Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN PUSTAKA

A. INFEKSI SALURAN KENCING


1. Definisi dan Angka Kejadian
ISK adalah adanya bakteri pada urin yang disertai dengan gejala infeksi.
Ada pula yang mendefinisikan ISK sebagai gejala infeksi yang disertai adanya
mikroorganisme patogenik (patogenik : yang menyebabkan penyakit) pada urin,
uretra (uretra : saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan dunia luar),
kandung kemih, atau ginjal.
ISK dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki.
Kejadian ISK pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100
kali lebih besar disbanding bayi dengan berat lahir normal (0,1-1%). Sebelum
usia 1 tahun, ISK lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan
setelahnya, sebagian besar ISK terjadi pada anak perempuan. Misalnya pada
anak usia pra sekolah di mana ISK pada perempuan mencapai 0,8%, sementara
pada laki-laki hanya 0,2%. Dan rasio ini terus meningkat sehingga di usia
sekolah, kejadian ISK pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada
anak laki-laki. Dan pada anak laki-laki yang disunat, risiko ISK menurun hingga
menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat.
Pada usia 2 bulan 2 tahun, 5% anak dengan ISK mengalami demam
tanpa sumber infeksi dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Sebagian besar ISK
dengan gejala tunggal demam ini terjadi pada anak perempuan.

2. Etiologi dan Faktor Risiko


Escherichia coli adalah penyebab paling umum pada anak-anak, hingga
80%.Pada bayi baru lahir (0-28 hari), infeksi diperantarai oleh aliran darah.
Sedangkan setelah usia itu, ISK umumnya terjadi dengan naiknya bakteri ke
saluran kemih.
Staphylococcus saprophyticus
Proteus mirabilis. Selain menyebabkan infeksi, bakteri ini mengeluarkan zat
yang dapat memfasilitasi pembentukan batu di saluran kemih.
Mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan ISK adalah beberapa bakteri
yang umumnya menginfeksi saluran cerna dan Candida albicans, jamur yang
umumnya menginfeksi pasien dengan kateter (kateter : semacam selang)
pada saluran kemihnya, kekebalan tubuh yang rendah, diabetes mellitus, atau
pasien dalam terapi antibiotik.

Sebagian besar ISK tidak dihubungkan dengan faktor risiko tertentu seperti :

1. Bendungan aliran urin, terdiri atas :


o Anomali kongenital
o Batu saluran kemih
o Oklusi ureter (sebagian atau total)
2. Vesico uretral reflux (VUR)
3. Urin sisa dalam buli-buli karena :
o Neurogenic bladder
o Striktura uretra
4. Hygienitas
5. Instrumentasi
o Kateter
o Dilatasi uretra
o Sitoskopi
6. Kekebalan tubuh yang rendah
3. Klasifikasi
Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:
a. Infeksi saluran kemih atas
1. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
2. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran
kemih serta refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik
sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai
pielonefritis kronik yang spesifik.
b. Infeksi saluran kemih bawah
1. Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai
bakteriuria bermakna.
2. Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril)
4. Gejala
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
1. demam
2. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
3. Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis
4. Hematuria
5. Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :


1. Demam
2. Menggigil
3. Nyeri panggul dan pinggang
4. Nyeri ketika berkemih
5. Malaise
6. Pusing
7. Mual dan muntah
Gejala yang dapat timbul pada ISK pada anak sangat tidak spesifik,
banyak yang hanya disertai demam sebagai gejala. Dua kategori klinis dari
ISK adalah pyelonefritis akut atau ISK atas dan sistitis akut atau ISK bawah.
Gejala bervariasi sesuai usia.
Anak baru lahir-2 bulan :
sering tak ada gejala di saluran kemih. ISK ditemukan dengan
adanya sepsis neonatus, kuning berkepanjangan, gagal tumbuh, tak mau
menyusu.
Anak 2 bulan - 2 tahun :
i. Bayi dan anak-anak pada usia ini memiliki gejala demam yang
tidak diketahui sebabnya ( >38oC)
ii. Usia ini memiliki resiko tinggi luka pada ginjal dibanding usia
yang lebih tua, karena tanda yang kurang menyebabkan
keterlambatan pengobatan dengan antibiotik. Aturan 3 hari dapat
membantu untuk mencegah hal tersebut terjadi. Contohnya
jangan hanya mengawasi bayi atau anak-anak dengan febris 3
hari yang tak diketahui sebabnya tanpa pemeriksaan urine untuk
evaluasi infeksi.
iii. Bayi sering mendapat demam dan gejala lainnya, seperti rewel,
tak mau menyusu, nyeri perut, muntah dan diare.
Anak dengan usia 1-2 tahun datang dengan gejala sugestif sistitis akut.
Gejala biasanya menangis saat berkemih atau kencing yang berbau busuk
tanpa adanya demam (suhu <38oc).
Anak usia 2-6 tahun
i. Pada kelompok dengan demam ISK sering memiliki gejala
sistemik yaitu tak nafsu makan; rewel dan nyeri pada perut,
panggul dan punggung dengan atau tanpa kelainan berkemih.
ii. Pasien dengan sistitis akut memiliki gejala berkemih dengan
sedikit atau tanpa peningkatan suhu. Disfungsi berkemih
termasuk urgensi, frekuensi, hesistensi, disuria dan inkontinensia
urine.
iii. Nyeri suprapubis atau perut dapat ditemukan dan adanya bau
busuk pada urine.

Anak usia lebih tua dan adolesen


i. Sering mengenai saluran bagian bawah, tetapi pyelonefritis akut
masih mungkin. Gejalanya mirip pada anak usia 2-6 tahun.
ii. Anak perempuan dengan pyelonefritis akut, dapat ada refluks
vesikoureter persisten (VUR), biasanya memiliki sistitis akut
dengan ISK bila mereka bertambah tua.

5. Patofisiologi
Infeksi dapat terjadi melalui penyebaran hematogen (neonatus) atau secara
asending (anak-anak). Faktor predisposisi infeksi adalah fimosis, alir-balik
vesikoureter (refluksvesikoureter), uropati obstruktif, kelainan kongenital buli
buli atau ginjal, dan diaper rash.Patogenesis infeksi saluran kemih sangat
kompleks, karena tergantung dari banyak faktor seperti faktor pejamu (host ) dan
faktor organismenya. Bakteri dalam urin dapat berasal dariginjal, pielum, ureter,
vesika urinaria atau dari uretra.Beberapa faktor predisposisi ISK adalah
obstruksi urin, kelainan struktur, urolitiasis, bendaasing, refluks atau konstipasi
yang lama.
Pada bayi dan anak anak biasanya bakteri berasaldari tinjanya sendiri
yang menjalar secara asending. Bakteri uropatogenik yang melekat pada pada sel
uroepitelial, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding ureter,
danmenyebabkan gangguan peristaltik ureter. Melekatnya bakteri ke sel
uroepitelial, dapatmeningkatkan virulensi bakteri tersebut.Mukosa kandung
kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi sebagai anti bakteri.
Robeknya lapisan ini dapat menyebabkan bakteri dapat melekat, membentuk
koloni pada permukaan mukosa, masuk menembus epitel dan selanjutnya terjadi
peradangan.Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter dan sampai ke ginjal melalui
lapisan tipiscairan ( films of fluid ), apalagi bila ada refluks vesikoureter maupun
refluks intrarenal. Bilahanya buli buli yang terinfeksi, dapat mengakibatkan
iritasi dan spasme otot polos vesikaurinaria, akibatnya rasa ingin miksi terus
menerus (urgency) atau miksi berulang kali( frequency), sakit waktu miksi
(dysuri).
Mukosa vesika urinaria menjadi edema, meradangdan
perdarahan(hematuria).Infeksi ginjal dapat terjadi melaluicollecting system. Pelvis
dan medula ginjal dapat rusak, baik akibat infeksi maupun oleh tekanan urin akibat
refluks berupa atrofi ginjal. Pada pielonefritis akut dapat ditemukan fokus
infeksi dalam parenkim ginjal, ginjal dapatmembengkak, infiltrasi lekosit
polimorfonuklear dalam jaringan interstitial, akibatnya fungsiginjal dapat
terganggu. Pada pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya produk bakteri
atauzat mediator toksik yang dihasilkan oleh sel yang rusak, mengakibatkan
parut ginjal (renal scarring).

6. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis


a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang
menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
i. Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin
melalui urin porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara
umum, untuk anak laki-laki dan perempuan yang sudah bisa berkemih
sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah
dengan cara urin porsi tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi
tengah (midstream). Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat
dengan memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik
dalam pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik,
walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain
karena harus dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan
adanya urine dalam vesica urinaria (Drdjebrut's Blog, 2009).Pada
urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:
Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan
penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler,
seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih.
Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh
Stamm, bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang
tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang
besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat
dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter urin atau
> 10.000 per ml urin .
Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit
ginjal, antara lain:
o silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau
vaskulitis ginjal;
o silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk
pielonefritis;
o silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau
pada gromerulonefritis akut;
o silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila
ditemukan bersamaan dengan proteinuria nefrotik.
Kristal

Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.


Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik
dengan infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh
kontaminasi.
iii. Bakteriologis
Sering terdapat kesulitan dalam mengumpulkan sampel urin yang
murni tanpa kontaminasi dan kerap kali terdapat bakteriuria
bermakna tanpa gejala, yang 15menyulitkan penegakkan diagnosis
infeksi saluran kemih. Berdasarkan jumlah CFU(colony forming unit),
maka interpretasi dari biakan urin adalah sebagai berikut:
Pada hitung koloni dari bahan porsi tengah urin dan dari urin
kateterisasi.
1. Bila terdapat > 105CFU/ml urin porsi tengah disebut dengan
bakteriuria bermakna
2. Bila terdapat > 105 CFU/ml urin porsi tengah tanpa gejala
klinis disebut bakteriuria asimtomatik
3. Bila terdapat mikroba 102 103 CFU/ml urin kateter pada
wanita muda asimtomatik yang disertai dengan piuria disebut
infeksi saluran kemih.
Hitung koloni dari bahan aspirasi supra pubik.
Berapapun jumlah CFU pada pembiakan urin hasil aspirasi supra
pubik adalah infeksi saluran kemih.Interpretasi praktis biakan urin
oleh Marsh tahun 1976, ialah sebagai berikut:
Kriteria praktis diagnosis bakteriuria. Hitung bakteri positif bila
didapatkan:
1. > 100.000 CFU/ml urin dari 2 biakan urin porsi tengah yang
dilakukan seara berturut turut.
2. > 100.000 CFU/ml urin dari 1 biakan urin porsi tengah
dengan leukosit > 10/ml urin segar.
3. > 100.000 CFU/ml urin dari 1 biakan urin porsi tengah
disertai gejala klinis infeksi saluran kemih.
4. > 10.000 CFU/ml urin kateter.
5. Berapapun CFU dari urin aspirasi suprapubik.
b. Radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk
mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor
predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen,
pielografi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya
ultrasonografi dan CT Scan (Drdjebrut's Blog, 2009).
7. Penatalaksanaan

Ada 3 prinsip penatalaksanaan infeksi saluran air kemih :


- Memberantas infeksi
- Menghilangkan faktor predisposisi
- Memberantas penyulit
Pada anak 2 bulan 2 tahun dengan kecurigaan ISK dan tampak sakit
berat, antibiotik dapat diberikan secara parenteral. Perawatan di rumah sakit
diindikasikan jika ada gejala sepsis atau bakteremia. Sebagian pihak
mengindikasikan perawatan di rumah sakit dan pemberian antibiotik
parenteral pada anak di bawah 6 bulan.Sedangkan pada anak yang tidak
tampak sakit berat, antibiotik yang diberikan umumnya per oral (diminum).
Beberapa antibiotik yang dapat digunakan adalah :
o Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Sekitar 50% bakteri
penyebab ISK resisten terhadap amoxicillin. Namun obat ini masih dapat
diberikan pada ISK dengan bakteri yang sensitif terhadapnya.
o Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2
dosis. Sebagian besar ISK akan menunjukkan perbaikan dengan
cotrimoxazole. Penelitian menunjukkan angka kesembuhan yang lebih
besar pada pengobatan dengan cotrimoxazole dibandingkan amoxicillin.
o Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin. Cephalexin kira-kira
sama efektif dengan cotrimoxazole, namun lebih mahal dan memiliki
spectrum luas sehingga dapat mengganggu bakteri normal usus atau
menyebabkan berkembangnya jamur (Candida sp.) pada anak
perempuan.
o Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten terhadap
cotrimoxazole. Harganya juga lebih mahal dari cotrimoxazole atau
cephalexin.
B. STOMATITIS
1. Definisi
Stomatitis atau sariawan adalah radang yang terjadi di daerah mukosa
mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak
cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok. Stomatitis
aphtosa atau sariawan merupakanpenyakit yang diakibatkan dengan adanya jamur
pada mulut dan saluran kerongkongan. Jamur yang sekarang kebih dikenal
dengan sebutan Candida albicans bukanlah jamur yang aneh dan berbahaya.
Hampir di setiap jengkal tubuh kita mengandung jamur ini termasuk di daerah
mukosa mulut dan alat kelamin, namun adanya jamur ini tidak menimbulkan
keluhan yang berarti.

Dulu jamur ini lebih dikenal dengan sebutan Jamur Monilia. Jamur ini
sering menimbulkan keluhan dikarenakan daya tubuh manusia (imuno) yang
menurun sehingga pertahanan terhadap jamur dan bakteri lainnya berkurang.
Keadaan seperti ini biasanya terjadi setelah pemberian antibiotic dalam jangka
panjang, infeksi virus pada saluran pernapasan, iritasi pada mulut akibat adanya
pemasangan gigi palsu, kawat gigi; diabetes, HIV, kanker serta pemberian
pengobatan dengan kortikosteroid dan penyakit imunodefisiensi (berkurangnya
daya tahan tubuh). Dengan demikian penyakit yang ringan pada mulut ini bisa
mengindikasikan penyakit yang lebih berat, oleh karena itu jangan pernah
meremehkan penyakit sariawan ini. Meski penyakit ini tidak begitu berat namun
tetap saja keberadaan penyakit ini dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.

2. Jenis-jenis Stomatitis
o Stomatitis Apthous
Yaitu sariawan yangdikenal juga dengan nama canker sore,merupakan suatu keadaan
yang ditandai oleh ulkus rekurens pada mukosa oral dan orofaring.SAR sering dikaitkan
hubungannya dengan immunologis, defisiensi hemtologis, alergi,abnormalitas psikologikal.
o Oral thrush/moniliasis
Yaitu Sariawan yang disebabkan jamur candidas albican, biasanya banyak
dijumpai di lidah. Pada keadaan normal, jamur memang terdapat dalam mulut.
Namun, saat daya tahan tubuh anak menurun, ditambah penggunaan obat
antibiotika yang berlangsung lama atau melebihi jangka waktu pemakaian,
jamur Candida Albican tumbuh lebih banyak lagi.
o

Stomatitis herpetic
Yaitu sariawan yang disebabkan virus herpes simplek dan berlokasi di bagian
belakang tenggorokan. Sariawan di tenggorokan boasanya langsung terjadi
jika ada virus yang sedang mewabah dan pada saat itu daya tahan tubuh
sedang rendah, sehingga system imun tidak dapat mentralisir / mengatasi virus
yang masuk sehingga terjadilah ulser

Jenisnya secara klinis


Secara klinis stomatitis aphtosa ini dapat dibagi menjadi 3 subtipe, diantaranya:
1. Stomatitis aphtosa minor (MiRAS)

Sebagian besar pasien menderita stomatitis aphtosa bentuk minor ini. Yang
ditandai oleh luka (ulser) bulat atau oval, dangkal, dengan diameter kurang dari
5mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus. Ulserasi pada MiRAS
cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa labial, mukosa
bukal dan dasar mulut. Ulserasi bisa tunggal atau merupakan kelompok yang
terdiri atas empat atau lima dan akan sembuh dalam jangka waktu 10-14 hari
tanpa meninggal bekas.

2. Stomatitis aphtosa major (MaRAS)


Hanya sebagian kecil dari pasien yang terjangkit stomatitis aphtosa jenis ini.
Namun jenis stomatitis aphtosa pada jenis ini lebih hebat daripada stomatitis
jenis minor (MiRAS). Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, dan
berlangsung selama 4minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana
saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin. Stomatitis aphtosa
major ini meninggalkan bekas, bekas pernah adanya ulser seringkali dapat
dilihat penderita MaRAS; jaringan parut terjadi karena keseriusan dan lamanya
lesi.
3. Ulserasi herpetiformis (HU)
Istilah herpetiformis digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang dapat
terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan
gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virus-virus herpes initidak mempunyai
peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi aphtosa.

Ada beberapa faktor-faktor penyebab yang dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa


ini, diantaranya:
o Hal pertama yang harus dipikirkan adalah keadaan gigi bagi si pasien, karena
higiene gigi yang buruk sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan
yang berulang.
o Alergi, bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa
jenis makanan dan timbulnya ulser. Gejala timbul biasanya segera setelah
penderita mengkonsumsi makanan tersebut

o Faktor herediter bisa terjadi, misalnya kesamaan yang tinggi pada anak
kembar, dan pada anak-anak yang kedua orangtuanya menderita stomatitis
aphtosa.
o Kelainan pencernaan Gangguan saluran pencernaan, seperti Chorn disease,
kolitis ulserativ, dan celiac disease sering disertai timbulnya stomatitis apthosa.
o Faktor psikologis (stress), diduga berhubungan dengan produksi kortison di
dalam tubuh.
o Pada penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari sariawan.
o Jamur, namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem
pertahanan tubuh (imuno). Berasal dari kadar imunoglobin abnormal.
o Pada penggunaan obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering
(misal,alkohol, lemon/ gliserin) harus dihindari.
o Sedangkan sariawan yang dikarenakan kekurangan vitamin C sangat mungkin
terjadi, karena bagi si pasien yang kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan
jaringan dimukosa mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah
robek yang akhirnya mengakibatkan sariawan.
o Kekurangan vitamin B dan zat besi juga dapat menimbulkan sariawan.. Namun
kondisi seperti itu dapat diatasi dengan sering memakan buah ataupun makan
sayur-sayuran.

3. Patofisiologi
Tubuh sebenarnya memiliki pertahanan tubuh alamiah terhadap serangan
bakteri. Pertahanan ini disebut dengan sistem laktoperoksidase (LP-system).
Sistem ini terdapat pada saliva atau ludah. LP system dapat berfungsi sebagai
bakteriostatis terhadap bakteri mulut dan bakteriosid terhadap bakteri patogen jika
tersedia ketiga komponennya. Yaitu enzim laktoperoksidase, dosianat, dan
hydrogen peroksida (H2O2). Bakteri di dalam mulut dapat berkembang biak tak
terkendali karena sistem laktoperoksidase yang merupakan pertahanan alami
dalam saliva umumnya rusak. Hal ini dikarenakan seringnya mengonsumsi
makanan yang mengandung zat-zat kimia, seperti perasa, pewarna, pengawet,
bahkan yang memakai zat pembasmi hama.Pemakaian deterjen (sodium laurit

sulfat) yang berlebihan dalam pasta gigi juga dapat sebagai peneyebab dari
rusaknya ludah. Bila dalam pemakaian yang berlebihan atau melebihi toleransi
dapat dengan mudah merusak ludah dan menghancurkan sistem pertahanan alami.
Tidak hanya itu, pemakaian antiseptik pada obat kumur atau pasta gigi juga dapat
merusakkan LP system, sebab antiseptik ini bersifat bakteriosid sehingga dapat
membunuh semua bakteri yang berada di dalam rongga mulut, yang dapat
mengakibatkan lingkungan mukosa mulut menjadi rusak.
Seperti telah diterangkan bahwa mulut merupakan pintu gerbang
masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang bersifat merusak.
Dilain pihak mulut tidak dapat melepaskan diri dari masuknya berbagai jenis
kuman ataupun berbagai pengaruh rangsangan antigenik yang bersifat merusak.
Rangsangan perusak yang masuk sesuai dengan potensinya akan
ditanggapi oleh tubuh baik secara lokal atau sistemik. Tanggapan ini dapat
berlangsung wajar, artinya tanggapan-tanggapan tersebut secara normal dapat
dieleminasi melalui aksi fagositosis. Sebenarnya reaksi tubuh terhadap
rangsangan yang merusak itu bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan
peradangan tersebut. Tetapi kadang-kadang reaksi jaringan amat berlebih,
melebihi porsi stimulusnya sendiri sehingga reaksi pertahanan yang tadinya
dimaksudkan untuk melindungi struktur dan fungsi jaringan justru berakhir
dengan kerusakan jaringan sendiri.
Dalam keadaan yang tidak wajar, (Trauma, Stres dll ) terjadi ketidak
seimbangan immunologik yang melahirkan fenomena alergi dan defisiensi
immunologi dengan efek kerusakan-kerusakan yang menyangkut komponen
vaskuler, seluler dan matriks daripada jaringan. Dalam hal ini sistem imun yang
telah dibangkitkan untuk melawan benda asing oleh porsi reaksi yang tidak
seimbang akhirnya ikut merusak jaringan-jaringan sendiri disekitarnya. Misalnya
pelepasan mediator aktif dari aksi-aksi komplemen, makrofag, sel plasma, sel
limposit dan leukosit, histamin, serta prostaglandin.

4. Cara mengatasinya
Dalam mengatasi sariawan ini, dapat menggunakan beberapa jenis obat,
baik dalam bentuk salep (yang mengandung antibiotika dan penghilang rasa
sakit), obat tetes, maupun obat kumur. Jika sariawan sudah terlalu parah, bisa
digunakan antibiotika dan obat penurun panas (bila sudah kronis disertai dengan
demam).

Pencegahan
Dengan mengetahui penyebabnya, kita diharapkan dapat menghindari
terjadinya stomatitis aphtosa (sariawan) ini, diantaranya dengan menjaga
kebersihan rongga mulut serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama pada
makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. Selain itu, anda juga
dianjurkan untuk menghindari stress. Namun bila sariawan selalu hilang timbul,
anda dapat mencoba dengan kumur-kumur air garam hangat dan berkonsultasi
dengan dokter gigi dengan meminta obat yang tepat sariawannya.
Ada beberapa usaha lain yang dilakukan untuk mencegah munculnya
sariawan. Misalnya, menjaga kesehatan umum terutama kesehatan pada mulut,
menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit makanan,
menghindari pasta gigi yang merangsang, menghindari kondisi stress,
menghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, sering
mengkonsumsi buah dan sayuran, terutama vitamin B, vitamin C, dan zat besi;
serta menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan
reaksi alergi pada rongga mulut.

DAFTAR PUSTAKA
Drdjebrut's Blog, 2009. Pengambilan bahan urin dan urinalisa secara umum
http://drdjebrut.wordpress.com/tag/urinalisis. dikutip 9 september 2012
http://dokmud.wordpress.com/2009/11/03/stomatitis/
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2012/02/oral-hygienis-dan-stomatitis.html
Ilmu Kesehatan Anak.1985. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Infeksi Saluran Kemihpada Anak.2008.http://bayikita.wordpress.com/2008/10/31/infeksisaluran-kemih-pada-anak-2. Dikutip 8 september 2012

Jenis-jenis Stomatitis.http://www.kesehatangigimu.com/jenis-jenis-stomatitis20120531587.html. Dikutip 8 september 2012


Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit.2008. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta
Referat infeksi saluran kemih pada anakbagian ilmu penyakit
anak fakultaskedokteran.2005.http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/refe
rat-infeksi-saluran-kemih-pada-anak.html. dikutip 8 september 2012

Anda mungkin juga menyukai