2
Kbo!.!Gfc!3119
Bsujlfm!Vubnb!;
TERAPI PRE-EKLAMPSIA
Caroline Hutomo/ hal. 12
------------------------------------------------------------------------------------
Cfsjub!Ufsljoj!;
Untuk memudahkan para pembaca yang tidak berbahasa 36. Review Cochrane memberikan
Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrak dalam
lampu hijau untuk pemberian Taxane
bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat
sendiri abstrak berbahasa Inggris untuk karangan terse- pada kanker payudara
but. Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih
berukuran kuarto/ folio, satu muka, dengan menyisakan cu- IB Putra Adnyana, Haya Harareth 37. Analgesia epidural menurunkan
kup ruangan di kanan kirinya, lebih disukai bila panjangnya
kira-kira 6 - 10 halaman kuarto disertai/atau dalam bentuk tekanan intraabdominal
disket program MS Word.
38. Midazolam efektif mencegah
Nama (para) pengarang ditulis lengkap, disertai keterangan
lembaga/fakultas/institut tempat bekerjanya. Tabel/skema/ PONV
grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas-jelas-
nya dengan tinta hitam agar dapat langsung direproduksi,
39. Asam folat tingkatkan performa
diberi nomor sesuai dengan urutan pemunculannya dalam Ketut Suwiyoga
naskah dan disertai keterangan yang jelas. fungsi kognitif lansia
Bila terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk
menghindari kemungkinan tertukar. Kepustakaan diberi no-
40. Jogging tidak sebaik sepak bola
mor urut sesuai dengan pemunculannya dalam naskah; di- Caroline Hutomo untuk membakar lemak
susun menurut ketentuan dalam Cummulated Index Medicus
dan/ atau Uniform Requirement for Manuscripts Submitted
41. Kadar HDL tinggi melindungi jan-
to Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9).
Contoh : tung Anda
1. Basmajian JV, Kirby RL.Medical Rehabilitation.
1st ed. Baltimore, London: William and Wilkins,
42. Kafein plus asetaminofen beracun
1984; Hal 174-9.
2. Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties IB Putra Adnyana untuk beberapa orang
of invading microorganisms. Dalam: Sodeman
WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: 43. Melawan kuman dengan sabun
Mechanism of diseases. Philadelphia:
WB Saunders, 1974;457-72. dan air hangat
3. Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasa filariasis
di Indonesia. Cermin Dunia Kedokt. 1990; 64: 7-10. Jefferson Rompas 44. Seksio saesar meningkatkan risiko
Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; ibu dan bayi
bila tujuh atau lebih, sebutkan hanya tiga yang pertama dan
tambahkan dkk.
Selain itu juga ada artikel mengenai kanker serviks, kanker utama di
kalangan wanita.
Selamat membaca,
Redaksi
PEMIMPIN UMUM
Dr. Erik Tapan
ISSN: 0125-913 X
http://www.kalbe.co.id/cdk KETUA PENYUNTING
Dr. Budi Riyanto W.
ALAMAT REDAKSI
Gedung KALBE MANAJER BISNIS
Jl. Letjen. Suprapto Kav. 4 Cempaka Putih, Jakarta 10510 Nofa, S.Si, Apt.
PO Box 3117 JKT
DEWAN REDAKSI
Tlp. 021-4208171
Prof. Dr. Sjahbanar Soebianto Zahir, MSc.
Fax.: 021-4287 3685 Dr. Michael Buyung Nugroho
E-mail : cdk@kalbe.co.id Dr. Karta Sadana
http://www.kalbe.co.id/cdk Dr. Sujitno Fadli
Drs. Sie Johan, Apt.
NOMOR IJIN Ferry Sandra, Ph.D.
151/SK/DITJEN PPG/STT/1976 Tanggal 3 Juli 1976 Budhi H. Simon, Ph.D.
REDAKSI KEHORMATAN
Prof. Drg. Siti Wuryan A Prayitno, SKM, MScD, PhD Prof. DR. Dra. Arini Setiawati
Bagian Periodontologi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Prof. Dr. Abdul Muthalib, SpPD KHOM Prof. Dr. Faisal Yunus, PhD, SpP(K)
Divisi Hematologi Onkologi Medik Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta SMF Paru RS Persahabatan, Jakarta
Prof. Dr. Djoko Widodo, SpPD-KPTI Prof. DR. Dr. Rianto Setiabudy, SpFK
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonsia/ Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Dr. R.M. Nugroho Abikusno, MSc., DrPH
Prof. DR. Dr. Charles Surjadi, MPH Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta
Pusat Penelitian Kesehatan Unika Atma Jaya Jakarta
Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS
Prof. DR. Dr. H. Azis Rani, SpPD, KGEH Fakultas KedokteranUniversitas Udayana Denpasar, Bali
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Prof. DR. Dr. Ignatius Riwanto, SpB(K)
Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/
Prof. DR. Dr. Sidartawan Soegondo, SpPD, KEMD, FACE RS Dr. Kariadi, Semarang
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Dr. Tony Setiabudhi, SpKJ,, PhD
Universitas Trisakti/ Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia, Jakarta
DR. Dr. Abidin Widjanarko, SpPD-KHOM
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Kanker Dharmais, Jakarta
Prof. DR. Samsuridjal Djauzi, SpPD,KAI
Sub Dept. Alergi-Imunologi, Dept. Ilmu Penyakit Dalam
DR. Dr. med. Abraham Simatupang, MKes Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Jakarta
Dr. Prijo Sidi pratomo, SpRad(K)
Prof. Dr. Sarah S. Waraouw, SpA(K) Departemen Radiologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado
Prof. DR. Dr. Johan S. Masjhur, SpPD-KEMD, SpKN
Prof. DR. Dr. Rully M.A. Roesli, SpPD-KGH Departemen Kedokteran Nuklir Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung
RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung
Dr. Hendro Susilo, SpS(K)
Dr. Aucky Hinting, PhD, SpAnd Dept. Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/
Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya RS Dr. Soetomo, Surabaya
Prof. DR. drg. Hendro Kusnoto, SpOrt. Prof. DR. Dr. Darwin Karyadi, SpGK
Laboratorium Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Jakarta Institut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat
DR. Dr. Yoga Yuniadi, SpJP Dr. Ike Sri Redjeki, SpAn KIC, M.Kes
Sub Dept. Kardiologi, Dept. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Bagian Anestesiologi & Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
Indonesia/RSP Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung
IB Putra Adnyana, Haya Harareth Didik Gunawan Tamtomo Cermin Dunia Kedokt. 2008; 35(1) : 28-31
dgt
Dept. Of Obstetrics and Gynecology, Dept. of Anatomy, Faculty of
Faculty of Medicine, Udayana Medicine,Sebelas Maret University,
University/ Sanglah Hospital, Solo,Indonesia INNER CELL MASS ISOLA-
Denpasar, Bali, Indonesia TION METHOD AS EMBRYONIC
Background: Kerokan is a Javanese
STEM CELL RESOURCES
Background : Anovulation is traditional medication by slightly
disturbance of follicle development, pressing and rubbing blunt object Dwi Agustina, Caroline T. Sardjono,
rupture and dysfunction of follicle usually coin with oily liquid on the Ferry Sandra
that could be one factor for infertility. skin repeatedly until the skin turns
Generally, anovulation was caused by red. This medication is believed by Stem Cell and Cancer Institute, Kalbe
hormonal imbalance due to pituitary layman to be useful for a condition, Pharmaceutical Company, Jakarta, In-
gland and hypothalamus disorder, which is referred to as masuk angin donesia
including hyperprolactinemia. – common cold. This condition
Hyperprolactinemia was a condition is indicated by intestinal gas Embryonic stem cells are self-renew-
of increased prolactin serum level (flatulence), watery nose, stiffness, ing, pluripotent cells derived from
>25 ng/ml in basal condition. headache, etc. This method, in fact, the inner cell mass of blastocyst
has been practiced not only by the stage embryo.
Objective : To measure risk of Javanese but also by a large number
anovulation among infertile women of people in South East Asia. Due Recently, there are several pub-
with hyperprolactinemia. to its broad use, it is necessary to lished methods to isolate Inner Cell
conduct a research on its reaction. Mass (ICM) from animals and hu-
Method : A case control study was The present research tries to find mans. Methods for the ICM isolation
conducted in Sanglah Hospital out what happens in the Kerokan includes the immunosurgery, micro-
during July 1st 2002 until July 31th medication, and whether or not there surgery, enzymatic, and laser meth-
2004. Cases of 114 infertile women are damages to the skin resulting ods. The crucial component in the
were allocated into two groups: from the repeated pressing and isolation methods is the technique
anovulatory and ovulatory. Prolactin rubbing of blunt object or coin with to remove zona pellucida prior to the
serum level were checked in this two oily liquid on it. ICM isolation. Within each method,
group respectively. there are several advantages and
Result : There were 19 hyper- Methodology: The present research disadvantages in regard to the re-
prolactinemia cases (33,3%) is a descriptive and explorative moval techniques to eliminate zona
found from 57 anovulatory cases. one. Sample of the research pellucida. At the end, the decision to
While from 57 ovulatory cases as was the researcher himself. The select a particular method is based
a control, 10 cases (17,5%) were material of the research was the on the purpose of the experiment.
hyperprolactinemic. This result skin biopsy tissue following the
was not statistically significant exposure to kerokan. The material Keywords: Inner cell mass, isolation,
(p=0,085) with OR = 2,35. However, was stained by SL and examined embryonic stem cell
hyperprolactinemia in infertile cases under the microscope with 400 x
magnification. Cermin Dunia Kedokt. 2008; 35(1) : 32-5
was risk factor for anovulation. hm, ab, bs, fs
Conclusion : There was 2,35
times increased risk of anovulation Result: The analysis shows:
among infertile women with hyper- (1) stratum corneum erosion;
prolactinemia compared with infertile (2) subepithelial tissue edema;
women without hyperprolactinemia. (3) capillaries expansion; (4)
Key words : Hyperprolactinemia, inflammatory cells; and (5)
anovulation, infertile women extravascular erythrocytes.
Conclusion: in kerokan, (1) there is
Cermin Dunia Kedokt. 2008; 35(1) : 5-8 inflammatory reactions, (2) no skin
ibpa, hhh
ABSTRAK
Latar Belakang : Anovulasi adalah gangguan perkembangan sel telur, pecahnya sel telur atau fungsi sel telur yang
merupakan salah satu faktor penyebab infertilitas. Anovulasi biasanya disebabkan oleh ketidakseimbangan hormo-
nal akibat gangguan kelenjar hipofisis atau hipotalamus, termasuk keadaan hiperprolaktinemi. Hiperprolaktinemi
adalah suatu keadaan peningkatan kadar prolaktin serum melebihi 25 ng/ml pada kondisi basal. Meningkatnya
kadar prolaktin ini sering menimbulkan berbagai gangguan sistem reproduksi, termasuk risiko anovulasi.
Tujuan : Untuk mengetahui risiko terjadinya anovulasi pada penderita infertil dengan hiperprolaktinemi.
Bahan dan cara : Penelitian kasus-kontrol dilaksanakan di RS Sanglah Denpasar mulai 1 Juli 2002 hingga 31 Juli
2004. Berdasarkan kriteria inklusi/eksklusi, 114 kasus infertil yang memenuhi kriteria pada penelitian ini dialo-
kasikan menjadi dua kelompok yaitu kelompok anovulasi dan ovulasi. Masing-masing kelompok tersebut diperiksa
kadar prolaktinnya.
Hasil : Dari 57 kasus anovulasi, 19 kasus (33,3%) di antaranya hiperprolaktinemi. Sementara dari 57 kasus ovu-
lasi kontrol, 10 kasus (17,5%) hiperprolaktinemi (tidak berbeda bermakna - p = 0,085; OR = 2,35).
Kesimpulan : Pasien infertil dengan hiperprolaktinemi berisiko mengalami anovulasi 2,35 kali lebih besar daripada
pasien tanpa hiperprolaktinemi.
untaian kalung mutiara dan peningkatan volume ngan hiperprolaktinemia pada penderita infertil. Pene-
ovarium yang berhubungan dengan peningkatan litian dilaksanakan di RS Sanglah Denpasar, mulai 1
stroma. Juli 2002 sampai jumlah sampel cukup.
5. Kelainanan bawaan ovarium adalah tidak adanya
Tabel 2. Hi perprolaktinemi sebagai risiko anovulasi pada penderita
kedua atau satu ovarium; biasanya tuba yang ber- infertil
sangkutan tidak ada pula, atau terdapat ovarium
Anovulasi Ovulasi Jumlah
tambahan yang kecil dan letaknya jauh dari ovarium Prolaktin
f % f % f %
normal.
Hiperprolaktinemi 19 33,3 10 17,5 29 25,4
Tabel 1. Karakteristik Sampel
Normoprolaktinemi 38 66,7 47 82,5 85 74,6
Anovu- Ovu- SE t p Jumlah 57 100 57 100 114 100
lasi lasi Mean
Umur Ibu 19 x 47 893
< 20 tahun 1 - OR = = = 2,35
20-30 tahun 26 31 38 x 10 380
31-40 tahun 30 23 .629
> 40 tahun - 3 .698 .859 .932*
Alamat Dari 114 kasus yang memenuhi kriteria sebagai sub-
Kodya Denpasar 45 53 yek penelitian, 57 kasus infertil dengan anovulasi dan
Kab Gianyar 7 2
Kab.Buleleng - 2
57 kasus infertil dengan ovulasi sebagai kontrol.
Kab.Klungkung 2 - Berikut akan diuraikan hasil penelitian sesuai dengan
Kab.Tabanan 1 - tujuan penelitian.
Luar Bali 2 - .108*
Pendidikan
Sarjana 18 20 Karakteristik sampel dapat dilihat di tabel 1.
SLTA 35 33
SLTP 4 4 .981*
Pekerjaan Pada 57 kasus infertil dengan anovulasi, 19 (33,3%)
Bekerja 34 29 kasus hiperprolaktinemi, sedangkan pada kasus infer-
Tidak Bekerja 23 28 607*
Lama Kawin
til dengan ovulasi sebagai kontrol, 10 (17,5 %) kasus
1 tahun 13 6 .3514 hiperprolaktinemi. Odd ratio = 2,35 berarti pasien in-
> 1 tahun 44 51 .3911 -.234 816* fertil dengan hiperprolaktinemi akan berisiko anovulasi
Paritas
0 44 49 2,35 kali lebih besar daripada tanpa hiperprolaktine-
1 1 5 mi, walaupun secara statistik tidak berbeda bermakna
2 9 2 .117 (p=0,085). (Tabel 2).
>2 2 1 .078 1.617 .109*
Umur anak terkecil
Belum punya anak 44 49 Hiperprolaktinemi dapat menyebabkan gangguan
1 thun 1 1 .1870
>1 tahun 12 7 .3206 -402 .689*
fungsi reproduksi, karena hiperprolaktinemi dapat
Lama tanpa kontrasepsi mengakibatkan keadaan anovulasi. Dilaporkan 54%
1 tahun 45 50 .3125 kasus anovulasi disebabkan karena hiperprolaktine-
>1 tahun 12 7 .3611 -1.047 .297*
Menarche mi(11). Sedangkan anovulasi ini bertanggungjawab
12 tahun 10 17 terhadap 33,5% kasus-kasus infertilitas(14). Salah satu
13 tahun 36 29 penyebab gangguan ovulasi adalah hiperprolaktinemi
14 tahun 10 11 .0866
15 tahun 1 - .0926 1.107 .271* (Lisa A). Selain kadar prolaktin perlu juga diperiksa
Tinggi Badan kadar estrogen, LH dan FSH. Kadar prolaktin bersifat
<145 cm - - .5631
≥145 cm 57 57 .5133 -.345 .730*
dinamis. Jika kadar prolaktin >50 ng/ml maka 20%
Berat Badan terdapat pada tumor hipofise, bila kadar prolaktin 100
<45 k - - .5 929 ng/ml maka 50% terdapat pada tumor hipofise dan
≥45 kg 57 57 .4880 -.137 .891*
Luas Permukaan tubuh kadar prolaktin > 100 ng/ml maka 100 % terdapat
57 57 .00987 -.241 .810* pada tumor hipofise.
Keterangan : * = tidak ada perbedaan bermakna p > 0,05
Samal S dkk (2002) dengan studi prospektif pada 200
sampel penelitian wanita infertil bulan Juni 1997 sam-
HASIL DAN PEMBAHASAN pai dengan Juli 1999 di India, menggunakan kadar
Telah dilakukan penelitian menggunakan rancangan prolaktin serum >25 ng/ml sebagai batasan hiperpro-
kasus-kontrol untuk mengetahui risiko anovulasi de- laktinemi, diperoleh 22 kasus (11%) hiperprolaktinemi
Akurasi Gineskopi
dengan Bantuan Olesan Asam Asetat 5%
untuk Deteksi Displasia pada Lesi Serviks
Ketut Suwiyoga
Sub-divisi Ginekologi Onkologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakulutas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali
ABSTRAK
Tujuan: Mengetahui akurasi diagnostik gineskopi untuk mendeteksi lesi pra kanker serviks dalam rangka mencari
alternatif metoda skrining.
Bahan dan Cara: Penelitian uji diagnostik di poliklinik Ginekologi RS Sanglah Denpasar selama dua tahun 1999-
2000. Sampel adalah pasien dengan lesi serviks dan bersedia sebagai subjek penelitian. Pada sampel dilakukan
apusan asam asetat 5% kemudian divisualisasi dengan gineskopi. Juga dilakukan biopsi untuk pemeriksaan his-
topatologi sebagai baku emas di Bagian Patologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar.
Hasil: Sejumlah 114 kasus lesi serviks menjalani pemeriksaan gineskopi dan histopatologi. Akurasi gineskopi
adalah: sensitifitas 98,1%, spesifisitas 81,9%, nilai prediksi positif 50,9% dan nilai prediksi negatif 91,7%.
Kesimpulan dan Saran: Gineskopi memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang memadai; oleh karena itu dapat di-
pertimbangkan sebagai skrining kanker serviks pada kasus lesi serviks. Mengingat nilai prediksi negatif mencapai
91,7% sebaiknya gineskopi dilakukan bersama dengan teknik skrining lain.
yang dicurigai untuk bahan pemeriksaan histopatologi. Tingkat akurasi pemeriksaan gineskopi untuk mende-
Perhitungan besar sampel berdasarkan pada prakiraan teksi displasi serviks dilaporkan oleh Octtaviano dan
sensitifitas dan spesifisitas uji diagnostik yaitu 85,0% La Torre (1992) pada 2400 pasien dan didapatkan
untuk sensitifitas dan 80,0% untuk spesifisitas dengan sensitifitas 98,4% untuk mendiagnosis zona trans-
penyimpangan masing-masing 10% dan tingkat keper- formasi atipikal yang merupakan tahap awal displasi.4
cayaan 95% (= 0,05). Besar sampel dihitung dengan Wilkinson (1990), dengan menggunakan asam asetat
rumus Pocock dan didapatkan 114 kasus. 5% dapat menemukan 15% kasus displasi yang tidak
ditemukan pada pemeriksaan Pap smear.9 Penelitian
Definisi operasional variabel 1992 mendapatkan sensitifitas gineskopi sebesar
1. Gineskopi adalah pemeriksaan serviks dengan gine- 95,8%, spesifisitas sebesar 99,7%, nilai prediksi posi-
skop yang telah diolesi asam asetat 5% dan penilaian tif 88,5% dan nilai prediksi negatif 99,9%.2
dilakukan setelah 60 detik; negatif jika epitel serviks
menunjukkan gambaran epitel kolumner dikelilingi Perkembangan lesi prakanker menjadi kanker serviks
oleh epitel skuamosa metaplastik yang memberikan adalah antara 5-15 tahun. Selain itu, hanya 2-5% dis-
gambaran seperti buah anggur dan positif apabila plasi berkembang menjadi kanker serviks; 70-75%
menunjukkan gambaran white epithelium (terdapat displasi ringan berkembang menjadi displasi sedang;
bercak putih halus berbatas tegas). 25-35% displasi sedang berkembang menjadi displasi
2. Lesi serviks adalah kelainan serviks uterus berupa berat, dan 15% displasi berat menjadi kanker serviks
servisitis, erosio porsonis uterus, dan papiloma in situ.10,11,12 Hal ini dihubungkan dengan teori karsi-
pada serviks baik secara sendiri-sendiri maupun nogenesis kanker yang multifactors, multihits, dan
bersama-sama. multistages. Artinya kelangsungan karsinogenesis
3. Akurasi gineskopi adalah nilai sensitifitas, spesifisi- memerlukan berbagai karsinogen yang secara ber-
tas, nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif sama-sama dan terus menerus mendera sel sasaran
gineskopi terhadap baku emas histopatologik sehingga secara bertahap mengakibatkan lesi pada
berbagai tahap yaitu mulai tingkat subsel, seluler, ja-
Data dicatat pada formulir khusus dan disajikan dalam ringan, dan organ.13,14 Karsinogen dapat dalam ben-
tabel 2x 2. Kemudian dihitung sensitifitas, spesifisitas, tuk biologi, bahan kimia, dan radiasi baik secara ber-
nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif. sama maupun sendiri-sendiri yang mengakibatkan
lesi/mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut adalah onkogen dan gen supresor tumor;
Tabel 1. Akurasi gineskopi terhadap baku emas histopatologik kedua gen tersebut mempunyai efek yang berlawanan.
Histopatologik
Onkogen memperantarai timbulnya transformasi ma-
Jumlah ligna, sedangkan gen supresor tumor menghambat
Displasia
(+) (-)
perkembangan tumor yang diatur oleh gen yang ter-
Gineskopi
libat dalam pertumbuhan sel. Virus mungkin menye-
Positif 52 50 102
babkan terjadinya multi alterasi gen yang terdiri atas
Negatif 1 11 12
tahap inisiasi reversibel yang memerlukan karsinogen,
Jumlah 53 61 114
promosi ireversibel, selanjutnya progresi, dan berak-
Sejumlah 114 kasus lesi serviks menjalani pemeriksaan hir dengan metastasis.11,14,15 Di tingkat seluler, infeksi
gineskopi dan biopsi ; hasilnya tertera pada tabel 1. HPV episomal pada infeksi fase laten mengekspresi-
kan protein kapsid L1 selain L2 yang berperan pada
Pada penelitian ini didapatkan, untuk gineskopi sensi- replikasi dan perakitan virus baru. Virus baru terse-
tifitas 98,1%, spesifisitas 81,9%, nilai prediksi negatif but menginfeksi kembali sel epitel serviks. Selain itu,
91,7% dan nilai prediksi positif 50,9%. Tingkat akurasi terjadi ekspresi protein E1 dan E2 pada infeksi fase
ini menunjukkan bahwa gineskopi dapat digunakan se- laten yang kemudian mengakibatkan reaksi imun tipe
bagai alat skrining alternatif lesi prakanker. Nilai pre- lambat dengan membentuk antibodi anti E1 dan anti
diksi negatif gineskopi juga memadai; apabila gineskopi menonjol. Selama mutasi genetik berulang dan berta-
menyatakan negatif maka 91,7 % tidak terdapat hap ini E2. Penurunan ekspresi E1 dan E2 serta infeksi
kelai-nan/normal. Sedangkan, nilai prediksi positif dengan jumlah virion HPV lebih dari ± 50 000 per sel
sebesar 50,9% artinya apabila gineskopi menyatakan mendorong integrasi antara DNA virus dengan DNA
positif maka 50,9% adalah benar displasi. Efisiensi sel pejamu dan infeksi memasuki fase aktif. Ekspresi
gineskopi pada penelitian ini sebesar 55,2%. E1 dan E2 rendah/hilang pada pasca integrasi ini
menstimulus ekspresi onkoprotein E6 dan E7 berlebi- lama yaitu 3-12 tahun17 sehingga masih terdapat
han. Protein E6 yang berfungsi sebagai transformasi cukup kesempatan melakukan pemeriksaan untuk
akan mengakibatkan degradasi fungsi p53 dan men- mengatasi baik negatif palsu (8,3%) maupun positif
gaktivasi telomerase. Onkoprotein E7 membentuk palsu (49,0%) gineskopi.
kompleks E7-pRB/pRB mutan yang mengakibatkan
penurunan/hilang fungsi pRB. Selain itu, ekspresi E1 SIMPULAN
dan E2 juga diikuti oleh ekspresi E4 dan E5; E5 ber- Gineskopi menunjukkan sensitifitas 98,15%, spesifisi-
peran sebagai faktor transkripsi membran sel yang tas 81,9%, nilai prediksi positif 50,9%, dan nilai pre-
berinteraksi dengan growth factor receptor (BPV-1). diksi negatif 91,7%.
Selanjutnya, apakah karsinogenesis memasuki fase
berikutnya tergantung dari kerja gen supresor tumor; Gineskopi dapat dipertimbangkan sebagai metoda
pada kanker serviks, protein 53 (p53) dan protein reti- skrining alternatif pada lesi serviks dalam upaya
noblastoma (pRB) dinyatakan berperanan E2. Antibodi down staging kanker serviks karena memiliki berbagai
ini mengakibatkan penurunan ekspresi E1 dan dalam keunggulan seperti sensitifitas dan spesifisitas yang
batas normal atau metaplasia. Gen supresor tumor memadai, tidak traumatis, sederhana/praktis dan
p53 yang menyandi protein 53 wild type berbentuk cepat, dan dapat dikerjakan oleh bidan terlatih.
tetramer, terekspresi pada seluruh sel somatik, dan
memiliki zink finger, dalam bentuk labil, dan berperan DAFTAR PUSTAKA
1. Nuranna L. Skrining kanker serviks upaya down staging dan metode
sebagai kontrol negatif genom. Protein 53 sebagai skrining alternatif. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UI/RSUPN Cipto
guardian of genome berperan sebagai kontrol siklus Manginkusumo, Jakarta 1999: 1-5.
2. Sjamsudin S, Prihartono J, Nuranna L. et al. Aided visual inspection:
sel pada fase S dan fase G2/M melalui kemampuan- preliminary results of the Indonesian gynescopy assessment. Cervical
nya untuk mengenal gen yang rusak, perbaikan gen, Cancer Meeting, Montreal, Canada 1994: 3-4
dan apoptosis. Protein E6 produk HPV berkolaborasi 3. Prijatmo H, Warsito B, Prognosis kanker serviks. Maj.Obstetr. Ginekol.
Indon. 1996.Edisi supp: 45-49.
dengan p53 dan membentuk komplek E7-p53 dan 4. Ottaviano M, La Torre P. Examination of cervix with the naked eye using
p53 mutan yang lebih stabil dan menyebabkan peran- acetic acid test. Am J Obstet Gynecol 1982; 143: 139-42.
an p53 wild type menurun-menghilang. p53 juga dapat 5. Ficsor G, Fuller SK. Jeromin JL. Enhancing cervical-cancer detection
using nucleic acid hybridization and acetic acid test. Nurse Practitio-
mengaktivasi ekspresi onkogen c-myc bekerjasama ner 1998; 15: 26-30.
dengan pRB melalui p21. Protein RB adalah salah satu 6. Bishop A, Sherris J, Tsu VD. Cervical dysplasia treatment in developing
countries : a situation analysis. J Pathol 1995: 1-3.
jenis gen supresor tumor dengan sifat alel negatif, ter- 7. Barron BA, Richart RM. Screening protocols for cervical neoplastic
ekspresi pada seluruh sel somatik dan hilang peranan- disease. J Gynecol Oncol 1991;12: 5156-60.
nya melalui dua kali mutasi (two hit hypothesis theory). 8. Singer A. Cervical cancer screening : state of the art. Clin Obstet Gy-
necol 1999: 39-50.
Sifat pRB sangat labil aktivitasnya dipengaruhi oleh 9. Boronow RC, Mississippi J. Death of papanicolaou smear ? a tale of
fosforilasi-defosoforilasi oleh siklin kinase saja. three reasons. Am J Obstet Gynecol 1998; 179: 391-2.
10. Parkin DM, Pisani P, Ferlay J. Estimates of worldwide incidence of eigh-
Kompleks E7-pRB dan afinitas antara pRB dengan E7 teen major cancers in 1990. Int J Cancer 1993; 54: 594-606.
11. Bakta M. Onkogen: peranannya dalam karsinogenesis. Divisi Hematolo-
yang lebih besar dibandingkan dengan afinitas antara gi dan Onkologi Medik Laboratorium/SMF Penyakit Dalam Fakultas
pRB dengan E2F mengakibatkan faktor transkripsi Kedokteran Universitas Udayana/RS Sanglah Denpasar. Dalam: Kum-
pulan Naskah Pertemuan Ilmiah Nasional Reguler IV Patobiologi: Pato-
E2F bebas dan kemudian bekerja tanpa kontrol oleh biologi Kanker dan Patobiologi Thrombosis, Denpasar 2002: 1-24.
pRB. Sel yang telah mengalami beberapa kali mutasi 12. Murphy M, Levine AJ. Tumor Suppressor Genes. In: Mendelsohn J,
gen dan tidak dapat dikontrol oleh p53 wild type akan Howley PM, Israel MA et al. The Molecular Basis of Cancer 2nd ed.
WB Saunders Co.2001:95-114.
memasuki fase S siklus mitosis sel. Secara klinis, ter- 13. Barrasso R. Human papillomavirus infection in the male. In: Cancer
jadi perubahan jenis sel serviks dari sel normal/mata- and precancer of the cervix, Luesley MD, Barrasso R, Lippincott-Raven
plasia menjadi lesi prakanker berupa displasi derajat Publishers 1998: 265-274.
14. Murakami MS, Woude GFV. Regulation of The Cell Cycle. In: The Mo-
ringan, sedang, dan berat.15,16 lecular Basis of Cancer 2nd ed.. Mendelsohn J, Howley PM, Israel MA,
et al. WB Saunders Co 2001:10-18.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka gineskopi dapat 15. Black DM. Tumor suppressor genes and inheritance of cancer. In: On-
cogenes and Tumor Suppressors, Peters G, Vousden KH.eds. Oxford
dipakai untuk skrining alternatif pada displasi sebagai University Press, New York 1997: 293-307.
lesi prekanker. Hasil skrining lesi prekanker dengan 16. Bandara LR, Lam EWF, Sorensen TS et al. DP-1: a cell cycle-regulated
gineskopi harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan kol- and phosphorylated component of transcription factor DRTF1/E2F
which is functionally important for recognition by pRB and the adenovi-
poskopi dan histopatologis untuk dapat menentukan rus E4 orf 6/7 protein. EMBO J 1994; 13: 3104-6.
terapi yang tepat.17 Waktu yang dibutuhkan lesi pra 17. Wilkinson EJ. Pap smear and sceening for cervical neoplasia. Clin Obs-
tet Gynecol 1990; 33: 817-25.
kanker berkembang menjadi kanker serviks cukup
Terapi Pre-eklampsia
Caroline Hutomo
Observer Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya/ RS Atmajaya, Jakarta
Sebagai dosis rumatan, 4 jam kemudian berikan 5 g. Kategori keamanan pada kehamilan : A - aman pada
magnesium sulfat IM, kecuali jika refleks patella tidak kehamilan.(Fugate SR dkk)
ada, terdapat depresi pernafasan, atau urine output
<100 ml dalam 4 jam tersebut. Atau dapat diberikan Peringatan : Selalu monitor adanya refleks yang hi-
magnesium sulfat 2-4 g/jam IV. Bila kadar magne- lang, depresi nafas dan penurunan urine output: Pem-
sium >10 mg/dl dalam waktu 4 jam setelah pemberi- berian harus dihentikan bila terdapat hipermagnesia
an bolus maka dosis rumatan dapat diturunkan. Level dan pasien mungkin membutuhkan bantuan ventilasi.
terapetik adalah 4,8-8,4 mg/dl. Depresi SSP dapat terjadi pada kadar serum 6-8 mg/
dl, hilangnya refleks tendon pada kadar 8-10 mg/dl,
Dengan protokol di atas, biasanya serum magnesium depresi pernafasan pada kadar 12-17 mg/dl, koma
akan mencapai 4-7 mg/dl pada pasien dengan distri- pada kadar 13-17 mg/dl dan henti jantung pada
busi volume normal dan fungsi ginjal yang normal. kadar 19-20 mg/dl. Bila terdapat tanda keracunan
magnesium, dapat diberikan kalsium glukonat 1 g. IV
Pengawasan aktual serum magnesium hanya dilakukan secara perlahan.
pada pasien dengan gejala keracunan magnesium atau
pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Magnesium sulfat harus dipikirkan untuk wanita hamil
dengan eklampsia karena harganya murah, cocok
Pasien dapat mengalami kejang ketika mendapat mag- digunakan di negara yang pendapatannya rendah.
nesium sulfat. Bila kejang timbul dalam 20 menit per- Pemberian intravena lebih disukai karena efek sam-
tama setelah menerima loading dose, kejang biasanya pingnya lebih rendah dan masalah yang disebabkan
pendek dan tidak memerlukan pengobatan tambahan. oleh tempat penyuntikan lebih sedikit. Lamanya peng-
Bila kejang timbul >20 menit setelah pemberian load- obatan umumnya tidak lebih dari 24 jam, dan bila rute
ing dose, berikan tambahan 2-4 gram magnesium. intravena digunakan untuk terapi rumatan maka do-
sisnya jangan melebihi 1 g/jam.Pemberian dan peng-
Dosis: awasan klinik selama pemberian magnesium sulfat
Inisial: 4-6 g. IV bolus dalam 15-20 menit; bila kejang dapat dilakukan oleh staf medik, bidan dan perawat
timbul setelah pemberian bolus, dapat ditambahkan yang sudah terlatih.
2 g. IV dalam 3-5 menit. Kurang lebih 10-15% pasien
mengalami kejang lagi setelah pemberian loading dosis. 2. Fenitoin
Dosis rumatan: 2-4 g./jam IV per drip. Bila kadar mag- Fenitoin telah berhasil digunakan untuk mengatasi
nesium > 10 mg/dl dalam waktu 4 jam setelah pembe- kejang eklamptik, namun diduga menyebabkan bradi-
rian per bolus maka dosis rumatan dapat diturunkan. kardi dan hipotensi.
Fenitoin bekerja menstabilkan aktivitas neuron dengan
Pada Magpie Study, untuk keamanan, dosis magne- menurunkan flux ion di seberang membran depolarisasi.
sium dibatasi. Dosis awal terbatas pada 4 g. bolus
IV, dilanjutkan dengan dosis rumatan 1 g./jam. Jika Keuntungan fenitoin adalah dapat dilanjutkan secara
diberikan IM, dosisnya 10 g. dilanjutkan 5 g. setiap 4 oral untuk beberapa hari sampai risiko kejang eklam-
jam. Terapi diteruskan hingga 24 jam tik berkurang. Fenitoin juga memiliki kadar terapetik
yang mudah diukur dan penggunaannya dalam jang- Peringatan : Dapat menyebabkan flebitis dan trom-
ka pendek sampai sejauh ini tidak memberikan efek bosis vena, jangan diberikan bila IV line tidak aman;
samping yang buruk pada neonatus. Dapat menyebabkan apnea pada ibu dan henti jantung
Dosis awal: 10 mg/kgbb. IV per drip dengan kecepat- bila diberikan terlalu cepat. Pada neonatus dapat me-
an < 50 mg/min, diikuti dengan dosis rumatan 5 mg/ nyebabkan depresi nafas, hipotonia dan nafsu makan
kgbb. 2 jam kemudian yang buruk.
Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap fenitoin, blok Sodium benzoat berkompetisi dengan bilirubin untuk
sinoatrial, AV blok tingkat kedua dan ketiga, sinus bra- pengikatan albumin, sehingga merupakan faktor pre-
dikardi, sindrom Adams-Stokes disposisi kernikterus pada bayi.
Dosis: 5 mg IV ulangi 15-20 menit kemudian sampai tanda disfungsi hati. Pada pasien yang berumur dapat
tekanan darah <110 mmHg. Aksi obat mulai dalam 15 terjadi keracunan ataupun respons yang rendah.
menit, puncaknya 30-60 menit, durasi kerja 4-6 jam.
3. Nifedi pin:
Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap hidralazin, pe- Merupakan Calcium Channel Blocker yang mempunyai
nyakit rematik katup mitral jantung. efek vasodilatasi kuat arteriolar. Hanya tersedia dalam
bentuk preparat oral.
Interaksi: MAOI dan beta-bloker dapat meningkatkan
toksisitas hidralazin dan efek farmakologi hidralazin Dosis: 10 mg per oral, dapat ditingkatkan sampai do-
dapat berkurang bila berinteraksi dengan indometasin. sis maksimal 120 mg/ hari
Kontraindikasi: Hipersensitif pada labetalol, shock kar- Dosis: dimulai dengan 0.1 mg dua kali sehari; dapat
diogenik, edema paru, bradikardi, blok atrioventrikular, ditingkatkan 0.1-0.2 mg/hari sampai 2.4 mg/hari.
gagal jantung kongestif yang tidak terkompensasi; pe- Penggunaan klonidin menurunkan tekanan darah
nyakit saluran nafas reaktif, bradikardi berat. sebesar 30-60 mmHg, dengan efek puncak 2-4 jam
Interaksi: Menurunkan efek diuretik dan meningkat- dan durasi kerja 6-8 jam. Efek samping yang sering
kan toksisitas dari metotreksat, litium, dan salisilat. terjadi adalah mulut kering dan sedasi, gejala ortosta-
Menghilangkan refleks takikardi yang disebabkan oleh tik kadang terjadi. Penghentian mendadak dapat me-
penggunaan nitrogliserin tanpa efek hipotensi. Simeti- nimbulkan reaksi putus obat.
din dapat meningkatkan kadar labetalol dalam gula Kontraindikasi: Sick-sinus syndrome, blok artrioventri-
darah. Glutetimid dapat menurunkan efek labetalol de- kular derajat dua atau tiga.
ngan cara menginduksi enzim mikrosomal. Interaksi: Diuretik, vasodilator, -bloker dapat mening-
katkan efek antihipertensi. Pemberian bersamaan
Kategori keamanan pada kehamilan : C-keamanan dengan -bloker dan atau glikosida jantung dapat
penggunaanya pada wanita hamil belum ditetapkan. menurunkan denyut jantung dan disritmia. Pembe-
rian bersamaan dengan antidepresan trisiklik dapat
Peringatan: Hati-hati bila digunakan pada pasien dengan menurunkan kemampuan klonidin dalam menurunkan
gangguan fungsi hati. Hentikan penggunaan bila terdapat tekanan darah.
ABSTRAK
Latar Belakang: Penelitian-penelitian menunjukkan adanya kemungkinan untuk memprediksi respons ovarium
terhadap stimulasi ovulasi. Faktor-faktor yang mungkin dijadikan prediktor mencakup umur, volume ovarium, jum-
lah folikel antral, aliran darah stromal ovarium, dan petanda hormonal seperti Follicle Stimulating Hormone (FSH),
estradiol (E2) dan Inhibin B. Hitung folikel antral adalah salah satu cara pemeriksaan kapasitas ovarium yang
sederhana. Dibandingkan pemeriksaan petanda hormonal, pemeriksaan folikel antral lebih sederhana, relatif lebih
murah, dan hanya memerlukan sarana berupa alat ultrasonografi yang saat ini sudah tersedia secara luas dan
penilaian hasilnya dapat dilakukan secara cepat.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara jumlah folikel antral dengan respons stimulasi ovulasi
Bahan dan Cara: Seluruh perempuan yang menjalani program FIV dengan stimulasi short protocol antara bulan
Januari 2005 – Mei 2006 disertakan dalam penelitian. Dilakukan pengumpulan data hitung folikel antral hari
kedua, jumlah folikel matur, jumlah total oosit, jumlah oosit matur, dan total dosis gonadotropin. Dilakukan analisis
Kendall’s correlation test untuk menunjukkan hubungan.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara hitung folikel antral dengan hitung folikel
matur (r=0,329; p=0,037), jumlah total oosit (r=0,506; p=0,001), jumlah oosit matur (r=0,492; p=0,002), dan
total dosis gonadotropin (r=-0,477; p=0,002).
Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara hitung folikel antral dengan
respons ovarium terhadap stimulasi ovulasi dan didapatkan nilai titik potong hitung folikel antral sebesar 4,5.
Kata kunci: hitung folikel antral, respons ovarium, stimulasi ovulasi, short protocol
Untuk pemeriksaan kapasitas ovarium sebenarnya protocol dengan GnRH antagonis. Kriteria eksklusi
ada pemeriksaan yang lebih akurat, yaitu biopsi ovari- adalah riwayat galaktore, hiperprolaktinemi, hirsutism,
um. Akan tetapi pemeriksaan ini sangat invasif dan me- riwayat operasi ovarium, sindrom ovarium polikistik,
merlukan sarana alat laparoskopi yang sangat mahal. endometriosis grade III-IV. Sampel penelitian adalah
seluruh perempuan yang sudah menjalani program
Secara asumsi, jumlah folikel antral yang tampak se- FIV di Klinik Bayi Tabung Graha Tunjung RSUP Sanglah
cara ultrasonografi adalah indikatif untuk jumlah rela- Denpasar.
tif folikel primordial yang tersisa dalam ovarium. Tiap Besar sampel penelitian dihitung dengan rumus :
folikel primordial mengandung satu oosit imatur yang
potensial untuk berkembang kemudian. Dengan kata
lain apabila hanya terdapat sedikit folikel antral yang
terlihat maka terdapat lebih sedikit oosit yang tersisa
dibandingkan apabila terlihat lebih banyak folikel antral n = jumlah sampel, Z = 1,96 (nilai Z untuk tingkat
saat pemeriksaan ultrasonografi (2,4). kemaknaan = 0,05), Z = 1,282 (Nilai Z untuk power
penelitian sebesar 90%), ln = logaritma normal, r =
Berapakah jumlah folikel antral yang baik? Tidak ada perkiraan besar koefisien korelasi (dari kepustakan di-
jawaban yang sempurna untuk pertanyaan ini. Hitung peroleh koefisien korelasi antara jumlah folikel antral
folikel antral belum dilakukan secara rutin sehingga dan jumlah oosit matur sebesar 0,65).
belum cukup data untuk menjawab pertanyaan ini(2).
Jadi sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini se-
Untuk mendefinisikan respon ovarium terhadap sti- dikitnya 20 sampel. Untuk menilai hubungan antara
mulasi ovulasi pun belum terdapat titik potong abso- jumlah folikel antral dan respon stimulasi ovulasi di-
lut yang dapat diterima. Akan tetapi Advanced Fertility lakukan analisis dengan metode regresi linear untuk
Center of Chicago mengklasifikasikan respons terha- mengestimasi koefisien korelasi (analisis dikerjakan
dap stimulasi dengan (2): dengan SPSS v 13.0)
1. Low responder : diperoleh kurang dari 5 folikel ma-
tur Definisi Operasional Variabel
2. Normal responder: diperoleh 5-8 folikel matur 1. Jumlah folikel antral adalah jumlah folikel pada ke-
3. High responder:diperoleh lebih dari 8 folikel matur. dua ovarium dengan diameter 2 sampai 10 mm
Respon terhadap stimulasi sebagian besar dipe- yang terlihat saat pemeriksaan ultrasonografi
ngaruhi oleh kapasitas ovarium. Perempuan dengan transvaginal (Kontron V3.00) pada siklus hari
penurunan kapasitas ovarium memiliki angka kega- kedua dengan mengukur rata-rata diameter foli-
galan stimulasi dan angka kegagalan kehamilan yang kel dari 2 pengukuran tegak lurus dalam mm.
tinggi. Hubungan antara uji hormonal dengan kapasi- 2. Respon ovarium terhadap stimulasi ovulasi dinilai
tas ovarium telah ditetapkan, namun belum terdapat dengan:
kesepakatan mengenai hubungan antara hitung folikel a. Jumlah total folikel matur (folikel matur adalah fo-
antral dan kapasitas ovarium(5). likel berdiameter 16-24 mm dengan kadar E2 :
200 pg/ml per folikel saat penentuan pemberian
Mengingat belum adanya titik potong jumlah folikel an- HCG)
tral sebagai prediktor respons stimulasi ovulasi maka i. Respon baik adalah jika didapatkan folikel matur
penelitian ini ditujukan untuk melihat adanya hubungan lima atau lebih.
antara jumlah folikel antral dengan respon stimulasi ii. Respon buruk adalah jika didapatkan folikel matur
ovulasi; dan berusaha untuk menentukan besar titik kurang dari lima.
potong tersebut. b. Jumlah total oosit yang diperoleh dalam prosedur
petik ovum
BAHAN DAN CARA c. Jumlah oosit matur yang diperoleh dalam prosedur
Rancangan penelitian adalah historical cohort dengan petik ovum. Oosit matur adalah oosit dengan ku-
populasi seluruh perempuan yang sudah menjalani mulus yang lebar dengan korona radiata tersebar
program Fertilisasi In Vitro (FIV) di klinik bayi tabung merata mengelilingi oosit dan zona pelusida serta
Graha Tunjung RSUP Sanglah Denpasar antara Ja- ooplasma tampak jelas.
nuari 2005 sampai Mei 2006. Kriteria inklusi adalah d. Jumlah total dosis gonadotropin yang diperlukan
perempuan yang menjalani program FIV dengan short dalam siklus stimulasi ovulasi.
77,8% dan spesifisitas 71,4% untuk jumlah folikel 5. Elter K, Kavak ZN, Gokasian H et al. Antral follicle assessment after
down-regulation may be a useful tool for predicting pregnancy loss in in
antral sebagai prediktor respon ovarium terha- vitro fertilization pregnancies. Gynecol. Endocrinol.2005; 21(1):33-37
dap stimulasi ovulasi dengan Nilai Prediksi Positif 6. Chang MY, Chiang CH, Hsieh TT et al. Use of antral follicle count to
sebesar 87,5% dan Nilai Prediksi Negatif sebesar predict the outcome of assisted reproductive technologies. Fertil Ste-
ril.1998; 69(3):505-510
55,6%. 7. Hung YN, Oi ST, Pak CH. The significance of the number of antral fol-
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah licles prior to stimulation in predicting ovarian responses in an IVF pro-
gramme. Human Reprod. 2000;15(9):1937-1942
sampel lebih besar sehingga dapat ditentukan titik 8. Dumesic DA, Damario MA, Session DR et al. Ovarian morphology and
potong yang lebih tepat agar hitung folikel antral serum hormone markers as predictors of ovarian follicle recruitment
dapat dipergunakan sebagai prediktor yang lebih by gonadotropins for in vitro fertilization. J Clin Endocrinol & Metabo-
lism 2001;86:2538-2543
akurat dalam memprediksi respons ovarium terha- 9. Kupesic S, Kurjak A. Predictors of IVF outcome by three-dimensional
dap stimulasi ovulasi. ultrasound. Human Reproduction 2002;17(4):950-955.
4. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk penentuan 10. Scheffer GJ, Broekmans FJM, Looman CWN, et al.The number of an-
tral follicles in normal women with proven fertility is the best reflection
dosis dan protokol stimulasi sesuai dengan jumlah of reproductive age. Human Reprod. 2003;18(4):700-706
folikel antral. 11. Vladimirof I, Tacheva D, Blagoeva V. Prognostic value of some hor-
monal and ultrasound ovarian reserve test. Akush Ginekol. 2003;
42(5):14-20
KEPUSTAKAAN
12. Muttukrishna S, McGarrigle H, Wakim R, et al. Antral follicle count,
1. Popovic-Todorovic B, Loft A, Lindhard A et al. A prospective study of
anti-mullerian hormone and inhibin B: predictors of ovarian res-
predictive factors of ovarian response in ’standard’ IVF/ICSI patients
ponse in assisted reproductive technology ? Br.J.Obstetr.Gynecol.
treated with recombinant FSH. A Suggestion for a recombinant FSH
2005;112(10):1384
dosage normogram. Human Reproduction 2003;18(4):781-787
13. Pohl M, Hohlagschwandtner M, Obruca A et al. Number and size of
2. Anonim. Methods to help predict female fertility, IVF cancellation risk,
antral follicles as predictive factors in invitro fertilization and embryo
response to ovarian stimulation drugs, and number of eggs retrieved
transver. J. Assisted Reprod. Genetics 2000;17:315-318
for IVF. Advanced Fertility Center of Chicago. http://www.advancefer-
14. Scott RT Jr. Evaluation and treatment of the low responder patient.
tility.com/antralfolliclecounts.html. 2005.
Textbook of Assisted Reproductive Techniques Laboratory and Clinical
3. Speroff L,Glass RH, Kase NG. Induction of Ovulation. In: Clinical Gyne-
Perspectives 2001. hal. 527-42
cology, Endocrinology and Infertility, 6th ed.,1999.hal.1097-132
15. Lunenfeld B. What’s new in ovarian stimulation? Life (Learning Initia-
4. Bancsi LF, Broekmans FJ, Eijkemans MJ et al. Predictors of poor ova-
tives for Fertility Experts. 2006;14(2): 25
rian response in in vitro fertilization : a prospective study comparing
basal markers of ovarian reserve. Fertil Steril 2002;77(2):328-36
Selain itu ada yang menyatakan bahwa pertumbuhan Meskipun sekitar 50% pertumbuhan janin terham-
bat belum diketahui penyebabnya, ada beberapa fak- 1) Fase hiperplasi atau proliferasi (penambahan jum-
tor yang diketahui dapat menyebabkan pertumbuhan lah sel)
janin terhambat. 2) Fase hiperplasi terjadi bersamaan dengan fase hi-
1) Faktor ibu pertrofi
a. Penyakit paru kronik 3) Fase hipertrofi (penambahan ukuran sel)
b. Penyakit jantung sianotik Fase hiperplasi dimulai di awal perkembangan janin, ke-
c. Hipertensi mudian sesuai dengan perkembangan kehamilan secara
d. Anemi berat bertahap terjadi pergeseran ke fase hipertrofi.10,11
e. Malnutrisi
f. Konsumsi rendah kalori Gangguan pertumbuhan (malnutrisi) yang terjadi pada
g. Merokok & adiksi obat fase hiperplasi akan menyebabkan pengurangan jum-
h. Gangguan absorpsi makanan (operasi resek- lah sel yang sifatnya permanen (pertumbuhan janin
si usus) terhambat tipe I) sedangkan malnutrisi pada fase hi-
i. Riwayat PJT sebelumnya pertrofi akan menyebabkan pengurangan ukuran sel
j. Penambahan berat badan ibu selama ke- yang sifatnya reversibel (pertumbuhan janin terhambat
hamilan < 7 kg pada saat aterm atau berat tipe II). Malnutrisi pada fase hiperplasi dan hipertrofi
badan ibu kurang dari 45 kg akan menyebabkan pengurangan jumlah dan ukuran
k. Penambahan tinggi fundus uteri < 10 persen- sel (pertumbuhan janin terhambat tipe campuran).
til menurut kurva normal
2) Faktor plasenta Pada pertumbuhan janin terhambat tipe I gangguan
a. Plasenta kecil dan penderita hipertensi pertumbuhan telah dimulai sejak awal kehamilan.
b. Plasenta sirkumvalata Gangguan ini dapat disebabkan oleh kelainan gene-
c. Implantasi plasenta abnormal tik pada kromosom, kelainan kongenital, infeksi virus,
d. Solusio plasenta obat-obatan teratogenik, dsb. Gambaran pertumbuh-
3) Faktor janin an janin terhambat tipe I adalah berupa pengurangan
a. Kelainan kongenital ukuran organ-organ janin yang sifatnya menyeluruh
b. Trisomi(18,21) (proporsional) baik ukuran kepala, ukuran tubuh, mau-
c. Infeksi intrauterin (TORCH, AIDS) pun panjang janin.12,13
d. Radiasi
Pada pertumbuhan janin terhambat tipe II, gangguan
Diagnosis Banding : Preterm biasanya dimulai pada kehamilan trimester III. Pada
awalnya pertumbuhan janin berlangsung normal, ke-
KLASIFIKASI mudian laju pertumbuhan berkurang, akhirnya ber-
Berdasarkan proses terjadinya, pertumbuhan janin henti. Organ yang paling rawan terkena adalah or-
terhambat dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kelom- gan-organ internal (ginjal, paru, hepar, usus, timus,
pok, yaitu: adrenal, limpa). Lemak subkutis akan berkurang.
1) Pertumbuhan janin terhambat tipe I (simetrik, pro- Pertumbuhan otak (kepala) biasanya tidak terganggu,
porsional) yang terjadi akibat berkurangnya potensi sehingga terjadi disproporsi antara ukuran kepala
pertumbuhan janin. dengan ukuran tubuh. Kelainan ini sering terjadi aki-
2) Pertumbuhan janin terhambat tipe II (asimetrik, bat gangguan fungsi plasenta (insufisiensi plasenta)
disproporsional) yang terjadi akibat pembatasan yang menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi dari ibu
pertumbuhan janin. ke janin menjadi berkurang. Secara umum berat janin
sedikit berkurang. Oleh karena itu pertumbuhan otak
Jenis yang paling banyak dijumpai adalah tipe II yaitu jarang terganggu, atau terjadi pada keadaan yang pa-
sekitar 80%, sisanya tipe I.6,8,9 ling akhir. Mekanisme ini dikenal sebagai brain-sparing
phenomenon.13
Bentuk pertumbuhan janin terhambat ditentukan oleh
saat gangguan timbul dan lamanya stimuli penyebab PEMERIKSAAN PENUNJANG
gangguan, berat dan asal gangguan. 1) Pemantauan klinis dengan Gravidogram menu-
rut JICA sebagai prakiraan adanya PJT ber-
Proses pertumbuhan sel-sel pada organ janin dan dasarkan pengamatan faktor-faktor risiko dan
plasenta dapat dibagi ke dalam 3 fase, yaitu: ketidaksesuaian tinggi fundus uteri dengan umur
kehamilannya dapat digunakan di daerah yang be- kinan adanya kelainan bawaan yang dapat menye-
lum mempunyai peralatan USG. babkan oligohidramnion (seperti agenesis atau dis-
2) USG genesis ginjal yang sering menyertai pertumbuhan
Ultrasonografi (USG) saat ini dipandang sebagai janin terhambat) juga perlu diwaspadai.12,13
metode pemeriksaan yang paling akurat untuk b. Penilaian kesejahteraan janin
mendeteksi adanya pertumbuhan janin terhambat. Penilaian kesejahteraan janin terutama berguna
Pemeriksaan USG bermanfaat dalam menentukan untuk mendeteksi adanya asfiksi intrauterin. Bebe-
jenis, progresivitas (derajat) pertumbuhan janin ter- rapa cara pemeriksaan antara lain penilaian profil
hambat, prognosis dan cara penanganan pertumbu- biofisik janin, kardiotokografi (KTG) dan analisis gas
han janin terhambat. Syarat utama untuk mengeta- darah janin. Penilaian profil biofisik janin terdiri atas
hui apakah pertumbuhan janin berjalan normal atau penilaian gerakan tubuh janin, gerak pernapasan
tidak adalah usia kehamilan yang tepat. Usia kehami- janin, tonus janin dan volume cairan amnion ber-
lan secara tradisional dihitung dari tanggal hari per- dasarkan pemeriksaan USG disertai dengan pe-
tama haid terakhir (HPHT). Namun sekitar 20-40% nilaian reaktivitas denyut jantung janin berdasarkan
ibu hamil HPHT-nya tidak dapat dipercaya, misalnya atas sistem skoring janin berdasarkan tes tanpa
karena: 1) lupa; 2) riwayat oligomenore atau me- kontraksi (non-stress test) dengan KTG. Penilaian
troragi; 3) perdarahan akibat AKDR; 4) perdarahan didasarkan atas sistem skoring (skor total antara
nidasi dan 5) riwayat penggunaan kontrasepsi 12,13 1-10). Angka kematian perinatal akibat asfiksi akan
jelas meningkat bila nilai skor < 4.12,13
Pada pemeriksaan USG dapat dicari tanda-tanda fung- c. Penilaian sistem organ janin
sional janin yang dapat dibedakan atas “tanda-tanda Penilaian ini bermanfaat untuk menentukan etiologi
keras” (hard signs) dan “tanda-tanda lunak” (soft dan derajat pertumbuhan janin terhambat. Misal-
signs). nya, rasio lingkar kepala terhadap lingkar abdomen
(rasio HC/AC) akan meningkat pada pertumbuhan
Tanda-tanda keras bermanfaat untuk menentukan janin terhambat tipe II; sedangkan pada pertumbuh-
etiologi dan prognosis janin; merupakan tanda-tanda an janin terhambat tipe I, rasio HC/ACnya normal.
yang dapat diukur dan mempunyai pengaruh besar Makin berat derajat pertumbuhan janin terhambat
pada kejadian kematian perinatal. tipe II, rasio HC/AC akan makin besar meskipun
pada pertumbuhan janin terhambat tipe II yang ter-
Tanda-tanda keras tersebut adalah: jadi pada kehamilan yang lebih muda, rasio HC/AC-
a. Penilaian volume cairan amnion nya normal.12,13
Ultrasonografi dapat digunakan untuk menilai vo- d. Pemeriksaan Doppler
lume cairan amnion secara semikuantitatif, yang Ditujukan untuk menilai perubahan resistensi
sangat berguna di dalam evaluasi pertumbuhan vaskuler melalui pengukuran kecepatan arus darah
janin terhambat. Beberapa cara penilaian volume dengan gelombang ultrasonik.
cairan amnion, misalnya mengukur diameter ver-
tikal kantung amnion yang terbesar, atau meng- Pertumbuhan janin terhambat tipe II yang terutama
hitung skor 4 kuadran kantong amnion. Manning akibat insufisiensi plasenta akan terdiagnosis dengan
(1981) mengemukakan bahwa perkiraan kualita- baik secara Ultrasonik Doppler. Didapatkan pening-
tif volume cairan amnion dapat digunakan untuk katan resistensi perifer kapiler-kapiler dalam rahim
mengenali retardasi pertumbuhan janin. Hasil (terutama pada Hipertensi Dalam Kehamilan ditandai
abnormal jika ditemukan kantong cairan beruku- dengan penurunan tekanan diastolik sehingga akan
ran <1 cm. Diagnosis oligohidramnion ditegakkan terjadi peninggian rasio sistolik/diastolik), indeks pul-
bila diameter vertikal amnion <1 cm (penulis lain satilitas dan indeks resistensi. Akhir-akhir ini Ultra-
memakai batasan 2 cm), atau bila skor 4 kuadran sonik Doppler dianggap sebagai metoda yang dapat
kantung amnion <5. Bila terdapat oligohidramnion paling dini mendiagnosis gangguan pertumbuhan se-
maka risiko kematian perinatal akibat komplikasi belum terlihat tanda-tanda lain. Kelainan aliran darah
asfiksi akan meningkat lebih dari 50 kali lipat. Oleh pada pemeriksaan Doppler baru akan terdeteksi oleh
karena itu adanya oligohidramnion pada pertum- Kardiotokografi 1 minggu kemudian, hilangnya ge-
buhan janin terhambat dianggap sebagai keadaan lombang diastolik (lost of end diastolic velocity wave-
emergensi dan merupakan indikasi terminasi pada form) akan diikuti oleh kelainan kardiotokogram 3-4
janin yang sudah mampu hidup (viable). Kemung- hari kemudian. Gelombang diastolik terbalik (reversed
diastolic flow) akan disertai dengan peningkatan kema- nentukan adanya risiko asfiksi, dan derajat beratnya
tian perinatal dalam waktu 48-72 jam. Dengan demiki- asfiksi janin pada pertumbuhan janin terhambat yang
an, pemeriksaan Ultrasonik Doppler bisa mengetahui disebabkan insufisiensi plasenta. Selain itu pemerik-
kemungkinan etiologi, derajat penyakit dan prognosis saan ini juga dapat membedakan pertumbuhan janin
janin dengan pertumbuhan terhambat. terhambat akibat insufisiensi plasenta dari pertumbu-
han janin terhambat akibat kelainan kongenital.
Identifikasi bentuk gelombang abnormal di arteri um-
bilikalis perlu dicurigai sebagai tanda adanya retar- Terdapat bukti kuat bahwa velosimetri Doppler um-
dasi pertumbuhan janin. Kelainan bentuk gelombang bilikal berhubungan dengan hasil perinatal pada ke-
tersebut adalah jika tidak ditemukan aliran diastolik lompok risiko tinggi. Lebih jauh lagi pengetahuan akan
akhir pada gelombang aliran arteri umbilikalis. Kelain- data Doppler berhubungan dengan penurunan angka
an bentuk gelombang aorta janin yang abnormal dan kematian perinatal, yang juga menurunkan frekuensi
berkurangnva aliran darah aorta juga dapat meru- intervensi medis seperti pengawasan antenatal, induk-
pakan tanda yang perlu dicurigai. Peningkatan pulsa- si persalinan, dan SC karena gawat janin. Velosimetri
tilitas arteri umbilikalis dan penurunan pulsatilitas ar- doppler arteri umbilikal terutama untuk pemeriksaan
teri karotis yang terjadi bersamaan juga dapat terjadi fungsi plasenta. Gabungan data doppler kedua velo-
pada retardasi pertumbuhan janin. simetri umbilikal dan velosimetri serebral memberikan
informasi tambahan pada janin dengan abnormalitas
Pada keadaan resistensi vaskuler yang meningkat, plasenta. 12,13
maka kecepatan arus darah selama sistolik akan me-
ningkat, sedangkan kecepatan arus darah selama Tanda-tanda lunak
diastolik akan berkurang. Makin besar peningkatan re- Merupakan tanda-tanda pada janin dengan pertumbu-
sistensi vaskuler, kecepatan arus darah diastolik akan han terhambat yang kurang objektif dan belum jelas
makin berkurang. Perubahan-perubahan ini digunakan hubungannya dengan etiologi, derajat dan prognosis
sebagai cara penentuan resistensi vaskuler, misalnya janin.
dengan penghitungan rasio sistolik/diastolik (rasio Tanda-tanda tersebut antara lain:
S/D), indeks pulsatilitas, dan indeks resistensi. a. Penilaian maturasi plasenta
Walaupun derajat maturasi plasenta me-
ningkat sesuai dengan pertumbuhan umur
kehamilan(Grannum dkk, 1979), akan tetapi tidak
berhubungan dengan berat badan anak. Kazzi dkk
Pada keadaan insufisiensi plasen- (1983) melaporkan bahwa plasenta derajat III pada
janin preterm atau kecil menurut usia gestasional,
ta terjadi perubahan abnormal yang didefinisikan melalui diameter biparietal ≤ 87
mikrosirkulasi plasenta yang mm, memiliki kaitan tinggi dengan retardasi per-
tumbuhan janin. Sampai saat ini keadaan tersebut
akan menyebabkan peningkatan belum dikonfirmasikan pada kehamilan tunggal, na-
mun proses penuaan plasenta yang makin cepat
resistensi vaskuler plasenta. pernah dilaporkan jika kehamilan kembar tersebut
dibandingkan dengan kehamilan tungal (Trudinaer
dan Cook, 1985).
Keadaan ini akan menyebabkan perubahan gambaran b. Penilaian ketebalan lemak subkutan
velosimetri arus darah di dalam arteri umbilikal yang Bayi normal akan memperlihatkan penimbunan le-
berbanding lurus dengan derajat peningkatan resis- mak subkutan yang cukup tebal, terutama di dae-
tensi mikrovaskuler plasenta. Penilaian velosimetri rah pipi, perut dan tengkuk (Dragon sign).
darah arteri umbilikal berguna untuk mengenali per- c. Penilaian ketebalan lemak dan otot janin
tumbuhan janin terhambat akibat insufisiensi plasenta Keadaan dan status gizi janin dihubungkan dengan
dan juga untuk menentukan beratnya penyakit. Pada besarnya lingkaran pertengahan paha janin.
pertumbuhan janin terhambat, biasanya janin me-
ngalami asfiksi kronik dan terjadi redistribusi aliran PENATALAKSANAAN
darah. Pemeriksaan velosimetri pembuluh darah janin Penatalaksanaan terutama berdasarkan kausanya :
tertentu (arteri karotis, aorta abdominalis) dapat me- - Bila dicurigai, rujuk ke pusat pelayanan kesehatan
ABSTRAK
Latar belakang. Kerokan adalah suatu pengobatan tradisional Jawa dengan cara menekan dan menggeserkan
mata uang logam pada tubuh berulang-ulang dengan cairan yang licin sehingga terjadi warna merah. Pengobatan
ini dipercaya bermanfaat untuk keadaan yang oleh masyarakat awam disebut “masuk angin”yang ditandai dengan
perut kembung,hidung berair, pegal linu, nyeri kepala dan sebagainya. Pengobatan ini ternyata tidak hanya diman-
faatkan di Jawa saja melainkan oleh sebagian besar masyarakat Asia Tenggara. Mengingat luasnya pemanfaatan
cara ini di masyarakat maka perlu penelitian reaksi dan adakah kerusakan pada kulit akibat tekanan dan geseran
yang berulang-ulang pada kerokan.
Metode: penelitian deskriptif eksploratif dengan sampel peneliti sendiri, bahan penelitian adalah jaringan biopsi
kulit sesudah kerokan. Bahan diwarnai dengan pengecatan SL kemudian diperiksa di bawah mikroskop dengan
pembesaran 400X
Hasil: 1. erosi pada stratum corneum, 2. udem jaringan subepitel 3. kapiler melebar, 4. sebukan ringan sel in-
flamasi, 5. eritrosit ekstravaskuler.
Simpulan: 1. pada kerokan terjadi reaksi inflamasi,
2. tidak terdapat kerusakan kulit pada kerokan.
mudian menyamping dari tengah ke tepi, di bagian le- 10.Dilakukan penutupan (mounting)
her belakang dilakukan dari atas ke bawah dan di dae- 11.Diamati di bawah mikroskop Olympus dengan ka-
rah dada dilakukan dari tengah ke tepi. Kerokan tidak mera dp 70 dengan pembesaran 400x
menyebabkan rasa sakit jika dilakukan dengan benar,
warna merah yang terjadi dapat dipakai sebagai pe- HASIL PENELITIAN
ngukur berat ringannya masuk angin, makin merah
warnanya makin berat derajat sakitnya.6 Pengobatan
ini memberi hasil yang sangat mengagumkan karena
bekerja melalui bermacam-macam sistem antara lain
kulit, otot, pembuluh darah, saraf, limfa, sistem imun
dan meridian.6
METODOLOGI
Gambar 2 : Makrofag yang sedang fagositosis
Tempat penelitan di Klinik Padma dan laboratorium
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran UNS pada Sep-
tember 2004 atas peneliti sendiri.
nang, instruktur olah raga, pekerja kesehatan sebagai dan jaringan yang terkena berbeda, mediator yang
penganiayaan(abuse ).15 dilepaskan sama, sehingga respon terhadap inflamasi
tampaknya stereotip. Jadi infeksi yang disebabkan oleh
Praktek Cao Gio (kerokan) di kalangan populasi Asia kuman; jejas panas, dingin, radiasi, listrik , bahan kimia
Tenggara (Vietnam, Cambodia, Laos) di Amerika dan trauma mekanik, akan memberi reaksi inflamasi
mengundang perdebatan dan oleh tenaga keseha- segera yang sama. Meskipun pada dasarnya proses
tan Amerika dikatakan bahwa tindakan ini adalah inflamasi itu stereotip, intensitas dan luasnya tergan-
abuse.16 tung pada derajat parahnya jejas dan kemampuan
bereaksi tuan rumah. Inflamasi akut dapat terbatas
Pada kerokan memang terjadi warna merah pada pada tempat jejas dan menimbulkan tanda dan gejala
kulit, tetapi jangan dikacaukan dengan kelainan perda- lokal atau dapat ekstensif dan menyebabkan tanda
rahan.17 dan jangan dituduh sebagai abuse tanpa dan gejala sistemik.23
penelitian kultural yang mendalam.18 Banyak orang
dewasa dan anak-anak menyukai pengobatan ini; kero- 1. Erosi stratum korneum epidermis
kan yang benar tidak menyebabkan rasa sakit bahkan Erosi disebabkan jejas mekanik uang logam yang di-
nyaman.8 gunakan pada kerokan. Keadaan ini terbatas hanya
di stratum korneum saja, karena pada proses pengo-
Hasil penelitian jaringan biopsi kulit sesudah kerokan batan ini dipergunakan cairan pelicin.
mendapatkan ekskoriasi stratum korneum epidermis,
sembab jaringan sub epitel, kapiler melebar, sebukan 2. Udem jaringan sub epitel
ringan sel limfosit dan monosit, sel eritrosit perivasku- Segera setelah jejas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang
lar, tampak pula sel-sel mati (debris). Tanda-tanda didahului oleh vasokonstriksi singkat. Sfingter praka-
tersebut di atas merupakan suatu reaksi inflamasi.19 piler membuka menyebabkan peningkatan aliran da-
rah kapiler. Akibatnya anyaman venular pasca kapiler
Inflamasi adalah reaksi jaringan yang mempunyai melebar dan diisi darah yang mengalir deras. Dengan
vaskularisasi terhadap jejas, merupakan suatu pro- demikian jaringan mikrovaskular di lokasi jejas mele-
ses kompleks meliputi perubahan pembuluh darah, bar berisi darah yang terbendung.26 Bertambahnya
perubahan jaringan ikat dan interaksi berbagai jenis aliran darah pada tahap awal akan disusul dengan
sel.19-,22 Inflamasi bertujuan untuk menetralisir agen perlambatan aliran darah, perubahan tekanan darah
penyebab jejas dan membersihkan jaringan yang mati; intravaskular dan perubahan dinding pembuluh darah.
jadi inflamasi merupakan salah satu komponen pe- Venula dan kapiler bertambah permeabel menyebab-
nyembuhan sebab ia menyiapkan jaringan terjejas kan keluarnya cairan plasma ke jaringan. Hal ini akan
untuk proses penyembuhan.23,24,25 meningkatkan viskositas darah sehingga sel darah
menggumpal dan tahanan terhadap aliran darah naik,
Inflamasi akut merupakan jawaban atau respon lang- oleh sebab itu aliran darah yang keluar dari tempat je-
sung dan dini terhadap agen jejas. Respon ini relatif jas akan terhalang dan menambah stasis. Berkurang-
singkat, hanya berlangsung beberapa jam atau hari. nya aliran darah keluar bersamaan dengan mening-
Karena kedua komponen utama pertahanan tubuh yai- katnya aliran darah masuk dari arteriol meningkatkan
tu antibodi dan leukosit terdapat dalam aliran darah, tekanan hidrostatik kapiler dan venula. Tekanan yang
maka tidak mengherankan bahwa fenomena vaskular tinggi ini akan mendesak cairan ke luar ke jaringan in-
berperan penting pada proses inflamasi.21,23 tertisial sehingga terjadi udem.22,23
SIMPULAN
1. Pada pengobatan kerokan terjadi reaksi inflamasi
2. Tidak terdapat kerusakan pada kulit
ABSTRAK
Embryonic stem cell (ESC) merupakan sumber stem cell yang berasal dari embrio stadium blastosis; bagian yang
diisolasi adalah inner cell mass (ICM) yang bersifat pluripoten. Sampai saat ini terdapat beberapa metode untuk
mengisolasi ICM, baik dari hewan maupun manusia. Metode isolasi ICM tersebut adalah metode immunosurgery,
microsurgery, enzimatik, dan laser. Perlu juga diperhatikan metode penghilangan zona pellucida dari blastosis
sebelum isolasi ICM dilakukan. Setiap metode penghilangan zona pellucida dan isolasi ICM tersebut memiliki kele-
bihan dan kelemahan tersendiri. Penentuan penggunaan metode-metode tersebut tergantung pada tujuan pene-
litian yang akan dilakukan.
berpotensi untuk mem- acid. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kontak blas-
bentuk plasenta. Karak- tosis dengan bahan-bahan yang berasal dari hewan.
teristik inilah yang menjadi Namun penggunaan Tyrode memerlukan penanganan
alasan untuk memisahkan yang cepat agar blastosis tidak terlalu lama terpapar
kedua jenis sel tersebut. dengan larutan asam tersebut. Setelah zona pellucida
ICM digambarkan sebagai lisis akibat kontak dengan Tryode’ acid, blastosis dicu-
suatu koloni dengan ukuran ci beberapa kali untuk menghilangkan sisa-sisa asam
sel yang kecil, memiliki yang tertinggal. Isolasi ICM siap dilakukan.1, 3, 9, 14, 20
nukleus berukuran besar,
Gambar 2. Bagian-bagian embrio dan sitoplasma yang se- Metode immunosurgery merupakan metode isolasi
stadium blastosis: ICM (Inner
Cell Mass),T (Trofoblas),dan C dikit. ICM yang diperoleh ICM dengan menggunakan antibodi yang mengenali
2
(Blastosol). kemudian dapat dikultur trofektoderm. Metode ini sudah dilakukan sejak tahun
dengan tetap memper- 1975 oleh Solter dan Knowles. Immunosurgery dapat
tahankan sifat undifferen- melisiskan sel-sel trofektoderm sehingga sel-sel ICM
tiated yang dimilikinya.7 yang terdapat di dalamnya dapat dengan mudah di-
isolasi untuk kemudian dikultur dalam medium yang
Terdapat beberapa metode isolasi ICM yang telah mengandung LIF atau MEF untuk membentuk koloni
dikenal dan dilakukan oleh para peneliti hingga saat ESC. Isolasi ICM dengan metode immunosurgery di-
ini, yaitu metode immunosurgery, pembedahan mikro lakukan dengan menginkubasi blastosis tanpa zona
atau microsurgery, enzimatik, dan dengan menggu- dalam rabbit anti-mouse antibody (untuk ESC dari em-
nakan sinar laser. Perbedaan dari tiap-tiap metode brio mencit) atau rabbit anti-human antibody (untuk
tersebut adalah alat dan bahan yang digunakan, per- ESC dari embrio manusia) dan complement sera from
lakuan serta waktu yang dibutuhkan untuk mendapat- guinea pig, masing-masing 30 menit pada 370C, 5%
kan ICM.5, 8, 13, 14, 17 CO2. Penggunaan antibodi dalam metode ini disesuai-
kan dengan blastosis yang digunakan, dimana antibodi
Pemilihan penggunaan metode isolasi ICM dapat di- yang mengenali trofektoderm akan melisiskan sel-sel
lakukan dengan melihat kualitas dari blastosis yang tersebut.
akan diisolasi ICM-nya. Kualitas blastosis yang mem-
bentuk ICM merupakan faktor penting yang mempe-
ngaruhi keberhasilan dalam perkembangan kultur
ESC. Blastosis dengan ICM yang terlihat jelas dan
ukurannya cukup besar dapat menggunakan metode
immunosurgery untuk mengisolasi ICM. Blastosit de-
ngan ICM yang terlihat jelas namun ukurannya lebih
Gambar 3. Metode immunosuregery untuk mengisolasi ICM dari blas-
kecil bila dibandingkan dengan yang pertama dapat tosis mencit. Mula-mula blastosis diinkubasi dalam rabbit anti-mouse
menggunakan metode microsurgery. Selain dari kuali- serum,dicuci,kemudian diinkubasi dengan guinea pig complement.
Sel-sel trofoblas akan lisis dan ICM dapat diisolasi.6
tas blastosis, penggunaan metode pengisolasian ICM
dipilih berdasarkan asal blastosis serta tujuan dari
masing-masing penelitian. Penelitian ESC saat ini yang Berdasarkan kualitas blastosit, immunosurgery hanya
menggunakan blastosis manusia telah mengurangi dapat dilakukan pada blastosis yang memiliki ICM yang
adanya kontak dengan bahan-bahan yang berasal dari terlihat jelas dan berukuran cukup. Untuk blastosit yang
hewan, seperti antibodi dan serum. Oleh karena itu pe- memiliki ICM dalam jumlah sedikit, penggunaan metode
milihan metoda pengisolasian ICM perlu diperhatikan immunosurgery untuk mengisolasi ICM menjadi tidak
dengan baik.1, 7, 8, 12, 14-16, 21 optimal karena ditakutkan ICM akan hilang selama pro-
ses immunosurgery berlangsung. Penggunaan metode
Beberapa metode di atas memerlukan proses peng- immunosurgery sudah jarang dilakukan pada penelitian
hilangan zona pellucida terlebih dahulu untuk memper- akhir-akhir ini, terutama penelitian ESC yang menggu-
mudah dalam proses pengisolasian ICM. Bahan yang nakan blastosis manusia. Hal ini dilakukan untuk me-
biasanya digunakan untuk menghilangkan zona pellu- ngurangi kontak kultur sel dengan bahan-bahan yang
cida blastosis adalah enzim pronase 0.25% - 0.5%. berasal dari hewan, yaitu antibodi dan serum. Selain itu,
Pada penelitian yang menggunakan blastosis manu- medium yang digunakan juga bebas dari bahan-bahan
sia, penggunaan pronase digantikan dengan Tyrode’s yang berasal dari hewan, seperti serum. Perlakuan ini
bertujuan untuk mengurangi adanya kontaminasi dari ESC dengan menggunakan feeder layer dan dibiarkan
bahan-bahan yang berasal dari hewan dan pengaruh- terjadi perlekatan pada monolayer. Medium kultur
nya terhadap tubuh yang menerima transplantasi sel- diganti setiap harinya. Pemisahan ICM dari trofekto-
sel hasil diferensiasi dari ESC.1, 6-8, 12, 14-16, 21 derm baru dilakukan secara enzimatik setelah sel-sel
trofektoderm menyebar membentuk monolayer dan
Metode microsurgery dapat dilakukan pada blastosis bentuk ICM sudah dapat diidentifikasi. Setelah 5-7 hari,
yang memiliki ICM yang terlihat jelas namun jumlahnya ICM akan membentuk koloni besar yang dikelilingi oleh
lebih sedikit dibandingkan blastosis yang berkualitas sel-sel trofektoderm. Isolasi ICM dengan metode enzi-
baik pada umumnya. Blastosis tersebut memiliki re- matik dilakukan dengan memaparkan blastosis tanpa
siko yang tinggi untuk kehilangan ICM selama proses zona tersebut dalam larutan 0.25% trypsin – 1nM
isolasi apabila dilakukan dengan metode immunosur- EDTA selama 10 menit. Setelah terpisah dari trofek-
gery. Metode microsurgery untuk mengisolasi ICM toderm, ICM dapat dikultur lebih lanjut. Dalam proses
dilakukan dengan bantuan mikromanipulator, dimana enzimatik ini perlu dilakukan pengamatan embrio-em-
dibuat beberapa sayatan pada zona pellucida mem- brio tersebut dibawah mikroskop selama perlakuan.
bentuk bukaan berbentuk segitiga atau persegi. Sela- Pada saat trofektoderm mulai terpisah, perlakuan
ma proses ini berlangsung, blastosis ditahan dengan sebaiknya dihentikan dan ICM diisolasi. Hal ini dikare-
menggunakan holding pipette pada sisi yang lainnya. nakan adanya pengaruh negatif pada kultur sel ICM
Finely-drawn glass pipette kemudian digunakan untuk apabila terlalu lama terpapar dengan enzim trypsin.13
mengisolasi ICM melalui sayatan tersebut. Dapat pula
dilakukan pemotongan terhadap blastosis tanpa zona Pemakaian bahan-bahan yang berasal dari hewan pada
untuk memisahkan bagian yang berisi ICM dengan ba- kultur sel manusia memiiki resiko yang besar terjadinya
gian lainnya. Setelah pemotongan, ICM diisolasi den- kontaminasi xenogenic atau allogenic. Pengisolasian
gan finely-drawn glass pipette. ICM yang telah diisolasi dengan metode immunosurgery yang menggunakan
dapat dikultur lebih lanjut.6, 7 komplemen dan antibodi yang berasal dari hewan dapat
memunculkan epitop yang tidak diinginkan pada kultur
ESC dan mempengaruhi aplikasinya ke depan. Isolasi
ICM dengan menggunakan sinar laser merupakan al-
ternatif untuk menghindari terjadinya kontaminasi pada
kultur ESC. Namun penggunaan teknik ini memerlukan
peralatan laser yang cukup mahal. Mula-mula blastosis
ditahan dengan 2 holding pipette pada kedua sisinya.
ICM diposisikan pada arah jam 9. Sinar laser ditembak-
kan pada kedua sisi blastosis untuk memisahkan blas-
Gambar 4. Metode microsurgery untuk mengisolasi ICM dengan meng- tosis dari zona pellucida. Kemudian blastosis kembali
gunakan teknik pemotongan blastosis. (a) Blastosis tanpa zona,(b)
Pemotongan pada bagian yang ditandai untuk memisahkan daerah yang ditahan dengan 2 holding pipette dan ICM diposisikan
mengandung ICM,(c) ICM yang telah diisolasi,(d) Perkembangan hari ke- pada arah jam 9. Sinar laser kembali ditembakkan pada
7 dari ICM dengan trofektoderm yang mengelilinginya. Garis panah: ICM,
Bintang: trofektoderm. Skala = 100 m.7
kedua sisi blastosis untuk memisahkan blastosis men-
jadi dua bagian, yaitu bagian kecil yang mengandung
Penggunaan metode microsurgery dianggap lebih ICM serta bagian yang besar dimana sebagian besar
menguntungkan untuk isolasi ESC dari manusia kare- mengandung trofoblas.10, 17
na tidak menimbulkan kontak antara blastosis dengan
antibodi yang berasal dari hewan yang umumnya digu- Pada penelitian untuk mendapatkan sel lestari dari
nakan pada proses immunosurgery. Namun, kelema- ESC manusia,pronase digunakan untuk menghilangkan
han dari metode ini adalah terbawanya sel-sel trofek- zona pellucida dan pengisolasian ICM dari blastosis di-
toderm yang dapat mempengaruhi dan menghambat lakukan dengan metode immunosurgery. Bagaimana-
pertumbuhan kultur ICM itu sendiri. Selain itu teknik pun juga, immunosurgery bukanlah metode yang
mekanik ini agak rumit dan memerlukan keterampilan optimal apabila blastosis yang akan diisolasi ICM-nya
dan pengalaman dalam menggunakan mikromanipula- memiliki kualitas yang tidak baik. Selain itu, penggu-
tor.5, 6, 7 naan metode immunosurgery yang melibatkan bahan-
bahan yang berasal dari hewan, seperti mouse anti-
Untuk mengisolasi ICM secara enzimatik, mula-mula bodies dan guinea pig complement, perlu dipikirkan
blastosis tanpa zona dikultur dalam medium kultur resiko terjadinya kontaminasi xenogenic atau allogenic
serta pengaruhnya saat dilakukan transplantasi sel. tuan penggunaan metode-metode tersebut tergan-
Oleh karena itu, para peneliti melakukan modifikasi tung pada tujuan dari penelitian yang akan dilakukan.
untuk mengisolasi ICM dari blastosis. Antara lain de-
ngan penggunaan asam tyrode untuk menghilangkan DAFTAR PUSTAKA
zona pellucida serta mengisolasi ICM secara mekanik.
1. Adjaye J, Huntriss J, Herwig R, et al. Primary Differentiation in the Hu-
Modifikasi tersebut merupakan salah satu cara untuk man Blastocyst: Comparative Molecular Portraits of Inner Cell Mass
mengurangi kontak blastosis dengan bahan-bahan and Trophectoderm Cells. Stem Cells. 2005; 23: 1514–1525.
yang berasal dari hewan, seperti pronase, antibodi 2. Anonim. C. Introduction. 2004; http://www.unige.ch/cyberdocu-
ments/these2004/HeQ/these_body.html. (18 Oktober 2006).
dan faktor komplemen.10,14,1 3. Cowan CA, Klimanskaya I, McMahon J, et al. Derivation of Embryonic
Stem-Cell Lines from Human Blastocysts. N Engl J Med. 2004; 350:
13.
4. Doss MX, Koehler CI, Gissel C, Hescheler J, Sachinidis A. Embryonic
Stem Cells: A Promising Tool for Cell Replacement Therapy. J. Cell.
Mol. Med. 2004; 8 (4): 465-473.
5. Georgiades P, Rossant J. Ets2 is necessary in trophoblast for normal
embryonic anteroposterior axis development. Development. 2006;
133: 1059-1068.
6. Hogan B, Constantini F, Lacy E. Manipulating the Mouse Embryo: A
Laboratory Manual. 1986. New York: Cold Spring Harbor Laboratory.
7. Kim HS, Oh SK, Park YB, et al. Methods for Derivation of Human Embry-
onic Stem Cells. Stem Cells Express, published online July 28, 2005;
doi:10.1634/stemcells.2004-0296.
8. Lee JB, Lee JE, Park JH, et al. Establishment and Maintenance of Hu-
Gambar 5. Pemotongan dengan laser. Blastosis ditahan dengan 2 man Embryonic Stem Cell Lines on Human Feeder Cells Derived from
holding pi pette pada kedua sisinya,dimana ICM di posisikan pada Uterine Endometrium under Serum-Free Condition. Biology of Repro-
arah jam 9 sebelum (a) dan sesudah (b) di potong dengan sinar laser. duction. 2005; 72: 42-49.
Blastosis kembali ditembak dengan sinar laser (c) untuk memisahkan 9. Mansour RT, Rhodes CA, Aboulghar MA, Serour GI, Kamal A. Transfer
blastosis menjadi 2 bagian,bagian kecil yang mengandung ICM (panah of zona-free embryos improves outcome in poor prognosis patients:
putih) dan bagian besar yang mengandung trofoblas (panah kuning). a prospective randomized controlled study. Human Reproduction.
Skala = 30 μm.
17 2000; 15 (5): 1061-1064.
10. Moon SY, Park YB, Kim D-S, Oh SK, Kim D-W. Generation, Culture, and
Differentiation of Human Embryonic Stem Cells for Therapeutic Ap-
KESIMPULAN plications. Molecular Therapy. 2006; 13 (1): 5-14.
11. National Institutes of Health. Stem cells: Scientific progress and future
Embryonic stem cell (ESC) merupakan salah satu research directions. 2001; http://www.nih.gov/news/stemcell/sci-
sumber stem cell yang berasal dari embrio stadium report.htm. (1 Maret 2003).
blastosis. ESC dapat diperoleh dengan mengisolasi 12. Park S-P, Lee YJ, Lee KS, et al. Establishment of human embryonic
stem cell lines from frozen±thawed blastocysts using STO cell feeder
inner cell mass (ICM), dimana isolasi dimaksudkan un- layers. Human Reproduction. 2004; 19 (3): 676-684.
tuk memisahkan sel-sel ICM dari sel-sel trofektoderm. 13. Schoonjans L, Kreemers V, Danloy S, et al. Improved Generation of
Terdapat beberapa metode pengisolasian ICM yang Germline-Competent Embryonic Stem Cell Lines from Inbred Mouse
Strains. Stem Cells. 2003; 21: 90-97.
telah dikenal dan dilakukan oleh para peneliti hingga 14. Skottman H, Hovatta O. Culture conditions for human embryonic stem
saat ini, yaitu metode immunosurgery, pembedah- cells. Reproduction. 2006; 132: 691–698.
15. Solter D and Knowles BB. Immunosurgery of Mouse Blastocyst. 1975.
an mikro atau microsurgery, enzimatik, dan dengan Proc. Nat. Acad. Sci. USA; 72 (12): 5099-5102.
menggunakan sinar laser. Beberapa metode di atas 16. Stojkovic M, Lako M, Strachan T, Murdoch A. Derivation, growth and
memerlukan proses penghilangan zona pellucida ter- applications of human embryonic stem cells. Reproduction. 2004;
128: 259–267.
lebih dahulu untuk mempermudah dalam proses pe- 17. Tanaka N, Takeuchi T, Neri QV, Sills ES, Palermo GD. Laser-assisted
ngisolasian ICM. Bahan-bahan yang biasanya diguna- blastocyst dissection and subsequent cultivation of embryonic stem
kan untuk menghilakan zona pellucida blastosis adalah cells in a serum/cell free culture system: applications and preliminary
results in a murine model. Journal of Translational Medicine. 2006;
enzim pronase serta Tyrode’s acid. Setiap metode 4: 20.
penghilangan zona pellucida dan isolasi ICM memiliki 18. Thomson JA, Itskovitz-Eldor J, Shapir SS. Embryonic Stem Cell Lines
Derived From Human Blastocysts. 1998. Science; 282: 1145-1147.
kelebihan dan kelemahan tersendiri. Misalnya penggu- 19. Wobus AM and Boheler KR. Embryonic stem cells: Prospects for deve-
naan metode yang melibatkan bahan-bahan yang ber- lopmental biology and cell therapy. Physiol Rev. 2005; 85: 635-678.
asal dari hewan, seperti mouse antibodies dan guinea 20. Yu J, Thomson JA. Regenerative Medicine 2006: 1. Embryonic stem
cells. 2006; http://www.nih.gov. (14 Januari 2007).
pig complement, perlu dipikirkan resiko terjadinya kon- 21. Zhang X, Stojkovic P, Przyborski S, et al. Derivation of Human Embryo-
taminasi xenogenic atau allogenic serta pengaruhnya nic Stem Cells from Developing and Arrested Embryos. Stem Cells.
saat dilakukan transplantasi sel. Pada akhirnya penen- 2006; 24: 2669–2676.
Salah satu media Internet yang kini makin populer adalah blog. Sekitar bertukar taut tentang topik dan blog terkait, memperluas jejaring per-
120.000 blog baru bermunculan tiap hari atau 1,4 blog baru tiap de- temanan, berbalas komentar hingga pertemuan dan kegiatan di dunia
tiknya.1 Di Indonesia, media ini cukup populer sebagai media alternatif nyata dapat terwujud berkat blog. Interaksi terjadi bukan hanya di dunia
sehingga muncul inisiatif penetapan tanggal 27 Oktober sebagai Hari maya (virtual) tapi juga di dunia nyata.
Blog Nasional oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indo-
nesia, Bapak Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, D.E.A. pada Pesta Blogger Pengelola blog dapat langsung berlaku sebagai administrator (‘admin’),
2007 yang lalu di Jakarta. Bagaimana dengan dunia blog kedokteran penulis maupun editor. Selanjutnya, pengelola blog akan kita sebut se-
(medical blogosphere)? bagai ‘blogger’. Jadi penulis blog kedokteran dapat dikatakan sebagai
‘med blogger’.
Saat ini penulis mencatat setidaknya terdapat 80-an buah blog kedok-
teran Indonesia yang terkumpul di Bloglines Kesehatan dan separuhnya Konsep berbagi dan interaktivitas melalui Internet membuka cakrawala
2
masih aktif dalam 6 bulan terakhir. Blog kedokteran Indonesia yang baru bagi hubungan pasien dan dokter. Selama ini mungkin kita telah
dimaksud adalah blog yang menyatakan dikelola oleh dokter (umum, mengenal adanya kelompok diskusi via surat elektronik (mailing list),
spesialis, gigi, hewan) atau mahasiswa kedokteran baik pribadi maupun forum dan situs-situs kesehatan-kedokteran. Blog memiliki nuansa per-
komunitas warga negara Indonesia. Sebagian besar blog kedokteran sonalisasi bagi perorangan maupun kelompok. Masing-masing blog
memuat informasi kesehatan dan kedokteran. Daftar blog (personal) bebas memilih topik sesuai minatnya. Pada tulisan berikutnya akan
kedokteran Indonesia yang masih aktif dalam 6 bulan terakhir akan di- kita lihat karakter blog kedokteran dari sudut pandang pengunjung atau
lampirkan pada akhir tulisan. pembaca.
Tulisan ini akan menyajikan pengertian blog secara umum, beberapa Karakteristik blog kedokteran
karakteristik blog kedokteran, kelebihan dan kekurangan blog serta po- Mengacu pada pentingnya validasi informasi kesehatan di Internet dari
tensinya sebagai media komunikasi pasien-dokter. The Health on the Net Foundation (HON), ada beberapa aspek yang
perlu diperhatikan saat membaca suatu blog kedokteran.
Pengertian blog
Blog berasal dari kata web log, kini sering disebut weblog-dipopuler- Seperti blog umumnya, pengunjung dapat mengetahui identitas penu-
kan oleh Jorn Barger (1997) atau blog-dipopulerkan oleh Peter Merholz lis blog, alamat surat elektronik atau formulir kontak di menu ‘Tentang’
(1999), diartikan sebagai sesuatu yang termuat di situs web berdasar- (‘About’) dan ‘Kontak’ (‘Contact’). Jati diri pengelola mungkin jarang
kan urutan waktu tertentu. Sebagai kata kerja, ‘blog’ merupakan suatu ditelusuri pengguna, seperti pada suatu penelitian yang menyatakan
kegiatan mengelola blog. Sejarah selengkapnya dapat dilihat pada ha- bahwa pengguna lebih mementingkan sumber tulisan dan desain yang
laman Wikipedia tentang blog. profesional.4 Walaupun demikian, informasi pengelola sebaiknya tetap
dicantumkan untuk menjaga kredibilitas blog. Kadang disertai pula per-
Pernyataan ‘sesuatu yang termuat’ di atas bermaksud bahwa suatu blog nyataan bahwa tulisan di blog kedokteran tersebut tidak berhubungan
dapat memuat teks (seperti pada umumnya), foto (photoblog), video dengan institusi atau organisasinya. Tidak pula bermaksud untuk meng-
(vlog), audio (podcasting) maupun berita singkat (micro-blogging). Blog gantikan nasihat dokter saat konsultasi di ruang praktik. Anonimitas pun
yang berbasis web ini; ada juga yang menyebutnya sebagai catatan turut dihargai, terutama yang berhubungan dengan identitas pasien
harian terkoneksi/terhubung (online), biasanya juga memiliki sistem ko- maupun organisasi.
mentar, umpanan (feed), menyajikan berkas (file) media lain (misalnya
gambar, animasi, presentasi, permainan) serta taut (link) topik terkait.3 Pada tiap tulisan, pembaca mungkin menemukan bahwa tulisan terse-
Tersedia beberapa layanan mesin blog yang dapat dimanfaatkan gratis, but adalah pendapat pribadi, pengalaman atau review tulisan/penelitian
diantaranya Blogger (http://www.blogger.com/) dan WordPress (http:// lain. Tulisan yang mengandung pernyataan ilmiah akan menyertakan
www.wordpress.com/). kuotasi atau taut sumber sehingga pembaca dapat menelusuri lebih lan-
jut. Hal ini sesuai dengan kaedah kedokteran berbasis bukti (evidence-
Sebagai sebuah media sosial, blog menawarkan interaktivitas (walau- based medicine).
pun blog dapat pula digunakan sebagai jurnal harian pribadi yang hanya
boleh diakses pribadi, kelompok atau orang-orang tertentu seperti blog Topik yang disajikan pun beragam, tidak ada pembatasan. Hal ini pun
keluarga, organisasi, perusahaan). Pengunjung atau pembaca dapat disarankan bagi blogger pemula agar tidak bingung memilih topik blog.
memberikan komentar pada tiap tulisan, kecuali pengelola membatasi Tidak selalu membahas kesehatan-kedokteran. Beberapa teman se-
fitur ini. Komentar yang masuk dapat diatur agar melalui proses mo- jawat dokter bahkan memiliki lebih dari 2 blog dengan topik yang ter-
derasi dahulu atau seijin pengelola. Sehingga tercipta komunikasi dua segmentasi. Ada yang sesuai dengan minat, spesialisasi atau bidang
arah, sahut menyahut komentar, berkunjung ke blog lain (blogwalking) yang tengah digeluti. Bahkan pengalaman sehari-hari di kala praktik.
dan berbagai kemudahan pengelolaan lainnya. Agak berbeda dengan Pembaca akan menemukan lingkungan orang-orang kedokteran dari
situs web biasa yang cenderung satu arah dan pengelolaannya relatif sudut pandang pengelolanya. Tidak jarang isinya memuat bermacam
lebih sulit. Kita pun dapat mengikuti tulisan dan komentar terbaru tanpa kritik serta saran terhadap situasi dan kebijakan kesehatan negara kita.
harus berkunjung langsung ke blog bersangkutan, dengan memanfaat-
kan umpanan (feed) serta surat elektronik (email). Penulis blog dapat Bahasa yang digunakan tidak harus formal. Bahasa dan istilah sehari-
mengelola komentar blog yang masuk via surat elektroniknya. Saling hari pasien tentu akan lebih dapat diterima bagi pembaca, terutama un-
korespondensi
Indonesia atas pemikirannya mengenai Keluarga Berencana
sebagai suatu program nasional. Setelah pensiun dari LIPI
Prof. Sarwono kembali ke bagian Kebidanan FKUI-RSCM dan
ikut bergabung kembali ke Klinik Raden Saleh untuk menangani
pasangan infertilitas.
Jawaban dari pertanyaan berikut dapat ditemukan di Jawaban dari pertanyaan berikut dapat ditemukan di
artikel : artikel :
Terapi Pre eklampsia Risiko Anovulasi pada Penderita Infertil dengan
Hi perprolaktinemia
Oleh : Caroline Hutomo
Oleh : IB Putra Adnyana,Haya Harareth
1. Pre eklampsia dicirikan dengan hipertensi dan pro- 1. Infertilitas primer ialah jika perempuan belum ber-
teinuria hasil hamil walaupun bersanggama teratur dan di-
hadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12
2. MgSO4 merupakan antikonvulsan terpilih pada bulan berturut-turut.
eklampsia
2. Gangguan kerja ovarium dapat disebabkan oleh per-
3. MgSO4 hanya bisa diberikan secara intravena ubahan berat badan berlebihan
4. Diazepam aman digunakan oleh perempuan hamil 3. Nilai normal prolaktin serum lebih tinggi di kalangan
anak-anak
5. Klonidin bersifat beta-bloker
4. Hiperprolaktinemi menyebabkan peningkatan sekresi
6. Nifedipin hanya tersedia dalam bentuk preparat oral FSH dan LH
7. Anti hipertensi digunakan pada eklampsia jika tekan- 5. USG dapat membedakan tingkat maturitas folikel.
an diastolik > 120 mmHg
6. Sindrom Stein Leventhal biasa diderita perempuan
8. Efektivitas fenitoin berkurang jika digunakan bersama menjelang menopause
karbamazepin
7. Ovarium polikistik antara lain ditandai dengan pengu-
9. Bahaya penurunan tekanan darah ialah hipoperfusi rangan jumlah folikel yang terlihat melalui USG
uterus
8. Kadar prolaktin > 50 ug/ml memastikan diagnosis
10. Labetalol tersedia dalam bentuk preparat intravena tumor hipofisis
JAWABAN: JAWABAN:
1.B 2.B 3.S 4.S 5.S 6.B 7.S 8.B 9.B 10.B 1.B 2.B 3.S 4.S 5.B 6.S 7.S 8.S 9.B 10.S