Pengakhiran Kehamilan
Pengakhiran Kehamilan
No.Dokumen
RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Jl. Indun Suri Simpang Busung No. 1
Telp. ( 0771 ) 482655 ; 482796
Fax. ( 0771 ) 482795
Tanggal Terbit
No Revisi
0/0
Halaman :
1/6
Ditetapkan :
Direktur RSUD Provinsi KEPRI
SPO
dr. Didi Kusmarjadi, Sp OG
NIP.19660731 199902 1 001
Batasan
Indikasi
Persiapan
o Waktu pembekuan
o Waktu perdarahan
o Waktu protrombin
Upaya mengeluarkan buah kehamilan sedikit mungkin
melakukan intervensi yang traumatis terhadap ibu.
Seyogyanya, buah kehamilan lahir dengan dorongan
kontraksi rahim dan tenaga mengejan ibu. Keberhasilan
mengeluarkan buah kehamilan salah satunya ditentukan
oleh tercapainya pendataran serviks (ripening) ketika
mulai melakukan induksi dan augmentasi, oleh karena itu
pendataran serviks harus diupayakan terlebih dahulu.
Pendataran serviks diupayakan dan berbagai dengan
tekhnik/cara (Lihat Bab Pemberian Tetes Oksitosin):
1. Penggunaan laminaria selama 12 jam
2. Misoprostol
3. Penggunaan balon serviks (kateter folley, metrolisa)
dengan pemberian drip oksitosin.
Setelah pendataran serviks tercapai dengan cara di atas,
upaya melahirkan buah kehamilan dilanjutkan dengan
drip oksitosin dalam pengawasan ketat. Apabila saat
diupayakan pendataran serviks timbul kontraksi uterus
yang teratur, drip oksitosin diberikan sesuai kebutuhan
(lihat Bab Pemberian Tetes oksitosin).
o Nilai Skor Bishop
Keberhasilan induksi persalinan pada anak
letak belakang kepala ditentukan oleh Skor
Bishop (lihat Bab skor bishop).
o Amniotomi, dilakukan sebelum pemberian
oksitosin
(segera
setelah
pembukaan
memungkinkan).
o Pengawasanb ketat selama pemberian tetes
oksitosin, tanda vital dimonitor 15 menit sekali,
waspada hipertonik/hiperstimulasi dan gawat
janin.
o Waspadai terjadi atonia uteri setelah fetus lahir
(jika perlu diantisipasi, misalnya dengan
melanjutkan drip oksitosin atau pemberian
uterotonika lainnya).
Tindakan:
1. Penggunaan misoprostol (200 mg)
2. Secara mekanik, yaitu:
o Dilatasi dan kuretase tajam
o Kuretase vakum
o Kuretase tajam
Catatan:
dilatasi
dapat
dilakukan
dengan
pemasangan laminaria.
B. Pengakhiran kehamilan >12 minggu sampai 20
minggu
1. Pemberian tetes oksitosinn 10 IU dalam 500 cc
Dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampaiu
maksimal 60 tetes per menit.
2. Dapat dibantu dengan upaya melahirkan bagian
terbawah anak, kemudian dilakukan traksi beban
menggunakan pita kasa steril dengan beban 30%
beban fetus.
Catatan: Dilakukan kuretase atau penggunaan
digital bila masih terdapat sisa jaringan.
C. Pengakhiran kehamilan >20 sampai 27 minggu
1. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam 500 cc
sektrose 5% mulai 20-60 tetes per menit untuk
fetus yang diperkirakan dapat hidup ** dan 10 IU
dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per
menit sampai maksimal 60 tetes permenit, untuk
fetus yang tidak diharapkan lagi.
2. Pada bayi mati, dapat dibantu dengan upaya
melahirkan bagian terbawah anak, kemudian
dilakukan traksi beban menggunakan pita kasa
steril dengan beban 30% berat fetus.
Catatan:
Lamanya pemberian oksitosin pada bayi
mati maksimal24 jam setelah ketuban
pecah, sesuai keputusan konsulen.
Cara 2 dilakukan pada janin mati atau
kemungkinan hidup kecil.
Kuretase bila masih terdapat sisa
jaringan.
Dilakukan histerektomi bila upaya
melahirkan pervaginam dianggap tidak
berhasil dan/atau atas indikasi ibu,
PENGAKHIRAN KEHAMILAN
Persiapan:
Keadaan umum ibu baik
Pemeriksaan dalam, nilai skor bishop
Nilai keadaan fetus
Informed consent
Pada abortus febrilis (infeksiosa), diberikan dulu antibiotika
Pada abortus tertunda (missed abortion) dilakukan pemeriksaan laboratorium tambahan, yaitu: Pemeriksaan tromb
Pada kasus disertrai infeksi intra uterina abortus febrilis dilakukan pemberian antibiotik parenteral
Skor Tinggi
Skor bishop
Penunda induksi
Upaya pendataran serviks
amniotomi
Drip oksitosin
Persalinan pervaginam
Pertimbangan secara pe
Seksio sesarea