Anda di halaman 1dari 6

B.

Ridha
Ridha (
) menurut kamus al-Munawwir artinya senang, suka, rela. Dalam kehidupan
ini seseorang harus mampu menampilkan sikap ridha minimal dalam empat hal:
a. Ridha terhadap perintah dan larangan Allah
Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang telah
mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap
semua nilai dan syariah Islam. Perhatikan firman Allah dalam Q.S. al-Bayyinah (98)
ayat 8
Artinya :
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka
dan merekapun ridha kepadanya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang
takut kepada Tuhannya. (Q.S.al-Bayyinah ayat 8 )
Dari ayat tersebut dapat dihayati, jika kita ridha terhadap perintah Allah maka Allah pun
ridha terhadap kita.
b. Ridha terhadap taqdir Allah.
Mari kita simak, apa yang dikisahkan berikut ; pada suatu hari Ali bin Abi Thalib r.a.
melihat Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ; Mengapa engkau tampak
bersedih hati ?. Ady menjawab ; Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua orang anakku
terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran. Ali terdiam haru, kemudian
berkata, Wahai Ady, barang siapa ridha terhadap taqdir Allah swt. maka taqdir itu tetap
berlaku atasnya dan dia mendapatkan pahalaNya, dan barang siapa tidak ridha terhadap
taqdirNya maka hal itupun tetap berlaku atasnya, dan terhapus amalnya.
Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan
yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar
adalah keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim.
Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan
mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera
berlalunya musibah. Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir
Allah swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya
selalu tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha
ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin
mengasyikkan dirinya untuk bermusyahadah kepada Allah.
Dalam suatu kisah Abu Darda, pernah melayat pada sebuah keluarga, yang salah satu
anggota keluarganya meninggal dunia. Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji Allah
swt. Maka Abu Darda berkata kepada mereka. Engkau benar, sesungguhnya Allah swt.
apabila memutuskan suatu perkara, maka dia senang jika taqdirnya itu diterima dengan
rela atau ridha.
Begitu tingginya keutamaan ridha, hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan tampak di
akhirat derajat yang tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa ridha kepada Allah
swt. dalam situasi apapun (Hikmah, Republika, Senin 5 Februari 2007, Nomor:
032/Tahun ke 15)

c. Ridha terhadap perintah orang tua.


Ridha terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada
Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah Allah
dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14 ;
Artinya :
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman :14)
Bahkan Rasulullah bersabda : Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan
murka Allah tergantung murka orang tua. Begitulah tingginya nilai ridha orang tua
dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah,
mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun beliau ahli
ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia tidak menghiraukan
panggilan ibunya.
d. Ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara
Mentaati peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah
satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin
keteraturan dan ketertiban sosial. Mari kita hayati firman Allah dalam Q.S. an-Nisa (4)
ayat 59 berikut :
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.( Q.S. an-Nisa :59)
Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara (Ulama
dan pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha
terhadap peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri,
orang tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian
mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.

2. Ridho
1. a. Pengertian Ridho
2. b. Jenis-jenis Ridho
Kata Ridho berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata rodiya yang berarti senang, suka, rela. Ridho
merupakan sifat yang terpuji yang harus dimiliki oleh manusia. Banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan
bahwa Allah SWT ridho terhadap kebaikan hambanya.[6]
Ridha (
) menurut kamus al-Munawwir artinya senang, suka, rela.[7] Dan bisa diartikan Ridho/rela
adalah nuansa hati kita dalam merespon semua pemberian-NYA yang setiap saat selalu ita rasakan.[8]
Pengertian ridha juga ialah menerima dengan senang segala apa yang diberikan oleh Allah s.w.t. baik
berupa peraturan ( hukum ) atau pun qada atau sesuatu ketentuan dari Allah s.w.t.[9]
Allah swt berfirman:
Artinya:Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar
kebenaran mereka. bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya[10] Itulah keberuntungan yang paling besar".(QS.
Al-Maidah:119)
Jadi ridho adalah perilaku terpuji menerima dengan senang apa yang telah diberikan Allah kepadanya,
berupa ketentuan yang diberikan kepada manusia.

Dalam kehidupan seserorang ada beberapa hal yang harus menampilkan sikap ridha,
minimal empat macam berikut ini:
1. 1. Ridha terhadap perintah dan larangan Allah
Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang telah
mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap
semua nilai dan syariah Islam.
1. 2. Ridha terhadap taqdir Allah.
Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan
yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar
adalah keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim.
Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan
mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera
berlalunya musibah. Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir
Allah swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya
selalu tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha
ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin
mengasyikkan dirinya untuk bermusyahadah kepada Allah.
1. 3. Ridha terhadap perintah orang tua.
Ridha terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada
Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, sebagaiman
perintah Allah dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14. Bahkan Rasulullah bersabda :

Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah tergantung murka
orang tua. Begitulah tingginya nilai ridha orang tua dalam kehidupan kita, sehingga
untuk mendapatkan keridhaan dari Allah, mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua.
Ingatlah kisah Juraij, walaupun beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena
ibunya tersinggung ketika ia tidak menghiraukan panggilan ibunya.
1. 4. Ridha terhadap peraturan dan undang-undang Negara
Mentaati peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah
satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin
keteraturan dan ketertiban sosial. sebagaimana firman Allah yang terdapat dalam Q.S. anNisa:59. Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara
(Ulama dan pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha
terhadap peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri,
orang tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian
mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.
1. c. Dalil tentang Ridho
Artinya:Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan
RasulNya kepada mereka, dan berkata: Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan
memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, Sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah, (tentulah yang demikian itu
lebih baik bagi mereka).(QS. At-Taubah:59)
1. d. Contoh Perilaku Ridho
Dalam suatu kisah Abu Darda, pernah melayat pada sebuah keluarga, yang salah satu
anggota keluarganya meninggal dunia. Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji Allah
swt. Maka Abu Darda berkata kepada mereka. Engkau benar, sesungguhnya Allah swt.
apabila memutuskan suatu perkara, maka dia senang jika taqdirnya itu diterima dengan
rela atau ridha.
Begitu tingginya keutamaan ridha, hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan tampak di
akhirat derajat yang tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa ridha kepada Allah
swt. dalam situasi apapun.
Dalam riwayat dikisahkan sebagai berikut ; pada suatu hari Ali bin Abi Thalib r.a.
melihat Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ; Mengapa engkau tampak
bersedih hati ?. Ady menjawab ; Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua orang anakku
terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran. Ali terdiam haru, kemudian
berlaku atasnya dan dia mendapatkan pahalaNya, dan barang siapa tidak ridha terhadap
taqdirNya maka hal itupun tetap berlaku atasnya, dan terhapus amalnya.

RIDHA
Ridha bermakna menerima semua realita takdir dan ketentuan Allah dengan senang hati, ikhlas,
lapang dada, bahagia, tanpa merasa kecewa atau marah. Walaupun ketentuan Allah tersebut tidak
sesuai dengan keinginan kita dan kadang membawa kita pada kesedihan. Saya mengatakan demikian,
karena kadang realita kehidupan memang ada yang membawa kita pada kekecewaan dan kesedihan.
Tapi kalau kita bisa ridha menerima semuanya dan mengembalikan semua kejadian pada Penguasa
Segala Kejadian (Allah), maka kita akan terbebas dari rasa kekecewaan dan kesedihan hingga kita pun
bisa berlapang dada menerima kenyataan hidup, ridha menerima ketentuan-Nya. Karena
sesungguhnya, tidak ada ketentuan-Nya yang buruk, semua pasti ada hikmahnya, hanya saja memang
kadang butuh waktu bagi kita untuk memahami, hikmah apa yang terkandung dalam setiap ketentuanNya.
Dalam hadits atha, Ibnu Abbas berkata: Ketika Rasulullah SAW menemui
sahabat sahabat Anshar, Beliau bersabda: apakah kamu orang orang
mukmin? , lalu mereka diam, maka berkatalah Umar : Ya, Rasulullah.Beliau
SAW bersabda lagi: apakah tanda keimananmu?, mereka berkata: kami
bersyukur menghadapi kelapangan, bersabar menghadapi bencana, dan ridha dengan qada ketentuan
Allah, kemudian Nabi SAW bersabda lagi:Orang- orang mukmin yang benar, demi Tuhan Kaba.
Dalam hadits diatas diterangkan dengan jelas bahwa ridha merupakan tanda dari keimanan seseorang,
ridha adalah suatu maqam mulia karena didalamnya terhimpun tawakal dan sabar.
Namun kadang ada orang yang salah persepsi dalam memahami ridha dengan suatu pengertian pasrah
tanpa usaha. Padahal menyerah pasrah dalam suatu keadaan, yang berupa pasrah secara total tanpa
usaha sama sekali, tanpa ikhtiar sedkitpun untuk mencari jalan keluar, adalah pemahaman yang salah
dari ridha. Karena ridha bukan berarti menerima begitu saja segala hal yang menimpa kita tanpa ada
usaha sedikit pun untuk mengubahnya.
Ridha tidak sama dengan pasrah. Ketika sesuatu yang tidak diinginkan datang menimpa kita, kita
memang dituntut untuk ridha menerimanya. Dalam pengertian kita meyakini bahwa apa yang telah
menimpa kita itu adalah takdir yang telah Allah tetapkan untuk kita, namun kita tetap dituntut untuk
berusaha. Allah berfirman, ''..Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..''
(QS Ar Ra'd ayat 11).

Jadi, ridha menuntut adanya usaha aktif, dan itu sangat berbeda dengan sikap pasrah yang menerima
kenyataan begitu saja tanpa ada usaha untuk mengubahnya. Walaupun di dalam ridha terdapat makna
yang hampir sama dengan pasrah yaitu menerima dengan lapang dada suatu perkara, namun

Anda mungkin juga menyukai