http://izzatst.blogspot.com/2011/01/teori-transformasi-1.html
Teori Transformasi
1. Pengertian transformasi dalam arsitektur
Transformasi dapat diartikan sebagai perubahan bentuk yaitu perubahan bentuk
dari deep structure yang merupakan struktur mata terdalam sebagai isi struktur
tersebut ke surface structure yang merupakan struktur tampilan berupa struktur
material yang terlihat. Menrut Josef Prijotomo dalam Rahmatia 2002, apabila di
indonesiakan kata Transformasi dapat disepadankan dengan kata pemalihan,
yang artinya perubahan dari benda asal menjadi benda jadiannya. Baik
perubahan yang sudah tidak memiliki atau memperlihatkan kesamaan atau
keserupaan dengan benda asalnya, maupun perubahan yang benda jadiannya
masih menunjukan petunjuk benda asalnya.
Adapun kategori transformasi dalam desain yaitu :
a. Desain pragmatic
Desain pragmatic menggunakan bahan dasar material, seperti tanah, batu,
batang pohon, ranting-ranting, bambu kulit binatang atau kadang salju. Proses
yang dilakukan dengan cara trial and error hingga memunculkan suatu bentuk
yang terlihat melayani tujuan desainer. Kebanyakan bentuk bangunan sepertinya
dimulai dari cara ini. Desain ini digunakan dalam desain dengan material baru.
Usaha besar-besaran adalah contoh yang sangat baik dan usaha ini masih
digunakan ketika akan menggunakan bahan material baru, seperti plastic air
houses dan struktur suspension. Baru pada akhir-akhir ini, setelah dua decade
desain pragmatic, dasar-dasar teori untuk desain struktur semacam mulai
muncul. Dengan demikian suatu desain akan mengalami transformasi pragmatic
ketika desain tersebut memiliki kriteri dengan menggunakan bahan material
sebagai dasar pengolahan bentuk desainnya atau sebagai raw materialnya.
b. Desain typologic
Desain topologic dimulai dari mental image yang telah fiks dari bentuk-bnetuk
bangunan yang telah dikenal sebagai solusi terbaik untuk penggunaan material
yang telah dikenal sebagai solusi terbaik untuk penggunaan material yang
didapat di sebagian tempat dengan bagian iklimnya, rumah yang mewujudkan
gaya hidup, mekanisme arsitektur primitive dan vernakuler tetapi masih
digunakan oleh arsitek-arsitek yang kurang dikenal dalam mengikuti desaindesain dari form givers. Desain ini juga menyertakan fakta budaya sebagai
bagian mental image. Sering digunakan penggunaan budaya primitif seperti
legenda, tradisi yang menggambarkan adaptasi mutual dengan
menempatkannya diantara way of life dan bentuk bangunan.
Dengan demikian suatu desain akan mengalami transformasi typologic ketika
desain tersebut memiliki kaitan budaya suatu daerah, memberikan image
tentang daerah atau budaya tertentu.
c. Desain Analogical
Desain analogical menggambarkan visual analogi ke dalam solusi permasalahan
desain seseorang. Ada alas an simbolik untuk ini, analogi juga memperlihatkan
mekanisme arsitektur yang kreatif. Pada abad ke-20 sangat banyak arsitektur
yang digambarkan pada lukisan dan sculpture sebagai sumber analogi, tetapi
analogi dapat juga menjadi gambaran seseorang (personal analogy) dan konsep
abstract filosophical (sebagai sebuah hadirnya keasyikan yang tidak ditentukan).
Desain analogi memerlukan penggunaan beberapa medium sebagai sebuah
gambaran untuk menerjemahkan keaslian kedalam bentuk-bentuk barunya.
Beberapa desain analogi seperti gambar, model atau program computer akan
mengambil alih dari desainer dan mempengaruhi jalan desainnya.
Dengan demikian suatu desain akan mengalami transformasi analogical ketika
desain tersebut memiiki kriteria penggambarantentang sesuatu hal. Hal ini dapat
berupa benda, watak atau kejadian.
d. Desain Canonic
Desain canonic (geometri) didasari dari grid-grid dan axis dari gambaran desain
awal. Hal ini menjadikan usaha untuk menyamai atau melebihi pekerjaanpekerjaan besar dari system-sistemproporsi. Tinjauan bentuk-bentuk mengenai
seni dan desain yang dapat disokong oleh system-sistem proporsional ini
diterima dari Geometri Greek (Phytagoras) dan filsuf klasik (seperti Plato). Pada
abad kedua puluh ini banyak desain yang berdasar pada persepsi serupa, seperti
system modular, koordinasi dimensional, bangunan bersistem fabrikasi. Namun
teknik baru matematikal bnayak disukai oleh para desainer untuk mendorong
lebih lanjut ketertarikan ini.
Sehingga suatu desain akan mengalami transformasi canonic ketika desain
tersebut menggunakan pendekatan geometrical sebagai raw materialnya baik
itu dalam system konvensional maupun system komputasi.
2. Saluran-saluran transformasi
Untuk mencapai keempat moda transformasi diatas ada beberapa saluran yang
dapat dilalui, yaitu :
a. Material
Penggunaan material bangunan dipilih berdasarkan konsekuensi bahwa material
tersebut dapat system struktur dan penataan fungsi. Konsekuensi ini
menimbulkan suatu penataan dan struktur yang berdasar material, misalnya
system modular. Namun pemilihan bahan juga dapat mempengaruhi tampilan
arsitektur, misalnya mengenai tekstur pada eksterior maupun interior, detil
finishing dan sebagainya.
Namun begitu pemilihan material ini cenderung memilih yang paling gampang
didapatkan di daerah tempat karya tersebut dibuat.
Kriteria saluran transformasi ini adalah :
Tema : Material
Transformasi : - Penggunaan teknologi
- Eksplorasi sifat bahan
Alat : Bidang permukaan, tampak, massa
Tampilan visual : - Penonjolan tekstur bahan
- Penonjolan system konstruksi
- Penampilan sifat bahan
b. Pemalihan