Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sebagian besar ISK tidak dihubungkan dengan faktor risiko tertentu seperti :
5. Patofisiologi
Infeksi dapat terjadi melalui penyebaran hematogen (neonatus) atau secara
asending (anak-anak). Faktor predisposisi infeksi adalah fimosis, alir-balik
vesikoureter (refluksvesikoureter), uropati obstruktif, kelainan kongenital buli
buli atau ginjal, dan diaper rash.Patogenesis infeksi saluran kemih sangat
kompleks, karena tergantung dari banyak faktor seperti faktor pejamu (host ) dan
faktor organismenya. Bakteri dalam urin dapat berasal dariginjal, pielum, ureter,
vesika urinaria atau dari uretra.Beberapa faktor predisposisi ISK adalah
obstruksi urin, kelainan struktur, urolitiasis, bendaasing, refluks atau konstipasi
yang lama.
Pada bayi dan anak anak biasanya bakteri berasaldari tinjanya sendiri
yang menjalar secara asending. Bakteri uropatogenik yang melekat pada pada sel
uroepitelial, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding ureter,
danmenyebabkan gangguan peristaltik ureter. Melekatnya bakteri ke sel
uroepitelial, dapatmeningkatkan virulensi bakteri tersebut.Mukosa kandung
kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi sebagai anti bakteri.
Robeknya lapisan ini dapat menyebabkan bakteri dapat melekat, membentuk
koloni pada permukaan mukosa, masuk menembus epitel dan selanjutnya terjadi
peradangan.Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter dan sampai ke ginjal melalui
lapisan tipiscairan ( films of fluid ), apalagi bila ada refluks vesikoureter maupun
refluks intrarenal. Bilahanya buli buli yang terinfeksi, dapat mengakibatkan
iritasi dan spasme otot polos vesikaurinaria, akibatnya rasa ingin miksi terus
menerus (urgency) atau miksi berulang kali( frequency), sakit waktu miksi
(dysuri).
Mukosa vesika urinaria menjadi edema, meradangdan
perdarahan(hematuria).Infeksi ginjal dapat terjadi melaluicollecting system. Pelvis
dan medula ginjal dapat rusak, baik akibat infeksi maupun oleh tekanan urin akibat
refluks berupa atrofi ginjal. Pada pielonefritis akut dapat ditemukan fokus
infeksi dalam parenkim ginjal, ginjal dapatmembengkak, infiltrasi lekosit
polimorfonuklear dalam jaringan interstitial, akibatnya fungsiginjal dapat
terganggu. Pada pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya produk bakteri
atauzat mediator toksik yang dihasilkan oleh sel yang rusak, mengakibatkan
parut ginjal (renal scarring).
Dulu jamur ini lebih dikenal dengan sebutan Jamur Monilia. Jamur ini
sering menimbulkan keluhan dikarenakan daya tubuh manusia (imuno) yang
menurun sehingga pertahanan terhadap jamur dan bakteri lainnya berkurang.
Keadaan seperti ini biasanya terjadi setelah pemberian antibiotic dalam jangka
panjang, infeksi virus pada saluran pernapasan, iritasi pada mulut akibat adanya
pemasangan gigi palsu, kawat gigi; diabetes, HIV, kanker serta pemberian
pengobatan dengan kortikosteroid dan penyakit imunodefisiensi (berkurangnya
daya tahan tubuh). Dengan demikian penyakit yang ringan pada mulut ini bisa
mengindikasikan penyakit yang lebih berat, oleh karena itu jangan pernah
meremehkan penyakit sariawan ini. Meski penyakit ini tidak begitu berat namun
tetap saja keberadaan penyakit ini dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.
2. Jenis-jenis Stomatitis
o Stomatitis Apthous
Yaitu sariawan yangdikenal juga dengan nama canker sore,merupakan suatu keadaan
yang ditandai oleh ulkus rekurens pada mukosa oral dan orofaring.SAR sering dikaitkan
hubungannya dengan immunologis, defisiensi hemtologis, alergi,abnormalitas psikologikal.
o Oral thrush/moniliasis
Yaitu Sariawan yang disebabkan jamur candidas albican, biasanya banyak
dijumpai di lidah. Pada keadaan normal, jamur memang terdapat dalam mulut.
Namun, saat daya tahan tubuh anak menurun, ditambah penggunaan obat
antibiotika yang berlangsung lama atau melebihi jangka waktu pemakaian,
jamur Candida Albican tumbuh lebih banyak lagi.
o
Stomatitis herpetic
Yaitu sariawan yang disebabkan virus herpes simplek dan berlokasi di bagian
belakang tenggorokan. Sariawan di tenggorokan boasanya langsung terjadi
jika ada virus yang sedang mewabah dan pada saat itu daya tahan tubuh
sedang rendah, sehingga system imun tidak dapat mentralisir / mengatasi virus
yang masuk sehingga terjadilah ulser
Sebagian besar pasien menderita stomatitis aphtosa bentuk minor ini. Yang
ditandai oleh luka (ulser) bulat atau oval, dangkal, dengan diameter kurang dari
5mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus. Ulserasi pada MiRAS
cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa labial, mukosa
bukal dan dasar mulut. Ulserasi bisa tunggal atau merupakan kelompok yang
terdiri atas empat atau lima dan akan sembuh dalam jangka waktu 10-14 hari
tanpa meninggal bekas.
o Faktor herediter bisa terjadi, misalnya kesamaan yang tinggi pada anak
kembar, dan pada anak-anak yang kedua orangtuanya menderita stomatitis
aphtosa.
o Kelainan pencernaan Gangguan saluran pencernaan, seperti Chorn disease,
kolitis ulserativ, dan celiac disease sering disertai timbulnya stomatitis apthosa.
o Faktor psikologis (stress), diduga berhubungan dengan produksi kortison di
dalam tubuh.
o Pada penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari sariawan.
o Jamur, namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem
pertahanan tubuh (imuno). Berasal dari kadar imunoglobin abnormal.
o Pada penggunaan obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering
(misal,alkohol, lemon/ gliserin) harus dihindari.
o Sedangkan sariawan yang dikarenakan kekurangan vitamin C sangat mungkin
terjadi, karena bagi si pasien yang kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan
jaringan dimukosa mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah
robek yang akhirnya mengakibatkan sariawan.
o Kekurangan vitamin B dan zat besi juga dapat menimbulkan sariawan.. Namun
kondisi seperti itu dapat diatasi dengan sering memakan buah ataupun makan
sayur-sayuran.
3. Patofisiologi
Tubuh sebenarnya memiliki pertahanan tubuh alamiah terhadap serangan
bakteri. Pertahanan ini disebut dengan sistem laktoperoksidase (LP-system).
Sistem ini terdapat pada saliva atau ludah. LP system dapat berfungsi sebagai
bakteriostatis terhadap bakteri mulut dan bakteriosid terhadap bakteri patogen jika
tersedia ketiga komponennya. Yaitu enzim laktoperoksidase, dosianat, dan
hydrogen peroksida (H2O2). Bakteri di dalam mulut dapat berkembang biak tak
terkendali karena sistem laktoperoksidase yang merupakan pertahanan alami
dalam saliva umumnya rusak. Hal ini dikarenakan seringnya mengonsumsi
makanan yang mengandung zat-zat kimia, seperti perasa, pewarna, pengawet,
bahkan yang memakai zat pembasmi hama.Pemakaian deterjen (sodium laurit
sulfat) yang berlebihan dalam pasta gigi juga dapat sebagai peneyebab dari
rusaknya ludah. Bila dalam pemakaian yang berlebihan atau melebihi toleransi
dapat dengan mudah merusak ludah dan menghancurkan sistem pertahanan alami.
Tidak hanya itu, pemakaian antiseptik pada obat kumur atau pasta gigi juga dapat
merusakkan LP system, sebab antiseptik ini bersifat bakteriosid sehingga dapat
membunuh semua bakteri yang berada di dalam rongga mulut, yang dapat
mengakibatkan lingkungan mukosa mulut menjadi rusak.
Seperti telah diterangkan bahwa mulut merupakan pintu gerbang
masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang bersifat merusak.
Dilain pihak mulut tidak dapat melepaskan diri dari masuknya berbagai jenis
kuman ataupun berbagai pengaruh rangsangan antigenik yang bersifat merusak.
Rangsangan perusak yang masuk sesuai dengan potensinya akan
ditanggapi oleh tubuh baik secara lokal atau sistemik. Tanggapan ini dapat
berlangsung wajar, artinya tanggapan-tanggapan tersebut secara normal dapat
dieleminasi melalui aksi fagositosis. Sebenarnya reaksi tubuh terhadap
rangsangan yang merusak itu bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan
peradangan tersebut. Tetapi kadang-kadang reaksi jaringan amat berlebih,
melebihi porsi stimulusnya sendiri sehingga reaksi pertahanan yang tadinya
dimaksudkan untuk melindungi struktur dan fungsi jaringan justru berakhir
dengan kerusakan jaringan sendiri.
Dalam keadaan yang tidak wajar, (Trauma, Stres dll ) terjadi ketidak
seimbangan immunologik yang melahirkan fenomena alergi dan defisiensi
immunologi dengan efek kerusakan-kerusakan yang menyangkut komponen
vaskuler, seluler dan matriks daripada jaringan. Dalam hal ini sistem imun yang
telah dibangkitkan untuk melawan benda asing oleh porsi reaksi yang tidak
seimbang akhirnya ikut merusak jaringan-jaringan sendiri disekitarnya. Misalnya
pelepasan mediator aktif dari aksi-aksi komplemen, makrofag, sel plasma, sel
limposit dan leukosit, histamin, serta prostaglandin.
4. Cara mengatasinya
Dalam mengatasi sariawan ini, dapat menggunakan beberapa jenis obat,
baik dalam bentuk salep (yang mengandung antibiotika dan penghilang rasa
sakit), obat tetes, maupun obat kumur. Jika sariawan sudah terlalu parah, bisa
digunakan antibiotika dan obat penurun panas (bila sudah kronis disertai dengan
demam).
Pencegahan
Dengan mengetahui penyebabnya, kita diharapkan dapat menghindari
terjadinya stomatitis aphtosa (sariawan) ini, diantaranya dengan menjaga
kebersihan rongga mulut serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama pada
makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. Selain itu, anda juga
dianjurkan untuk menghindari stress. Namun bila sariawan selalu hilang timbul,
anda dapat mencoba dengan kumur-kumur air garam hangat dan berkonsultasi
dengan dokter gigi dengan meminta obat yang tepat sariawannya.
Ada beberapa usaha lain yang dilakukan untuk mencegah munculnya
sariawan. Misalnya, menjaga kesehatan umum terutama kesehatan pada mulut,
menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit makanan,
menghindari pasta gigi yang merangsang, menghindari kondisi stress,
menghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, sering
mengkonsumsi buah dan sayuran, terutama vitamin B, vitamin C, dan zat besi;
serta menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan
reaksi alergi pada rongga mulut.
DAFTAR PUSTAKA
Drdjebrut's Blog, 2009. Pengambilan bahan urin dan urinalisa secara umum
http://drdjebrut.wordpress.com/tag/urinalisis. dikutip 9 september 2012
http://dokmud.wordpress.com/2009/11/03/stomatitis/
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2012/02/oral-hygienis-dan-stomatitis.html
Ilmu Kesehatan Anak.1985. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Infeksi Saluran Kemihpada Anak.2008.http://bayikita.wordpress.com/2008/10/31/infeksisaluran-kemih-pada-anak-2. Dikutip 8 september 2012