Taenia
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum:
Platyhelminthes
Kelas:
Cestoda
Ordo:
Cyclophyllidea
Famili:
Taeniidae
Genus:
Taenia
Linnaeus, 1758
Spesies
Taenia crassiceps
Taenia pisiformis
Taenia saginata
Taenia solium
Taenia asiatica
Taenia taeniaeformis
Taenia merupakan salah satu marga cacing pita yang termasuk dalam Kerajaan Animalia, Filum
Platyhelminthes, Kelas Cestoda, Bangsa Cyclophyllidea, Suku Taeniidae. [1] Anggota-anggotanya
dikenal sebagai parasit vertebrata penting yang menginfeksi manusia, babi, sapi, dan kerbau. [1]
Daftar isi
1 Perbedaan antarspesies
2 Siklus Hidup
3 Penyebaran
5 Pengendalian
6 Referensi
7 Pranala Luar
Perbedaan antarspesies
Keterangan
Taenia solium [1][4]
Inang definitif dan
Usus halus manusia
habitat
Inang antara
Cysticercus t.s.
taiwanensis
4-8 meter
Ukuran panjang x
lebar
Jumlah segmen
Jumlah telur
700-1000
1000-2000
30.000-50.000 di setiap lebih dari 100.000 di
segmen
setiap segmen
712
Siklus Hidup
sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita sapi tidak dapat menyebabkan sistiserkosis
pada manusia. [7] Sedangkan kemampuan Taenia asiatica dalam menyebabkan sistiserkosis
belum diketahui secara pasti. [3] Terdapat dugaan bahwa Taenia asiatica merupakan penyebab
sistiserkosis di Asia. [3]
Manusia terkena taeniasis apabila memakan daging sapi atau babi yang setengah matang yang
mengandung sistiserkus sehingga sistiserkus berkembang menjadi Taenia dewasa dalam usus
manusia. [6] Manusia terkena sistiserkosis bila tertelan makanan atau minuman yang mengandung
telur Taenia solium. [9] Hal ini juga dapat terjadi melalui proses infeksi sendiri oleh individu
penderita melalui pengeluaran dan penelanan kembali makanan. [10].
Sumber penularan cacing pita Taenia pada manusia yaitu [11]
1. Penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau segmen tubuh
(proglotid) cacing pita.
2. Hewan, terutama babi dan sapi yang mengandung larva cacing pita (sistisekus).
3. Makanan, minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur cacing pita.
Penyebaran
Penyebaran di Dunia
Cacing pita Taenia tersebar secara luas di seluruh dunia. [7]. Penyebaran Taenia dan kasus
infeksi akibat Taenia lebih banyak terjadi di daerah tropis karena daerah tropis memiliki
curah hujan yang tinggi dan iklim yang sesuai untuk perkembangan parasit ini. [12]
Taeniasis dan sistiserkosis akibat infeksi cacing pita babi Taenia solium merupakan salah
satu zoonosis di daerah yang penduduknya banyak mengkonsumsi daging babi dan
tingkat sanitasi lingkungannya masih rendah, seperti di Asia Tenggara, India, Afrika
Selatan, dan Amerika Latin. [13] Adapun kasus infeksi cacing pita Taenia di negara tropis
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kasus Infeksi Cacing Pita Taenia di Negara Tropis
Negara
Taiwan,
Cina
Brazil
Thailand
Kasus
1.661 orang penderita taeniasis.
[14]
[15]
Indonesi
a
Laos
Salah satu bukti lebih luasnya penyebaran Taenia di daerah tropis yaitu ditemukannya
spesies ketiga penyebab taeniasis pada manusia di beberapa negara Asia yang dikenal
dengan sebutan Taiwan Taenia atau Asian Taenia. [19]. Asian Taenia dilaporkan telah
ditemukan di negara-negara Asia yang umumnya beriklim tropis seperti Indonesia,
Thailand, Malaysia, Filipina, Korea dan Cina. [20] Kini Asian Taenia disebut Taenia
asiatica [21]. Kejadian T. asiatica yang tinggi terutama ditemukan di Pulau Samosir,
Indonesia. [17]
Sistiserkosis merupakan infeksi yang sering ditemukan pada babi dan manusia terutama
di negara berkembang. [3] Penyebaran sistiserkus pada manusia dipengaruhi oleh kontak
antara babi dan feses manusia, tidak adanya pemeriksaan kesehatan daging saat
penyembelihan, dan konsumsi daging mentah atau setengah matang.[6] Penyebaran
penyakit ini luas karena Taenia dapat memproduksi puluhan bahkan ratusan ribu telur
setiap hari yang dapat disebar oleh air hujan ke lingkungan bahkan pada lokasi yang jauh
dari tempat pelepasan telur. [4]
Penyebaran di Indonesia
Infeksi cacing pita Taenia tertinggi di Indonesia terjadi di Provinsi Papua. [22] Di
Kabupaten Jayawijaya Papua, Indonesia ditemukan 66,3% (106 orang dari 160
responden) positif menderita taeniasis solium/sistiserkosis selulosae dari babi [3].
Sementara 28,3% orang adalah penderita sistiserkosis yang dapat dilihat dan diraba
benjolannya di bawah kulit [3]. Sebanyak 18,6% (30 orang) di antaranya adalah penderita
sistiserkosis selulosae yang menunjukkan gejala epilepsi [3]. Dari 257 pasien yang
menderita luka bakar di Papua, sebanyak 82,8% menderita epilepsi akibat adanya
sistiserkosis pada otak. [3]
Prevalensi sistiserkosis pada manusia berdasarkan pemeriksaan serologis pada
masyarakat Bali sangat tinggi yaitu 5,2% sampai 21%, sedangkan prevalensi taeniasis di
provinsi yang sama berkisar antara 0,4%-23%. [17] Sebanyak 13,5% (10 dari 74 orang)
pasien yang mengalami epilepsi di Bali didiagnosa menderita sistiserkosis di otak. [23]
Prevalensi taeniasis T. asiatica di Sumatera Utara berkisar 1,9%-20,7%. [17] Kasus T.
asiatica di Provinsi ini umumnya disebabkan oleh konsumsi daging babi hutan setengah
matang. [17]
Mual (46%)
Pusing (42%)
Diare (18%)
Lemah (17%)
Sembelit (11%)
Letih (4%)
Muntah (4%)
Nyeri di perut, mengantuk, serta kejang-kejang, gelisah, gatal-gatal di kulit dan gangguan
pernapasan (masing-masing <1%).
Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi parasit dalam
tubuh. [4] Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang
berbeda-beda. [4] Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak (disebut
neurosistiserkosis), mata, otot dan lapisan bawah kulit [17].
Dampak kesehatan yang paling ditakuti dan berbahaya akibat larva cacing Taenia yaitu
neurosistiserkosis yang dapat menimbulkan kematian. [24] Neurosistiserkosis adalah infeksi
sistem saraf pusat akibat sistiserkus dari larva Taenia solium. Neurosistiserkosis merupakan
faktor risiko penyebab stroke baik pada manusia yang muda maupun setengah baya[25], epilepsi
dan kelainan pada tengkorak. [8] Sistiserkosis merupakan penyebab 1% kematian pada rumah
sakit umum di Meksiko City dan penyebab 25% tumor dalam otak [8].
Pengendalian
Referensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Pranala Luar
Petunjuk Pemberantasan Taeniasis/Sistiserkosis di Indonesia
Kingdom Animalia
Eukariotik Metazoa Heterotrof
Porifera
Avertebrata
Platyhelminthe
Turbellaria Trematoda Cestoda Monogenea
s
Nematoda
Annelida
Moluska
Artropoda
Echinodermata
Chordat
a
Kategori:
Biologi
Cacing