirasakan dan ukurannya masih
kecil, pasien tidak tahu ukuran pastinya. Saat kontrol, dilakukan
pemeriksaan USG dan hasilnya didapatkan mioma pasien berukuran 14,7cm
sehingga dokter menyarankan untuk dilakukan operasi sectio caesaria
dengan alasan usia kehamilan sudah cukup dan adanya benjolan yang
menutupi jalan lahir. Pada tanggal 4 Oktober 2014, dilakukan operasi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak baik, tekanan darah :
120/80 mmHg, nadi : 82 kali/menit, pernapasan : 23 kali/menit, suhu :
36,7C, konjungtiva anemis (-/-), paru, jantung dan abdomen dalam batas
normal serta tidak ditemukan adanya edem ekstremitas dan defisit
neurologis.
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 3 Oktober 2014 didapatkan
hemoglobin : 11,7 g/dL, ureum : 10,9 mg/dl, SGOT : 39U/L.
VI. DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0 U32tahun H40minggu+1hari dengan mioma uteri
Janin 1 hidup intrauteri
Preskep U puki
VII. PENATALAKSANAAN
Operasi sectio caesaria
Miomektomi subserosum

TINJAUAN PUSTAKA
MISSED ABORTUS
1.Pendahuluan
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum
kehamilan tersebut berusia 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.
Insiden abortus dipengarui oleh umur dan riwayat obstetric seperti seperti
kelahiran abnormal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan
anak memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 %
dari semua kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu. Namun, frekuensi
angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi lagi karena banyak kejadian yang
tidak dilaporkan. Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada usia
kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan karena kelainan pada
romosom.
2. Definisi Abortus
Abortus adalah Istilah untuk semua kehamilan yang berakhir sebelum periode
viabilitas janin, yaitu lahir sebelum berat janin 500 gr atau bila usia kehamilan
kurang dari 20 minggu.
3.Etiologi Abortus
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah.
Sebaliknya pada ke hamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam
keadaan masih hidup. Hal-hal yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi
sebagai berikut:

A. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi


Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah
pada kehamilan muda. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelainan
dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut:
Kelainan kromosom.
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,
poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
Lingkungan kurang sempurna.
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang
sempurna sehinggga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.
.Pengaruh dari luar.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik
hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh
ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zatteratogen yang lain
misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.
Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenisasi plasenta terganggu,sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
Penyakit ibu.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria,dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat
melalui plasenta masuk ke janin, sehinggamenyebabkan kematian janin, kemudian
terjadi abortus.
Kelainan endokrin
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat
kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism
dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus,dimana autoantibodi tiroid
menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi
hipotiroidism yang nyata
kelainan traktus genitalia
retroversion uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus. Tetapi,harus diingat bahwa hanya retroversion uteri
gravid inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan
penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 ialah serviks inkompeten
yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada seviks, dilatasi

serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang


tidak dijahit.
4.Patologi Abortus
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya
karena villi koriales belum menembus desidua lebih dalam,sehingga hasil
konsepsi mudah dilepaskan. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu villi koriales
menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan
sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14
minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin
disusul dengan plasenta. Pedarahan jumlahnya tidak banyak jika plasenta segera
terlepas dengan lengkap.Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam
berbagai bentuk. Adakalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya
benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum) atau janin telah mati dalam
waktu yang lama (missed abortion)
Apabil mudigah yang mati tidak dikeluarkan secepatnya, maka akan menjadi mola
karneosa. Mola karneosa merupakan suatu ovum yang dikelilingi oleh kapsul
bekuan darah. Kapsul memiliki ketebalan bervariasi, dengan villi koriales yang
telah berdegenerasi tersebar diantaranya. Rongga kecil didalam yang terisi cairan
tampak menggepeng dan terdistorsi akibat dinding bekuan darah lama yang tebal.
Bentuk lainnya adalah mola tuberosa, dalam hal iniamnion tampak berbenjolbenjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi.Mumifikasi merupakan proses pengeringan janin karena cairan
amnion berkurang akibat diserap,kemudian janin menjadi gepeng (fetus
kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut janin dapat menjadi tipis seperti kertas
perkamen (fetus papiraseus).Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak cepat
dikeluarkan adalah terjadinya maserasi.Tulang-tulang tengkorak kolaps dan
abdomen kembung oleh cairan yang mengandung darah.Kulit melunak dan
terkelupas in utero atau dengan sentuhan ringan. Organ-organ dalam mengalami
degenerasi dan nekrosis.
5.Klasifikasi abortus
Secara umum abortus dibagi menjadi 2 yaitu:
A.Abortus spontan

Abortus yang terjadi yang tidak dlalui oleh factor mekanis maupun factor
medisinalis semata-mata disebabkan oleh factor alamiah.
B.Abortus provokatus
Adalah abortus yang disengaja,baik dengan memakai alat-alat atau menggunakan
obat-obatan.

Klinis abortus spontan dibagi menjadi beberpa bagian yaitu:

1.Abortus imminens
Abortus imminens ialah peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

2. Abortus insipiens
Abortus insipiens ialah peristiwa peradrahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal
ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi
dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan. Pada
kehamilan lebih dari 12minggu biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya peforasi pada
kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infus
oksitosin.
3. Abortus inkompletus
Abortus inkomplitus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Perdarahan pada abortus inkomplitus dapat
banyak sekali ,sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa
konsepsi dikeluarkan.

Perdarahan pervaginam merupakan gejala awal, bila jaringan plasenta tertahan


perlu dilakukan tindakan digital atau kuretase.

Pemeriksaan ginekologi :
Pemeriksaan dalam vagina dan inspekulo : didapatkan fluksus, ostium
uretra membuka teraba / terdapat jaringan. Korpur uterina lebih kecil usia
kehamilan
Pemeriksaan USG :
Tak ditemukan kantong gestasi maupun fetal plate intra uterine,
didapatkan gambaran massa echoic dikavum uteri.
Penanganan :
- Perbaikan keadaan umum terlebih dahulu bila terjadi syok
hipovolemik dengan pemberian cairan infus RL atau NaCl
- Pemeriksaan kadar Hb, untuk persiapan transfusi darah bila diperlukan
- Bila terjadi perdarahan yang banyak segera dilakukan tindakan
kuretase untuk mengeluarkan sisa hasil konsepsi sekaligus
menghentikan perdarahan.
- Injeksi methyl ergometrin 0,2 mg IM/IV

4.Abortus kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan
perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil

5.Missed abortion
Missed abortion ialah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga
pengaruh hormon progesteron. Pemakaian hormon progesteron pada abortus
imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
6.Abortus habitualis
Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut. Etiologinya
padadasarnya sama dengan etiologi abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik
yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Sistem TLX
inimerupakan cara untuk melindungi kehamilan.
7.Abortus infeksiosus, abortus septic
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedang abortus septik ialah
abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau
peritoneum.
Penyebab dari abortus ada beberapa factor seperti:
a.Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
. Kelainan kromosom

Kelainan yang sering dijumpai pada abortus spontan


. Lingkungan kurang sempurna
Bila lingkungan disekitar endometrium kurang sempurnasehingga bisa
mengganggu pertumbuhan janin
. Pengaruh dari luar
Radiasi,virus,obat-obatan. Pengaruh ini disebut sebagai pengaruh
teratogena.
-

Kelainan pada plasenta Bila oksigenasi plasenta terganggu maka akan


mengganggu pertumbuhan janin sehingga janian akan mati. Kelainana ini
bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun

b.Penyakit ibuPenyakit seperti pneumonia,tifus abdominalis, pielonefritis dan


malaria dapat menyebabkanabortus.Toksin dari bakteri,virus atau plasmodium
dapat menembus plasenta dan masuk kedalam tubuh janin sehingga terjadi
abortus.
Kelainan genetalia ibu Misalnya ibu menderita hipoplasia uteri,uterus yang
letaknya tidak normal,tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menerima hasil
konsepsi.
Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih
tertahan di dalam kandungan.Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan
keluhan apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang
diharapkan. Bila kehamilan di atas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru
merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder
pada payudara mulai menghilang. Kadangkala missed abortion juga diawali
dengan abortus imminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan
janin terhenti.Pada pemeriksaaan tes urin kehamilan biasanya negatif setelah satu
minggu dari terhentinya
pertumbuhan kehamilan Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang
mengecil, kantong gestasi yang mengecil dan bentuknya tidak beraturan yang
disertai gambaran feus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Bila missed
abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan
terjadinya gangguan pembekuan darah oleh karena hipofibrinogenemia
sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.
A.Diagnosis Abortus.

Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat haid. Kecurigaan
tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan
bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis (Galli Mainini) atau
imunologik (Pregnosticon, Gravindex).Sebagai kemungkinan diagnosis yang lain
harus dipikirkan kehamilan ektopik terganggu, molahidatidosa, atau kehamilan
dengan kelainan pada serviks.Kehamilan ektopik terganggu dengan hematokel
retrouterina kadang sulit dibedakan dengan abortus dimana uterus posisi
retroversi. Pada keduanya ditemukan amenorea disertai perdarahan pervaginam,
rasa nyeri di perut bagian bawah, dan tumor dibelakang uterus. Tetapi keluhan
nyeri biasanya lebih hebat pada kehamilan ektopik. Apabila gejala-gejala
menunjukan kehamilan ektopik terganggu, dapat dilakukan kuldosintesis untuk
memastikan diagnosanya. Pada molahidatidosa uterus biasanya lebih besar dari
pada lamanya amenorea dan muntah lebih sering. Apabila ada kecurigaan
terhadap molahidatidosa, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Karsinoma
serviks uteri, polypus serviks dan sebagainya dapat menyertai kehamilan.
Perdarahan dari kelainan ini dapat menyerupai abortus. Pemeriksaan dengan
spekulum, pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat menentukan diagnosis dengan
pasti.
Dahulu diagnosis biasanya tidak dapat ditentukan dalam satu kali pemeriksaan, melainkan
memerlukan waktu pengamatan untuk menilai tanda-tanda tidak tumbuhnya atau bahkan
mengecilnya uterus yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala
subyektif kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi
bahkan mengecil, tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang.
Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan
besarnya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadangkadang disertai gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemerikaan
kearah ini perlu dilakukan
B.Penanganan Abortus
Penilaian awal Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan
penilaian dari :
1. Keadaan umum pasien
2. Tanda-tanda syok seperti pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 90
mmHg, nadi >112 x/menit
3. Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas
dalam cavum pelvis, pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu.
4. Tanda-tanda infeksi atau sepsis seperti demam tinggi, sekret berbau pervaginam, nyeri
perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang portio, dehidrasi, gelisah
atau pingsan.
Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana pada fasilitas
kesehatansetempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi)

2.Penanganan spesifik Missed abortion seharusnya ditangani di rumah sakit atas


pertimbangan :
1. Plasenta dapat melekat sangat erat di dinding rahim, sehingga prosedur evakuasi
(kuretase) akan lebih sulit dan resiko perforasi lebih tinggi.
2. Pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi
dengan batang laminaria selama 12 jam.
3. Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut dengan gangguan
pembekuan darah.
Pengelolaan missed abortion harus diutarakan pada pasien dan keluarganya secara baik karena
resiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat menimbulkan komplikasi perdarahan atau tidak
bersihnya evakuasi/kuretase dalam sekali tindakan. Faktor mental penderita perlu diperhatikan,
karena umumnya penderita merasa gelisah setelah tahu kehamilannya tidak tumbuh
atau mati. Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu, tindakan evakuasi dapat
dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase serviks uterus memungkinkan.
Bila umur kehamilan diatas 12 minggu atau kurang dari 20minggu dengan keadaan serviks uterus
yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin
atau mematangkan kanalis servikalis. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian
infus intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit dalam 500 cc dekstrose 5% tetesan 20
tetes permenit dan dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit dengan tetesan dipertahankan untuk
mencegah terjadinya retensi cairan tubuh. Jika tidak berhasil, penderita diistirahatkan satu hari dan
kemudian induksi diulangi biasanya maksimal 3 kali. Setelah janin ataupun jaringan konsepsi
berhasil keluar dengan induksi ini dilanjutkan dengan tindakan kuretase
sebersihmungkin.Pada dekade belakangan ini banyak tulisan yang telah menggunakan

prostaglandin atau sintetisnya untuk melakukan induksi pada missed abortion. Salah satu cara yang
banyak disebutkan adalah dengan pemberian mesoprostol secara sublingual sebanyak
400 mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak 6 jam.Dengan obat ini kan terjadi
pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi
ataupun kuretase dapat dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri. Kemungkinan penyulit
pada tindakan missed abortion ini lebih besar mengingat jaringan plasenta yang
menempel pada dinding kavum uterus biasanya sudah lebih kuat. Apabila terdapat
hipofibrinogenemia perlu disiapkan transfuse darah segar atau fibrinogen. Pasca tindakan jika perlu
dilakukan pemberian infus intravena cairan oksitosin dan pemberian antibiotika.

C.Komplikasi Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi,
dan syok.
Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perludiberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti.
Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas
dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
Infeksi
Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank arena
infeksi berat(syok endoseptik).

DAFTAR PUSTAKA
Wijanegara,Hidayat,dkk.
Pedoman Diagnosis & Terapi Obstetri & Ginekologi RSUP Dr. Hasan
SadikinBagian II Ginekologi
Bandung : Bagian Obstetri & Ginekologi FakultasKedokteran Universitas
Padjadjaran RSUP Dr. Hasan Sadikin, 1997.2. Prawirohardjo, Sarwono.
Ilmu kandungan
Editor : Hanifa Wiknjosastro, dkk. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2007.3. Wibowo, Budiono
Ilmu Kebidanan
Editor : Hanifa Wiknjosastro, dkk. Jakarta: Yayasan BinaPustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2002.4.Taber Ben-Zion,
Kedaruratan Obstetric dan Ginekologi,
EGC,Jakarta,1994

Anda mungkin juga menyukai